You are on page 1of 9

AGUS SISWANTO 42 Ketika Rhonda Byrne menerbitkan The Secret, gemanya nyaris memenuhi planet ini.

Dunia seolah tersentak, The Secret tidak lagi menjadi rahasia bagi siapapun. Dalam pandangan Rhonda, The Secret adalah rahasia kesuksesan yang dimiliki tokohtokoh besar dan sejumlah orang sukses dari berbagai belahan dunia sejak zaman 3000 tahun sebelum Masehi hingga abad modern sekarang. Berpijak pada Hukum Ketertarikan (Law of Attraction), Rhonda Byrne berhasil mengemas The Secret menjadi sebuah karya menakjubkan dalam bentuk buku, website dan DVD. Pundipundi uangnya pun bertambah. Apa yang dikatakan Rhonda benar adanya. Setiap bangsa di dunia memiliki resep sukses yang cenderung memiliki kesamaan dengan bangsa lainnya di dunia, termasuk Indonesia. Dalam tradisi budaya Nusantara, resep sukses itu terangkum dalam istilah cipta, rasa dan karsa. Tiga komponen kata tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan (tritunggal). Pada masa lalu, kemampuan manusia dalam mengolah cipta, rasa, karsa telah menghasilkan peradaban menakjubkan. Cipta, rasa dan karsa merupakan kekuatan manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Inilah yang melahirkan peradaban besar di masa lalu, sebagaimana ditunjukkan orangorang yang hidup pada masa Majapahit, Mataram, Singasari, Demak, Sriwijaya, dll. Begitupula dengan tokoh-tokoh besarnya, seperti Gajah Mada, Hayam Wuruk, Sultan Agung, Prabu Siliwangi, Wali Songo, Sukarno, Arupalaka, Diponegoro, dll. Itulah sebabnya, umumnya orang-orang tua dahulu sering mengatakan bahwa apabila kita bisa menyelaraskan 3 komponen kata di atas, maka kita akan bisa merasakan nikmatnya kehidupan (kemakmuran dan kebahagiaan). Ketiga komponen (cipta, rasa dan karsa) tersebut merupakan bagian dari sistem kebudayaan Nusantara yang tak terpisahkan dari bingkai utamanya, yaitu spiritualitas. Penyederhanaan Makna Makna cipta, rasa dan karsa memang terkesan sulit dipahami. Terutama pemahaman hakekatnya. Banyak yang mengetahui ketiga istilah tersebut, tetapi tidak banyak yang mengetahui cara menggunakannya. Penyederhanaan diperlukan untuk lebih memahami maknanya, sehingga dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila dikaji lebih jauh, ternyata makna ketiga kata itu sederhana. Meski begitu, terdapat perbedaan cara dalam menerapkannya. Perbedaan itu terletak dalam tradisi daerah masingmasing (budaya turun temurun, seperti ritual-ritual, tapa brata, kaharingan, kejawen, dll.) dan dalam tradisi dengan unsur keagamaan samawi, seperti puasa, zikir, tarekat dan ajaran tasawuf. Tetapi hakekatnya tetap sama.

Secara singkat dapat dikatakan, cipta berarti keinginan menciptakan sesuatu (tahap awal berada dalam pikiran). Dibutuhkan kekuatan visualisasi atau daya cipta terhadap keinginan itu. Tahap berikutnya adalah rasa atau merasakan sesuatu yang tercipta dalam pikiran. Sesuatu yang kita ciptakan dalam pikiran seolah-olah sudah maujud dan kita dapat merasakan kehadirannya. Setelah sesuatu tercipta dalam pikiran yang disusul dengan merasakan hasil ciptaannya, maka dilanjutkan dengan karsa atau berupaya mewujudkan keinginan tersebut secara nyata, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dimanfaatkan (berdaya guna). Cara menggunakan cipta, rasa dan karsa adalah saat sedang berdoa. 00.00.19.8.42.THN Berdoa Doa adalah permohonan hamba kepada Tuhan. Hadits Rasulullah SAW mengungkapkan: Doa adalah pangkal (otak)nya Ibadah dan Masing-masing kalian harus meminta kepada Tuhan kalian atas semua kebutuhan. Bahkan ia harus meminta kepada Allah saat tali sandalnya putus, (HR. Tirmidzi). Banyak riwayat Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan dan mendorong seorang hamba untuk berdoa, diantaranya :Mintalah kepada Allah akan kemurahanNya, karena sesungguhnya Allah senang apabila dimintai (sesuatu). (HR. Tirmidzi dari Ibnu Masud). Doa pasti dikabulkan Allah SWT. Hal ini tercantum dalam FirmanNya: (Dan) Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan bagimu. (QS; Al Mukmin: 60). (Dan) apabila hamba-hambaKu bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. (QS; Al Baqarah: 186). Pengabulan doa dari Allah SWT bersifat pasti dan hanya Dia yang dapat mengabulkan doa. Pengabulan doa bisa sesuai dengan yang diminta hambaNya, ditangguhkan hingga hari kiamat atau dijauhkan dari suatu keburukan. Dalam berdoa terdapat adab tertentu yang dicontohkan Rasulullah SAW. Seperti dikatakan Imam Husain ra, Nabi SAW memiliki kebiasaan mengangkat tangannya ketika beliau berdoa dan memohon kepada Allah seperti pengemis yang meminta-minta untuk mengharap suatu makanan. Para ulama juga seringkali menegaskan kedekatan antara manusia dengan Tuhan. Mereka mengingatkan kita tentang ayat-ayat Al Quran yang berbunyi: Maka dimanapun kamu menghadap, di situlah wajah Allah,( Q.S; Al Baqarah: 115), Dia bersama kamu di manapun kamu berada,(Q.S; Al Hadid: 4), dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher, (Q.S; Qaf:16). Cara Menggunakan

Tujuan doa seperti diuraikan di atas adalah untuk membentuk imajinasi orang yang berdoa sesuai dengan syariat agama. Dengan demikian, orang yang beribadah harus sungguh-sungguh dalam ibadahnya dan keinginannya harus kuat. Karena sesuatu yang Allah SWT berikan tidaklah berat bagiNya. Adapun cara menerapkannya dalam konteks cipta, rasa dan karsa adalah sbb: Cipta Proses penerapan cipta ini menggunakan kekuatan pikiran dan imajinasi. Pada saat berdoa atau memohon kepada Tuhan, maka kita harus mengetahui apa yang kita minta atau mohonkan itu. Sehingga kita harus memahami arti dan makna dari doa-doa yang kita panjatkan. Selain memanjatkan doa sebagaimana diatur dalam syariat agama, kita biasanya juga berdoa untuk hal-hal khusus yang diinginkan. Misalkan, keinginan memiliki pekerjaan, uang, rumah, pendamping hidup, dll. Umumnya doa itu diucapkan dalam bahasa ibu. Dengan kata lain, ketika kita menginginkan sesuatu dalam kehidupan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah harus jelas apa yang sungguh-sungguh kita inginkan. Agar daya cipta terhadap apa yang kita inginkan menjadi jelas, tulislah apa yang diinginkan tersebut dengan jelas. Tidak ada batasan terhadap apapun yang diinginkan, sepanjang untuk kebaikan sendiri. Buatlah skala prioritas dalam catatan keinginan dan tumbuhkan hasrat terhadap keinginan. Kemudian lakukanlah visualisasi terhadap keinginan itu. Untuk mempermudah visualisasi, gunakanlah gambar atau foto. Katakanlah kita menginginkan rumah, maka ambillah gambar rumah, lalu letakkan di manapun kita dapat melihatnya setiap saat. Gambar tersebut akan membantu kekuatan daya cipta terhadap apa saja yang kita inginkan. Visualisasi adalah salah satu daya cipta yang sangat kuat dalam benak kita. Ketika memvisualisasikan sesuatu, seolah-olah kita sedang membentuknya. Rasa Cara menerapkannya menggunakan kekuatan perasaan batin atau emosi jiwa. Setelah kita menggunakan daya cipta terhadap keinginan, maka dilanjutkan dengan merasakan dalam batin bahwa keinginan tersebut telah hadir dan dirasakan. Inilah sebenarnya yang dimaksud agar dalam berdoa harus dilakukan dengan sungguhsungguh dan yakin doanya pasti dikabulkan. Apapun permohonan kita tidaklah sulit bagi Tuhan untuk mengabulkannya. Kita harus selalu berprasangka baik kepada Tuhan, karena Tuhan mengikuti persangkaan hamba-hambaNya. Sehingga kita harus percaya apa yang kita minta sudah menjadi milik kita dan telah menerimanya. Seseorang yang berdoa dengan keyakinan penuh seperti ini akan terlihat ekspresi wajahnya usai berdoa, yaitu diliputi perasaan bahagia, senang dan gembira. Meski saat berdoa

tangan bergetar dan mata berlinang air mata. Sangatlah penting untuk merasa diri kita selalu dalam keadaan baik dan bahagia. Pada intinya tidak boleh ada keraguan sedikitpun. Keraguan dapat merusak daya cipta dan perasaan kita sendiri. Karena itu, rasakan seolah-olah kita telah menerima apa yang kita inginkan. Itulah sebabnya, kita harus benar-benar berhasrat terhadap apapun yang diinginkan. Seperti diuraikan sebelumnya, keinginan itu harus jelas dan jangan setengah-setengah. Misalkan, seseorang memiliki keinginan untuk bekerja di perusahaan pertambangan, tetapi dengan hasrat yang tidak terlalu menggebu-gebu atau sekadarnya saja. Ketika kemudian keinginan itu tercapai, biasanya tidak akan betah bekerja di perusahaan tambang tersebut. Hal ini terjadi karena hasratnya memang tidak ada. Tentu sia-sia saja keinginan itu. Bahkan terkesan menolak pemberian Tuhan, meski sebelumnya orang itu yang meminta. Jadi jangan main-main dengan doa. Harus sungguh-sungguh. Karsa Karsa bermakna keinginan atau kemauan yang kuat. Apabila dalam tahap cipta dan rasa, keinginan-keinginan itu masih tak kasat mata, maka dalam tahap selanjutnya keinginan itu harus diupayakan maujud sehingga dapat dilihat, disentuh dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Karsa berarti kekuatan untuk mewujudkan keinginan tersebut menjadi nyata. Persoalannya adalah dengan cara bagaimana mewujudkannya? Tugas kita sebenarnya bukanlah menemukan bagaimana caranya. Sebab cara itu akan muncul dengan sendirinya dari komitmen dan keyakinan pada apa yang diinginkan. Cara adalah urusan Tuhan. Dengan kata lain, Tuhanlah yang selalu tahu cara tersingkat, tercepat dan terharmonis dalam mewujudkan keinginan kita. Jadi yang perlu dilakukan adalah bekerja (apapun pekerjaan itu) dengan perasaan sungguh-sungguh dan ikhlas dalam menjalaninya. Bersyukurlah dengan apa yang sudah dimiliki dan lakukan pekerjaan apa saja. Jangan diam atau duduk bermalas-malasan. Meskipun tampak yang dikerjakan saat ini tidak sesuai dengan keinginan-keinginan yang diharapkan, tetapi yakinlah keinginan itu akan terwujud. Kita bisa memulainya tanpa bekal apapun, serta tanpa tahu jalan mana yang harus dilalui. Tuhan yang akan membuatkan jalan untuk mencapai keinginan kita. Sebab Tuhan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Harap difahami, ketiga istilah tersebut tidak harus berurutan. Bisa saja dimulai dari cipta, karsa, rasa atau rasa, cipta, karsa atau karsa, cipta, rasa. Bebas-bebas saja. Demikian sekelumit rahasia kekuatan cipta, rasa dan karsa. Ketiga istilah tersebut merupakan warisan para leluhur negeri ini dan pernah menghasilkan peradaban besar. Anda berminat mencobanya ?

Indahnya Kegagalan Suatu hari saat kuliah dulu, saya dan teman-teman hiking ke salah satu gunung tertinggi di Jawa barat. Karena kondisi jalan yang licin akibat baru terguyur hujan, beberapa kali saya terpeleset, terjatuh hingga badan berlumuran Lumpur. Cuaca yang dingin berkabut, ditambah lagi kambuhnya rasa nyeri di kaki akibat terjatuh dari motor setahun sebelumnya, membuat perjalanan tersebut kian berat kurasakan. Belum lagi rasa letih dan pegal akibat membawa ransel yang membebani punggungku, semuanya semakin menambah berat perjalananku. Tanpa terasa, puncak gunung terlihat sudah di depan mata, kami pun berteriak kegirangan, dan dengan penuh semangat kami percepat langkah kami .Tapi ternyata, sudah lebih dari lima belas menit kami berjalan, kami masih belum mencapainya, ternyata puncak tidak sedekat yang kami kira.Dengan langkah gontai penuh kecewa, saya paksakan kaki ini untuk melangkah, kami saling menguatkan hati satu sama lain, dan terus berjalan merangkak menuju puncak. Akhirnya, sampailah kami pada puncak gunung itu dalam keadaan bahagia dan luar biasa puas.Luar biasa Puas karena keindahan gunung itu lebih dari apa yang kami bayangkan sebelumnya , dan kepuasan yang lain adalah karena kami telah berhasil melewati berbagai rintangan dan hambatan.andaikata satu kedipan mata sudah ada di puncak gunung tersebut , barangkali nilai kepuasannya tidak sedahsyat ini, begitu fikirku saat itu. Hal tersebut mengajarkanku bahwa untuk mencapai puncak harapan, akan selalu ada berbagai rintangan , keterplesetan, kekecewaan atau keterjatuhan dalam konteks ini saya akan mengistilahkannya sebagai kegagalan. Untuk itulah , agama seringkali mengajarkan kita untuk sabar dalam menghadapi segala hambatan di hidup ini, atau sabar dalam menerima dan kemudian melewati kegagalan demi kegagalan. Dan dalam kesabaran, kita sesungguhnya sedang terhubung dengan energi Ilahi yang tanpa batas sebagaimana firmanNya : 'Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.' (QS. 2:153/ 8:66) Saat dipuncak kegagalan dalam keterbatasan kita, sesungguhnya , energi Tertinggi yang Tak Terbatas senantiasa hadir di tengah -tengah kita .Tentang hal ini, Syeikh Muhyiddin Ibnu Arabi berkomentar Tuhan menemukan kesempurnaaNya dalam keterbatasan kita. atau sebagaimana sebuah hadist Qudsi yang mengatakan, Aku hadir dalam hati orang-orang yang remuk. Artinya di setiap puncak kesulitan dan keterbatasan kita Sumber Energi Tertinggi senantiasa hadir dan mencurahkan kuasaNya pada kita, sebagaimana Musa as yang berada dalam puncak keterbatasannya saat Fir`aun dan tentaranya kian mendekat sementara di hadapanNnya tidak ada jalan lain kecuali lautan, saat itulah Sang Maha Terbatas men campur tangani urusan Musa dengan membelahkan lautan untuk beliau alaihissalaam. Saat itu, segala keterbatasan kita menjadi tak terbatas, segala ketidakmungkinan kita menjadi MUNGKIN Kegagalan merupakan anak tangga menuju sukses Di balik manisnya kesuksesan selalu ada setumpuk kegagalan. Seorang bayi, ketika belajar berbicara, harus melewati kegagalan dalam mengucapkan huruf, kata, dan kalimat. Sebelum seorang anak bisa berjalan, bahkan berlari, pasti mengalami jatuh berkali-kali. Kegagalan juga dialami oleh para ilmuwan, Sebelum mereka berhasil mempersembahkan penemuan yang gemilang, mereka banyak mengalami

kegagalan (puluhan, bahkan ratusan kegagalan) dalam percobaan dan riset yang mereka lakukan. Sebelum Thomas Alva Edison menemukan bola lampu yang berhasil merevolusi kehidupan manusia, ia melakukan banyak kesalahan dan mengalami ratusan percobaan yang gagal. Bahkan dari ratusan percobaan tersebut, hanya satu yang berhasil membawa sukses: penemuan bola lampu. Demikian juga dengan olahragawan, sebelum mereka berhasil membukukan sukses, mereka juga harus melewati jalan yang sama: kegagalan. Jack Canfield, Penulis buku best seller Chicken Soup for Soul pernah mengalami penolakan sebanyak 36 kali dari berbagai penerbit sebelum bukunya pada akhirnya diterbutkan, laku keras, dan sukses. Hal yang sama juga dialami oleh para pebisnis sukses. Mereka bahkan memasukkan kegagalan dalam rencana sukses mereka. Kegagalan mereka antisipasi dalam perjalanan meraih sukses, sehingga mereka pun bisa mempersiapkan diri dengan baik untuk melewati jalan yang penuh kesulitan.Ketika jalan itu berhasil mereka lalui, mereka mengambil pelajarannya dan terus melaju meraih yang mereka citacitakan. Belajar dari Siti Hajar Barangkali kita ingat sejarah Siti Hajar as, sang guru besar teladan kepasrahan, kesabaran, ketaatan tanpa mengeluh, perjuangan dan cinta suci.Pada masa lalu, Siti Hajar bersama bayinya Ismail yang masih merah ditinggalkan Ibrahim as kepala rumah tangga mereka di tanah tandus tak berpenghuni. Saat Ibrahim sang suami meninggalkannya, bertanyalah Siti Hajar, Wahai suamiku, mengapa engkau tinggalkan kami. Ibrahim terdiam , menangis tanpa sanggup berkata apa-apa, kecuali menunduk sambil bergegas meninggalkan isteri dan buah hatinya tersebut.Untuk keduakalinya Hajar bertanya lagi, Wahai suamiku mengapa engkau tinggalkan kami. Lagi-lagi Ibrahim tidak menjawab kecuali menunduk haru sambil bergegas pergi.Dengan kesabarannya, Hajar bertanya lantang pada suaminya Ibrahim yang kian jauh dari pandangan, Wahai suamiku, apakah ini perintah Allah? .Suaminya mengangguk sambil menjauh dari pandangan, meninggalkan Siti hajar bersama Ismail kecil di tengah padang gersang menyendiri. Sang bayi Ismail pun menangis keras , Hajar berusaha menyusuinya, namun malang air susunya tak keluar setetes pun.Saat tangis sang bayi kian keras, hajar bangkit , tanpa mengeluh ia berusaha bergerak berlarian ke sana kemari mencari seteguk air bagi anaknya.Hal ini mengingatkan kita pada perjuangan ibu kita, dan ayah kita yang telah membesar kita dengan susah payah, karena keringat merekalah kita tumbuh seperti ini.Kita kembali ke kisah tadi, akhirnya sampailah Siti Hajar di bukit Shofa yang dari jauh terlihat seperti ada air ternyata kering tak ada air setetes pun.Di Shafa ini Siti Hajar berdiri dan melihat air di Marwah bukit batu yang satunya, dengan semangat bergegaslah hajar ke Marwah untuk mendapatkan air bagi anaknya, dan lagi-lagi hanya bukit batu keringlah yang ia dapat, tak ada air setetes pun.Di Marwah kembali ia berdiri dan terlihat ada air di bukit Shofa, kembali ia berlari ke bukit Shofa dan lagi-lagi hanya batuan kering yang ia dapatkan, tak ada setetes air pun yang didapat, begitulah hingga tujuh balikan ia berlarian dari shofa kemarwah, dan dari marwah ke shofa yang panas dan tandus.Saat harapan seolah tada lagi, rasa letih dan haus telah sampai pada puncaknya, tiba-tiba saat memohon ampunan dan rahmat dari Tuhannya, Hajar merasakan basah pada telapak kakinya, diangkatlah kedua kakinya dari tempat tersebut yang bergemuruh, Maha besar Tuhan, air memancar dari tempat ia berdiri, serta merta ia membuat kubangan air dengan kedua tangannya sambil berkata

zam zam Zam. Atau berkumpulah , berkumpulah zam-zam, mata air cinta yang tidak pernah mengering.

.Ya, itulah awal mula munculnya mata air

Peristiwa tersebut mengajarkan kepada kita bahwa sebelum Hajar memperoleh Zam-zamnya yang tidak pernah mengering, ia harus melintasi perjalanan bulak-balik shofa marwah dalam rangka mencarikan air baginya dan anaknya yang ternyata tidak ditemukannya di kedua bukit tersebut.Sebagaimana sabarnya Hajar melintasi shofa marwah kegagalannya, kita pun harus pula sabar melintasi shafa marwah kegagalan kita sendiri sebelum akhirnya pertolongan Tuhan hadir ditengah-tengah kita.Andaikata Siti hajar saat itu menyerah belum sampai 7 balikan misalnya baru enam kali bulak-balik shofa marwah ia berhenti dan pulang mengejar Ibrahim, barangkali tidak pernah ada zam-zam. Demikian pula dengan Thomas Alpha Edison yang pada akhirnya berhasil menciptakan sebuah bola lampu dari seribu kali kegagalan sebelumnya, andaikata saat baru puluhan atau ratusan kali gagal ia menyerah, barangkali saat ini tidak akan ada lampu, atau barangkali kita tidak akan mendengar nama Thomas Alpha Edison sebagai penemu lampu. Maka demikian halnya dengan kita, bila kita menyerah ditengah jalan begitu saja, barangkali kita tidak akan menemukan kesuksesan kita, dan dipecundangi oleh sesuatu yang kita kita mnyebutnya sebagai kegagalan

Belajar sabar dari Nabi Muhammad yaitu Orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka (QS Al-Hajj, 22: 35) Kita tahu, secara historis bahwa kemenangan atau kesuksesan spiritual Arrosul yaitu Israk Mikraj (tahun ke-10 kenabian) dan awal kesuksesan politis-sosiologis beliau yaitu berdirinya Negara masyarakat Madinah didahului sebuah tragedi penting: yaitu Tahun Duka Cita .Pada tahun ini sirah mencatat tentang mangkatnya Khadijah (isteri Nabi) pendukung ekonomi perjuangan Nabi dan dan berturut-turut pada tahun yang sama Abi Thalib (paman) yang mendukung perjuangan beliau secara politis wafat. Hilangnya kedua figur yang sedari awal menjadi tulang punggung dakwah itu memiliki implikasi besar bagi suasana psikis nabi. Sejalan dengan itu, kaum Quraisy gencar meningkatkan tekanan-tekanan psikis, ekonomis, dan politis mereka atas nabi dan pengikut-pengikut awalnya. Pahitnya boikot terhadap kebutuhan pangan dan komunikasi, dirasakan nabi dan para sahabat selama kurang lebih dua tahun.Pada tahun yang sama, para Muhajirin , yakni para pengikut Nabi yang hijrah ke Ethiopia yang dipimpin oleh ja`far sepupu Nabi diusir. Hadist Riwayat Ahlul bait (Keluarga Nabi) menggambarkan betapa berat tekanan psikis yang ditanggung Nabi saat itu terlihat dalam doa yang beliau panjatkan yang dikenal dengan Doa Thoif : "Ya Allah, kepada-Mu aku mengeluhkan kelemahan-kelemahanku, ketidakberdayaanku, dan kehinaanku di hadapan manusia. Wahai yang Maha Pengasih di antara yang mengasihi! Engkau Tuhan orang-orang yang lemah dan Engkau adalah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau hendak menyerahkan diriku? Kepada orang-orang asing yang bermuka masam terhadapku atau kepada musuh yang Engkau takdirkan akan mengalahkanku? Hal itu tidak aku risaukan, jika Engkau tidak murka kepadaku. Namun, rahmat-Mu

bagiku amat luas. Aku menyerahkan diri pada cahaya-Mu yang menerangi segala kegelapan dan menentukan kebaikan urusan dunia dan akhirat. Aku berlindung dari murka-Mu. Aku senantiasa mohon rida-Mu. Karena tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas perkenan-Mu."(1) Pada tahun tahun penuh kesulitan tersebut , justeru ayat-ayat yang berisi janji -janji Allah berupa kemenangan yang dekat turun silih berganti untuk menguatkan hati arrosul, dan benarlah demikian, skenario Allah berjalan. Nabi diberikan kemenangan spiritual berupa diperjalankan (isra ) dan dinaikkan (mi raj) menuju ke haribaan-Nya.Beberapa tahun setelahnya, kemenangan demi kemenangan dating silih berganti, mulai dari keberhasilan hijrah beliau ke Yatsrib yang kemudian menjadi sebuah tatanan masyarakat Madani yang bernama Madinah, dan seterusnya hingga Fuuttuh Makkah. Maka demikianlah, bahwa kegagalan dalam wujud kesedihan, kejatuhan, keterpurukan , kekecewaan dan yang lainnya adalah merupakan langkah awal dari sebuah kesuksesan, tinggal apakah hati kita cukup lega , atau lapang untuk menerimanya.Bila ya, siap-siaplah untuk meraih kesuksesan, akan tetapi bila tidak, siap-siaplah untuk menghadapi kegagalan-demi kegagalan berikutnya hingga seterusnya, Oleh : Akbar Kuspriadi, Grand Master Reiki Neo Sufi Jangan meremehkan kekuatan hati atau perasaan, karena ternyata kekuatannya 5.000 kali kekuatan pikiran. Selama ini para motivator selalu mengajar untuk berpikir positif, namun ternyata berperasaan positif juga penting untuk menggapai apa yang kita impikan, yakni dengan merasakan ikhlas. Hati itu bicaranya sederhana dan ikhlas itu kerja yang paling gampang. Tapi kesulitan kita belajar ikhlas itu karena pikiran kita sudah terlalu lama tidak sederhana. Pikiran selalu mencari data dan bukti nyata, kata Erbe Sentanu, pelopor Teknologi Ikhlas dalam roadshow seminar buku yang ditulisnya Quantum Ikhlas . Pada seminar yang diselenggarakan oleh Katahati Institute dengan Elex Media Komputindo ini juga tampil rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Komarudin Hidayat dengan moderator mantan model Auk Murat. Komarudin Hidayat memaparkan lima tangga kebahagian, yaitu kebahagiaan fisikal, kebahagiaan dari kapasitas intelektual, keindahan, kebahagiaan moral dan kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan fisikal menurut Komarudin Hidayat adalah yang terkait dengan fisik kita. Jika capek, kita duduk. jika panas berteduh. Tapi kalau hidup mengandalkan fisik, jelas terbatas, kata Komarudin Hidayat. Kebahagiaan kapasitas intelektual kita dapat dari membaca buku, membuat artikel atau tulisan. Keindahan juga merupakan sumber kebahagiaan. Sementara itu, keikhlasan akan bertemu dengan kebahagiaan moral. Sedangkan kebahagiaan spiritual akan kita rasakan saat kita bersyukur atau berterima kasih atas segala hal yang kita terima. Ikhlas Tuhan melalui berbagai ajaran agama telah mengajarkan kita menerapkan ikhlas agar kita mendapatkan apa pun yang kita inginkan. Sayangnya, sebagian orang malah keliru menafsirkan ikhlas dengan menggolongkannya sebagai sikap yang lemah. Padahal, di dalam ikhlas terdapat sifat-sifat ilahiah, sifatsifat yang dimiliki Tuhan. Di antaranya, bersyukur, sabar, fokus, cinta, damai, dan bahagia. Karena itu ikhlas justru sangat powerful untuk diterapkan di semua bidang kehidupan. Kondisi ikhlas bisa membawa manusia menjadi sangat kuat, cerdas dan bijaksana.Karena dengan hati yang ikhlas kita bisa berpikir lebih jernih, mampu menjalani hidup dengan lebih efektif dan produktif

untuk mencapai tujuan. Bahkan hubungan dengan siapa pun akan terjalin semakin menyenangkan. Jika anda selalu berhasil merasa bahagia dan ikhlas di hati, anda akan memiliki hidup yang penuh dengan sukses kebahagiaan lahir batin yang sempurna, kata Erbe Sentanu. Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap kita mempunyai kekuatan tapi juga mempunyai kelemahan. Kekuatan kita adalah hal-hal yang dapat kita lakukan dengan sangat baik dan membuat kita bergairah. Melakukan hal itu sangat mudah bagi kita dan sangat menyenangkan. Kekuatan kita memberitahukan kepada kita mana yang bisa kita lakukan dengan baik dan mana yang sulit kita lakukan. Karena kita mempunyai kekuatan dan juga kelemahan, ini berarti kita tidak bisa melakukan semua hal dengan sama baiknya. Kalau kita mau maksimal maka kita perlu fokus untuk mengembangkan kekuatan kita. Inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang sukses, mereka berfokus untuk terus mengembangkan kekuatan mereka dan mendelegasikan semua yang lainnya. Beberapa tahun yang lalu, seorang reporter bertanya kepada seorang pelatih tim pingpong Cina mengenai bagaimana tim tersebut berlatih. Pelatih tim tersebut mengatakan bahwa mereka meluangkan paling tidak delapan jam setiap hari untuk melatih titik-titik kekuatan mereka. Latihan sejenis ini meningkatkan kekuatan sampai titik maksimumnya dan kekuatan-kekuatan tersebut mengkompensasi kekurangan-kekurangan mereka. Dia memberi contoh lebih lanjut tentang salah satu pemain yang memukul bola dengan pukulan forehand. Pemain tersebut tidak mempunyai pukulan backhand yang baik, maka dia hanya menggunakan forehandnya dengan begitu efektifnya sehingga tidak dapat dikalahkan. Ilustrasi sederhana ini merupakan pengingat hebat untuk menerapkan hal yang sama dalam memaksimalkan kekuatan-kekuatan kita di setiap sektor kehidupan. Galilah kekuatan Anda dan hiduplah di dalamnya maka kesuksesan akan menjadi milik Anda.

You might also like