You are on page 1of 17

HUBUNGAN ALERGI SUSU SAPI TERHADAP ASMA

Nama : Humairah NIM : I1A007055

Pembimbing : dr. Khairiyadi, Sp.A, M.kes

LATAR BELAKANG

Asma

Alergi susu sapi

Latar belakang
Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara alergi susu sapi terhadap asma anak? Tujuan Penelitian Penulisan makalah tinjauan kepustakaan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami hubungan antara alergi susu sapi terhadap asma anak. Manfaat Penelitian Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tentang hubungan antara alergi susu sapi terhadap asma dan penanggulangannya.

Definisi
penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab pada konsensus internasional tahun 1992 yaitu mengi berulang dan atau batuk persisten

asma Alergi susu sapi

suatu reaksi ketidaktahanan tubuh terhdp satu atau lebih protein susu yang biasanya tidak berakibat apa-apa pada orang yang tidak alergi atau suatu kondisi tubuh dimana sistem kekebalan tubuh memberikan reaksi yang berlebihan terhadap protein yang terkandung dalam susu sapi

Epidemiologi
di Australia Barat melakukan penelitian terhadap 2602 anakanak untuk melihat peningkatan resiko asma dan gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para peneliti ini merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan pernafasan.

Penelitian pada 2.184 anak yang dilakukan oleh Hospital for Sick Children di Toronto, Kanada menunjukkan bahwa resiko asma dan gangguan pernapasan mencapai angka 50% lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula, dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI sampai dengan usia 9 bulan atau lebih.

Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI /RSCM, menunjukkan dari seluruh penderita alergi anak, sekitar 2,4% alergi terhadap susu sapi

patofisiologi
Alergi susu sapi terjadi karena mekanisme pertahanan spesifik dan non-spesifik saluran cerna bayi belum sempurna

Protein susu sapi merupakan alergen tersering pada berbagai reaksi hipersensitivitas pada anak

Antigen presenting cells (APC), khususnya sel epitel usus dan sel dendritik, dan sel T memiliki peran utama pada daya tahan oral melalui ekspresi IL-10 dan IL-4. Bakteri komensal usus juga mempengaruhi respon imun mukosa. Daya tahan dibentuk dalam 24 jam pertama setelah lahir dan memproduksi molekul imunomudulator yang memiliki efek bermanfaat dalam pembentukan imun respon. Studi saat ini telah menunjukan bahwa ketidakseimbangan komposisi dari bakteri mikrobiota menjadi faktor utama terjadinya alergi, asma atau inflammatory bowel disease.

Patofisiologi

Kandungan pada susu sapi yang paling sering menimbulkan alergi adalah lactoglobulin, selanjutnya casein, lactalbumin bovine serum albumin (BSA).

manifestasi klinis
Gejala yang terjadi pada alergi susu sapi secara umum hampir sama dengan gejala alergi makanan lainnya. Target organ utama reaksi terhadap alergi susu sapi adalah kulit, saluran cerna dan saluran napas. Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah gatal dan anafilaksis. Reaksi kronis (jangka panjang) yang terjadi adalah asma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna. Saluran napas yang terjadi adalah asma (wheezing), pilek, batuk kronis berulang.

Etiologi dan Faktor resiko


Faktor Lingkungan Faktor genetik
- Hiperreaktivitas - Atopi/Alergi bronkus - Faktor yang memodifikasi penyakit genetik - Jenis Kelamin - Ras/Etnik
Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari) Alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,alternaria/jamur) Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang, makanan laut, susu sapi, telur) Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, betablocker dll) Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray dll) Ekspresi emosi berlebih Asap rokok dari perokok aktif dan pasif Polusi udara di luar dan di dalam ruangan Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika melakukan aktivitas tertentu Perubahan cuaca

Diagnosis
Kelompok anak yang patut diduga asma adalah anak yang menunjukkan batuk dan/atau mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada malam atau dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta adanya riwayat asma dan/atau atopi pada pasien atau keluarga
Pemeriksaan fisik Anamnesis Gejala dan serangan asma pada Seorang anak dikatakan menderita anak tergantung pada derajat serangan asma apabila didapatkan serangannya. gejala batuk dan/atau mengi yang memburuk dengan progresi Prinsip uji eliminasi adalah menghindarkan bahan makanan Dalam anamnesis, perhatian yang menjadi tersangka, dalam hal difokuskan pada reaksi alergi yang ini adalah protein susu sapi, selama terjadi, dan kaitannya dengan 2 minggu. makanan yang dimakannya. Setelah berbagai bahan makanan yang dilanjutkan uji provokasi untuk dicurigai menjadi penyebab alergi mengkonfirmasinya lagi, yaitu diperoleh, diagnosa dikonfirmasi dengan pemberian kembali bahan dengan pemeriksaan berupa uji makanan tersebut, dan dicatat eliminasi dan uji provokasi. reaksi yang terjadi

Pemeriksaan Penunjang Skin Prick Test (SPT)

Klasifikasi
Parameter klinis Kebutuhan obat, dan faal paru 1.Frekuensi serangan 2.Lama serangan < 1x/bulan <1 minggu >1x/bulan 1 minggu Sering Hampirsepanjang tahun, tidak ada remisi 3.diantara serangan 4.Tidur dan aktivitas 5.Pemeriksaan fisik diluar serangan 6.Obat pengendali Tanpa gejala Tidak terganggu Normal, tidak ditemukan kelainan Tidak perlu Sering ada gejala Sering terganggu Mungkin terganggu (ditemukan kelainan) Perlu, non steroid/ steroid inhalasi dosis 100-200 g 7.Uji faal paru (di luar serangan0 8.Variabilitas faal paru Variabilitas >15 Variabilitas >30% PEF/FEV1 >80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60% Variabilitas 20-30% Variabilitas >50% Perlu, steroid inhalasi Dosis 400 g/hari Gejala siang dan malam Sangat terganggu Tidak pernah normal Asma episodic jarang (asma ringan) Asma episodic sering (asma sedang) Asma persisten (asma berat)

Penatalaksanaan

Menghindari alergen (diet eliminasi)

kombinasi pengobatan dengan long acting B2 agonis dan kortikosteroid dalam satu bentuk inhalasi.

Evolusi

Pencegahan
Pencegahan Primer
Bertujuan menghambat sesitisasi imunologi oleh makanan terutama mencegah terbentuknya Imunoglobulin E (IgE). Pencegahan ini dilakukan sebelum terjadi sensitisasi atau terpapar dengan penyebab alergi.

Pencegahan sekunder
Bertujuan untuk mensupresi (menekan) timbulnya penyakit setelah sensitisasi. Pencegahan ini dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi manifestasi penyakit alergi belum muncul. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara pemeriksaan IgE spesifik dalam serum darah, darah tali pusat atau uji kulit. Saat tindakan yang optimal adalah usia 0 hingga 3 tahun.

Pencegahan
Pencegahan Tersier Bertujuan untuk mencegah dampak lanjutan setelah timbulnya alergi. Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan menunjukkan manifestasi penyakit yang masih dini tetapi belum menunjukkan gejala penyakit alergi yang lebih berat. Saat tindakan yang optimal adalah usia 6 bulan hingga 4 tahun.

Algoritma Penatalaksanaan Alergi Susu Sapi Di Bawah 1 tahun


Ketika alergi pada susu sapi diketahui, bayi harus diberikan diet bebas protein susu sapi selama 2-4 minggu. penggantinya, eHF atau SF dapat digunakan. Penggunaan eHF dan SF harus dilakukan dibawah supervisi medis karena kemungkinan terjadinya reaksi alergi. Jika diberikan maka diberikan selama 2 (dua) minggu kemudian bayi dapat dirubah kembali SF atau eHF. Jika setelah diberikan susu sapi kembali gejala tidak muncul, maka makanan yang sebelumnya dilarang dapat diberikan kembali satu per satu.

Alternatif

ASI

Soya

Susu Kambing Susu Formula Ekstensif Hidrolisa

Terima kasih

You might also like