You are on page 1of 16

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Berbagai jenis ras manusia di perkirakan berasal dari asia tengah. Dari penemuan tulang kuno, tampak bahwa mereka terdiri dari berbagai ras seperti : Papua Melanesoid, Europoid, Mongoloid dan Australoid. Percampuran mereka melahirkan bangsa melayu yang berkulit sawo matang. Mereka menyebar melalui daerah sungai dan lembah ke daerah pantai. Penebaran mereka di perkirakan karena adanya wabah penyakit dan bencana alam. Daerah teluk Tonkin merpakan tanah air mereka yang ke dua. Dari Indo Cina meraka menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa Austroasia. Sebagian besar dari mereka menuju kepulauan yang kemudian menjadi bangsa Austronesia.

1.2 Rumusan Masalah  Menjelaskan bangsa Austronesia  Perahu bercadik  Cara manusia purba Pindah ke nusantara

1.3 Tujuan Makalah  Memenuhi Nilai dalam mata pelajaran sejarah

Bab II Penjelasan
2.1 Asal Usul Bangsa Austronesia Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia, cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari ilmu genetika memberikan hasil yang bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998), sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada rumpun bahasa Austronesia . Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis: ... Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara kesuluruhan. Setidaknya sejak Sapir (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia. Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu . Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia. Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu. Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat menjembatani celah antara dua periode ini. Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8): Disiratkan dalam diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan.

Daerah asal ini mungkin juga meliputi kepulauan Penghu di antara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal pada permukiman pesisir yang terpencar. Analisis kebahasaan dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satusatunya pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah penyebaran bangsa Austronesia . 2.2 Pendapat Para ahli mengenai kehidupan awal Keberadaan masyarakat awal di Kepulauan Indonesia diketahui dan didukung oleh beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh ahli. Teori yang mendukung dikenal dengan teori IMIGRASI. Menurut Teori Imigrasi, terdapat beberapa petunjuk keberadaan masyarakat awal di Kepulauan Indonesia. 1. Prof. Dr. H. Kern p Bangsa Indonesia berasal dari Asia. Teori ini didukung oleh perbandingan bahasa, karena bahasa yang dipakai di Kepulauan Indonesia, Polinesia, Melanesia, Micronesia berawal dari satu akar bahasa yang bernama bahasa Austronesia. 2. Van Heine Geldern p Bangsa Indonesia berasal dari daerah Asia. Pendapat ini didukung oleh artefakartefak (bentuk budaya) yang ditemukan di Indonesia memiliki banyak persamaan dengan yang ditemukan di daratan Asi. 3. Prof. Moh Yamin p Bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil dan artefak tertua dengan jumlah terbanyak yang ditemukan di daerah Indonesia.

2.3 Pendapat Tokoh-tokoh tentang Asal-Usul Bangsa Indonesia 1. Max Muller p asal dari bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara. 2. Prof. Dr. H. Kern p Bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin Cina, Kamboja. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu-perahu bercadik menuju Kepulauan Indonesia. Pendapat Kern didukung adanya persamaan nama dan bahasa. 3. Willem Smith

Willem Smith membagi bangsa-bangsa di Asia atas dasar bahasa yang digunakannya, yaitu bangsa yang berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman dan bangsa yang berbahasa Austria. Bahasa Austria dibagi 2 yaitu bangsa yang berbahasa Asia dan bahasa Austronesia. Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia. 4. Hogen Bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia tahun 3000 SM 1500 SM. Bangsa Deutro Melayu (Melayu Muda) menyebar di wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM 500 SM. 5. Drs. Moh. Ali Bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan. Pendapat Moh Ali dipengaruhi pendapat Kern bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol dan terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat; mereka menyebar ke arah selatan sampai ke wilayah Indonesia. Menurut Moh Ali : nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai-sungai besar di Asia dan kedatangannya di Indonesia secara bergelombang. Gelombang I 3000 SM 1500 SM

II 1500 SM 500 SM Ciri-ciri Gelombang I adalah kebudayaan Neolithikum dengan jenis perahu bercadik I. Gelombang II menggunakan perahu bercadik dua. 6. Prof. Dr. Kroom Asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina Tengah, yang terdapat sumbersumber sungai besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM 1500 SM. 7. Mayundar

Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India kemudian menyebar ke Indo-Cina terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. 8. Prof. Moh. Yamin Asal bangsa Indonesia dari daerah Indonesia sendiri pendapat ini didukung suatu pernyataan tentang Blood Und Breden Unchro yang artinya darah dan tanah bangsa indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Fosil dan artefak itu lebih banyak dan lebih lengkap ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di Asia. Misalnya dengan penemuan manusia purba sejenis Homo soloensis, Homo wajakensis. 9. Brandes p meneliti dengan perbandingan bahasa. Bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah-daerah yang membentang dari sebelah utara Pulau Formosa, sebelah barat daerah Madagaskar, sebelah selatan yaitu tanah Jawa, Bali, sebelah timur sampai ke tepi pantai barat Amerika (terdesak oleh alam). Berdasarkan penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan Kern berkesimpulan bangsa Indonesia berasal dari satu daerah dan menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa dan agak ke utara yaitu daerah Lonkin. Tapi : sebelum bangsa Indonesia tiba di daerah Kepulauan Indonesia, sudah ditempati bangsa berkulit hitam dan berambut keriting. Bangsa tersebut hingga sekarang menempati daerah-daerah Indonesia timur dan daerah-daerah Australia.

2.4 Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia s 1500 SM, nenek moyang bangsa Indonesia yang di Campa terdesak bangsa lain dari Asia Tengah. Bangsa Indonesia pindah ke Kamboja melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaka. Yang di Malaka terdesak melanjutkan perjalanan ke daerah Sumatra, Kalimantan, Jawa, serta berada di daerah Filipina melanjutkan perjalanannya sampai di daerah Minahasa dan sekitarnya. Dalam perkembangannya, berbagai bangsa yang mendiami wilayah Indonesia telah membentuk komunitas sendiri sehingga mendapat sebut sendiri seperti Aceh, Kalimantan : Dayak, Jawa Barat : Sunda, Sulawesi : Bugis, Tanah Toraja. Bangsa kulit hitam bercampur dengan bangsa baru datang tersebut dan berkembang menjadi bangsa Indonesia sekarang ini.

Berdasar teori, ada 2 hal asal-usul bangsa yang menempati daerah Kepulauan Indonesia : 1. Bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Dikemukakan Moh Yamin, didukung penemuan fosil-fosil / artefak bangsa Indonesia dari daerah sendiri dan menyebar ke Asia. Dibuktikan ditemukan Sinantropus pekinensis yang diperkirakan hidup sejaman dengan Pithecantropus erectus. 2. Penduduk yang menempati Kepulauan Indonesia diperkirakan berasal dari daratan Asia. Dari Yunan menyebar ke arah selatan hingga sampai ke daerah Kepulauan Indonesia.

Ada pendapat masyarakat awal yang menempati wilayah Indonesia termasuk rumpun bangsa Melayu. Bangsa Melayu langsung menjadi nenek moyang bangsa Indonesia dibedakan 2 : 1. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) Bangsa Melayu Tua adalah orang-orang Austronesia dari Asia yang pertama kali datang di Nusantara,Masuk melalui 2 jalan : Jalan barat melalui Semenanjung Malaya Sumatra ke seluruh Indonesia Jalan timur (Filipina Sulawesi menyebar ke seluruh Indonesia)

Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan setingkat lebih tinggi dari Homo sapiens. Kebudayannya batu muda (neolitikum). Kebudayaan kapak persegi dibawa bangsa Proto Melayu melalui jalan barat. Kebudayaan kapak lonjong melalui jalan timur. Bangsa Proto Melayu keturunannya : suku Dayak, Toraja, batak, Papua (Irian Barat). 2. Bangsa Deutro Melayu Bangsa Melayu Muda (Deutro Melayu) adalah nenek moyang bangsa Indonesia yang dating ke Nusantara pada gelombang kedua, yaitu antara tahun 400 300 SM.

BangsaMelayu Muda ini berhasil mendesak dan berasimilasi dengan pendahulunya, yaitu bangsa Proto Melayu.Memasuki wilayah Indonesia secara bergelombang melalui jalan barat : Semenanjung Malaya wilayah Indonesia. Sumatra dan tersebar ke seluruh

Keturunan bangsa Deutro Melayu : bangsa Jawa, Melayu, Bugis, Minang. Kebudayaan bangsa Deutro Melayu lebih tinggi dari kebudayaan Proto Melayu. Benda kebudayaannya dari logam (perunggu). Kebudayaan mereka sering disebut Kebudayaan Dongson (daerah Teluk Tontin). Hasil kebudayaannya : kapak corong, nekara, bejana perunggu. Dibuat dengan tehnik ruangan (cetakan) bivalve dan a cire perdue. Bangsa Melayu memiliki ciri-ciri Mongoloid disamping ciri Austromelanesoid. Mereka mendiami wilayah Indonesia bagian barat dan bagian tengah. Indonesia bagian timur dan tenggara banyak didiami manusia dengan ciri Austromelanesoid lebih dominan. Ciri-ciri Mongoloid (mendominasi Melayu Tua dan Muda) : 1. Kulit kuning, kecoklatan 2. Rambut lurus 3. kepala bulat 4. Mata agak sipit 5. Hidung sedang 6. Muka lebar dan datar 7. Gigi seri menembilang 8. Punggung bayi bercak warna biru / kelabu. Ciri-ciri Austromelanesoid banyak mendominasi penduduk Indonesia bagian timur dan tenggara : 1. Warna kulit hitam 2. Rahang agak menonjol ke depan 3. Warna rambut hitam 4. Bentuk rambut keriting 5. Kepala lonjong / sedang

2.5 Penyebaran Manusia Purba dan Hasil Budayanya di Indonesia Sejarawan Belanda Von Heine Geldern berpendapat sejak tahun 2000 SM, bersamaan zaman Neolitikum sampai dengan tahun 500 SM bersamaan zaman perunggu terjadi gelombang perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau di sebelah s elatan daratan Asia.

Pulau-pulau di sebelah selatan Asia disebut AUSTRONESIA (Austro = selatan, nesus = pulau). Bangsa Austronesia menempati pulau-pulau yang membentang dari Madagaskar (sebelah barat) sampai Pulau Paskah (sebelah timur) dan Taiwan (sebelah utara) sampai Selandia Baru (sebelah selatan). Pendapat Von Heine Geldern diperkuat penemuan peralatan manusia purba berupa beliung persegi di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Beliung ini di Asia ditemukan di Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan Kampuchea terutama wilayah Yunan. Perpindahan penduduk gelombang kedua terjadi tahun 400 300 SM

bersamaan dengan zaman perunggu. Perpindahan ini membawa kebudayaan perunggu seperti kapak sepatu dan nekara berasal dari daerah DONGSON. Maka kebudayaan perunggu di Indonesia disebut KEBUDAYAAN DONGSON. Pendukung budaya Dongson adalah Austronesia yang tinggal di pulau-pulau antara Benua Asia dan Benua Australia. Orang Austronesia dari Yunan pindah ke Indonesia s 2000 SM, maka nenek moyang bangsa Indonesia dari YUNAN. Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan daerah Yunan di sekitar hulu Sungai Salwen dan Sungai Mekong karena bencana alam/ serangan bangsa lain. Mereka datang dengan perahu bercadik. Pendapat Von Hein Geldern sama dengan Dr. H. Kern 1899 melalui penelitian berbagai bahasa daerah (113 bahasa daerah di Indonesia). Kesimpulan : bahasa daerah tersebut berasal dari satu rumpun bahasa : BAHASA AUSTRONESIA.

ARAH PERSEBARAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESI DARI YUNAN

INDONESIA MALAYSIA VIETNAM YUNAN Bacson Hoabinh Dongson TAIWAN FILIPINA P. Sumatra P. Jawa P. Kalimantan P. Sulawesi P. Papua P. lainnya

MADAGASKAR

MELANESIA MIKRONESIA POLINESIA

2.6 Suku Bangsa Sebelum Kedatangan Bangsa Melayu


Orang-orang yang memasuki wilayah Nusantara dan menetap disebut bangsa Melayu Indonesia. BANGSA PRIMITIF Sebelum kelompok bangsa Melayu memasuki Nusantara, telah ada kelompok-kelompok manusia yang lebih dulu tinggal di wilayah tersebut. Mereka termasuk bangsa primitif dengan budayanya yang masih sangat sederhana. Bangsa itu antara lain : Manusia Pleistosin (Purba) Manusia purba selalu berpindah tempat dengan kemauan yang sangat terbatas. Teknologi yang masih sangat sederhana (teknologi Paleolitik). Suku Wedoid Sisanya masih ada : suku Sakai di Siak, suku Kube di perbatasan Jambi dan Palembang. Hidup meramu. Meraka hidup dari meramu (mengumpulkan hasil hutan) dan berkebudayaan sederhana. Mereka juga sulit sekali menyesuaikan diri dengan masyarakat modern. Suku Negroid Di Indonesia sudah tidak terdapat sisa-sisa kehidupan suku Negroid. Akan tetapi, di pedalaman Malaysia dan Filipina, keturunan ini masih ada.suku yang termasuk ras Negroid, misalnya suku Semang di Semenanjung Malaysia dan suku Negrito di Filipina. Mereka akhirnya terdesak oleh orang-orang Melayu modern sehingga hanya menempati daerah pedalaman yang terisolasi.

2.7 Penyebaran manusia dan bahasa autronesia


Bahasa Austronesia adalah rumpun bahasa yang boleh terbilang cukup tua, sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Induk dari semua bahasa Austronesia ini diperkirakan berasal dari Taiwan / Formosa. Robert Blust, seorang pakar ilmu linguistik telah mencoba merekonstruksi silsilah dan pengelompokan bahasa-bahasa dari rumpun Austronesia misalnya kosakata protobahasa Austronesia yang berkaitan dengan flora dan fauna serta gejala alam lain. Seorang pakar linguistik lainnya yang bernama Spir juga telah menyusun kronologi penyebaran bahasa Austronesia dari tahun ke tahun Migrasi leluhur dari Taiwan ke Filipina mulai terjadi pada 4.500-3.000 SM. Leluhur ini adalah salah satu dari kelompok yang memisahkan diri. Mereka bermigrasi ke selatan menuju Kepulauan Filipina bagian utara yang kemudian memunculkan cabang bahasa baru yakni Proto-MalayoPolinesia (PMP). Tahap berikutnya terjadi pada 3.500-2.000 SM di mana masyarakat penutur bahasa PMP yang awalnya tinggal di Filipina Utara mulai bermigrasi ke selatan melalui Filipina Selatan menuju Kalimantan dan Sulawesi serta ke arah tenggara menuju Maluku Utara. Proses migrasi ini membuat bahasa PMP bercabang menjadi bahasa Proto Malayo Polinesia Barat (PWMP) di kepulauan Indonesia bagian barat dan Proto Malayo Polinesia Tengah-Timur (PCEMP) yang berpusat di Maluku Utara. Namun pada 3.000-2.000 SM leluhur yang ada di Maluku Utara bermigrasi ke selatan dan timur.

Hanya dalam waktu singkat migrasi dari Maluku Utara mencapai Nusa Tenggara sekitar 2.000 SM yang kemudian memunculkan bahasa Proto Malayo Polinesia Tengah (PCMP). Demikian pula migrasi ke timur yang mencapai pantai utara Papua Barat dan melahirkan bahasa-bahasa Proto Malayo-Polinesia Timur (PEMP). Migrasi dari Papua Utara ke barat terjadi pada 2.500 SM dan ke timur pada 2.000-1.500 SM, di mana penutur PEMP di wilayah pantai barat Papua Barat melakukan migrasi arus balik menuju Halmahera Selatan, Kepulauan Raja Ampat, dan pantai barat Papua Barat yang kemudian muncul bahasa yang dikelompokkan sebagai Halmahera Selatan-Papua Nugini Barat (SHWNG). Setelah itu kelompok lain dari penutur PEMP bermigrasi ke Oceania dan mencapai kepulauan Bismarck di Melanesia sekitar 1.500 SM dan memunculkan bahasa Proto Oceania. Sedangkan di Kepulauan Indonesia di bagian barat, setelah sempat menghuni Kalimantan dan Sulawesi, pada 3.000-2.000 SM, para penutur PWMP bergerak ke selatan, bermigrasi ke Jawa dan Sumatra. Penutur PWMP yang asalnya dari Kalimantan dan Sulawesi itu lalu bermigrasi lagi ke utara antara lain ke Vietnam pada 500 SM dan Semenanjung Malaka. Menjelang awal tahun Masehi, penutur bahasa WMP juga menyebar lagi ke Kalimantan, bahkan sampai ke Madagaskar. Bentuk rumpun bahasa Austronesia ini lebih menyerupai garu daripada bentuk pohon. Karena semua proto-bahasa dalam kelompok ini, dari Proto Malayo Polynesia hingga Proto Oceania menunjukkan kesamaan kognat yang tinggi, yaitu lebih dari 84 persen dari 200 pasangan kata.

Peta Penyebaran Bahasa Austronesia

2.8 Penyebaran Pendukung Kebudayaan Kapak Persegi Penyelidikan kern berdasarkan atas perbandingan bahasa ternyata sesuai dengan penyelidikan von heine geldern berdasarkan peninggalan-peninggalan (artefak) dari zaman neolitikum. Kecocokan ini tidak hanya mengenai tempat asal mereka, melainkan

juga mencakup kesamaan kehidupan sosial budaya, seperti: kepandaian bersawah (menanam padi), beternak, bermasyarakat, bertempat tinggal tetap, dan berperahu atau cadik. Daerah persebaran kapak persegi dan kapak lonjong dari zaman neolitikum di nusantara sesuai dengan daerah persebaran bahasa-bahasa di indonesia bagian barat dan bahasa-bahasa di indonesia bagian timur. Kedua jenis kebudayaan berasal dari asia daratan. Akan tetapi, jalan persebarannya berbeda. Begitu pula manusia pendukung dan pembawanya. 2.9 Penebaran dengan perahu bercadik
Hornell yang mengadakan penyelidikan terhadap jenis-jenis paerahu di nusantara dan negaranegara di sekitarnya menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu khas bangsa indonesia. Keberadaannya di luar indonesia karena pengaruh atau pembawaan dari bangsa indonesia. Di india selatan ada beberapa suku yang menurut corak kebudayaan dan fisiknya banyak menyerupai orang indonesia. Di antaranya suku bangsa perawar dan sahanar. Orang-orang parawar sejak dulu terkenal sebagai penyelam mitiara di teluk manar. Mereka juga menggunakan perahu bercadik, sedangkan suku sahanar kehidupannya terutama dari perkebunan kelapa. Menurut Hornell, perahu-perahu bercadik adalah milik khusus bangsa Indonesia. Perahu bercadik juga ada di India Selatan akibat pengaruh dari Indonesia sebab di sana terdapat suku Thanar yang bermatapencaharian budi daya kelapa dan berdagang dengan pedagang Indonesia. Penjelasan: Nenek moyang bangsa Indonesia datang dari Yunan sebelum Masehi. Mereka sudah pandai mengarungi laut dan harus menggunakan perahu untuk sampai di Indonesia. Kemampuan berlayar ini dikembangkan di tanah baru, yaitu di Nusantara, mengingat kondisi geografi di Nusantara terdiri banyak pulau. Kondisi ini mengharuskan menggunakan perahu untuk mencapai kepulauan lainnya. Salah satu ciri perahu yang dipergunakan nenek moyang kita adalah perahu cadik, yaitu perahu yang menggunakan alat dari bambu atau kayu yang dipasang di kanan kiri perahu. Pembuatan perahu biasanya dilakukan secara gotong royong oleh kaum laki-laki. Setelah masa perundagian, aktivitas pelayaran juga semakin meningkat. Perahu bercadik yang merupakan alat angkut tertuatetap dikembangkan sebagai alat transportasi serta perdagangan. Bukti adanya kemampuan dan kemajuan berlayar tersebut terpahat pada relief candi Borobudur yang berasal dari abad ke-8. Relief tersebut melukiskan tiga jenis perahu, yaitu 1) perahu besar yang bercadik, 2) perahu besar yang tidak bercadik, dan 3) perahu lesung Bentuk perahu lesung adalah sampan yang dibuat dari satu batang kayu yang dikeruk di dalamnya menyerupai lesung, tetapi bentuknya memanjang. Untuk memperbesar ruangannya, pada dinding perahu ditempel papan serta diberi cadik pada sisi kanan dan kirinya untuk menjaga keseimbangan. Kapal yang besar pada relief candi Borobudur mempunyai dua tiang layar yang dimiringkan ke depan, sedangkan layar yang dipakai pada zaman itu berbentuk segi empat dengan buritan layar berbentuk segitiga.

Perahu Bercadik pada Relief Candi Borobudur

Perahu Bercadik

Perahu Lesung

Perahu Besar Tidak Bercadik

BAB III Pojok Tanya Jawab


Kelompok 1 : ( baryanti wahyuni ) Apa yang dimaksud dengan bangsa Austronesia ? Jawab : Bangsa Austronesia adalah sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya didunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampaiPulau Paskah (Rapanui) di ujung timur. rumpun bahasa yang banyak dipakai pada saat persebaran manusia purba di indonesia . dan merupakan bahasa yang Rumpun bahasa terbesar ke-5 berdasarkan banyaknya jumlah penutur asli dan menempati peringkat ke-2 dalam hal banyaknya bahasa dari sebuah rumpun bahasa ( Teuku M. Arif Aulia ) Kelompok 2 : ( eka desti kusumawati ) Apa pengaruh Bahasa Austronesia terhadap persebaran manusia purba di Indonesia ?

Jawab :
Bahasa austronesia tidak berpengaruh terhadap persebaran manusia purba di indonesia, tetapi bahasa austronesia adalah bahasa yang terlahirkan dari penyebaran manusia ke asia timur dan tenggara, lalu membentuk bahasa yang serumpun, yaitu bahasa austronesia. (Pirdaus)

Kelompok 3 : ( kamisah ) Jelaskan mengapa kebudayaan paleolitikum dengan kebudayaan mesolitikum akan terjadi benturan ? Jawab:
Benturan ini terjadi jika bangsa melanosoid sudah tidak mendapatkan lagi makanan maka mereka akan berrpindah dan mereka akan memilih daerah yang banyak menghasilkan makanan sehingga wilayah aliran sungai pula yang akan menjadi targetnya, padahal telah menjadi tempat penduduk asli mengumpulkan makanan akibatnya benturan yang tidak terelakkan antara kebudayaan paleolitikum dengan kebudayaan mesolitikum. (Pirdaus)

Kelompok 4 : ( khalilur rahman ) Melalui apa bahasa Austronesia disebarkan ? Jawab : Melalui persebaran bahasa itu sendri mulai dari negara pertama memakai rumpun bahasa Austronesia. Sebenarnya bahasa Austronesia adalah bahasa yang paling luas penyebarannya

sebelum kolonialisasi oleh orang eropa . dan berkembang sampai bahasa yang kita gunakan saat ini . ( Teuku M. Arif Aulia )

Kelompok 5 : ( lindawati sitorus ) Bangsa Austronesia berbagai macam negaranya, apa saja negaranya ? Jawab : Dari ujung utara taiwan ( Formosa ) dan Micronesia, hingga ke ujung selatan di new Zealand. Dari ujung sebelah barat di madagaskar yang terletak di sebelah timur afrika, sampai ke pulau paling timur easter island ( rapa Nui ) yang masuk dalam Negara bagian di chili, Amerika Selatan, dan secara luas wilayah. Sebenarnya bahasa Austronesia adalah bahasa yang paling luas penyebarannya sebelum kolonialisasi oleh orang eropa . ( Siti maisyarah )

Kelompok 6 : ( nur asnah ) Berdasarkan apakah hornel menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu khas bangsa Indonesia ! Jawab : Kalau nenek moyangbangsa Indonesia dalam penyebarannya merantau sampai mencapai pulau-pulau yang sangat jauh dan yang terpisahkan oleh lautan yang luas, pengbetahuan mereka tentang laut, angin, musim dsb harus sudah sangat luas. Ada pun ilmu falaq ( ilmu perbintangan ) yang menjadi pegangan bagi pelaut sudah menjadi milik mereka . hornel, seorang sarjana yang melakukan penyelidikan terhadap jenis perahu dinusantara dan Negaranegara sekitarnya. Bahkan sampai pada kesimpulannya bahwa perahu-perahu bercadik adalah perahu yang menjdi milik khusus bangsa Indonesia . adanya di luar Indonesia adlah karena pengaruh atau pembawaan dari bangsa kita . di india selatan misalnya ada beberapa suku bangsa yang menurut corak dan tubuhnya yang menyerupai orang Indonesia. Adalah suku perawar dan shanar . orang perawar sejak dulu lkala adalah penyelam mutiara terkenal di teluk Manar , dan mereka mempergunakan perahu cadik . ( Siti maisyarah )

Kelompok 7 : ( nur atika ) Bagaimana penyebaran manusia dan bahasa Austronesia ?Jelaskan penyebarannya ! Jawab : Menilik luasnya daerah bahasa-bahasa Austronesia, ialah dari Madagaskar di barat sampai pulau paska di timur, dan dari Formosa di utara sampai Selandia Baru di selatan, maka dalam perpindahan-perpindahannya itu Indonesia menjadi pangkal kedua untuk penyebaran bangsa Austronesia tersebut lebih lanjut . dari bagian barat Indonesia ke pantai-pantai ujung selatan indiaa dank e Madagaskar, dan dari bagian timur Indonesia ke Melanesia, Micronesia dan seterusnya . oleh karena itu, bangsa Austronesia inilah yang menjadi nenek moyang lanhsung dari bangsa Indonesia, dapatlah sekarang dikatakan, bahwa kebudayaan-kebudayaan yang

dibawa oleh mereka ke negeri kita itu adalah yang dapat kita namakan kebudayaan Indonesia. ( Siti maisyarah )

Kelompok 8 : ( Salnovika ) Apa saja jenis-jenis perahu di nusantara yang diselidiki hornel ? Jawab : Adapun diantaranya adalah

Prahus Of A.D 1600 ( junque ) Perahu bercadik

Perahu Lesung

Perahu bercadik kembar ( Borobudur ) ( Teuku M. Arif Aulia )

Perahu Jukung

You might also like