You are on page 1of 7

BAB II PEMBAHASAN A.

Pengertian Bahan Induk Tanah Bahan Induk adalah bahan pemula tanah yang tersusun dari bahan organik dan tau mineral. Asal bahan induk dari batuan atau bhan tanah yang di endapkan dari tempat lain sebgai akibat proses transportasi oleh angin dan air. Melalui proses pelapukan batuan berubah menjadi bahan induk dan dengan adanya proses pelapukan lebih lanjut serta proses-proes pembentukan tanah yang lain bahan induk berubah menjadi tanah dalam waktu yang relatif lama. Sifat bahan induk tanah ditentukan oleh asal batuan dan komposisi mineralogi yang berpengaruh terhadap kepekaan erosi dan longsor. Di daerah pegunungan, bahan induk tanah didominasi oleh batuan kokoh dari batuan volkanik, sedimen, dan metamorfik. Tanah yang terbentuk dari batuan sedimen, terutama batu liat, batu liat berkapur atau marl dan batu kapur, relatif peka terhadap erosi dan longsor. Batuan volkanik umumnya tahan erosi dan longsor. Tanah terbentuk dari bahan batuan yang mengalami fragmentasi dan proses pelapukan (fragmented rock material). Fragmented rock material dapat tetap di atas bedrock asal sebagai bahan yang relatif tidak padu (uncosolidated material) atau in situ, tapi kebanyakan telah tererosi dan ditransportasikan baik oleh air, angin, es atau gravitasi ke lain tempat membentuk deposit (debris mantles). Bahan-bahan deposit tak padu inilah (bukan solid bedrock) yang umumnya disebut sebagai bahan induk tanah (soil parent materials). Tanah bersama dengan debris atau bedrock yang terlapuk di bawahnya disebut sebagai regolith.
Bahan yang merupakan asal tanah disebut sebagai Bahan Induk. Sedikit tanah yang berkembang secara langsung dari batuan di bawahnya. Kebanyakan tanah berkembang dari bahanbahan dari tempat lain. Bahan-bahan di bagian bawah tanah biasanya. Oleh karena batuan tersusun atas mineral-mineral yang beragam serta berbeda ketahanannya terhadap pelapukan, maka mineralogi bahan induk sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, tipe produk pelapukan, komposisi mineral dari tanah, dan kesuburan kimia tanah. Konsolidasi dan ukuran partikel bahan induk juga berpengaruh atas permeabilitas air.

Jenis bahan induk akan menetukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya mejadi tidak jelas terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Pengaruh bahan induk ini sangat jelas terlihat pada tanahtanah muda-dewasa, namun dalam perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut, apalagi apabila mengalami pelindian atau erosi berat, maka pengaruh ini makin tidak jelas, bahkan dapat hilang sama sekali.

Pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah, secara ringkas meliputi: (1) Tanah-tanah yang terbentuk dari bahan induk asal bebatuan beku asam seperti quarsit dan batu-pasir yang melapuk sangat lambat akan mempunyai tekstur berpasir kasar dengan liat yang didominasi tipe 1:1 kaolinit dan berkejunuhan-basa rendah, sehingga tergolong tanah miskin, (2) Sebaliknya jika terbentuk dari bahan induk asal bebatuan beku basa dan bebatuan sedimen yang umumnya mudah lapuk, maka tanahnya akan bertekstur lebih halus dengan liat yang didominasi tipe 2:1 montmorrilonit dan berkejenuhan basa tinggi, sehingga relatif subur. (3) Dari rhiolit yang relatif sangat lambat lapuk namun bertekstur halus terbentuk tanahtanah muda yang bertekstur halus pula, sedangkan dari granit, basalt dan gabbro yang agak mudah lapuk tetapi bertekstur kasar terbentuk tanah-tanah muda yang juga bertekstur kasar. (4) Tektur tanah yang dipengaruhi mineral yang sukar lapuk seperti pasir kuarsa akan tetap terlihat meskipun tanah sudah tergolong tua. (5) Dari bahan induk asala batu-kapur murni yang keras akan terbentuk tanah-tanah yang berpasir dangkal (Terra Rosa), (6) Sebaliknya jika berbahan induk asal batu-kapur tak murni yang mudah lapuk, maka tanah yang terbentuk akan bersolum agak dalam dan bertekstur halus. (7) Bahan induk bertekstur halus biasanya akan menghasilkan tanah yang juga bertekstur halus dan berkadar BOT tinggi, karena daya serap airnya yang tinggi, memicu pertumbuhan dan perkembangan tetanaman sebagai sumber BOT tersebut. (8) Pada dataran tinggi atau pegunungan yang berkelembapan tinggi, dari bahan induk berupa debu vulkanik akan terbentuk tanah Andosol yang bersolum dalam dan didominasi oleh liat amorf yang disebut Alofan, serta relatif subur. (9) Di asia beriklim tropis, banyak tanah yang berjenis sama namun berasal dari bahan yang berbeda, misalnya asal basalt, batu-kapur dan granit. Tanah-tanah Hitam di Indian ternyata berasal dari bahan induk yang berlainan, yaitu basalt, batu-kapur, granit, gneiss dan batu-liat, padahal kondisi iklimnya sama.

B. Bahan Induk dan Sifat Sifat-sifat dari bahan induk masih tetap terlihat, bahkan pada tanah humid yang telah mengalami pelapukan sangat lanjut. Misalnya tanah-tanah bertekstur pasir adalah akibat dari kandungan pasir yang tinggi dari bahan induk. Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak

hanya mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan, tetapi kadang-kadang menetukan jenis vegetasi alami yang tumbuh di atasnya. Terdapatnya batu kapur di daerah humid akan menghambat tingkat kemasaman tanah. Di samping itu, vegetasi yang hidup di atas tanah berasal dari batu kapur biasanya banyak mengandung basa-basa lapisan tanah atas melalui serasah dari vegetasi tersebut maka proses pengasaman tanah menjadi lebih lambat. Batu-batuan di mana bahan induk tanah berasal dapat dibedakan menjadi: 1. Batuan beku Terbentuk karena magma yang membeku. a. Batuan beku atas: magma membeku di permukaan bumi (batuan vulkanik). b. Batuan beku gang (terobosan): magma menerobos retakan-retakan atau patahan-patahan dalam bumi dan membeku di antara sarang magma dan permukaan bumi. c. Batuan beku dalam: magma membeku di dalam bumi.

Berdasar atas kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi batuan beku yang bersifat masam, intermedier dan alkalis. Batuan induk masam menghasilkan tanah yang masam pula, sedang batuan induk alkalis pada umumnya menghasilkan tanah-tanah alkalis, tetapi bila mengalami pencucian lanjut karena curah hujan tinggi dapa pula membentuk tanah masam. Salah satu bentuk yang khas dari bahan volkanik adalah abu volkan. Bahan ini merupakan bahan volkanik yang disemburkan dari gunung api sewaktu gunung api tersebut meletus. Abu volkan ada yang banyak mengandung gelas volkan yang amorf (tipe vitrik), ada pula yang banyak mengandung fragmen batuan (tipe litik). Tanah yang terbentuk dari abu volkan umumnya merupakan tanh-tanah yang subur misalnya tanah Andosol (Andisol). 2. Batuan sedimen a. Batuan endapan tua terdiri dari bahan endapan (umumnya endapan laut) yang telah diendapkan berjuta tahun yang lalu hingga telah membentuk batuan yang keras.

Beberapa contoh dari batuan endapan tua ini adalah : Batuan gamping : Merupakan endapan laut, banyak mengandung karang laut.

Sebagian besar terdiri dari CaCO3 (kalsit) dan CaMg (CO3)2 (dolomit). Batu pasir Batu liat Kadar liat tinggi : Banyak mengandung pasir kuarsa (SiO2 ). : Ada yang bersifat masam ada yang alkalis (shale/napal dan sebagainya).

b. Bahan endapan baru: belum menjadi batu. Diendapkan oleh air, misalnya di daerah dataran banjir, atau dataran aluvial. Diendapkan oleh angin misalnya pasir pantai, loess dan sebagainya

3. Batuan Metamorfosa (malihan) Berasal dari batuan beku atau sedimen yang karena tekanan dan suhu sangat tinggi berubah jadi jenis batuan lain. Batuan metamorfosa umumnya bertekstur lembar (foliated texture) akibat rekritalisasi dari beberapa mineral dan orientasi mineral menjadi paralel sehingga terbentuk lembar-lembar. Batuan metamorffosa dengan lembar-lembar halus disebut schist (misalnya mika schist) sedang dengan yang lembar-lembar kasar disebut gneis (misalnya granit gneis). Beberapa jenis batuan metamorfosa tidak menunjukkan foliated texture tersebut misalnya kwarsit (dari batu pasir) dan marmer (dari batu kapur karbonat). 4. Bahan Induk Organik Di daerah hutan rawa yang selalu tergenang air, proses penghancuran bahan organikberjalan lebih lambat daripada proses penimbuhan, maka terjadilah akumulasi bahan organik. Dengan demikian maka terbentuklah tanah-tanah organik atau tanah gambut (Histosol), seperti banyak ditemukan di pantai timur sumatra, pantai barat, selatan, timur kalimantan, dan pantai selatan irian jaya. Di Indonesia, terutama di jawa dan beberapa tempat di luat jawa banyak ditemukan tanah-tanah berkembang dari bahan-bahan volkanik. Tanah-tanah ini terdapat disekitar gunung berapi dan umumnya merupakan tanah subur karena bahan volkanik tersebut banyak mengandung mineral mudah lapuk yang kaya akan unsur hara, seperti K, Ca, Mg dan sebagainya. Di lain pihak terutama di luar jawa banyak ditemukan tanah-tanah berasal dari bahan induk batuan endapan laut yang amat tua misalnya batuan liat (diendapkan pada zaman tertier), sehingga banyak ditemukan pula tanah-tanah kurus dan masam di daerah tersebut.

C. Jenis dan Persebaran Tanah di Indonesia

Bahan induk tanah adalah batuan yang telah lapuk. Bahan induk ini menentukan jenis tanah, Jenis dan persebaran tanah di Indonesia, antara lain : 1. Organosol atau Tanah Gambut Jenis tanah ini berasal dari bahan induk, bahan organik dari hutan rawang/rumput rawang, mempunyai ciri-ciri dan sifat sebagai berikut ; tidak tejadi deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0), dan kandungan unsur hara rendah. 2. Aluvial Jenis tanah masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, daerah aluvial pantai, dan di daerah cekungan (depresi). 3. Rejosol Jenis tanah masih muda, belum mengalami deferensiasi horison, tekstur pasir, struktur berbutir tunggal, pH umumnya netral, kesuburan sedang. Penyebarannya di daerah lereng volkan muda, dan di daerah bentang pantai dan jumuk-jumuk pasir pantai. 4. Litosol Tanah mineral dengan sedikit perkembanan profil, tekstur tanah beraneka dan pada umumnya berpasir, tidak bertekstur, warna, kandungan batu, kerikil dan kesuburan

bervariasi. Litosol dapat dijumpai di segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, dan kemiringan lereng miring hingga curam. 5. Latosol Jenis tanah telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur lempung, warna coklat, merah hingga kuning, tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-1000 meter di atas permukaan laut.

6. Gramusol Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, bila kering sangat deras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkali. Tanah ini berasal dari batu kapur, mergel, batu lempung atau tuff yang tersebar di daerah iklim submuhik dengan curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun. 7. Podsol Jenis tanah ini tidak mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung hingga pasir, kandungan pasir kuarsanya tinggi, kesuburannya rendah. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering. Misalnya daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya. 8. Andosol Jenis tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil, warna coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organiknya tinggi, kelembapan juga tinggi. Berasal dari bahan induk abu atau tuff vulkanis. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun tanpa bulan kering, umumnya di jumpai di daerah lereng atau kerucut volkan dengan ketinggian diatas 800 m diatas permukaan laut.

9. Tanah Sawah (Paddy Soil) Tanah sawah diartikan, tanah yang sudah lama digunakan untuk persawahan memperlihatkan perrkembanga profil kelas. D. Komposisi Mineral Komposisi mineral merupakan sifat bahan induk yang paling penting, karena sifat ini menentukan sifat fisika dan kimia tanah yang terbentuk. Bahan induk yang bersifat asam menghasilkan tanah yang mengandung kalsium, magnesium, kalium, besi, dan mangan yang rendah, tetapi mengandung cadangan silika yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh komposisi mineral batuan asam yang didominasi oleh silika dan feldspar. Sebaliknya, tanah yang berkembang dari bahan induk basa mempunyai banyak cadangan ion-ion basa, dan tanah semacam ini umumya lebih subur dibanding dengan tanah yag berkembang dari bahan induk asam. Skema tingkat ketahanan mineral primer terhadap pelapukan Paling Mudah Lapuk Kelompok Mafik Olivin Kelompok Felsik

Piroksin

Amfibol Plagioklas Biotit (felspat Na, Ca) Ortoklas (felfat K) Muskovi

Paling Sulit Lapuk

Kwarsa

You might also like