You are on page 1of 9

1

ASPEK PENGEMBANGAN DESA WISATA NELAYAN KAMPUNG LAUT SEGARA ANAKAN CILACAP *)
Oleh: Tarsoen Waryono **)

Abstrak
Mencermati atas potensi kelautan Segara Anakan Cilacap, atas pasaran seperti yang diamantkan dalam GBHN 1988, dipandang perlu untuk mengembangkan wisata agro berbasis perairan dalam bentuk pengembangan Desa Wisata Nelayan Kampung Laut Segara Anakan . Upaya pengembangan dan peningkatan wisata agrowisata agro berbasis perairan laut, selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, juga memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, dengan tetap memperhatikan dan memelihara kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidupnya; serta berazaskan pola kehidupan masyarakat setempat.

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Arah dan tujuan wisata pengembangan parawisata di Indonesia, telah digariskan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No. 11/MPR/1988. Dalam uraiannya tersirat bahwa pembangunan kepariwisataan Indonesia dilanjutkan dan ditingkatkan melalui pengembangan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional, menjadi kegiatan ekonomi terandalkan, sebagai sumber penerimaan devisa, memperluas dan pemerataan kesempatan berusaha, dan lapangan kerja terutama bagi masyarakat setempat, mendorong pembangunan daerah serta memperkenalkan alam, nilai dan budaya bangsa. Dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepribadian luhur bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup. Dua dekade terakhir ini, pembangunan pariwisata Nusantara maupun manca negara terus meningkat, sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, yang cenderung memacu berbagai kelompok wisatawan dengan keinginan yang berbeda-beda. Keadaan tersebut akan terus berkembang dan berubah di masa-masa mendatang. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki sumber dan potensi Wisata Agro yang cukup besar dan beraneka ragam, hingga dapat memenuhi harapan keinginan wisatawan yang datang ke Indonesia.
*) Semiloka Kelautan Menjelang Otonomi Daerah, Kerjasama Pemda Cilacap dengan Departemen Perikanan dan Kelautan; 25 Nopember 2000 di LP. Nusakambangan Kabupaten Cilacap. **). Staf Pengajar Jurusan Geografi FMIPA dan Peneliti pada Pusat Studi Kelautan Universitas Indonesia

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

2 Wisata Agro pada hakekatnya merupakan andalan pendapatan (devisa) negara dari sektor non migas, Untuk itu upaya peningkatan dan penganekaragaman bentuk-bentuk obyeknya, terus ditingkatkan secara intensif dan terencana, baik secara tradisional maupun secara modern. Keanekaragaman jenis wisata agro, termasuk caracara pengelolaanya, merupakan salah satu bentuk obyek wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan di wilayah Kabupaten Cilacap. Tumbuh berkembangnya wisata agro di Indonesia, masih terbatas pada sektor budi daya tanaman perkebunan (kelapa sawit dan coklat di Sumatra Utara, perkebunan teh di Jawa Barat dan perkebunan kopi di Kaliklatak Jawa Timur). Kunjungan tersebut masih bersifat insidentil dan terbatas pada wisatawan tertentu yang tujuannya selain untuk berwisata menikmati keadaan alam di sekitarnya yang tidak dimiliki di negaranya, juga erat kaitannya dengan penelitian dan pengembangan. Mencermati atas pasaran wisata pada sektor pertanian, dan mengacu atas amanat GBHN Tahun 1988, dipandang perlu untuk mengembangkan wisata agro berbasis perairan dalam bentuk pengembangan Desa Wisata Nelayan Kampung Laut Segara Anakan . Peningkatan agrowisata agro berbasis perairan laut, selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat, juga memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja, dengan tetap memperhatikan dan memelihara kelestarian kemampuan sumber daya alam dan lingkungan hidupnya, berazaskan pola kehidupan masyarakat setempat. Atas dasar uraian di atas, untuk tujuan peningkatan pendapatan masyarakat dan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), mendudukan posisi Dinas Parawisata Kabupaten Cilacap untuk memberdayakan sumberdaya alam perairan laut, sebagai wahana rekreasi dan wisata agro perairan.

1.2. Tujuan dan Sasaran Menggali potensi sumberdaya alam perairan (laut dan tawar), sebagai wahana pengembangan Desa Wisata Kampung Nelayan, pada hakekatnya merupakan maksud dan tujuan dalam paparan ini; adapun sasaran target yang hendak dicapai adalah terwujudnya action plan kongkit dengan arahan-arahan sumber pendanaannya yang dapat ditawarkan kepada investor yang meminatinya.

1.3. Pendekatan Penyusunan Action Plan (a). Keterpaduan perancangan model jalur wisata di Kabupaten Cilacap hendaknya dipergunakan sebagai acuan dasar dalam gagasan penyusunan action plan. (b). Sumberdaya alam (perairan) potensial wisata Cilacap diapit oleh tiga potensi wisata alam (darat) yaitu Gua Jati Jajar (Kebumen), wisata alam Baturaden (Puwokerto), dan Hutan Wisata Pengandaran. Ketiga obyek tersebut berupa wisata alam pasif, dimana
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

3 wisatawan tidak banyak berbuat untuk ikut serta menikmati secara aktif (ber buat sesuatu, hingga kurang memperoleh kesan pengetahuan yang berarti). (c). Pendekatan dengan memacu peran aktif wisatawan, nampaknya merupakan alternatif terjitu. (d). Wisata agro perairan (desa wisata), wisatawan akan aktif untuk ikut berbuat sesuatu, dan paling tidak memperoleh pengetahuan yang cukup berarti dalam hal-hal; (1). Bagaimana cara mendayung (mengemudi perahu) di perairan (laut); (2). Bagaimana cara memancing, menjala di atas perahu, serta cara menangkap kepiting secara tradisional; (3). Bagaimana cara membuat kerupuk udang; ikan asin; terasi; bakar ikan sangrai (dengan pasir), pepes ikan sundut; (4). Bagaimana cara memproses air asin menjadi tawar secara tradisionil; cara mengayam pembuatan jala tradisional, dan mengenal navigasi perairan baik pada siang maupun malam hari; (5). Bagaimana cara membuat bibit, memelihara dan menanam mangrove, serta menelusuri alur-alur kawasan mangrove. (e). Keterpaduan kegiatan akan melibatkan masyarakat, dan stake holder (Pemda, LSM, Investor, Partisan dan lainnya); (f). Masyarakat sekitar yang merupakan modal dasar sumberdaya manusia, lebih berperan secara penuh, hingga pengelolaan secara terpadu mencakup pembagian wewenang sebagai berikut: (1). Nelayan dan masyarakat lainnya, adalah pemberdaya obyek desa wisata perairan, secara penuh atas dukungan dan bimbingan LSM setempat (lokal). (2). Bapak Angkat (stakeholder) berperan dalam pembinaan, pendanaan, pemasaran, serta pengawasannya. (c). Pemerintah Daerah melalui Dinas Teknis (Perikanan, Kelautan dan Wisata), serta Instansi terkait lainnya, berperan aktif sebagai motivator pelaksanaan program.

Bab II Prospek Desa Wisata Nelayan Kampung Laut Segara Anakan Dalam Kancah Aspek Permasalahan 2.1. Potensi dan Aspek Permasalahan (1). Kampung laut pada tahun 1973, yang meliputi Desa-desa Ujung Galang, Ujung Gagak dan Panikel, jumlah penduduknya masing-masing 3.013 jiwa; 2.991 jiwa dan 1.803 jiwa (Waryono, 1973). (2). Kondisi perairan pada pasang terendah, rata-rata memiliki kedalam 1,32 meter, dengan tinggi pancang di atas air 2,18 meter (Waryono, 1973).

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

4 (3). Acaman sedimentasi selama 26 tahun, kini menyebabkan kampung laut berubah menjadi daratan, atau rata-rata setiap tahunnya terendapkan 13,46 cm/tahun. (4). Selain sedimentasi, komunitas mangrove juga terdegradasi, akibat perubahan kelas genang (pasang surut) dan terganggunya habitat (zona mangrove). (5). Hasil penelitian Soerianegara (1968), salah satu faktor penyebab kematian cancang (Bruguiera Spp) di Segara Anakan Cilacap, cenderung disebabkan karena penggenangan air tawar yang relatif berkelanjutan (air kondah), serta sedimentasi hingga terganggunya peranan fungsi sistem perakarannya (knee roots); yang bersumber dari S. Citandui, S. Sudung, dan S. Muaradua. (6). Dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat, sulit dan semakin menjauhnya wahana penangkapan ikan, kepiting, kerang semakin sulit didapatkan, home industri (terasi, kerupuk, ebi dan ikan asin) menjadi tidak berkembang karena keterbatasan bahan baku; hingga pendidikan kawula mudanya menjadi terbatas. (7). Desakan kawasan mangrove semakin meningkat (perambahan untuk kayu bakar), serta sedimentasi tanah kapur yang bersumber dari kawasan bekas tambang semen; serta pelumpuran yang bersumber dari S. Citandui. Dampak negatif semakin meningkat dengan pemanfaatan lahan payau untuk pertambakan; serta kurang aktifnya PERUM PERHUTANI Jawa Tengah, dalam mengamankan, melestarikan dan memberdayakan masyarakat sekitarnya. (8). Keterlambatan pemenuhan sarana fasilitas umum, merupakan salah satu faktor penyebab kurang pesat berkembangnya kampung laut, hingga sangat sulit untuk menyesuaikan dengan perkembangan kota Cilacap, pada era 2000.

2.2. Prospek Pengembangan (1). Kampung laut berada pada lintas perairan (asesibilitas lintas air) yang menghubungkan kota cilacap (dermaga), menuju ke Pengandaran; (2). Obyek yang dapat dinikmati diperjalanan adalah kawasan mangrove, dan tepian P. Nusakambangan; (3). Home industri (terasi, ebi, kerupuk, ikan asin), walaupun beradaannya cukup memprihatikan, namun masih tetap bertahan; demikian halnya dengan perajutan tradisionil pembuatan jala dan jaring; (4). Kesungguhan Pemda Cilacap dalam mengembangkan Kampung Laut, mulai terlihat dengan dibangunnya beberapa fasilitas umum masyarakat; 2.3. Konsepsi Pengembangan Desa Wisata (1). Gagasan pengembangan Desa Wisata Nelayan Kampung Laut, ingin dipulihkan kembali seperti sedia kala; dengan memberdayakan masyarakat sebagai pelayanan wisata untuk mengenal obyek alam yang unik, secara tradisionil (perjalanan lintas air) dengan perahu;
Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

5 memancing, mencari kepiting, serta mengenalkan bagaimana cara merajut jala dan jaring, membuat ikan asin, kerupuk udang dan memasak ikan ala Pejagan. Permasalahan sedimentasi, dapat diatasi dengan dua cara yaitu: (a) diangkut dan dikembalikan ke daratan, (b) dan atau dipertahankan menjadi tanah timbul yang terisolir (semacam pulau); Pada alternatif pertama; tanah diangkut dan diarahkan ke Utara (belakang hutan mangrove), dengan jarak angkut 4-6 km; Pada alternatif kedua; pemukiman di arahkan di sekitar daratan, berada di atas air laut, sedangkan daratan dimananfaatkan sebagai pusat-pusat kegiatan dan pasar tradisionil; Rumah-rumah penginapan (guest house), dibuat berdekatan dengan obyek Desa Wisata (home industri) dan pusat pelatihan mendayung, restoran apung; Sarana olah raga yang disediakan meliputi olah raga pantai (Volley berpasir), dan motor air; Penunjang lainnya dengan memanfaatkan sumberdaya laut sebagai pembangkit tenaga listrik, termasuk telepon, internet dan fax-mill. Secara spesifik semua bangunan beratap daun nipah dan rumah panggung.

(2).

(3). (4). (5). (6). (7). (8).

2.4. Arahan action plan Action plan disusun atas dasar feasibility studi; untuk itu perlu menghimpun gagasan, ide, informasi serta keinginan baik masyarakat, Pemda, maupun investor yang akan membiaya seluruh bangunan dan fasilitas yang direncanakan. Feasility studi apabila telah tersedia perlu disempurnakan atas dasar model ideal sesuai dengan kondisi fisik wilayahnya serta keinginan masyarakatnya. Bagan berikut, pada dasarnya merupakan arahan penyusunan action plan pengembangan Desa Wisata Kampung Laut Secara Anakan.
PEMDA KABUPATEN CILACAP INVESTOR

POTENSI ALAM

VISI DAN MISI

PERAIRAN LAUT DAN DARAT

RENSTRADA
PENGEMBANGAN DESA WISATA

FEASIBILITY STUDI

STAKE HOLDER ACTION PLAN (APLIKATIF) DESA WISATA NELAYAN KAMPUNG LAUT SEGARA ANAKAN CILACAP

Bagan-1. Konsepsi Pengembangan Desa Wisata

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

6 Dalam penyusunan action plan, penggalian potensi alam Secara Anakan dan potensi lain di sekitarnya nampaknya perlu dilakukan, termasuk budaya laut Bajau Pejagan Cilacap yang telah dikenal sejak jayanya kerajaan-kerajaan di Jawa seperti pemerintahan Sultan Agung; demikian halnya dengan potensi P. Nusakambangan yang erat kaitannya dengan peri kehidupan masyarakat kampung laut. Memperhatikan bahwa Laguna Segara Anakan merupakan habitat mangrove yang kini dinilai masih lengkap berdasarkan tatanan formasi vegetasinya, upaya konservasi juga merupakan pertimbangan yang yang cukup penting. Hal ini mengingat bahwa kawasan mangrove telah diketahui oleh masyarakat Kampung Laut atas peranannya sebagai tempat pemijahan (puskesmas) bagi kehidupan biota laut; serta merupakan sumber kehidupan masyarakat sejak nenek moyang mereka. Selain mempertahankan keberadaan, kelestarian dan potensi mangrove atas peranan fungsi jasanya, pertimbangan lain yang tidak kalah pentingnya adalah upaya pengendalian wilayah pengaruh sebagai salah di antara faktor-faktor penyebab terdegradasinya kawasan mangrove. Bab III Beberapa Aspek Pemberdayaan Desa Wisata 3.1. Aspek Kebijakan Pemerintah Memcermati atas Intruksi Presiden No. 9, tahun 1969, tentang pengembangan Pariwisata Nasional; dan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Nomor 204/KPTS/HK.050/4/1989 dan Nomor: KM.47 /PW.004/MPPT-89, tahun 1989, tentang koordinasi pengembangan Wisata Agro; serta memaduserasikan dengan Rencana Pembangunan Strategis Pemda Cilacap tahun 2002, tampaknya mendudukan posisi strategis terhadap potensi Kampung Laut untuk dikembangkan sebagai kawasan Desa Wisata. Potensi alam tersebut, dinilai memenuhi persyaratan baik ditinjau dari potensi alam maupun sarana penunjang yang dimilikinya. Melalui paparan ini, potensi-potensi yang ada dapat ditelusuri dan ditelaah, hingga sejauh mana kemungkinannya untuk dikembangkan sebagai kawasan Desa Wisata Perairan yang nantinya dipergunakan sebagai landasan kebijakan bagi Pemerintah dalam menetapkan langkah dalam mewujudkannya. 3.2. Aspek Kesinambungan Pembangunan Regional Pembangunan berazaskan keperidian dan atau aspirasi masyarakat pada dasarnya merupakan strategi yang ingin diwujudkan. Oleh sebab itu bentuk perencanaan terpadu, terprogram, secara berkelanjutan, serta mengacu atas keselarasan dan kesinambungan pembangunan secara regional merupakan konsepsi dasar bioregional dalam manajemen pemanfaatan ruang secara optimal.

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

7 Konsep kesesuaian dan keseimbangan ekosistem atas dasar letak geografi dan kondisi fisik wilayahnya, menjadi salah satu dasar dalam perencanaan secara terpadu; hal ini dimaksudkan agar keutuhan peranan fungsi bentuk-bentuk ekosistemnya dapat dipertahankan. Kampung laut yang berada di perairan Segara Anakan, terletak di antara kawasan mangrove dan P. Nusakambangan, akan berekses yang kurang menguntungkan apabila dalam pemanfaatannya merubah ekosistem yang ada, hingga perlu pertimbangan yang cukup mendasar dalam menentukan alternatif pemulihannya, karena peranannya lebih menunjang sebagai pengendali desakan energi laut yang sering menimbulkan abrasi. Oleh sebab itu perencanaan pemanfaatan ruang hendaknya perlu dirancang secara menyeluruh berdasarkan kaidah-kaidah yang mencakup: (1). Mempertahankan keberadaan Kampung Laut, setelah berubah bentuk untuk dipulih kan kembali hingga peranan fungsi perairannya tidak terganggu; (2). Ancaman (sedimentasi) yang bersumber dari daratan, hendaknya dikendalikan berda sarkan wilayah pengelolaan DAS, karena sebagaian besar tipe hutan mangrove di Segara Anakan habitatnya lebih cenderung didominasi oleh tipe basin mangrove forest dan overwash mangrove forest; (3). Dalam kondisi dimana terbentuk pulau-pulau habitat (tanah timbul), sering menjadi salah satu faktor penyebab kematian total terhadap vegetasi mangrove; (4). Perencanaan secara terpadu dan terprogram berbasis kemasyarakatan minimal berdasarkan wilayah pengelolaan DAS (bioregional), nampaknya mutlak untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam menetapkan Kampung Laut sebagai wahana Desa Wisata Perairan. (5). Mencermati pernan fungsi yang cukup strategis, pemanfaatan secara optimal kawa-san Desa Wisata, nampaknya tidak merubah tatanan konsepsi pembangunan di wilayah sekelilingnya, yang berarti pula justru menunjang dan memacu terhadap pusat-pusat kegiatan perekonomian masyarakat secara menyeluruh. (6). Beberapa aspek ancaman terdegradasinya kawasan mangrove di bagian Timur (Tritih), keterpaduan dalam pengelolaan perlu diwujudkan, mengingat bahwa hulu kawasan ini merupakan sumber bahan baku semen yang kini dikelola oleh PT. Semen Cibinong Cilacap. 3.3. Aspek Peningkatan Kesejahteraan dan Sumber PAD Pemanfaatan potensi alam secara optimal oleh masyarakat Kampung Laut belum memperlihatkan sumbangannya kepada masyarakat secara nyata walaupun Pemda Cilacap telah berupaya untuk menggalakannya. Untuk itu gagasan pengembangan Desa Wisata, yang kini menjadi idaman baik bagi masyarakat maupun Pemda, tampaknya akan mampu dan menjamin atas peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, serta sebagai sumber perolehan pendapatan asli

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

8 daerah (PAD). Dengan demikian, terwujudnya konsepsi Desa Wisata merupakan salah bentuk pembangunan yang mampu menopang terselenggaranya Otonomi Daerah.

Bab IV Uraian Penutup Untuk meyakinkan kepada investor yang berminat, nampaknya kajian (feasibility studi) terhadap potensi fisik wilayah Kampung Laut Segara Anakan Cilacap perlu segera disusun, hingga action plan yang kongkrit segera dapat diwujudkan secara nyata, sebagai target yang diinginkan dalam paparan ini.

Daftar Pustaka Dahuri., Rokhmin; et al; 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita Jakarta. Dinas Kehutanan DKI Jakarta; 1997. Pemantapan Data Kawasan Mangrove DKI Jakarta. Proyek Penelitian Tahun 1997/1998. 112 pp. Hall., Colin Michael,. 1994. Tourism and Politics; Policy, Power and Place. John Wiley & Son; Chichester * New York * Brisbane * Toronto * Singapore. Hommel., Patrick; w.f.m; 1983. Ujung Kulon Vegetation Survey. A World Wildlife Fund Report. Morrison,. Alison; Mike Rimmington and claire Williams., 1999. Enterpreneurship in the Hospitality, Tourism and Leisure Industries. Butterworth/Heinemann. Oxford Aucklan Boston Johannesburg Melbourne New Delhi. Nowforth., Martin and Lan Munt. 1998. Tourism and Sustainability. New tourism in the Trird World. British Library Cataloguing in Publication Data. Page., Stephen J,. and Don Getz. (edt) 1997. The Business of Rural Tourism. International Perspectives. International Thomson Business Press. International Thomson Publishing Company. Poon., Auliana,. 1998. Tourism Tecnology and Competitive Strategies. CAB International Publishing Wallingford Oxon OX 10 SDE UK. Pusat studi Kelautan, Fak MIPA-UI, 2000. Strategi dan Aplikasi Pemberdayaan Sea Grand College Dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Laut. Semiloka Kelautan Mei, 2000 Cilacap Jawa Tengah. Sheldon., Pauline J; 1999. Tourism Information Tecnology. Profesor of Tourism School of Travel Industry Management University of Hawaii; USA.

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

9 Waryono., T, 1973. Studi Ekologi Permudaan Buatan Bruguiera gymnorhiza Lam Di Segara Anakan Cilacap. Skripsi Sarjana Muda Akademi Ilmu Kehutanan Bogor. _______________, 1998. Laporan Perjalanan Studi Banding Kawasan Mangrove Pantura Jawa Barat. Dinas Kehutanan DKI Jakarta. _______________, 1998. Laporan Perjalanan Studi banding Kawasan Mangrove Pantai Timur Lampung dan Pantai Timur Kutai kalimantan Timur. _______________, 2000. Laporan Semiloka Kelautan Cilacap Jawa Tengah. _______________, 2000. Laporan Perjalanan Ke Kawasan Mangrove Segara Anakan Cilacap (Diskusi Panel Baruna-IV). Woodhead., Terence, 2000. Strategic Plan : Conservation of Biodiversity Segara Anakan and Nusakambangan, Cilacap.

Kumpulan Makalah Periode 1987-2008

You might also like