You are on page 1of 2

SPYROCON

KAPSUL

KOMPOSISI : Tiap kapsul mengandung : Itraconazole KOMPOSISI : Itraconazole merupakan derivat triazole sintetik yang mempunyai khasiat sebagai obat antifungal. Itraconazole juga efektif untuk infeksi yang disebabkan oleh fungi / atau jamur baik yang lokal maupun sistematik. Pada penelitian secara in vitro, Itraconazole menghambat sitokrom P-450 sintetik pada ergosterol, yang merupakan komponen penting membran sel pada fungi / atau jamur. INDIKASI : - Terapi jangka pendek : Untuk pengobatan dermatomikosis, fungi keratitis, pitriasis versicolor, kandidiasis mulut dan vulvovagina. - Terapi jangka panjang : Untuk pengobatan onikomikosis dan mikosis sistematik : aspergilosis, blastomikosis sistematik, histoplasmosis, kandidiasis, onyptococcosis ( termasuk kriptococcocal meningtis ), paracoccidioidomycosis, sprotrikosis. KONTRAINDIKASI : Pasien yang diketahui hypersensitif terhadap bahan berkhasiat atau bahan tambahan. EFEK SAMPING : - Jangka pendek : sakit kepala, pusing, mual, sakit perut, dispepsia, rash, pruritus, urtikaria, angioedema, dan peningkatan kadar enzim hati yang reversibel. Juga sindroma stevens-johnshon (jarang). - Jangka panjang : edema, gangguan saluran cerna dan peningkatan kadar enzim hati yang reversibel, juga terjadi rambut rontok, hepatitis dan peripheral neuropathy ( jarang ). PERINGATAN / PERHATIAN : - Tidak dianjurkan penggunaan pada anak-anak ( karena data klinis belum memadai ), kecuali potensi manfaatnya lebih besar dibanding resikonya. - Bila selama pengfgunaan timbul gejala-gejala seperti : lelah, mual, muntah, anoreksia, sakit pada abdomen atau urin berwarna gelap, maka harus dilakukan pemantauan fungsi enzim hati secara ketat dan bila terdapat kelainan maka pengobatan harus segera dihentikan. - Pada penderita yang kadar enzim hatinya meninggi, pengobatan dengan Itraconazole tidak boleh dilakukan ( kecuali manfaat yang diperoleh melebihiresikonya terhadap kerusakan fungsi hati ). Pada keadaan ini harus dilakukan pengawasan dengan ketat. - Pada penderita sirosis, bioavailabilitas Itraconazole sedikit menurun ( karena Itraconazole dimetabolisme dalam hati ). Dianjurkan untuk melakukan pemantauan konsentrasi Itraconazole dalam plasma dan tidak perlu penyesuaian dosis. - Hentikan segera penggunaan bila timbul gejala neuropati.

Bila Itraconazole diberikan pada wanita dalam masa subur, maka harus disertai dengan terapi pencegahan kehamilan yang pemberiannya dilanjutkan minimal selama satu siklus haid setelah terapi Itraconazole dihentikan. Itraconazole tidak boleh diberikan kepada wanita hamil. Hati-hati pemakaian kontrasepsi pada wanita yang sedang menyusui karena dapat mengubah siklus menstruasi akibat terapi dengan Itraconazole.

INTERAKSI OBAT : - Pada pengobatan dengan rifampicin odan phenytoin bersama-sama dengan Itraconazole dapat mengur angi kadar Itraconazole dalam plasma. - Pengobatan dengan antasid, absorbent atau antagonis histamin-H 2 dapat mengurangi / menghambat absorpsi Itraconazole. - Metabolisme Itraconazole dapat dipercepat dengan rifampicin. - Itraconazole juga dapat terjadi interaksi dengan cyclosporin A, Warfarin dan Dogoxin. ATURAN PAKAI :
terapi jangka pendek :

Dermatomikosis : 100 mg satu kali sehari dengan lama pengobatan 15 hari. Pitriasi versicolor : 200 mg satu kali sehari selama 7 hari. Kandidiasis vulvovagina : 200 mg dua kali sehari selama 1 hari atau 200 mg satu kali sehari sehari selama 3 hari. Pada daerah dengan keratinisasi tinggi ( seperti karena Tinea pedis dan Tinea manus ) diperlukan pengobatan lanjutan 100 mg / hari selama 15 hari berikutnya. Kandidiasis mulut: 100 mg satu kali sehari selama 15 hari. Pada beberapa pasien dengan immunocompromised ( seperti : penderita AIDS, neutropenia atau pasien transptantasi organ), bioavailabilitas Itraconazole dapat menurun. Oleh sebab itu dosis perlu dinaikkan dua kali lipat. Fungikeratitis : 200 mg satu kali sehari selama 21 hari. Eliminasi Itraconazole pada jaringan kulit lebih lambat dibanding dalam plasma. Efek klinik dan mikologik yang optimal tercapai dalam 2-4 minggu setelah penggunaan dihentikan. Aspergillosis : 200 mg satu kali sehari selama 2-5 bulan. Kandidiasis : 100-200 mg satu kali sehari selama 3-7 minggu. Bila kasus bersifat dessiminated atau invasif, peningkatan dosis sampai 200 mg dua kali sehari. Non-meningeal cryptococcosis : 200 mg satu kali sehari selama 2 bulan sampai 1 tahun . Cryptococcocal meningitis : 200 mg dua kali sehari selama 2 bulan sampai 1 tahun.

Terapi jangka panjang :

Terapi penunjang ( pada kasus meningeal )200 mg satu kali sehari. Blashtomycosis : 100 mg satu kali sehari atau 200 dua kali sehari selama 6 bulan. Histoplasmosis : 200 mg satu sampai dua kali sehari selama 8 bulan. Paracoccidioidomycosis : 100 mg satu kali sehari selama 6 bulan. Sporotrichosis : 100 mg satu kali sehari selama 3 bulan.

You might also like