You are on page 1of 11

Pemahaman terhadap keIslaman selama ini dipahami sebagai dogma yang baku dan menjadi suatu norma yang

tidak dapat dikritik, dan dijadikan sebagai pedoman mutlak yang tidak saja mengatur tingkah laku manusia, melainkan sebagai pedoman untuk menilai dogmatika yang dimiliki orang lain, meskipun demikian dogmatika tersebut tidak dapat dilepaskan dari segi sejarah pembentukan dogma itu sendiri. Kecenderungan salah penafsiran terhadap norma mengakibatkan truth claim, dimana klaim mengasumsikan bahwa tidak ada kebenaran dan keselamatan manusia kecuali dalam agamanya. Dogmatika yang dipahami secara fanatik tersebut disosialisasikan sejak dini dan dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Sehingga norma dan tingkah laku umat beragama terkotak, di satu sisi ia menekankan ketertundukan dengan mematikan potensi berfikir, tetapi di sisi yang lain terjadi pemberhalaan sedemikian rupa yang menyebabkan doktrin tersebut menjadi pembatas kesatuan antar manusia. Sehingga agama yang sebenarnya pada esensinya sebagai bentuk ekspresi religiousitas, dimana makna cinta kemanusiaan menjadi inti dari agama, berubah menjadi sumber konflik atas nama Tuhan. Di sinilah, maka pemikiran Amin Abdullah menjadi relevan, karena berusaha merumuskan kembali penafsiran ulang agar sesuai dengan tujuan dari jiwa agama itu sendiri, dan di sisi yang lain mampu menjawab tuntutan zaman, dimana yang dibutuhkan adalah kemerdekaan berfikir, kreativitas dan inovasi yang terus menerus dan menghindarkan keterkungkungan berfikir. Keterkungkungan berfikir itu salah satu sebabnya adalah paradigma deduktif, dimana meyakini kebenaran tunggal, tidak berubah, dan dijadikan pedoman mutlak manusia dalam menjalankan kehidupan dan untuk menilai realitas yang ada dengan "hukum baku" tersebut. Dalam melakukan penelitian terhadap Amin Abdullah tersebut, digunakan model penelitian pustaka. Dimana peneliti mencoba meneliti pemikiran Amin Abdullah dari bahan dari perpustakaan, atau informasi yang kami kumpulkan didasarkan atas studi kepustakaan yang meliputi buku dan literatur pemikiran Islam yang ditulis oleh Amin Abdullah. Dalam metode tersebut, peneliti menggunakan deskripsi dan analisa terhadap pemikiran Amin Abdullah. Dalam penelitian tersebut, peneliti menemukan bentuk pemikiran Amin Abdullah tentang pendekatan historisitas dan normativitas. Sisi historisitas merupakan bentuk sejarah bagaimana dogmatika itu muncul, sedangkan normativitas adalah aturan baku itu sendiri, yang mana tidak dapat dilepaskan dari pemikiran tentangnya. Dimana penafsiran tentang dogmatika tersebut, tidak hanya ditentukan oleh teks tunggal, melainkan juga kepentingan, kondisi, maupun prejudice yang mendasari penafsiran juga muncul dalam pemikiran keIslaman, yang kini telah dibakukan dan dijadikan pedoman mutlak. II. RUMUSAN MASALAH A. Pengertiatan Normativitas

B. Pengertian Historisitas C. Pengelompokan Islam Normatif dan Islam Historis D. Keterkaitan Normativitas dan Historisitas dalam Studi KeIslaman. III. PEMBAHASAN A. Pengartian Normativitas
Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.[1] Pada aspek normativitas, studi Islam agaknya masih banyak terbebeni oleh misi keagamaan yang bersifat memihak sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis, historis, empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.

B. Historisitas a. Pengertaia Historisitas Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.[2] Definisi tersebut terlihat menekankan kepada materi peristiwanya tanpa mengaitka dengan aspek lainnya. Sedangkan dalam pengartian yang lebih komprehensif suatu peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang melakukan peristiwa tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang sluruhnya berkaitan dengan ajaran Islam diantara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang di capai umat Islam dalam berbagai bidang,seperti dalam bidang pengetauan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya. b. Ruanglingkup sejarah Islam Dari segi periodesasinya dibagi menjadi peride klasik, periode pertengahan dan periode modern. Periode klasik (650-1250 M) dibagi lagi menjadi masa kemajuan Islam I (650-100 M) dan masa disintegrasi (1000-1250 M)[3]

Selanjutnya periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M dibagi menjadi dua masa, masa kemunduran I dan masa III kerajaan besar. masa kemunduran I sejak 1250-1500 M.Mas III kerajaan besar berlangsung Sejak 1500-1800 M. Sains Islam dikembangkan oleh kaum muslimin sejak abad Islam kedua, yang keadaannya sudah tentu merupakan salahsatu pencapaian besar dalam peradaban Islam. Selama kurang lebih tujuh ratus tahun, sejak abad kedua hingga kesembilan masehi, paradaban Islam merupakan peradaban yang paling produktif di bandingkan dengan baradaban manapun di wilayah sains dan sains Islam berada pada garda depan dalam berbagai kegiatan, mulai dari kedokteran, astronomi, matematika, fisika dan sebagainya yang di bangun atas arahan nilai-nilai Islami. C. Pengelompokkan Islam Normatif dan Islam Historis Ketika melakukan studi atau penelitian Islam, perlu lebih dahulu ada kejelasan islam mana yang diteliti; Islam pada level mana. Maka penyebutan Islam normati dan islam Historis adalah salahsatu dari penyebutan level tersebut. Istilah yang hamper sama dengan islam Normatif dan Islam Historis adalah Islam sebagai wahyu dan Islam sebagai produk sejarah.[4] Sebagai wahyu, Islam didefinisikan sebagaimana ditulis sebelumnya di atas, yakni: Artinya: Wahyu ilahi yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW. Untuk kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan Islam Historis atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang dipahami dan islam yang dipraktekkan kaum muslim di seluruh penjuru dunia, mulai dari masa nabi Muhammad SAW sampai sekarang. Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan menjadi tiga wilayah (domain).[5] Pertama, wilayah teks asli Islam (the original text of Islam), yaitu Al-quran dan sunnah nabi Muhammad yang otentik. Kedua, pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam (Al-quran dan sunnah nabi Muhammad SAW). Dapat pula disebut hasil ijtihad terhadap teks asli Islam,seperti tafsir dan fikih. Secara rasional ijtihad dibenarkan, sebab ketentuan yang terdapat di dalam al-Quran dan al-Sunnah itu tidak semua terinci, bahkan sebagian masih bersifat global yang membutuhkan penjabaran lebih lanjut. Di samping permasalahan kehidupan selalu berkembang

terus, sedangkan secara tegas permasalahan yang timbul itu belum/tidak disinggung. Karena itulah diperbolehkan berijtihad, meski masih harus tetap bersandar kepada kedua sumber utamanya dan sejauh dapat memenuhi persyaratan.[6] Dalam kelompok ini dapat di temukan empat pokok cabang : (1) hukum/fikih,(2) teologi,(3) filsafat, (4) tasawuf. Hasil ijtihad dalam bidang hukum muncul dalam bentuk : (1) fikih, (2) fatwa, (3) yurisprudensi (kumpulan putusan hakim), (4) kodikfikkasi/unifikasi, yang muncul dalam bentuk Undang-Undang dan komplikasi. Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim. Praktek ini muncul dalam berbagai macam dan bentuk sesuai dengan latar belakang sosial (konteks).[7] Contohnya : praktek sholat muslim di Pakistan yang tidak meletakkan tangan di dada. Contohnya lainnya praktek duduk miring ketika tahiyat akhir bagi muslim Indonesia, sementara muslim di tempat/ negara lain tidak melakukannya. Sementara Abdullah Saeed menyebut tiga tingkatan pula, tetapi dengan formulasi yang berbeda sebagai berikut : Tingkatan pertama, adalah nilai pokok/dasar/asas, kepercayaan, ideal dan institusi-institusi. Tingkatan kedua adalah penafsiran terhadap nilai dasar tersebut, agar nilai-nilai dasar tersebut dapat dilaksanakan/dipraktekkan. Tingkatan ketiga manifestasi atau pratek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda antara satu negara dengan negara lain, bahkan antara satu wilayah dengan wilayah lain. Perbedaan tejadi karena perbedaan penafsiran dan perbedaan konteks dan budaya. Pada level didefinisikan nash wahyu Muhammad. 23 tahun. teks, sebagaimana telah ditulis sebelumnya, Islam sebagai wahyu. Pada dataran ini, Islam identik dengan atau teks yang ada dalam al-Quran dan sunnah nabi Pada masa pewahyuannya memakan waktu kurang lebih

Pada teks ini Islam adalah nash yang menurut hemat penulis, sesuai dengan pendapat sejumlah ilmuwan(ulama) dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : 1. Nash prinsip atau normatif-universal, dan 2. Nash praktis-temporal Nash kelompok pertama, nash prinsip atau normatif-universal, merupakan prinsip-prinsip yang dalam aplikasinya sebagian telah diformatkan dalam bentuk nash praktis di masa pewahyuan ketika nabi masih hidup.

Adapun nash praktis-temporal, sebagian ilmuwan menyebutnya nash konstektual, adalah nash yang turun (diwahyukan) untuk menjawab secara langsung (respon) terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat muslim Arab ketika pewahyuan. Pada kelompok ini pula Islam dapat menjadi fenomena sosial atau Islam aplikatif atau Islam praktis. Dengan penjelasan di atas tadi dapat ditegaskan, syariah sebagai the original text mempunyai karakter mutlak dan absolut, tidak berubah-ubah. Sementara fiqh sebagai hasil pemahaman terhadap the original text mempunyai sifat nisbi/relatif/zanni, dapat berubah sesuai dengan perubahan konteks; konteks zaman; konteks sosial; konteks tempat dan konteks lain-lain.[8] Sementara dengan menggunakan teori Islam pada level teori dan Islam pada level praktek dapat dijelaskan demikian. Untuk menjelaskan posisi syariat pada level praktek perlu dianalogkan dengan posisi nash, baik al-Quran maupun sunnah nabi Muhammad SAW. Dapat disebutkan bahwa pada prinsipnya nash tersebut merupakan respon terhadap masalah yang dihadapi masyarakat arab di masa pewahyuan. Kira-kira demikianlah posisi Islam yang kita formatkan sekarang untuk merespon persoalan yang kita hadapi kini dan di sini. Perbedaan antara nash dan format yang kita rumuskan adalah, bahwa nash diwahyukan pada nabi Muhammad, sementara format yang kita rumuskan sekarang adalah format yang dilandaskan pada nash tersebut. Hal ini harus kita lakukan, sebab persoalan selalu berkembang dan berjalan maju, sementara wahyu sudah berhenti dengan meninggalnya nabi Muhammad SAW. D. Keterkaitan normativitas dan historisitas dalam studi keIslaman. Dari perspektif filsafat ilmu, setiap ilmu, baik itu ilmu alam, humaniora, social, agama atau ilmu-ilmu keIslaman, harus diformulasikan dan dibangun di atas teori-teori yang berdasarkan pada kerangka metodologi yang jelas[9]. Teori-teori yang sudah ada terlebih dahulu tidak dapat dijadikan garansi kebenaran. Anomali-anomali dan pemikiran-pemikiran yang tidak, kenyataannya ilmu pengetahuan tidak tumbuh dalam kevakuman, akan tetapi selalu dipengaruhi dan tidak dapat terlepas dari pengaruh cita rasa sejarah social dan politik. Pemikiran ini muncul dari adanya kesadaran bahwa teori-teori ilmu pengetahuan hanyalah merupakan produk, hasil karya manusia. Dalam pengertian ini, penerapan filsafat ilmu pada diskusi akademik ilmu-ilmu keIslaman harus dilakukan, karna filsafat ilmu saling berkaitan dengan sosiologi ilmu pengetahuan. Dua cabang ilmu pengetahuan ini jarang didiskusikan dan tidak pernah dimasukan dalam tradisi ilmu keIslaman yang ada. Padahal keduanya merupakan prasyarat dan wacana awal yang harus dimengerti bagi para ilmuan muslim yang ingin terhindar dari tuduhan pembela tipe studi Islam yang hanya bersifat pengulang-ngulangan, statis, disakralkan dan dogmatik.

Ketika pada akhirnya menghadapi masalah-masalah historisitas pengetahuan, patut disayangkan bila sarjana-sarjana muslim dan non muslim yang hendak mengembangkan wacana mereka dalam ilmuilmu keIslaman secara psikologi merasa terintimidasi dengan problem reduksionisme dan non reduksionisme. Dalam hal-hal tertentu, ada beban psikologis dan institusional yang terlibat dalam memperbesar dan memperluas domain, scope dan metodologi ilmu-ilmu keIslaman karena persoalan itu. Sejak awal mula Fazlur Rahman sendiri telah menempatkan Islam normative dalam kerangka kerjanya atau sebagai hard core dalam kerangka kerja Lakatos, yang harus dilindungi dengan sifat-sifatnya yang mendorong pada penemuan-penemuan dan penyelidikan-penyelidikan baru (positive heuristic). Hard core atau Islam normative sama dengan apa yang telah ditetapkan sebagai objek studi agama yang tepat dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Bangunan baru ilmu-ilmu keIslaman, setelah diperkenalkan dan dihubungkan dengan wacana filsafat ilmu dan sosiologi ilmu penegetahuan, lebih lanjut harus mempertimbangkan penggunaan sebuah pendekatan dengan tiga dimensi untuk melihat fenomena agama Islam, yakni pendekatan yang berunsur linguistic- historis, teologis-filosofis, dan sosiologis-antropologis pada saat yang sama. Tentang apa dan bagaimana pendekatan tersebut sudah banyak ditulis oleh para ahlinya. Dengan demikian, ilmu-ilmu keIslaman yang kritis, sebagaimana yang dinyatakan oleh Fazlur Rahman dan Mohammed Arkoun beserta kolega-kolega mereka yang memiliki keprihatinan yang sama, hanya dapat dibangun secara sistematik dengan menggunakan model gerakan tiga pendekatan secara sirkuler, dimana masing-masing dimensi dapat berinteraksi, berinterkomunikasi satu dengan lainnya. Masing-masing pendekatan berinteraksi dan dihubungkan dengan yang lainnya. Tidak ada satu pendekatan maupun disiplin yang dapat berdiri sendiri. Gerakan dinamis ini pada esensinya adalah hermeneutic. IV. KESIMPULAN a. Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran, acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. b. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi. c. Ruang lingkup sejarah Islam dilihat dari segi periodesasinya dibagi menjadi peride klasik, periode pertengahan dan periode modern.

d. Pengelompokkan Islam normatif dan Islam historis menurut Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan menjadi tiga wilayah yaitu: Pertama, wilayah teks asli Islam (the original text of Islam), yaitu Al-quran dan sunnah nabi Muhammad yang otentik. Kedua, pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam (Al-quran dan sunnah nabi Muhammad SAW), Ketiga, praktek yang dilakukan kaum muslim. e. Keterkaitan normativitas dan historisitas dalam studi keIslaman. hanya dapat dibangun secara sistematik dengan menggunakan model gerakan tiga pendekatan secara sirkuler, dimana masing-masing dimensi dapat berinteraksi, berinterkomunikasi satu dengan lainnya. V. PENUTUP Demikian makalah ini kami buat, dalam pembuatan makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kritik dan saran yang konstruktif senantiasa kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA Azizi, Qodri, Elektisisme Hukum Nasional : Kompetensi antara Hukum Islam dan Hukum Umum, Yogyakarta : Gama Media Offset, 2002. Abdullah, Amin, Islam Studies di Pergurut sudah ditiuan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010. Echols, John, dan Sdiliy, Hasan, Kamus Inggris Indonesia, jakarta: Gramedia,1979, Cet.VII.

Mudzar , Atho, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktek, Yogyakarta: pustaka Pelajar, 1998. Nasution, Harun, Islam di Tinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1979.

Nasution, Khoiruddin, Pengantar Studi Islam, cet. Ke 1, Yogyakarta : ACADEMIA + TAZZAFA, 2009. Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta ; Balai Pustaka, 1991,cet. XII.

Syukur, Amin, Pengantar Studi Islam, cet. Ke-5, Semarang : CV. Bima Sejati, 2006. Zaid, Abu, Nasr, The Textuality of The Koran, Islam and Europe in Past and Present, by W. R. Hugenkoltz and K. Van Vliet-leigh (eds.), Wassenaar : NIAS, 1997.

John M. Echols dan Hasan sadiliy, Kamus Inggris Indonesia ,(jakarta: Gramedia, 1979), Cet. VII, hlm 586.
[2] W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta ; Balai Pustaka, 1991), cet. XII hlm.887. [3] Harunasution,Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, Jilid I (Jakarta: UI Press, 1979), hlm 56-75 [4] H. M. Atho Mudzar, Pendekatan Studi Islam dalam teori dan praktek, (Yogyakarta: pustaka Pelajar, 1998), hlm.19-22 [5] Lihat khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, cet. Ke 1 (Yogyakarta : ACADEMIA + TAZZAFA, 2009), Hlm.15. [6] Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, cet. Ke-5 ( Semarang : CV. Bima Sejati, 2006), Hlm. 34. [7] Nasr Abu Zaid, the textuality of the koran, Islam and Europe in Past and present, by W. R. Hugenkoltz and K. Van Vliet-leigh (eds.), (Wassenaar : NIAS, 1997), Hlm.43. [8] Qodri Azizi, Elektisisme Hukum Nasional : Kompetensi antara Hukum Islam dan Hukum Umum (Yogyakarta : Gama Media Offset, 2002), hlm. 56-57. [9]Prof. Dr. M. Amin Abdullah, Islam Studies di Pergurut sudah ditiuan Tinggi (Yogyakarta: Pustaka Belajar), 2010.

STUDI ISLAM ABAD 20


Metodologi studiislam2010 Presentation Transcript 1. METODOLOGI STUDI ISLAM Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang April 2008 Khoirul Asfiyak 2. KISIKISI MATERI KULIAH Agama dan Keagamaan Tipologi Keagamaan Pentingnya Studi Islam Pendekatan Studi Islam Arah Paradigma Baru Studi Agama Model Penelitian Agama Aliran-aliran Pemikiran Dalam Islam I slam dan Tantangan Modernitas Sumber Ajaran Islam Islam di Dunia Kontemporer 3. Perbedaaan Agama dan Keagamaan Agama Keagamaan Kebenaran Absolut Bersifat Ilahiyah Berada diluar Nalar Bersifat Ruhani Konsep Doktrin/Ritual Single Interpretasi Teks Kebenaran Relatif Bersifat Basyariyah Bersifat Humanis Bersifat Lahiriyah Tataran Praktis/Phraxis Multi Interpretasi Konteks 4. PLURALISME Suatu Faham / Ajaran yang berpendapat bahwa nilai kebenaran dalam berbagai hal ( agama, filsafat, hukum dll) adalah banyak / bervariatif dan tidak bersifat tunggal Semua Agama menawarkan kebenaran oleh sebab itu memeluk agama apa saja adalah benar, tidak ada agama yang paling mutlak benar. Agama manapun pasti mengantarkan orang pada Keselamatan 5. EKSKLUSIVISME Suatu Faham / Doktrin yang mengajarkan bahwa Kebenaran itu hanya milik salah satu Agama, golongan, kelompok dan aliran tertentu. Selain itu adalah Salah Karena Ajaran kelompok/golongan/Agama lain salah , maka harus dikonversi / diubah agar sesuai dengan pendapatnya, bila menolak untuk dikonversi, terpaksa harus menggunakan cara-cara kekerasan. 6. TIPOLOGI KEAGAMAAN MASYARAKAT Pluralisme Ekslusivisme Inklusivisme Universalisme Formalisme 7. INKLUSIFISME Suatu faham / ajaran yang berpendapat bahwa Kebenaran adalah apa yang disampaikan oleh doktrin agamanya, dengan tidak menutup kemungkinan doktrin agama lain juga membawa kebenaran Kebenaran dalam agama sendiri harus diyakini sepenuh hati, sedang kebenaran dalam agama lain adalah untuk di hormati

y y

y y

8. UNIVERSALISME Sebuah faham atau ajaran yang menganggap bhw kebenaran agama itu bersifat menyeluruh/berlaku bagi semua orang ( sama antara yg satu dengan yang lain ) sekalipun berbeda dalam bentuk dan cara ibadahnya. Nilai filosofis yang terkandung dalam Ajaran Agama adalah core ( inti ) dari obyektifitas Agama ************* Mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang **************** 9. FORMALISME Suatu faham/ajaran yang menganggap bahwa agama hanyalah kegiatan ritual belaka. Agama hanya dipandang sebagai suatu i dentitas belaka , tidak ada kesadaran spiritual / pemahaman atas kedalaman makna dari doktrin sebuah doktrin agama Agama adalah symbol / lambang, penampakan lahiriyah, pencirian identitas, brand/merk dan bukannya dianggap sebagai sesuatu yang bersifat Bathiniyah Esoteris/Ruhani/filosofis . Ajaran Formalisme mereduksi nilai-nilai kesucian dan keilahiyan doktrin ajaran sebuah agama Belajar menjadi diri sendiri.jangan terpengaruh oleh orang lain .!!! 10. Arah Paradigma Baru Keagamaan Kontemporer Formalisme Essensi Eksklusivisme Eksistensi Inklusivisme Substansialisme 11. Pentingnya Studi Islam a. Agama Sebagai Fenomena Sosial Dinamika Sosial Dinamika Waktu Dinamika Fungsi AGAMA 12. b. Realitas Pluralisme Dalam Masyarakat Ketegangan Solusi Holistik - Kritis Interpretasi Doktrin Historis Normatif Multidisipliner Interdisipliner Pluralisme Agama Keagamaan 13. c. Perkembangan Budaya Faktor Internal Faktor Eksternal Agama Budaya Iptek 14. Pendekatan Studi Agama dll Filosofis Fenomenologis Teologis Sosiologis Antropologis Psikologis Ekonomis 15. Penelitian ( Studi ) Agama Absolut Aksi/Praktik Doktrin/Credo Nisbi AGAMA Nilai Kebenaran 16. Aksi Materi Aksi Akal Aksi Sikap Sains, Antropologi,Arkeologi Filsafat / Kebudayaan Sosiologi / Sejarah Relativitas Agama Relativitas Agama 17. Konstruksi Teori Penelitian Agama Teori Antropolgi Sosiologi T.Tafsir Budaya Simbolik Teori Pertukaran Sikap Teori Sikap Teori Fungsional Teori Perubahan Sosial AGAMA 18. Model Penelitian Agama a. Agama sebagai Doktrin Teks Normatif/Wahyu Agama Bayan/Tafsir/Ta'wil/Ta'kid Dasar Nilai Obyek Penelitian Absoluth Iman Ontologi & Epistemologi / Aqal Spekulatif Bukan Obyek Penelitian 19. b. Agama Sebagai Produk Budaya Unsur Pembentuk Budaya Unsur Pengaruh Budaya Budaya / Kebudayaan Teknologi / Informasi / Opini Norma / Nilai / Etika / Adat 20. I n d i v i d u c. Agama Sebagai Produk Interaksi Sosial Tuhan Lingkungan Community Individu Interaksi / Pola Hubungan Nilai Opini Adat Idea Mazhab 21. Metodologi Studi Islam 22. ALIRAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM PERTEMUAN KE - 6 23. ALIRAN KALAM Mutazilah : Aliran Rasionalisme Islam Qadariyah : Aliran Pra Rasionalisme Syiah : Aliran Syuubiyah M urjiah : Aliran Fatalisme - Pre Determinitik Jabariyah : Aliran Fatalisme - Pre Deterministik Asyariyah : Aliran Modernisme Khawarij : Aliran Scriptualis Ekstrim Dst. 24. ALIRAN FIQH / USHUL FIQH Hanafiyah : Aliran Rasionalisme Malikiyah : Aliran Tradisonalisme Syafiiyyah : Aliran Modernisme Hanbaliyah : Aliran Tradisionalisme Syiah : Aliran Modernisme (Akhbariyah/Ushuliyah) Dhahiriyah : Aliran Scriptualis Revivalisme 25. ALIRAN FILSAFAT Rawaqiyah : Aliran Rasionalisme Masyaiyyah : Aliran Paripatetik ( Empirisme ) Isyroqiyyah : Aliran Illuminisme ( Criticisme ) 26. ALIRAN TASHAWWUF Nadhariy : Aliran Teoritik Amaliy : Aliran Praxhis / Pragmatisme VARIAN: Marifah Mahabbah Haqiqah Wihdatul Wujud Dll. 27. ISLAM DAN TANTANGAN MODERNITAS Gerakan Islam bercirikan Sosial Politik Gerakan Bersifat Reaksioner 28. Islam dan Tantangan Zaman Masa Pertumbuhan Masa Keemasan Masa Kemunduran Yahudi, Kafir, Musyrik Filsafat Hellenisme Merchandise, Militerisme, Missionaris Arab Jahiliyah Perkembangan Sains Kolonisasi 29. Islam dan Tantangan Zaman 3 SM 1 M 6 M 10 M 16 M 20 M Sej. Perjalanan Umat Islam Sej. Perjalanan Umat Nasrani Sains dan Teknologi

y y y y y y y y y

y y y y y

y y y y y

y y

30. SUMBER AJARAN ISLAM Al Quran : Tsubut dan Dalalah Al Hadis : Fungsi Hadis thd al Quran Ijma : Macam Macam Ijma Qiyas : Rukun-rukun Qiyas 31. Tsubut dan Dalalah Tsubut : Proses periwayatan dan penetapan sebuah dalil untuk menguji apakah ia otentik / valid / tidak Dalalah : Makna yang dikehendaki / dimaksud oleh sebuah dalil Qathiy : Kejelasan / Kepastian sebuah dalil sehingga tidak memerlukan penafsiran lain Zhanniy : Ketidakjelasan / Ketidakpastian sebuah dalil sehingga memerlukan penafsiran 32. Al Quran Tsubut Dalalah Qathiy Qathiy Zhanniy Am , Khash, Mutlaq , Muqayyad Khafi, Musykil , Mujmal, Mufassar Ibarah an Nash, Isyarah an Nash, Dalalah an Nash dan Iqtidha an Nash 33. Al Hadist Bayan Takid Bayan Tafsir Bayan Tasyri Kualitas Shahih Hasan Dlaif 34. Qiyas Farun Hukum Asal illat Ashal Ijma Ijma Sharih Ijma Sukutiy 35. Islam di Dunia Kontemporer Revivalisme Modernisme Fundamentalisme Tradisionalisme 36. REVIVALISME Keprihatinan thd Degenerasi sosial-moral dan berusaha untuk merubahnya b. Seruan agar ummat kembali kepada Islam Ideal, dengan cara menghentikan Tahayyul, Kemapanan Mazhab & Berusaha Ijtihad c. Seruan agar pemikiran Predeterministik dihapuskan dalam arus pemikiran ummat Islam d. Seruan Pembaharuan lewat pengembangan dan pengorganisasian kekuatan bersenjata umat Islam ( Gerakan Wahabisme, Syah Waliyullah Dahlawi & Sanusiyah) 37. MODERNISME KLASIK ( Abad 19 20 M ) Penekanan pada fungsi akal dengan cara mencari titik temu ( Kalimatun Sawa ) dengan teks-teks Wahyu Pembaharuan pada bidang Sosial, Pendidikan , Ekonomi, HAM dan Politik Pembaharuan Pendidikan penting, karena: a. IP bukan unsur dinamik dalam pemikiran akan tetapi ia merupakan unsur yang beku diam b. IP yang ada tidak bisa direvisi, IP yg baru diserap bila sejalan c. IP tidak dicapai dengan sistem Induksi akan tetapi lewat metode deduksi Hiasilah dirimu dengan ilmu pengetahuan 38. FUNDAMENTALISME Ciri-ciri : Stagnan, menolak menyesuaikan diri, kekakuan yang menolak seluruh pertumbuhan dan seluruh perkembangan b. Merindukan kembali ke masa lalu dan menisbahkan diri kepada warisan lama ( Konservatif ) c. Bersikap Intoleransi, mengisolasi diri, dan kebekuan mazhab , melawan dan membangkang apa yang menjadi kesepakatan umum

y y y y y

39. NEO REVIVALIS Menggagas nilai-nilai demokratis dalam kehidupan berbangsa dan beragama Memodernisasi sistem pendidikan Islam dengan keyakinan Nilai lama sudah tidak relevan lagi Upaya membedakan diri / mencitrakan diri sebagai Gerakan Non Barat ( Islamisasi Sains dan Pengetahuan ) 40. NEO MODERNISME Berusaha menghadapi semua situasi baru dan yakin bisa menghadapi semua tantangan Gerakan bersifat Kerakyatan ( Populis ) lebih menitik beratkan kepada persoalan riel yg dihadapi ummat Gagasangagasan pemikiran bersifat personal dan tidak terkonsentrasi dalam suatu gerakan yang bersifat organisasi Komunal Berusaha memadukan kebenaran suci al quran dengan penemuan mutakhir di bidang Sains dan Ilmu Pengetahuan

41. Gagasan M. Abduh = Modernisme Purifikasi seluruh ajaran Islam dari pengaruh tahayyul. Khurafat dan Bidah Pembaharuan dan Perubahan terhadap sistem Perguruan Tinggi Islam Perumusan kembali ajaran Islam dengan pemikiran Modern ( Rasionalisasi ) Pembelaan Islam terhadap pengaruh Eropa dan serangan Non Muslim 42. TRADISIONALISME Muslim tradisional ialah mereka yang memegangi "tradisi" Islam suci, baik yang terdapat dalam AlQuran dan hadis maupun yang dikembangkan para ulama dan sufi sepanjang sejarah. Muslim tradisional adalah mereka yang memandang tasauf atau tarekat sebagai dimensi batin atau jantung pewahyuan Islam; mereka yang menghormati para wali dan ulama yang dianugerahi Tuhan dengan karamah, sehingga mampu memahami hikmah abadi Muslim tradisional adalah mereka yang menerima hadis bukan hanya sebagai sumber hukum tapi juga sebagai panduan dan pemberi inspirasi etik tanpa terlalu mempersoalkan apakah sebuah hadis itu sahih atau daif (lemah) 43. Wassalam.... Sampai Jumpa Lagi di Lain Kesempatan Uuh..Dasar anak Nakal....

You might also like