You are on page 1of 12

LAMPIRAN I PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR ....

TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEDOMAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)


1. PENETAPAN KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Dalam menerapkan SMK3, perusahaan harus memiliki kebijakan K3, yang dibuat melalui tinjauan awal kondisi K3 dan proses konsultasi antara pengurus dan wakil pekerja/buruh. Kebijakan K3 harus disahkan oleh puncak pimpinan perusahaan dan harus : a. Tertulis, tertanggal dan ditanda tangani; b. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3; c. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja/buruh, tamu, kontraktor, pemasok dan pelanggan; d. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik; e. Bersifat dinamik; f. Ditinjau ulang secara berkala untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam perusahaan dan peraturan perundang-undangan. Untuk memenuhi hal-hal tersebut di atas maka pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja harus menunjukan kepemimpinan dan komitmen terhadap K3 dengan menyediakan sumberdaya yang memadai dan diwujudkan dalam: a. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan; b. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3; c. Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3; d. Perencanaan K3 yang terkoordinasi; e. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

Wujud kepemimpinan dan komitmen tesebut pada butir a sampai dengan e diadakan peninjauan ulang secara teratur. Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 berhasil diterapkan dan dikembangkan. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.

2. PERENCANAAN Perusahaan harus memiliki prosedur perencanaan yang efektif guna pembuatan dan penetapan rencana K3 oleh pengusaha. Rencana K3 harus jelas dan mempunyai tujuan, sasaran,skala prioritas, upaya pengendalian bahaya, penetapan sumber daya, jangka waktu pelaksanaan, indikator pencapaian dan sistem pertanggungjawaban dengan mempertimbangkan hasil penelaahan awal, identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai persyaratan perundang-undang yang berlaku serta sumber daya yang dimiliki. 2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan produk barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus ditetapkan dan dipelihara prosedurnya. 2.2. Peraturan Perundangan dan Persyaratan lainnya Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi, identifikasi dan pemahaman peraturan perundangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan K3 sesuai dengan kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pengusaha dan atau pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap pekerja/buruh. 2.3. Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran K3 dalam rencana yang ditetapkan oleh pengusaha harus berdasarkan pada kebijakan K3, sekurang-kurangnya memenuhi kualifikasi : a. Dapat diukur; b. Satuan/indikator pengukuran; c. Sasaran pencapaian; d. Jangka waktu pencapaian Penetapan tujuan dan sasaran K3 harus dikonsultasikan dengan wakil pekerja/buruh, ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan
2

sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan perkembangan. 2.4. Indikator Kinerja Dalam menilai pencapaian tujuan dan sasaran K3, perusahaan harus menggunakan indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3. 2.5. Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang Berlangsung Keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3, diperlukan perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung secara efektif guna menghasilkan rencana aksi yang jelas dan dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Untuk itu pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja harus : a. Menetapkan sistem pertanggungjawaban dalam pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang bersangkutan; b. Menetapkan sarana dan jangka waktu untuk pencapaian tujuan dan sasaran.

3. PELAKSANAAN RENCANA

Dalam mencapai tujuan dan sasaran K3 sebagaimana tertuang dalam rencana, pengusaha dan atau pengurus harus terus mengorganisir pelaksanaannya dan menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi sesuai dengan sistem manajemen yang diterapkan dan harus didukung dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai. 3.1. Jaminan Kemampuan 3.1.1. Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana Perusahaan harus menyediakan personel yang memiliki kualifikasi, sarana dan dana yang memadai. Penyediakan sumber daya tersebut, perusahaan harus membuat prosedur yang dapat memantau manfaat yang akan didapat maupun biaya yang harus dikeluarkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh pengusaha dan atau pengurus agar penerapan SMK3 dapat efektif adalah sebagai berikut: a. Menyediakan sumber daya yang memadai sesuai dengan ukuran dan kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja dan kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang
3

berwenang, surat ijin kerja/operasi atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang b. Melakukan identifikasi kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan; c. Membuat ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif; d. Membuat peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; e. Membuat peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan tenaga kerja secara aktif. 3.1.2. Integrasi Perusahaan dapat mengintegrasikan SMK3 ke dalam sistem manajemen perusahaan yang ada. Dalam hal pengintegrasian tersebut terdapat kemungkinan pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan, maka : a. Tujuan dan prioritas SMK3 harus diutamakan; b. Penyatuan SMK3 dengan sistem manajemen perusahaan dilakukan secara selaras dan seimbang. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan didorong untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3, serta memiliki budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3. Oleh karena itu perusahaan harus; a. Menentukan, menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab dan tanggung gugat di bidang K3 dan wewenang untuk bertindak dan menjelaskan hubungan pelaporan untuk semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor, subkontraktor, dan pengunjung; b. Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap sistem dan program K3; c. Dapat memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang menyimpang atau kejadian-kejadian lainnya.

3.1.3.

Tanggung jawab pengurus terhadap K3 adalah:

a. Pimpinan

yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan; b. Pengurus harus mengenali kemampuan pekerja/buruh sebagai sumber daya yang berharga yang dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan SMK3. 3.1.4. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran Pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja harus menunjukan komitmennya terhadap K3 melalui konsultasi dan melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan, pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut memiliki dan merasakan hasilnya. Pekerja/buruh harus memahami serta mendukung penerapan SMK3, dan perlu disadarkan terhadap bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi dan psikologis yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja serta harus memahami sumber bahaya tersebut sehingga dapat mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.

3.1.5. Pelatihan dan Kompetensi Kerja

Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan yang dimiliki dan diikuti oleh pekerja/buruh di perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan SMK3. Prosedur untuk melakukan identifikasi standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui program pelatihan harus tersedia dan didokumentasikan. Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai kebutuhan dengan : a. Menggunakan standar kompetensi kerja yang ada; b. Memeriksa uraian tugas dan jabatan; c. Menganalisis tugas kerja; d. Menganalisis hasil inspeksi dan audit; e. Meninjau ulang laporan insiden. Hasil identifikasi kompetensi kerja tersebut digunakan sebagai dasar penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja.
5

3.2. Kegiatan Pendukung 3.2.1. Komunikasi Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi pekerja/buruh dan semua pihak yang terkait dapat digunakan untuk memotivasi dan mendorong penerimaan serta pemahaman umum dalam upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja K3. Perusahan harus mempunyai prosedur untuk menjamin bahwa informasi K3 terbaru di komunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. Ketentuan dalam prosedur tersebut dapat menjamin pemenuhan kebutuhan untuk : a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan ulang manajemen pada semua pihak dalam perusahan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan; b. Melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 yang terkait dari luar perusahaan; c. Menjamin bahwa informasi yang terkait dikomunikasikan kepada orangorang di luar perusahaan yang membutuhkannya. 3.2.2. Pelaporan Prosedur pelaporan informasi yang terkait dan tepat waktu harus ditetapkan untuk menjamin bahwa SMK3 dipantau dan kinerjanya ditingkatkan.

a. b.
c. d.

Prosedur pelaporan internal harus ditetapkan untuk menangani : Pelaporan terjadinya insiden; Pelaporan ketidaksesuaian; Pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; Pelaporan identifikasi sumber bahaya. Prosedur pelaporan eksternal perlu ditetapkan untuk menangani : Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundangan; Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait. Pendokumentasian Pendokumentasian merupakan unsur utama setiap sistem manajemen dan harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan perusahaan harus ditentukan dan didokumentasikan serta diperbarui apabila diperlukan. Perusahaan harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif. Pendokumentasian dalam penerapan SMK3 dapat mendukung kesadaran pekerja/buruh dalam

a. b.

3.2.3.

rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3. Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan perusahaan. Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan dalam keseluruhan dokumentasi yang ada. Perusahaan harus mengatur dan memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk : a. Menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3; b. Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3; c. Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur; d. Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan; e. Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah diterapkan. 3.2.4. a. b.
c. d.

e.
f.

Pengendalian Dokumen Perusahaan harus menjamin bahwa : Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan; Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan, jika diperlukan, dapat direvisi; Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personal yang berwenang; Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu; Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan; Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami. Pencatatan dan Manajemen Informasi Pencatatan merupakan sarana bagi perusahaan untuk menunjukan kesesuaian penerapan SMK3 dan harus mencakup : a. Persyaratan eksternal/peraturan perundangan-undangan dan internal/indikator kinerja K3; b. Izin kerja; c. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, serta peralatan lainnya, bahan-bahan dan sebagainya, lingkungan kerja, sifat pekerjaan , cara kerja dan proses produksi; d. Kegiatan pelatihan K3; e. Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan; f. Pemantauan data; g. Hasil pengkajian, kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut; h. Identifikasi produk termasuk komposisinya;
7

3.2.5.

i. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor; j. Audit dan peninjauan ulang SMK3. 3.3. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko Bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menetukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, selanjutnya dilakukan pengendalian. 3.3.1. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan : a. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya. b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. 3.3.2. Penilaian Risiko Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. 3.3.3. Tindakan Pengendalian Perusahaan harus melaksanakan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hal ini dapat dicapai dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan, standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui metode : a. Pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi; b. Pendidikan dan pelatihan; c. Insentif, penghargaan dan motivasi diri; d. Evaluasi melalui internal audit, pemeriksaan/investigasi insiden dan etiologi; e. Penegakan hukum. 3.3.4. Perancangan (Design) dan Rekayasa Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam proses rekayasa harus dimulai sejak tahap perancangan dan perencanaan. Setiap tahap dari siklus perancangan meliputi pengembangan, verifikasi, tinjauan ulang, validasi dan penyesuaian harus dikaitkan dengan identifikasi bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Personel yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi persyaratan SMK3. 3.3.5. Prosedur dan Instruksi Kerja
8

Prosedur dan instruksi kerja terdokumentasi pada saat dibuat harus mempertimbangkan aspek K3 pada setiap tahapan. Rancangan dan tinjauan ulang prosedur hanya dapat dibuat oleh personel yang memiliki kompetensi kerja dengan melibatkan para pelaksana. Personel harus dilatih agar memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur. Prosedur harus ditinjau ulang secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang digunakan. 3.3.6. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan Pengadaan barang dan jasa melalui kontrak harus ditinjau ulang untuk menjamin kemampuan perusahaan dalam memenuhi persyaratan K3 yang ditentukan. 3.3.7. Pembelian/pengadaan Sistem pembelian barang dan jasa termasuk didalamnya prosedur pemeliharaan barang dan jasa harus terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sistem pembelian harus menjamin agar produk barang dan jasa serta mitra kerja perusahaan memenuhi persyaratan K3. Pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 3.3.8. Produk Akhir Produk akhir yang berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan serta pemusnahan 3.3.9. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat kejadian yang sebenarnya. Pengujian prosedur secara berkala tersebut dilakukan oleh personil yang memiliki kompetensi kerja, dan untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan dengan instansi terkait yang berwenang. 3.3.10.Rencana dan Pemulihan keadaan Darurat Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi : a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik; b. Proses perawatan lanjutan.

Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.

4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI KINERJA

Perusahaan harus memiliki prosedur dan melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3. Pemantauan dan evaluasi kinerja meliputi pemeriksaan, pengujian, pengukuran dan audit internal SMK3. Hasilnya harus dianalisis guna mengetahui penerapan SMK3 dan pencapaian tujuan dan sasaran SMK3 serta untuk melakukan tindakan perbaikan. 4.1. Pemeriksaan, Pengujian dan Pengukuran Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang berkaitan dengan tujuan dan sasaran K3, Frekuensi pemeriksaan, pengujian dan pengukuran harus sesuai dengan obyeknya yang mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku. Prosedur pemeriksaan, pengujian dan pengukuran secara umum meliputi : a. Personel yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan keahlian yang cukup.; b. Catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen, pekerja/buruh dan kontraktor kerja yang terkait; c. Peralatan dan metode pengujian yang memadai harus digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3; d. Tindakan perbaikan harus dilakukan segera pada saat ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan K3 dari hasil pemeriksaan, pengujian dan pengukuran; e. Pemeriksaan/investigasi yang memadai harus dilaksanakan menemukan penyebab permasalahan dari suatu insiden; f. Hasil temuan harus dianalisis dan ditinjau ulang. untuk

4.2.

Audit Internal SMK3 Audit internal SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan penerapan SMK3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan independen oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan menggunakan metodologi yang telah ditetapkan.
10

Untuk menilai efektifitas penerapan SMK3, pelaksanaan audit internal dapat menggunakan pedoman penilaian penerapan SMK3 sebagaimana tercantum pada lampiran II peraturan ini, dan pelaporannya dapat menggunakan format laporan yang tercantum pada lampiran III peraturan ini. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang di dapatkan di tempat kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang manajemen. 4.3. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, dan evaluasi kinerja harus didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan efektif.

5. PENINJAUAN DAN PENINGKATAN KINERJA Pengusaha dan atau pengurus perusahaan/tempat kerja harus melakukan tinjauan ulang terhadap penerapan SMK3 secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan guna pencapaian tujuan SMK3. Selain hal tersebut diatas tinjauan ulang SMK3 harus dapat mengatasi implikasi K3 terhadap seluruh kegiatan, produk barang dan jasa termasuk dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Tinjauan ulang penerapan SMK3 sekurang-kurangnya meliputi : a. Evaluasi terhadap kebijakan K3; b. Tujuan, sasaran dan kinerja K3; c. Hasil temuan audit SMK3; d. Evaluasi efektifitas penerapan SMK3, kebutuhan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja dilakukan berdasarkan : 1) perubahan peraturan perundangan; 2) tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar; 3) perubahan produk dan kegiatan perusahaan; 4) perubahan struktur organisasi perusahaan; 5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemologi; 6) pengkajian kecelakaan dan penyakit akibat kerja; 7) pelaporan; 8) masukan dari pekerja/buruh. Hasil dari tinjauan ulang tersebut diatas dapat digunakan untuk pengembangan penerapan SMK3 dan peningkatan kinerja K3 di perusahaan.

11

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DR.H.SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN...NOMOR...

12

You might also like