You are on page 1of 12

MINYAK GORENG

Minyak goreng
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Minyak goreng

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan.[1]Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacangkacangan, jagung, kedelai, dan kanola.[1].
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Kerusakan

1.1 Faktor yang memengaruhi ketahanan

2 Sumber 3 Kebijakan Pemerintah

3.1 Beberapa Subsistem Agribisnis di Indonesia

4 Referensi

5 Lihat pula

[sunting]Kerusakan
Minyak goreng biasanya bisa digunakan hingga 3 - 4 kali penggorengan.[2] Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna.[1] Saat penggorengan dilakukan, ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak jenuh akan putus membentuk asam lemak jenuh.[2]. Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya.[1] Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung dalam minyak akan semakin jenuh.
[2]

Dengan demikian minyak tersebut dapat dikatakan telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah.[3].

Penggunaan minyak berkali-kali akan membuat ikatan rangkap minyak teroksidasi membentuk gugus peroksida dan monomer siklik, minyak yang seperti ini dikatakan telah rusak dan berbahaya bagi kesehatan.[4]. Suhu yang semakin tinggi dan semakin lama pemanasan, kadar asam lemak jenuh akan semakin naik.[2] Minyak nabatidengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan makanan yang digoreng menjadi berbahaya bagi kesehatan.[1] Selain karena penggorengan berkali-kali, minyak dapat menjadi rusak karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu sehingga ikatan trigliserida pecah menjadi gliserol dan asam lemak bebas.[3]

[sunting]Faktor

yang memengaruhi ketahanan

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kerusakan minyak adalah:

oksigen dan ikatan rangkap-->Semakin banyak ikatan rangkap dan oksigen yang terkandung maka minyak akan semakin cepat teroksidasi.[4]

suhu --> Suhu yang semakin tinggi juga akan mempercepat proses oksidasi.[3] Cahaya dan ion logam --> berperan sebagai katalis yang mempercepat proses oksidasi.[5] antioksidan --> membuat minyak lebih tahan terhadap oksidasi.[5]

[sunting]Sumber
Minyak goreng umumnya berasal dari minyak kelapa sawit.[6]. Minyak kelapa dapat digunakan untuk menggoreng karena struktur minyaknya yang memiliki ikatan rangkap sehingga minyaknya termasuk lemak tak jenuh yang sifatnya stabil.[1] Selain itu pada minyak kelapa terdapatasam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh.[1] Asam lemak tersebut adalah asam palmitat, stearat, oleat, dan linoleat.[1] Beberapa minyak yang dipakai untuk menggoreng selain minyak kelapa sawit adalah minyak palm kernel, palm olein, palm stearin, dan Tallow.[6] Selain itu terdapat juga minyak lain seperti minyak biji anggur, bunga matahari, kedelai, dan zaitun.[6] Minyak-minyak ini kurang cocok apabila digunakan untuk

menggoreng namun minyak-minyak ini memiliki kandungan asam lemak yang tinggi dan biasa digunakan sebagai bahan tambahan pada salad dan makanan lainnya.[6]

Secara mudah untuk membandingkan kualitas minyak goreng adalah dengan membandingkan kualitas minyak kemasan dengan minyak curah. Kalau minyak kemasan dalam udara yang dingin tidak akan mudah membeku kan, sedangkan minyak curah pasti membeku jika terkena udara dingin sedikit saja. Minyak goreng dengan kadar lemak jenuh yang tinggi akan membeku jika terkena udara dingin, jadi jika kita membandingkan dua macam minyak kemasan tinggal dimasukkan ke dalam freezer dalam tempo tertentu kemudian bandingkan hasilnya, bandingkan dari keduanya mana yang paling banyak membeku. Maka yang paling banyak bagian yang beku berarti kualitasnya kurang bagus. Penjelasannya adalah seperti berikut, secara alami minyak sawit mengandung dua macam kadar asam, yaitu asam stearat yang banyak mengandung gugus asam jenuh yang mudah beku dan asam palmitat yang mengandung banyak kadar asam tak jenuh yang sukar membeku. Nah kedua bagian ini kemudian dipisahkan sehingga minyak gorengnya akan sedikit mengandung asam stearat. Minyak goreng yang sedikit mengandung asam stearat ini tentunya akan lebih sulit membeku di temperatur yang dingin. Sisa dari hasil pemisahan ini adalah minyak curah yang sudah jelas mengandung banyak fat atau asam stearat ini. Pada industry mentega justru memanfaatkan asam stearat ini untuk membuat mentega karena sifatnya yang mudah beku, jadi sebenarnya mentega itu kurang baik buat kesehatan apalagi yang bermasalah dengan kolesterol. Seperti halnya sifat minyak ini, bagi penderita kolesterol tinggi dan uric acid atau asam urat yang termasuk golongan penyakit rheumatic, mereka akan menderita jika temperatur udara terlalu dingin karena kolesterol dan asam urat akan membeku dalam jaringan tubuh dan membuat peredaran darah tidak lancar, yang efeknya menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa. Pengobatan penyakit inipun sampai sekarang bisa dikatakan masih kurang memuaskan karena tidak ada obat yang dapat melarutkan kandungan asam urat maupun kolesterol dalam darah dan menyaringnya secara langsung, sehingga kelebihan kandungan asam urat dan kolesterol ditimbun di otot otot tubuh yang kemudian menjadi nyeri jika kedinginan. Apaan sih asam jenuh dan tak jenuh? Gambaran sederhana pengertian jenuh dan tak jenuh apabila kita melarutkan gula dalam air, jika gula ditambahkan terus kedalam air yang ada di gelas lama lama gak mau larut lagi jika diaduk, nah keadaan ini disebut jenuh, air sudah jenuh mengandung gula sehingga gula gak mau larut lagi. Bagaimana dengan asam jenuh? berarti asam ini sudah gak bisa melarutkan sesuatu yang lain atau dengan kata lain tidak mau bereaksi lagi. Sebaliknya asam tak jenuh masih mau melarutkan senyawa lain atau masih mudah bereaksi dengan yang lain. Bagaimana efeknya di dalam tubuh kita? Jika asam jeuh banyak masuk ke dalam tubuh kita maka asam ini tidak bisa dilarutkan lagi ke dalam senyawa yang ada dalam tubuh kita sehingga tidak bisa dicerna dan bila terbawa dalam aliran darah maka tidak bisa disaring di ginjal, asam lemak ini akan mengendap dalam tubuh kita, maka timbul penyakit kolesterol. Sedangkan minyak dengan kadar asam tak jenuh masih bisa dicerna atau larut dalam senyawa tubuh dan diolah atau bisa dibuang dan jika terbawa dalam aliran darah akan bisa disaring di ginjal karena larut dalam air. Ada hal baik dan tidak baiknya dengan minyak goreng yang mengandung asam tak jenuh ini, yang baiknya sudah diutarakan panjang lebar seperti diatas, tetapi hal jeleknya juga ada. Asam lemak tak jenuh ini tentu lebih mudah bereaksi dengan senyawa lain dibandingkan dengan asam jenuh. Minyak goreng dengan kadar asam tak jenuh ini mudah bereaksi dengan oksigen diudara, maka akan mudah

sekali teroksidasi atau rusak. Maka itu minyak goreng denga kualitas tinggi tidak bagus buat menggoreng berulang kali, sedangkan minyak curah bisa lebih tahan untuk menggoreng berulang kali. Jadi tidak boleh tanggung tanggung kalau mau hidup sehat ya sehat sekalian, pakai minyak goreng dengan kualitas tinggi dan sekali pakai terus buang, jangan dipakai lagi apalagi buat menggoreng besoknya lagi, jelas sudah teroksidasi. Reaksi minyak goreng dengan oksigen ini akan semakin cepat jika dipanaskan, jadi minyak yang panas akan semakin mudah teroksidasi. Begitulah penjelasanku, barang kali ada yang protes atau punya pendapat lain silahkan koment saja dibawah...
Banyak orang yang menyukai makanan ini karena rasanya memang enak, renyah, dan harganya cukup terjangkau untuk dibeli semua kalangan. Banyak pedagang yang menjual makanan ini karena selain harganya murah juga laba yang didapat cukup menguntungkan. Begitu banyak penjual gorengan yang sering kita lihat di sepanjang jalan, baik itu di sekitar kampus, tempat perbelanjaan, dan tempat lainnya yang cukup ramai dikunjungi orang. Namun, tidak sedikit penjual yang menggoreng cemilan ini dengan memakai minyak jelantah atau minyak bekas. Pemakaian minyak goreng yang berulang kali dipakai ini dapat memberikan efek buruk bagi kesehatan penikmat cemilan ini. Walaupun begitu, tetap saja masyarakat membeli cemilan renyah ini tanpa mempertimbangkan efek buruk bagi kesehatan mereka jika terlalu sering dimakan. Dibalik kerenyahan gorengan, ternyata terdapat fakta yang mencengangkan. Beberapa penjual gorengan yang nakal menggoreng cemilan ini dalam minyak goreng panas yang mengandung lelehan plastik. Mungkin baru sedikit yang kita ketahui mengenai BAHAYA GORENGAN, tetapi sebenarnya ada fakta-fakta lain yang belum kita ketahui juga.

MASALAH!

Kriukkriukrenyahsebenarnya ada apa dibalik kerenyahan gorengan ini? Setelah diselidiki, ternyata terdapat segelintir pedagang gorengan nakal yang memasukkan plastik bersama minyak goreng. Masih belum jelas? Begini caranya (jangan ditiru): Plastik bening yang biasanya merupakan pembungkus minyak goreng ikut dimasukkan ke dalam wajan bersama minyak goreng. Lalu dipanaskan bersama-sama hingga plastik leleh dan bahan gorengan mentah digoreng. Setelah itu, gorengan siap disajikan. Hasilnya, gorengan menjadi renyah, tahan lama, dan gurih. Pedagang yang menggoreng dengan resep ini mengaku mendapat konsumen lebih banyak sejak menerapkan teknik ini. Gorengan bisa jadi lebih laku keras karena renyah dan gurih. Namun, jangan tanya soal efeknya bagi kesehatan. Menurut peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Ani Retno, gorengan berplastik yang dikonsumsi dalam waktu lama sangat berpotensi menyebabkan kanker. Selain itu, plastik pada gorengan dapat menyebabkan kelumpuhan karena rusaknya jaringan saraf. Pihak Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, YLKI, mendesak pemerintah untuk bersikap lebih proaktif mengawasi dan mengambil tindakan bagi penjual gorengan berplastik yang terbukti membahayakan kesehatan publik. Sesuai undang-undang perlindungan konsumen, para pedagang gorengan berplastik ini dapat diancam hukuman lima tahun penjara. 1[Dikutip dari Suara

Pembaruan edisi Selasa, 1 Juli 2008]

Mencari strategi untuk mendapatkan keuntungan lebih di masa sulit seperti sekarang memang sah-sah saja. Namun, menghalalkan segala cara termasuk memasukkan plastik dalam gorengan tentu bukan tindakan bijaksana, terlebih jika penyakit dan nyawa masyarakat luas yang menjadi taruhannya. Minyak gorengan dapat berperan sebagai pemicu banyak penyakit kronis Ternyata tidak sedikit pedagang yang memakai minyak goreng bekas (jelantah) atau minyak oplosan. 2[www.Indonesiaindonesia.com] Berdasarkan rasio penjualan, minyak goreng curah menguasai 90 persen pangsa pasar, sedangkan minyak goreng kemasan hanya 10 persen. Minyak goreng curah sebagian besar dikonsumsi oleh industri makanan seperti kacang goreng dan biskuit.3[http://www.indoforum.org/archive/index.php/t-4159.html] Minyak goreng oplosan membahayakan kesehatan. Oplosan miyak ini adalah minyak jelantah yang dicampur dengan oli bekas kendaraan bermotor. Minyak jelantah dan oli bekas dipanaskan di wadah yang berbeda hingga terbentuk lapisan cairan bening dan endapan yang terpisah satu sama lain, kemudian dilakukan penyaringan bagi masingmasing lapisan. Lalu dicampurkan ke dalamnya tepung terigu dan mentega tanpa takaran hingga dihasilkan warna yang mendekati minyak goring murni. Oli bekas yang sudah disaring kemudian ditambahkan ke dalam minyak goreng dengan tujuan meningkatkan volume minyak goreng. Terkadang juga dilakukan penambahan hidrogen peroksida. Modal yang diperlukan sekitar Rp 6000 per liter dan dijual kembali mendekati harga normalnya yaitu Rp 10.000 11.000 per liter. Minyak ini dapat dijual dalam kemasan plastik per kilo maupun per jerigen. Dapat diperkirakan keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan minyak goreng berbahaya tersebut. Di lain sisi dapat diperkirakan pula besarnya masalah kesehatan yang ditimbulkan akibat banyaknya masyarakat yang tertipu karena tidak bisa membedakan minyak goreng murni dan minyak goreng berbahaya. Ciri-ciri minyak goreng oplosan adalah berbau tengik, berwarna lebih gelap dari minyak goreng asli, terdapat endapan di dasar minyak (berasal dari tepung terigu), serta timbul buih dan berasap saat dipanaskan. Keanehan di atas tidak ditemukan pada minyak goreng asli yang sehat. Dampak menyantap gorengan dalam jangka panjang Dampak dari mengonsumsi gorengan (jika terlalu sering dilakukan) adalah : Minyak jelantah memiliki ikatan asam lemak jenuh. Selama proses menggoreng, minyak akan mengalami perubahan komposisi asam lemak serta kualitas minyak. Ikatan asam lemak ini sulit diurai oleh tubuh dan terbawa dalam aliran darah. Perlahan lemak ini akan mengendap pada pembuluh darah di jantung dan menyumbat aliran darah. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Penyumbatan pembuluh darah koroner dapat menyebabkan penyakit jantung, arterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah), stroke, diabetes, dan memicu pertumbuhan sel kanker. Awal pertumbuhan sel kanker dipicu oleh asam lemak minyak jenuh yang mengganggu susunan protein DNA dalam tubuh sehingga mengalami mutasi sel. Mutasi sel ini yang akan menumbuhkan sel kanker yang akan berkembang 5-10 tahun. Tepung dari gorengan berpengaruh pada meningkatnya kadar gula darah yang mengakibatkan diabetes. Studi-studi dari laboratorium riset telah membawa kepada kesimpulan berikut: 1. Kanker yang disebabkan virus dapat diinduksi oleh lemak yang berlebihan. 2. Kanker yang disebabkan oleh zat kimia dapat diinduksi oleh lemak yang berlebihan. 3. Tumor-tumor yang ditransplantasikan kepada hewan dapat diinduksi oleh lemak yang berlebihan. Jika gorengan diperas, coba tebak berapa banyak minyak yang ada pada satu gorengan! Minyak tersebut dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan trigliserida. Hal ini tidak baik untuk kerja

hati dan jantung. Kerja kedua organ ini menjadi lebih berat karena terhambat oleh kolesterol dan trigliserida yang membuat darah menjadi lebih kental. Kertas pembungkus gorengan di satu sisi dapat menyerap minyak pada gorengan, tapi di sisi lain berdampak buruk bagi kesehatan. Tinta pada kertas terserap oleh gorengan. Tinta (kertas Koran/print-an) mengandung timbal yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Pengonsumsian makanan yang mengandung timbal oleh ibu hamil akan mengakibatkan anaknya memiliki risiko terkena autis. Radang tenggorokan atau faringitis dapat disebabkan oleh adanya infeksi pada tenggorokan. Infeksi ini dapat terjadi karena berbagai faktor seperti kuman, virus, atau alergi. Alergi bisa dipicu oleh makanan misalnya es atau goreng-gorengan yang minyaknya menggunakan minyak jelantah. Ini khusus untuk gorengan yang dibumbui plastik. Plastik kresek, kemasan plastik berbahan polivinil klorida (PVC) dan kemasan makanan styrofoam berisiko melepaskan bahan kimia yang bisa membahayakan kesehatan. Monomer styrene yang tidak ikut bereaksi dapat terlepas bila berkontak dengan minyak panas atau makanan yang berminyak/berlemak /mengandung alkohol dalam keadaan panas. Meskipun bila residunya kecil tidak menimbulkan bahaya, jika ditimbun terus-menerus, senyawa tersebut dapat memicu berbagai penyakit. Gorengan biasanya ditambahkan penyedap/MSG (monosodium glutamate). Makanan yang mengandung MSG bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama akan berdampak buruk bagi kesehatan. MSG memiliki efek buruk terhadap susunan saraf pusat, efek alergi, atau pusing setelah pengonsumsian (post-restaurant syndrome). Seorang dokter (redaksi http://health.dir.groups. yahoo.com/group/dokter_umum/) melakukan percobaan dengan menyediakan 10 gorengan. Gorengan tersebut kelihatannya sudah kering. Namun, setelah dihangatkan dalam oven dengan suhu tertentu selama 4-5 menit, minyak dari gorengan tersebut akan keluar dan meleleh dari gorengan. Minyak tersebut kemudian ditadahkan ke kertas tissue dan dapat menghabiskan kira-kira 1/2 roll tissue per 10 gorengan. Hasil fisiknya tissue tersebut menjadi berwarna kuning kecokelatan. Dari pengamatan tersebut, walaupun tidak dilakukan dengan suatu analisis kuantitatif, dapat dibayangkan jika setiap hari seseoraung memakan 10 buah gorengan, maka sebenarnya tubuhnya sedang menampung minyak sebanyak 1/2 roll tissue per 10 gorengan. SOLUSI Sedikit tips yang cukup untuk membedakan dan memilih gorengan: Untuk gorengan berplastik, biasanya lebih keras dari normalnya, terdapat noda putih. Mungkin kita perlu lebih berhati-hati dan lebih teliti karena tidak semua penjual gorengan melakukan perbuatan kreatif yang membahayakan itu. Perhatikan minyaknya! Kualitas minyak dilihat dari kejernihan dan baunya. Minyak, apa pun warnanya, jika jernih dan tidak tengik biasanya berarti bagus. Menurut Direktur South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center yang juga Ketua Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia, Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi M.Sc, ada kerancuan pada masyarakat dalam memilih minyak goreng. Masyarakat cenderung memilih berwarna bening kekuningan, padahal yang lebih baik adalah minyak goreng dari kelapa sawit yang berwarna merah. Minyak tersebut mengandung betakarotin yang merupakan provitamin A. Warna kekuningan muncul dari minyak yang telah mengalami beberapa penyaringan sehingga banyak vitamin A yang hilang. Sebagai pengganti, banyak produsen menambahkan vitamin A dalam proses yang terkait. Proses penyaringan beberapa kali menentukan harga minyak. Makin banyak disaring, makin mahal harga minyak tersebut. Coba amati ketika penjual gorengan sedang menggoreng dagangannya! Jika terlihat minyak mengeluarkan busa yang terlalu banyak, dicurigai bahwa minyak tersebut telah rusak dan kurang layak dipakai. Demi kesehatan, pemakaian minyak goring diharapkan tidak lebih dari empat kali

periode penggorengan. Jika warna minyak sudah terlihat kehitaman, menjadi kental dan timbul banyak buih ketika dipanaskan kembali sebaiknya minyak tersebut tidak digunakan kembali. Kertas pembungkus gorengan lebih baik diganti dengan yang lain, seperti kertas minyak untuk roti atau kertas cokelat (biasanya untuk bakpau). Kurangi makan gorengan sebisa mungkin! Percaya atau tidak, bila kita mengurangi gorengan maka cahaya mata menjadi putih kebiruan (mata jernih). Jika masih mengkonsumsi makanan digoreng, cahaya mata agak kekuningan. Hal tersebut menandakan organ hati sedang menanggulangi banjir minyak dan racun dari gorengan. Serangkaian reaksi kimia terjadi pada minyak goring yang talah dipakai berulang kali, antara lain hidrolisis, oksidasi termal, dan polimerasi termal yang menurunkan kualitas minyak goreng. Untuk itu, kebanyakan ibu rumah tangga akan membuang sisa minyak goreng tersebut setelah tiga atau empat kali menggoreng. Ada sedikit tips untuk menjernihkan embali minyak jelantah menjadi minyak goreng yang mendekati kualitas awalnya. Alat ini tidak membutuhkan biaya yang mahal. Ada 3 cara baru untuk menjernihkan minyak jelantah : Cara 1. Dengan membuat alat pengolahan alat jelantah. Alat ini dibuat oleh 2 anak SD yaitu Khotibul Ma'ruf dan Fajar Rizky, dua siswa SD 2 Arcawinangun, Kecamatan Purwokerto Timur. Alat ini telah diperagakan kepada tim penilai dari Badan Pemberdayaan Mayarakat Pemprov Jateng. Jelantah itu bisa diolah kembali minimal mendekati bentuk keaslian minyak goreng dari pabrikan. Cara kerja melalui 3 tahap. Jelantah dimasukkan ke dalam botol pertama yang dalamnya sudah ada zeolit (bawah) sebesar biji kacang & arang (atas) kemudian disaring. Zeolit sendiri biasanya sebagai media tumbuh untuk tanaman kaktus.

Hasil saringan dimasukkan ke botol 2. Isilah filter sama seperti di atas, namun ukuran arang dan zeolit harus lebih kecil! Hasil saringan dimasukkan ke botol ketiga. Lalu ditambahkan air dan soda api. Tunggu beberapa menit hingga minyak goreng siap pakai terbentuk! Botol 1 dan 2 berfungsi untuk menyaring kotoran, sedangkan botol ketiga untuk menjernihkan minyak. Cara 2. Mencampurkan arang sekam yang sudah digoreng dalam kadar tertentu ke dalam minyak goreng bekas. Satu persen arang sekam yang dicelupkan dalam minyak goreng panas selama 30 menit akan menjernihkan minyak bekas secara kimia, fisik, maupun organoleptik, mendekati kualitas minyak yang masih baru. Minyak hasil arang sekam tersebut masih layak dipakai walaupun disimpan selama 3 bulan berturut-turut. Metode ini ditemukan oleh dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Widya Mataram Yogyakarta (UWMY), Ir Ambar Rukmini MP. Atas penemuannya, beliau berhasil meraih predikat dosen terbaik tingkat PTS di Kopertis Wilayah V DIY dan masuk sebagai salah satu finalis dosen terbaik se-Indonesia. Cara 3. Perendaman ampas tebu dengan minyak jelantah menjadikan minyak lebih bersih. Warna hitam atau cokelat minyak jelantah akan berkurang drastis karena kotoran itu diserap oleh ampas tebu. Metode ini ditemukan oleh Aster Rahayu, mahasiswi semester delapan Universitas Andalas (UNAND) di Padang, Sumetara Barat.

Setelah dikaji dalam pembahasan di atas, ternyata lebih banyak kerugian menyantap gorengan terus-menerus daripada manfaatnya. Jika lapar, ada baiknya Anda memilih makanan cemilan lain sebagai pengganti gorengan, misalnya buah-buahan atau kacang. Dalam hidup ini berlaku hukum tabungan. Apa yang kita lakukan sekarang akan menjadi tabungan di masa mendatang. Apa yang kita tabung sedikit demi sedikit akan terasa hasilnya bertahun-tahun kemudian, begitu pun dengan penyakit. Pemicu penyakit dapat berasal dari apa yang Anda makan. Jadi, teliti dan hati-hatilah dalam mengonsumsi makanan apapun jenisnya!

(Berita Daerah-Jawa), Minyak goreng curah rawan menimbulkan masalah. Harganya murah, dan disukai masyarakat, tetapi menurut pemerintah tidak terjamin higienitasnya. Pemerintah menilai minyak goreng curah belum tentu sehat (higienis), sehingga melalui produk minyak goreng kemasan berlabel Minyakita, pemerintah mengajak masyarakat beralih menggunakan minyak goreng kemasan yang jelas terjamin higienitasnya (kebersihan dan kesehatannya). Ajakan menggunakan Minyakita menjadi bagian dari program konversi minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan, yang dimulai sejak beberapa tahun lalu. Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Ardiansyah Parman seusai peluncuran Minyakita di Yogyakarta, 17 November lalu, mengatakan, pemerintah menjamin program minyak kemasan berlabel Minyakita ini tidak mematikan produsen atau perusahaan minyak goreng kemasan. "Program minyakita justru bertujuan mendorong perusahaan memproduksi minyak goreng kemasan yang lebih sehat atau higienis," katanya. Menurut dia, dengan adanya Minyakita ini tidak lantas menghilangkan keberadaan minyak goreng kemasan premium di pasaran. "Program ini justru mengingatkan produsen untuk tidak memproduksi minyak goreng curah yang kurang higienis," katanya. Ardiansyah mengatakan melalui program Minyakita ini, pemerintah pada tahap awal memberi kemudahan kepada produsen yang ingin memproduksi minyak goreng berlabel minyakita, berupa pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10 persen. Ia menyebutkan di Indonesia terdapat 23 produsen minyak goreng, dan sebagian di antaranya telah memproduksi minyak goreng kemasan. Menurut dia, konsumen sasaran Minyakita adalah pengusaha warung makan, pedagang minyak goreng curah, penjual makanan gorengan, ibu rumah tangga, serta industri makanan kecil. "Harga Minyakita terpaut sedikit dengan minyak goreng curah, sekitar Rp1.000 hingga Rp2.000, tergantung harga minyak goreng di pasaran. Harapan kita, masyarakat secara bertahap akan menggunakan minyak gorengkemasan yang lebih sehat," katanya. Ia mengatakan pemerintah tidak menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Minyakita

agar bisa bersaing dengan minyak goreng kemasan premium yang beredar di pasaran. "Harga minyak goreng di pasaran akan bersaing, dan tentunya yang lebih mahal lambat laun akan tertekan," katanya. Menurut dia, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan setiap bulan memantau harga minyak goreng di pasaran sebagai acuan. "Sedangkan harga jual Minyakita saat ini Rp10.000 per liter," katanya. Ardiansyah Parman mengatakan harga Minyakita lebih murah dibandingkan dengan minyak goreng premium. "Sedangkan selisih harga antara Minyakita dengan minyak goreng curah antara Rp1.000 hingga Rp2.000, " katanya. Ia mengatakan Minyakita dikemas dalam plastik berbentuk bantal, dengan isi seperempat liter, setengah liter, dan satu liter. "Minyakita telah melewati penyaringan selama dua kali, sehingga terjamin higienitasnya," katanya. Menurut dia, konsumsi minyak goreng curah saat ini mencapai 63 persen dari seluruh minyak goreng yang beredar di Indonesia, atau setara dengan 3,2 juta ton minyak goreng curah. Sementara itu, kata dia, penggunaan atau konsumsi minyak goreng kemasan hanya 37 persen dari keseluruhan minyak goreng yang ada di negeri ini. Kurang higienis Ardiansyah Parman mengatakan proses pengolahan atau produksi minyak goreng curah yang hanya satu kali penyaringan, menyisakan persoalan higienitas. "Proses pembuatan minyak goreng curah yang hanya satu kali penyaringan, kurang higienis. Itu ditandai dengan warna yang tidak bening, dan minyak lebih padat mengental," katanya. Menurut dia, selain masalah higienitas, minyak goreng curah juga membutuhkan proses distribusi dan penjualan yang lebih rumit di kalangan produsen, pengecer, hingga konsumen. "Produsen harus mengirim minyak goreng itu menggunakan tangki, sedangkan pengecer harus menyiapkan jeriken, dan alat lainnya saat menjual ke konsumen," katanya. Ia mengatakan untuk mengatasi proses distribusi yang tidak efektif, dan mendorong masyarakat menggunakan minyak goreng yang lebih sehat, pemerintah terus mendorong produsen mengemas minyak goreng, salah satunya adalah penggunaan Minyakita. "Minyakita merupakan label minyak goreng kemasan produksi pemerintah," katanya. Menurut Ardiansyah, pemerintah menjamin Minyakita lebih sehat dibanding minyak goreng curah, karena Minyakita dibuat melalui proses penyaringan dua kali. "Minyakita telah mengantongi sertifikat halal dan izin edar dari BPPOM," katanya. Ia mengatakan program konversi minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan dipusatkan di delapan kota besar di Indonesia, salah satunya Yogyakarta. "Melalui program konversi ini, pemerintah menargetkan Indonesia bebas minyak goreng curah pada 2015," katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertambangan

(Disperindakoptan) Kota Yogyakarta Heru Pria Warjaka menilai pedagang kaki lima di kota ini belum menaruh perhatian dan mengutamakan kualitas minyak goreng yang digunakan, sehingga produk makanan yang mereka jual terkadang kurang higienis. Ia seusai menghadiri sosialisasi Minyakita di Yogyakarta, belum lama ini, mengatakan, sebagian masyarakat, termasuk para pedagang kaki lima, kurang memperhatikan kualitas minyak goreng yang digunakan untuk memasak makanan, sehingga terkadang makanannya kurang higienis. Heru mencontohkan pedagang kaki lima cenderung menggunakan minyak goreng curah yang kualitasnya di bawah minyak goreng kemasan. "Pedagang kaki lima umumnya memilih minyak goreng curah karena lebih praktis dan murah, ketimbang minyak goreng dalam kemasan. Padahal, minyak goreng curah kurang higienis atau kurang sehat," katanya. Menurut dia, minyak goreng curah yang biasa dijual dalam ukuran seperempat liter dengan harga murah, lebih dipilih para penjual makanan kaki lima. "Para penjual minyak goreng curah selama ini membeli minyak goreng itu dari produsen yang telah memiliki izin usaha," katanya. Kepala Disperindagkoptan dan UMKM Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Astungkoro mengatakan Minyakita yang diluncurkan pemerintah membantu menjaga stabilitas harga minyak goreng, dan mendorong industri minyak kemasan lebih higienis. Menurut dia, promosi Minyakita di Provinsi DIY dilakukan di Pasar Beringharjo, dan membuka tiga "outlet" di Pasar Lempuyangan, Kranggan, dan Pasar Sentul. "Target pembeli adalah pengunjung pasar yang merupakan ibu rumah tangga, pengusaha warung makanan menengah ke bawah, serta penyalur minyak goreng," katanya. Lebih tertarik minyak curah Masyarakat lebih tertarik membeli minyak goreng curah karena harganya lebih murah ketimbang minyak goreng kemasan, kata seorang pedagang barang kebutuhan pokok di Yogyakarta. "Para pembeli lebih memilih minyak goreng curah karena harganya lebih murah ketimbang minyak goreng kemasan," kata Wika di Yogyakarta. Menurut dia, harga minyak goreng curah per liter adalah Rp8.400, sedangkan minyak goreng kemasan Rp10.000 hingga Rp13.000. "Dalam sehari, toko sembakonya mampu menjual sekitar 10 liter minyak goreng curah," katanya. Ia mengatakan, dalam sehari minyak goreng kemasan yang laku hanya dua hingga tiga liter. "Jika dihitung, keuntungan kami lebih besar jika menjual minyak goreng curah," katanya. Wika mengatakan masyarakat juga belum banyak yang mengenal minyak goreng kemasan berlabel Minyakita yang diproduksi pemerintah. Sementara itu, pemilik warung makan Yuli mengatakan dirinya memilih minyak goreng

curah karena harganya murah dan awet. "Sebanyak 20 liter minyak goreng curah bisa digunakan selama satu minggu," katanya. Dalam sepekan, kata dia, dirinya hanya mengeluarkan Rp132.000 untuk membeli minyak goreng curah. "Pertimbangan kami adalah masalah selisih harga yang lumayan banyak, karena kami harus menghitung keuntungan," katanya. Ia mengatakan jika pemerintah melakukan konversi minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan, pengusaha berharap harga minyak kemasan turun atau lebih murah lagi. "Kalau memang harus menggunakan minyak goreng kemasan, kami hanya berharap harga minyak kemasan tidak terlalu mahal," katanya. Pedagang makanan gorengan di kawasan Jalan Malioboro Yati mengatakan tidak mengenal minyak kemasan berlabel Minyakita. "Para pedagang makanan di kawasan Malioboro sudah terbiasa menggunakan minyak goreng curah, karena lebih murah dan menguntungkan," katanya.

Anda mungkin pernah membeli makanan gorengan seperti pisang goreng, tahu isi, tempe goreng dan lain-lain, namun setelah menyantap makanan tersebut tiba-tiba tenggorokan Anda mulai terasa gatal dan timbul batuk. Perlu diketahui bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh minyak goreng bekas yang dipakai untuk menggoreng makanan tersebut. Rasa gatal pada tenggorokan sebenarnya disebabkan oleh akrolein. Akrolein adalah suatu senyawa yang terbentuk karena suhu pemanasan minyak goreng melebihi titik asapnya. Minyak goreng yang baik memiliki titik asap yang cukup tinggi yaitu tidak kurang dari 215 derajat celcius. Namun bila minyak tersebut digunakan secara berulang-ulang, titik asapnya akan menurun sehingga akrolein semakin cepat terbentuk. Selain membentuk akrolien yang menyebabkan gatal dan batuk, menggoreng pada suhu di atas titik asap juga akan mengubah asam lemak tak jenuh pada minyak menjadi asam lemak jenuh yang akan menambah kolesterol dalam darah. Itu sebabnya minyak goreng sebaiknya tidak Anda pakai secara berulang-ulang. Maksimal tiga kali dipakai dan setelah itu, jelantah atau minyak goreng bekas itu harus segera dibuang.

Karsinogen dalam Makanan


November 15th, 2008admin

Zat-zat yang terkandung dalam makanan (faktor diet) dapat menjadi promotor untuk menimbulkan keganasan yang secara tidak langsung menimbulkan tumor atau

kanker. Zat-zat tersebut digoongkan sebagai karsinoge. Selain karsinogen ada juga prokarsinogen yang bersifat mengubah zat kimiawi sehingga merupakan pencetus (prekusor) kanker. Karsinogen dalam makanan dapat ditemukan pada hasil pengolahan makanan yang menimbulkan karsinogen polisiklik hidrokarbon yaitu akibat proses pengasapan makanan, zat kimia nitrosamin, zat fisik karena radiasi nuklir, atau zat biologi yang ada di alam seperti racun pada tembakau. Zat karsinogen tersebut akan mersak keutuhan sel dan intinya sehingga bersifat mutagenik yaitu selsel normal setelah dicemari zat tersebut menjadi sel ganas dan berkembang biak tak terkendali. Selain itu zat karsinogen ditemukan juga pada makanan-makanan dengan pengolahan yang tidak tepat, misalnya: pemanasan terlampau tinggi suhunya dan lama (menimbulkan zat trans fatty acid), cara penggorengan yang berlebihan dan penggunaan minyak goreng yang berulangkali (menimbulkan radikal bebas seperti: peroksida, epioksida, dsb.), pengawetan dengan pengasinan yang berlebihan. Makanan yang tercemar oleh jamur Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoksin seperti pada kacang tanah busuk. Demikian pula keju yang telah kadaluarsa juga dapat bersifat karsinogenik. Bahan makanan tambahan tak kalah pentingnya untuk diperhatikan. Pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin, walaupun diijinkan dalam pemakaiannya, FDA (Food and Drug Association), tetap memberi batas-batas dalam penggunaannya (siklamat 11mg/kg berat badan/hari), karena menurut penelitian epidemiologi dapat pula menimbulkan kanker kandung kemih. Zat pengawet makanan seperti formaldehida sebagai pengawet baso atau tahu, zat warna tekstil (bukan pewarna makanan) seperti methanyl yellow pada krupuk, tahu dll, rhodamin zat pewarna merah pada sirup, menurut penelitian dapat merangsang timbulnya kanker hati. (Jurnal Halal LP POM MUI)

You might also like