You are on page 1of 25

Anemia Pada Ibu Hamil

Apa Itu Anemia? Anemia pada Ibu Hamil merupakan suatu kondisi ibu hamil dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III atau kadar Hb Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil adalah meningkatnya jumlah kebutuhan zat besi guna pertumbuhan janin bayi yang dikandungnya. Jika sang ibu mengalami kondisi di bawah ini maka akan menyebabkan anemia. Kurangnya asupan zat besi yang dibutuhkan pada makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu Pola makan sang ibu yang cenderung terganggu akibat mual yang dirasakan selama masa kehamilan Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada sang ibu yang diakibatkan oleh persalinan sebelumnya maupun menstruasi. Gejala Umum Yang Dirasakan Penderita Anemia Gejala Umum Yang Dirasakan Penderita Anemia adalah Pucat lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan dalam proses penyembuhan luka.

Dampak Anemia Dampak Anemia oleh ibu hamil yaitu Abortus, lahir prematur, lamanya waktu partus yang dikarena kurangnya daya dorong rahim, pendarahan post partum, rentan terhadap infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hemoglobin kurang dari 4 g persen. Hipoksia merupakan akibat dari anemia yang dapat menyebabkan shock, dalam keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan kematian ibu pada saat persalinan, sekalipun tak disertai pendarahan Kematian bayi serta cacat bawaan. Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil Anemia Pada Ibu Hamil Selain menggunakan terapi obat juga dapat dilakukan dengan terapi diet. Guna memenuhi asupan zat besi, tingkatkanlah memakan makanan yang kaya akan zat besi (Fe) contohnya yaitu, makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran yang memiliki warna hijau tua. Defisiensi besi bukanlah satu-satunya penyebab anemia pada ibu hamil, tetapi jika prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi seringkali dianggap penyebab yang paling dominan. Pertimbangan akan menyebabkan suplementasi tablet besi folat yang selama ini dianggap sebagai cara yang paling bermanfaat dalam mengatasi penyakit anemia. Anemia dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi tablet besi ataupun Tablet Tambah Darah (TTD). Ibu hamil pada umumnya diberikan dosis sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari saat masa-masa kehamilan. TTD tersebut mengandung 200 mg ferrosulfat, yang mana hal tersebut setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Dalam beberapa kasus, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping. Efek samping tersebut diantaranya berupa mual, nyeri lambung, muntah, diare, serta kesulit buang air besar. Untuk mencegah efek samping tersebut terjadi dianjurkan mengkonsumsi TTD setelah makan saat malam hari. Related Article: Rumah Dijual Mau info rumah dijual? jangan ragu untuk meng-klik Pendopo.comManfaat Dan Khasiat Buah ApelIklan di Facebook Lebih Efektif! http://www.mizzu.net/2011/01/anemia-pada-ibu-hamil.html

Sutriani's Blog Just another WordPress.com weblog

Dampak Anemia dan Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil


http://sutriani.wordpress.com/2010/06/14/dampak-anemia-dan-kekurangan-energi-kronik-padaibu-hamil/

Juni 14, 2010 sutriani

Kondisi anemia dan Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, kelahiran premature dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Hasil survey menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil masih sangat tinggi, yaitu 51 persen,dan pada ibu nifas 45 persen. Sedangkan prevalensi wanita usia subur (WUS) menderita KEK pada tahun 2002 adalah 17,6 persen. Tidak jarang kondisi anemia dan KEK pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Malnutrisi bukan hanya melemahkan fisik dan membahayakan jiwa ibu, tetapi juga mengancam keselamatan janin. Ibu yang bersikeras hamil dengan status gizi buruk, berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah 2-3 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan status gizi baik, disamping kemungkinan bayi mati sebesar 1.5 kali. Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur 15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA). Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR. Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan standar LILA <23,5cm. Dari hasil survei BPS tahun 2000-2005 gambaran risiko KEK yang diukur berdasarkan LILA menurut kelompok umur menunjukkan bahwa persentase wanita usia subur dengan LILA < 23.5 cm (berisiko KEK) umur 15-49 tahun rata-rata adalah 15.49. Penelitian Saraswati dan Sumarno (1998) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan kadar Hb <10 g/dl mempunyai risiko 2.25 kali lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar Hb di atas 10 g/dl , dimana ibu hamil yang menderita anemia berat mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR 4.2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tdak anemia berat. Informasi yang dikumpulkan oleh Sub Commitee on Nutrition WHO menunjukkan bahwa paling sedikit satu diantara dua kematian ibu di negara sedang berkembang adalah akibat anemia gizi besi. Suatu studi di Indonesia pada 12 rumah sakit pendidikan pada akhir tahun 1970 melaporkan bahwa angka kematian ibu di kalangan penderita anemia adalah 3.5 kali lebih besar dibandingkan dengan golongan ibu yang tidak anemia. Apabila kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%, risiko kematian maternal meningkat sekitar delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak anemia. Disparitas kematian ibu antar wilayah di Indonesia masih cukup besar dan masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN misalnya resiko kematian ibu karena melahirkan di Indonesia adalah 1 dari 65, dibandingkan dengan 1 dari 1.100 di Thailand. Pada tahun 2002 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia angka 307 per 100.000 kelahiran hidup. Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan. Tingkat kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negaranegara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir

atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%. Terbebas dari kelaparan dan malnutrisi sekaligus mendapat nutrisi yang baik adalah hak asasi

manusia. Malnutrisi membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan kematian dini. Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk menurunkan AKI dan AKB akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. [admin2/dari berbagai sumber]

Artikel

ANEMIA PADA IBU HAMIL

http://selatan.jakarta.go.id/sudinkes/?page=Artikel&id=7 1. DEFINISI ANEMIA Anemia pada masyarakat dikenal sebagai Penyakit Kurang Darah yaitu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal Anemia berbeda dengan Tekanan darah Rendah Tekanan rendah adalah kurangnya kemampuan otot jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh sehingga menyebabkan kurangnya aliran darah yang sampai ke otot dan bagian tubuh lainnya

2. BATAS NORMAL KADAR HEMOGLOBIN Berdasarkan WHO, batas normal kadar HB adalah : - Anak balita - Anak usia sekolah : : 11 gr % 12 gr % 12 gr % 11 gr % 12 gr % 13 gr %

- Remaja putri / WUS : - Ibu hamil :

- Ibu menyusui > 3 bln : - Pria Dewasa :

3. TANDA-TANDA KURANG DARAH (ANEMIA) 5 L (Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lalai) Pusing dan pandangan mata berkunang-kunang Gampang ngantuk Lidah, bibir, kuku, kelopak mata, telapak tangan pucat sekali Wajah/muka pucat

4. PENYEBAB ANEMIA Kurang makan makanan yang banyak mengandung zat besi dan vitamin B12 seperti sayuran hijau, buah berwarna, hati, daging Adanya penyakit kronis seperti malaria, kecacingan dan tumor ganas Adanya perdarahan akibat kecelakaan dan sering melahirkan Jarak kelahiran anak terlalu dekat Ibu hamil bekerja terlalu berat Adanya cacing tambang dalam usus

5. GOLONGAN RAWAN TERHADAP ANEMIA

Anak Balita Anak usia sekolah Ibu hamil dan menyusui serta Tenaga kerja wanita

6. BAHAYA ANEMIA Bagi ibu hamil dapak menyebabkan keguguran, persalinan dini, perdarahan waktu melahirkan, berat badan bayi yang dilahirkan rendah (2.500 gram), kematian janin dalam kandungan Bagi ibu menyusui produksi ASI berkurang sehingga menggangu anak yang sedang disusui Bagi anak usia sekolah dapat menurunkan prestasi belajar dan terganggu aktivitas fisik Bagi tenaga kerja wanita dapat menyebabkan penurunan produktifitas kerja Mudah terkena infeksi dan penyakit lainnya serta gangguan pertumbuhan

7. PENCEGAHAN ANEMIA Pilih makanan yang banyak mengandung zat besi seperti hati, ikan, daging, sayuram yang berwarna hijau serta kacang-kacangan Cukup makan makanan yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi seperti buah-buahan segar Setiap hari ibu Hamil minum 1 pil (tablet) tambah darah (Fe) sampai masa nifas Bila keadaan gawat segera hubungi dokter atau puskesmas terdekat

8. CARA MEMBERIKAN PIL TAMBAH DARAH Setiap ibu hamil harus datang ke Posyandu, untuk memperoleh 30 pil (tablet) tambah darah setiap bulannya selama 3 bulan

Setiap hari, ibu hamil minum 1 pil tambah darah sesudah makan yang cukup untuk sebulan (ingat, 1 hari minum 1 pil)

9. IBU HAMIL IDAMAN Sehat, bugar dan cantik Janin tumbuh sehat Tidak mudah terserang penyakit Terhindar dari keguguran Mengurangi risiko kematian bila mengalami perdarahan

CONTOH MENU SEHARI Pagi : Nasi Empal daging Tumis Kacang Panjang

Jam 10.00

Bubur kacang hijau

Siang

Nasi Ikan goreng Tempe bacam Sayur Bayam + Jagung Pepaya

Malam

Nasi Pepes Ikan Cah Tahu + Kapri Tumis Sawi + Worte Pisang

{ Diposting oleh Seksi Kesehatan Masyarakat 14 Oktober 2010 }

Artikel Lainnya
Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS
Ditulis pada 28 Juli 2011

Pelaksanaan PHBS Rumah Tangga Di Kel. Pancoran Kec. Pancoran


Ditulis pada 01 Juli 2011

Lomba Poco Poco


Ditulis pada 28 Juni 2011

Jabatan Fungsional Penyuluh KESMAS


Ditulis pada 12 Mei 2011

Posyandu
Ditulis pada 04 April 2011 index artikel

ANEMIA PADA IBU HAMIL


24 Jan Oleh: Sohimah *http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/24/anemia-pada-ibu-hamil/ Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut

bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut: 1. Kurang gizi (malnutrisi) 2. Kurang zat besi dalam diit 3. Malabsorpsi 4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain 5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain GEJALA ANEMIA PADA IBU HAMIL Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunangkunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN. Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut: 1. Anemia Defisiensi Besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi. a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Nafero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2002). b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr % (Manuaba, 2001). Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut: 1. Hb 11 gr% : Tidak anemia 2. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan 3. Hb 7 8 gr%: Anemia sedang 4. Hb < 7 gr% : Anemia berat Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 810 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 2025 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2001). 2. Anemia Megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12. Pengobatannya:

a. Asam folik 15 30 mg per hari b. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari c. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari d. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah. 3. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi. 4. Anemia Hemolitik Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini. EFEK ANEMIA PADA IBU HAMIL, BERSALIN DAN NIFAS Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri. SIMPULAN Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi. Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda. * Sohimah, S.ST : Staf Pengajar Prodi DIII Kebidanan STIKES Al-Irsyad KEPUSTAKAAN Manuaba, I.B.G.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC Mochtar, R. 1998 . Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC Notobroto. 2003. Insiden http://dinkes.banjarbarukota.go.id/2011/01/epidemiologi-anemia-pada-ibu-hamil.html
ADVERTISEMENT

ibu hamil merupakan salah satu kelompok penderita anemia. Angka anemia ibu hamil tetap saja masih tinggi meskipun sudah dilakukan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan data SKRT tahun 1995 dan 2001, anemia pada ibu hamil sempat mengalami penurunan dari 50,9% menjadi 40,1% (Amiruddin, 2007). Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007) menjadi 86,04% (tahun 2008), namun cakupan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil menurun dari 66,03% (tahun 2007) menjadi 48,14% (tahun 2008) (Depkes, 2008). RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT Riwayat alamiah penyakit merupakan gambaran tentang perjalanan perkembangan penyakit pada individu dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen penyebab sampai terjadinya kesembuhan atau kematian tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapeutik (CDC, 2010 dikutip Murti, 2010). Hal ini diawali dengan terjadinya interaksi antara host, agent, dan lingkungan. Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host). Menurut WHO (1972), anemia pada kehamilan terjadi jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL (Basu,2010). Sedangkan menurut CDC (1998), anemia terjadi pada ibu hamil trimester 1 dan 3 jika kadar hemoglobin kurang dari 11 mg/dL sedangkan pada ibu hamil trimester 2 jika kadar Hb kurang dari 10,5 mg/dL (Lee,2004). Dari faktor faal atau fisiologis, kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume plasma sekitar 30%, eritrosit meningkat sebesar 18% dan hemoglobin bertambah 19%. Peningkatan tersebut terjadi mulai minggu ke-10 kehamilan. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa bertambahnya volume plasma lebih besar daripada sel darah (hipervolemia) sehingga terjadi pengenceran darah. Hemoglobin menurun pada pertengahan kehamilan dan meningkat kembali pada akhir kehamilan. Namun, pada trimester 3 zat besi dibutuhkan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta persediaan setelah lahir. Hal inilah yang menyebabkan ibu hamil lebih mudah terpapar oleh agen sehingga berisiko terjadinya anemia. Sedangkan, dari unsur gizi ibu hamil dihubungkan dengan kebutuhan akan zat besi (Fe), asam folat, dan vitamin B12. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Dan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin juga membuat kebutuhan zat besi pada ibu hamil semakin besar. Padahal, zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin. Jika fase suseptibel di atas tidak tertangani, maka akan terjadi proses induksi menuju fase subklinis (masa laten) dan kemudian fase klinis dimana mulai muncul tanda dan gejala anemia seperti cepat lelah, sering pusing, malaise, anoreksia, nausea dan vomiting yang lebih hebat, kelemahan, palpitasi, pucat pada kulit dan mukosa, takikardi dan bahkan hipotensi. Selama tahap klinis, manifestasi klinis akan menjadi hasil akhir apakah mengalami kesembuhan, kecacatan, atau kematian (Rohtman, 2002 dalam Murti,2010). Misalnya jika terjadi pada trimester I akan mengakibatkan abortus dan kelainan kongenital, pada trimester II dapat mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin, asfiksia, BBLR, mudah terkena infeksi dan bahkan kematian. Sedangkan pada trimester III akan menimbulkan gangguan his, janin lahir dengan anemia, persalinan tidak spontan .

PERIODE PREPATHOGENESIS DAN PATHOGENESIS Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya volume plasma tetapi tidak sebanding dengan penambahan sel darah dan hemoglobin. Selain itu, dapat disebabkan kebutuhan zat besi yang meningkat serta kurangnya cadangan zat besi dan intake zat besi dalam makanan. Zat besi diperlukan untuk eritropoesis (Atmarita, 2004 dalam Amiruddin et al, 2007). Jika total zat besi dalam tubuh menurun akibat cadangan dan intake zat besi yang menurun, maka akan terjadi penurunan zat besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan sumsum tulang belakang. Setelah cadangan habis, akan terjadi penurunan kadar Fe dalam plasma padahal suplai Fe pada sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin menurun. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan eritrosit tetapi mikrositik sehingga terjadi penurunan kadar hemoglobin (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). Anemia pada kehamilan tersebut dinamakan anemia defisiensi besi. Klasifikasi anemia dalam kehamilan lainnya diantaranya adalah anemia megaloblastik, anemia hipoplastik dan anemia hemolitik. Anemia megaloblastik termasuk dalam anemia makrositik dimana anemia terjadi karena kekurangan asam folat dan atau vitamin B12. Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran eritrosit yang lebih cepat dari pembuatannya akibat kehilangan darah akut/ kronis (Basu, 2010). Jika sebab-sebab di atas terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan, kecacatan atau kematian. Manifestasi klinis anemia diantaranya adalah: Tanda Takikardi Hipotensi Hemoglobin kurang dari 11 gr/dL Gejala Cepat lelah Sering pusing Malaise Anoreksia Nausea dan vomiting Palpitasi Pucat pada kulit dan mukosa Kemudian tahap patogenesis berakhir pada kesembuhan, kecacatan dan bahkan kematian. Jika timbul kesakitan atau kecacatan dapat berdampak pada kehamilannya, janinnya, persalinannya dan bayi nantinya. Yang berdampak pada kehamilan seperti abortus dan partus imatur, yang berdampak pada janinnya adalah dismaturitas, mikrosomi, BBLR, gangguan pertumbuhan janin. Yang berdampak pada persalinannya yaitu partus lama, perdarahan, inertia uteri. Sedangkan, yang berdampak pada bayi nantinya adalah kelainan/ kecacatan, asfiksia, infeksi (Soeprono dalam Amiruddin et al, 2007) . PENCEGAHAN DAN PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN Peran perawat dapat masuk dalam tahap pencegahan. Dimana tahap pencegahan tediri dari

tiga(3) yaitu: Pencegahan Primer Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010). Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, perawat komunitas dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, perawat juga dapat berperan sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia pada kehamilan. Perawat dapat menjadi fasilitator atau penghubung dengan pihak terkait mengenai penyediaan tablet tambah darah kepada ibu hamil. Selain itu, sebagai fasilitator perawat dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam mempromosikan kesehatan. Perawat juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya secara rutin di tempat pelayanan kesehatan terdekat dan memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection) seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, perawat dapat memberikan tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. Dalam hal ini, perawat dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor, edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan peneliti, perawat dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di suatu daerah, sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan terhadap kejadian anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka perawat sebagai care giver dan kolaborator dapat memberikan terapi oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat). Sebagai edukator, konselor dan motivator, perawat dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Perawat juga dapat memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di wilayahnya. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.

Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, perawat dapat berperan sebagai care giver, edukator, konselor, motivator, kolaborator, dan fasilitator. KARAKTER TRIAS EPIDEMIOLOGI Trias epidemiologi terdiri dari host, agen dan lingkungan. Host Faktor host (pejamu) dalam kasus anemia pada ibu hamil adalah ibu hamil yang terdiri dari: a. Umur Semakin muda umur ibu hamil, semakin berisiko untuk terjadinya anemia. Hal ini didukung oleh penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ibu remaja memiliki prevalensi anemia kehamilan lebih tinggi dibanding ibu berusia 20 sampai 35 tahun. Hal ini dapat dikarenakan pada remaja, Fe dibutuhkan lebih banyak karena pada masa tersebut remaja membutuhkannya untuk pertumbuhan, ditambah lagi jika hamil maka kebutuhan akan Fe lebih besar seperti yang sudah dijelaskan pada riwayat alamiah. Selain itu, faktor usia yang lebih muda dihubungkan dengan pekerjaan, status sosial ekonomi dan pendidikan yang kurang. b. Kelompok etnik Berdasarkan penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA bahwa ras kulit hitam memiliki risiko anemia pada kehamilan 2 kali lipat dibanding dengan kulit putih. Hal ini juga dihubungkan dengan status sosial ekonomi c. Keadaan Fisiologis Keadaan fisiologis ibu hamil, peningkatan Hb tidak sebanding dengan penambahan volume plasma yang lebih besar, selain itu didukung dengan kebutuhan intake Fe yang lebih banyak untuk eritropoesis. d. Keadaan imunologis Keadaan imunologis dari ibu hamil yang dapat menyebabkan anemia dihubungkan dengan proses hemolitik sel darah merah yang nantinya disebut anemia hemolitik. Hal ini juga berhubungan dengan ada maupun tidak adanya penyakit yang mendasari seperti SLE(Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menyebabkan hancurnya sel darah merah. e. Kebiasaan Kebiasaan ini meliputi kebiasaan makan pada ibu hamil, apakah intake nutrisinya adekuat atau tidak atau mengandung Fe, asam folat, vitamin B12 ataukah tidak. Selain itu, kebiasaan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan juga mempengaruhi besar kecilnya kejadian anemia pada ibu hamil. Menurut penelitian Adebisi dan Strayhorn (2005) di USA, bahwa ibu hamil yang merokok dan minum alkohol juga mempengaruhi terjadinya anemia. f. Sosial ekonomis Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah kondisi ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Ibu hamil dengan keluarga yang memiliki pendapatan yang rendah akan mempengaruhi kemampuan untuk menyediakan makanan yang adekuat dan pelayanan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi kejadian anemia. Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang kurang juga akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam mendapatkan informasi mengenai anemia pada kehamilan. g. Faktor kandungan dan kondisi/ riwayat kesehatan Faktor kandungan diantaranya paritas, riwayat prematur sebelumnya, dan usia kandungan. Ibu dengan riwayat prematur sebelumnya lebih berisiko dibanding dengan ibu yang tidak memiliki riwayat tersebut. Ibu dengan primipara berisiko lebih rendah untuk terjadi anemia daripada ibu

dengan multipara (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Kondisi atau riwayat kesehatan diantaranya adalah apakah ibu hamil menderita penyakit diabetes, ginjal, hipertensi, dan penyakit kronis lainnya. Ibu hamil mempunyai riwayat penyakit kronis tersebut, semakin berisiko terjadinya anemia pada ibu hamil (Omoniyi, Stayhorn, 2005). Agen Agens atau sumber penyakit pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu: a. Unsur gizi Terjadinya anemia pada ibu hamil juga dapat disebabkan karena defisiensi Fe, asam folat dan vitamin B dalam makanan. Defisiensi ini dapat terjadi karena kebutuhan Fe yang meningkat, kurangnya cadangan dan berkurangnya Fe dalam tubuh ibu hamil. b. Kimia dari dalam dan luar Anemia pada ibu hamil juga dapat terjadi karena berhubungan dengan kimia dan obat. Anemia tersebut dinamakan anemia aplastik. Kehamilan mengakibatkan peningkatan sintesa laktogen plasenta, eritropoetin dan estrogen. Laktogen plasenta dan eritropoetin menstimulasi hematopoesis dimana estrogen menekan sumsum tulang. Ketidakseimbangan tersebut menyebabkan hipoplasia (Choudry et al, 2002 dalam Yilmaz et al, 2007). c. Faktor faali/ fisiologis Faktor fisiologis ini meliputi peningkatan eritrosit dan Hb tidak sebanyak dengan peningkatan volume plasma pada kehamilan sehingga terjadi hipervolemi. Hal tersebut berisiko terjadinya anemia pada kehamilan. Lingkungan Dari ketiga faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi) yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil yaitu faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia. Jika lingkungan komunitas menyediakan sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan kader maka pelayanan kesehatan akan meningkat sehingga kejadian anemia kemungkinan kecil terjadi. Selain itu, pendidikan ibu hamil yang semakin tinggi akan mempengaruhi kemampuan dalam mendapatkan informasi. Kondisi ekonomi akan mempengaruhi kemampuan ibu hamil dan keluarga dalam menyediakan nutrisi yang adekuat dan memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai. Kesimpulan Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya host yang rentan (fase suseptibel) oleh agen penyebab. Sumber penyakit (agens) pada anemia ibu hamil diantaranya dapat berupa unsur gizi dan faktor fisiologis. Pada saat hamil, ibu sebagai penjamu (host). Tahap prepathogenesis adalah tahap sebelum terjadinya penyakit. Sehingga, tahap ini terdiri dari fase suseptibel dan subklinis (asimtomatis). Pada tahap ini, secara patofisiologis anemia terjadi pada kehamilan karena terjadi perubahan hematologi atau sirkulasi yang meningkat terhadap plasenta. Jika penyebab yang terjadi pada ibu hamil secara beriringan maka akan menimbulkan manifestasi klinis anemia. Pada saat tanda dan gejala tersebut muncul, tahap inilah yang disebut dengan tahap awal pathogenesis. Tahap ini berakhir sampai fase kesembuhan, kecacatan atau kematian. Keparahan dari penyakit yang dialami akan ditentukan oleh faktor agent, host dan lingkungan.

Saran Diperlukannya penangangan yang tepat terhadap faktor lingkungan (fisik, biologis dan sosial ekonomi), terlebih faktor sosial ekonomi. Kondisi sosial berupa dukungan dari keluarga dan komunitas akan mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil. Jika keluarga mendukung terhadap intake nutrisi yang adekuat pada ibu hamil dan memotivasi dalam memeriksakan kehamilannya secara rutin, maka kemungkinan kecil terjadi anemia. DAFTAR PUSTAKA Adebisi, Omoniyi, Gregory Stayhorn. 2005. Anemia in Pregnancy and Race in the United States:Blacks at Risk. Dimuat dalam Jurnal Health Services Research: volume 37 no. 9, hal. 655662, Oktober 2005. Amiruddin, Ridwan, Ermawati Syam, Rusnah, Septi Tolanda, Irma Damayanti. 2007. Anemia Defisiensi Zat Besi pada Ibu Hamil di Indonesia (Evidenced Based). Diakses tanggal 17 September 2010. http://ridwanamiruddin.wordpress.com Basu, Samar K. Anemia in Pregnancy. Diakses tanggal 17 September 2010. http://delhimedicalcouncil.nic.in Departemen Kesehatan. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Diakses tanggal 18 September 2010. http://www.depkes.go.id Junadi, Purnawan. 2007. Jalan Cerdas menuju Sehat. Diakses tanggal 18 September 2010. http://www.litbang.depkes.go.id Lee, Rae Lynne. 2004. Iron Deficiency Anemia. Diakses tanggal 17 September 2010. http://www.cdph.ca.gov Murti, Bhisma. 2010. Riwayat Alamiah Penyakit:Bab 4. Diakses tanggal 17 September 2010. fk.uns.ac.id/index.php/download/file/14 Yilmaz, Ercan, Umit Korucuoglu, Arzu Acar, Nuray Bozkurt, Aydan Biri. 2007. Aplastic Anemia and Pregnancy: Case Report. Dimuat dalam jurnal Perinatal Journal: volume 15, tanggal 1 April 2007. source: http://ahyarwahyudi.wordpress.com

Anemia pada Ibu Hamil


http://nuryanti.info/anemia-pada-ibu-hamil/

October 3, 2011 | In: Kehamilan Anemia pada Ibu Hamil Saat wanita hamil, wanita akan membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak untuk kesehatan ibu dan janinnya. Khusus kebutuhan akan zat besi juga akan meningkat. Keluhan mual muntah pada ibu hamil trimester 1 dapat mengurangi ketersediaan zat besi pada tubuh ibu hamil. Sedangkan kebutuhan zat besi pada ibu hamil trimester 3 untuk pertumbuhan dan perkembangan janin semakin besar. Zat besi dibutuhkan untuk meningkatkan sintesis hemoglobin. Jika pada masa ini ibu hamil memiliki kadar hemoglobin kurang dari 10 gr% terutama pada trimester I dan trimester ke III disebut menderita anemia pada ibu hamil.

Anemia pada ibu hamil disebabkan karena meningkatnya jumlah kebutuhan zat besi guna pertumbuhan janin bayi yang dikandungnya dan jika sang ibu mengalami kondisi di bawah ini maka akan menyebabkan anemia, selain itu anemia saat hamil juga dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada sang ibu yang diakibatkan oleh persalinan sebelumnya maupun menstruasi. Anemia pada saat kehamilan dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu hamil baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia utein, pendarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan hemoglobin kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas dan cacat bawaan. Gejala yang paling umum yang sering dirasakan penderita anemia saat hamil adalah wajah tampak pucat lemah, letih, mudah pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan dalam proses penyembuhan luka. Zat besi juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh, agar kita tidak mudah terserang penyakit. Wanita perlu memberi perhatian khusus pada anemia. Dimulai pada saat remaja mengalami haid di masa pubertas. Di fase ini sangat diperlukan zat gizi cukup seperti zat besi, vitamin A dan kalsium. Karena akibat menstruasi wanita harus kehilangan zat besi hingga dua kali jumlah yang dikeluarkan pria. Sehingga wanita sangat dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti ikan, daging, telur, susu, kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang hijau), sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun katuk) dan buah-buahan (jeruk, pisang, jambu biji). Perhatikan pula gizi makanan dalam sarapan dan frekuensi makan yang teratur, terutama bagi yang berdiet.

Tags: Anemia, Ibu Hamil, pada

http://tipsku.info/anemia-pada-ibu-hamil/
Anemia pada ibu hamil Pada umumnya ibu hamil memerlukan darah nyang lebih pada biasanya untuk tubuhnya. Hal ini disebabkan pada umumnya wanita sebelukm kehamilan pernah mengalami anemia. Termasuk perempuan muda yang mudah terkena anemia.

Hal tersebut dikarenakan kehamilan menimbulkan anemia yang disebabkan ada peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Selain hal tersebut berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta perdarahan pada waktu persalinan

juga akan meningkatkan risiko anemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Jika anemia tersebut ringan, mungkin dampaknya hampir tak ada sama sekali. Tapi, apabila hemoglobin masih di bawah 6 g/dL, ibu hamil mungkin akan merasa cepat lelah, hal tersebut berdampak pada gangguan fungsi jantung. Secara teratur umumnya pada kehamilan perlu pemeriksaan hemoglobin sehingga dapat dilakukan pencegahan atau terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering adalah karena kekurangan zat besi. Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia. Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia. Gejala yang dirasakan bagi ibu hamil yang mengalami anemia yaitu dengan tanda-tandaa 5L yaitu : lesu, lemah, letih, lelah, lalai. Dalam keadaan tersebut ibu hamil akan merasakan mudah mengantuk, sering pusing, sesak napas, mata berkunang-kunang, bahkan sampai pingsan, daya tahan tubuh menurun, dan mudah jatuh sakit. Sebaiknya jika anda mengalami anemia jangan anggap sepele hal tesebut, sebab penyakit tersebut dapat berakibat fatal bagi anda, baik pada ibu maupun janinnya. Risiko yang terjadi antara lain : - keguguran - kelahiran prematur - persalinan lama - perdarahan pasca-melahirkan - bayi lahir dengan berat rendah - hingga kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan Hal tersebut dapat terjadi disebabkan ibu hamil tidak mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, padahal zat besi dapat didapat dari mengkonsumsi makanan empat sehat dan lima sempurna. Maka dari itu, bagi anda yang mengalami anemia sebaiknya lebih hati-hati dalam memilih makanan. Usahakan kebutuhan zat besi bagi tubuh terpenuhi.Untuk pencegahan biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi dengan asam folat. Namun, kalau sampai terjadi anemia berat, penanganan seperti transfusi darah mungkin saja dapat terjadi, tergantung pada keadaan si penderita.

Mengapa pada Ibu Hamil Bisa Terkena Anemia ? http://jellygamat.farid.web.id/obat-herbal-penyakit/cara-atasi-anemia-pada-ibuhamil/

untuk Ibu yang sedang hamil memang sangat rentan terhadap serangan penyakit anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia. Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia. Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia. Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi jantung. Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin sehingga dapat dilakukan terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering adalah karena kurang besi, berikut tips cara atasi anemia pada ibu hamil. Mengalami Anemia saat Kehamilan mempunyai beberapa resiko berikut : - Keguguran - Persalinan lama - Perdarahan pasca-melahirkan - Kelahiran prematur - Bayi lahir dengan berat rendah - Hingga kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan Jangan menganggap remeh serangan penyakit Anemia saat kehamilan, segera lakukan pengobatan dan perawatan.

Berikut beberapa Tips Cara Atasi Anemia Pada Ibu Hamil yang bisa dilakukan :
* Lakukan Pemeriksaan Hitung Darah Lengkap Untuk mengetahui terkena Anemia atau tidak, segera lakuakan pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count). Jika sel darah merah rendah (kehamilan mengalami anemia), wanita hamil membutuhkan suplemen tambahan untuk memastikan perkembangan bayi yang sehat. Segera cari cara terbaik untuk menangani Anemia. * Konsultasikan Pada Dokter Periksa kondisi kandungan dan kesehatan tubuh pada dokter. Jika saat kehamilan mengalami tanda-tanda Anemia, segera konsultasikan ke dokter untuk menanganinya. Biasanya dokter akan memberi resep obat atau melakukan penanganan anemia, bisa dilakukan secepat mungkin atau menunggu setelah proses melahirkan. * Mengurangi Pola Diet Kurangi proses diet saat kehamilan, karena perubahan pola makan dapat berdampak pada jumlah sel darah merah. Asam folat dan vitamin C bisa membantu mengaktifkan zat besi dalam aliran darah dan konsumsi makanan seperti daging, biji-bijian, tahu yang kaya zat besi.

Anemia tidak bisa dibiarkan begitu saja, tentunya sangat diperlukan penanganan dan pengobatan yang tepat. Seimbangan pola hidup anda agar tubuh selalu sehat selama menjalani kehamilan, disarankan untuk memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh. Demikian Tips Cara Atasi Anemia Pada Ibu Hamil, semoga Tips Cara Atasi Anemia Pada Ibu Hamil bermanfaat bagi anda. Sayangilah diri anda seperti anda menyayangi si calon buah hati anda.

KAMI MEMBERI SOLUSI, BARANG DI KIRIM TERLEBIH DAHULU, BARU BAYAR KEMUDIAN
Jika Membutuhkan obat herbal untuk pencegah / Pengobatan serangan penyakit anemia dengan obat herbal Cyano Spirulina klik Pesan Sekarang. atau Telp./SMS ke nomor: *Dian Eka Sri Sugiharti, SP No Hp 081312907164 atau *Farid Fitriadi, SP No Hp 085324551105 Incoming search terms: anemia pada ibu hamil,penyakit anemia pada ibu hamil,GAMBAR IBU HAMIL ANEMIA,ibu anemia,tanda anemia pada ibu hamil,makalah anemia pada ibu hamil,anemia pada bumil,tehnik penyembuhan anemia pada ibu hamil,cara atasi anemia,cara mengatasi anemia pada ibu hamil,obat meningkatkan hemoglobinpada ibu hamil,penanganan anemia pada ibu hamil,mengatasi anemia saat hamil,cara menangani anemia pada ibu hamil,cara yang benar untuk mengatasi anemia pada ibu hamil,anemia ringan pada kehamilan,obat untuk penyakit anemia pada ibu hamil,penanggulangan anemia pada ibu bersalin,penanganan pada ibu hamil dengan anemia,Obat hipertensi dan anemia,obat beserta dosis penyakit anemia pada ibu hamil,obat anemia pada ibu hamil,terapi anemia pada ibu hamil,Meningkatnya anemia pada ibu hamil,makalah tentang ibu hamil dengan hipertensi dan anemia,pengobatan herbal anemia,perhitungan usia gestasi filetype pdf,pengobatan penyakit anemia pada ibu hamil,tips untuk menaikkan tensi pada ibu hamil,tanda tanda ibu hamil mengalami anemia,tanda dan gejala anemia berat,upaya yang mudah dilakukan pada penyakit anemia,tanda - tanda malnutrisi pada ibu hamil,solusi untuk menaikkan tensi darah bagi wanita hamil,resiko melahirkan bila hb dibawah 11,resiko anemia pada ibu hamil,resep anemia pada ibu hamil,PENYEBAB ANEMIA PADA IBU HAMIL,penyakit pada ibu hamil tentang anemia,penyakit anemia pada ibu megandung,penyakit anemia pada ibu hamil dan cara penanganannya,penyakit anemia,upaya penanganan anemia ringan pada kehamilan,kena anemia ketika mengandung,Cara atasi anemia saat hamil,cara atasi anemia pada ibu hamil,cara anemia pada kehamilan,atasi anemia pada ibu hamil trimester III,atasi anemia pada ibu hamil,atasi anemia,artikel ibu hamil dengan anemia,animea ibu hamil,animea cara atasi,ANEMIAPADA IBU HAMIL,anemia saat hamil,anemia pada wanita hamil,Anemia pada ibu hamil terbaru,anemia pada ibu hamil pdf,anemia pada ibu bersalin,cara atasi annemia,cara atasianemia,hamil anemia terapi,gejala anemia pada ibu hamil dan cara pengobatannya,gambar ibu hamil yang anemia,Faktor-faktor Penyebab anemia pada kehamilan,etiologi anemia pada ibu hamil,download karya ilmiah thalasemia filetype:pdf,data penyakit anemia pada ibu hamil,cara penanganan anemia pada kehamilan,cara merawat anemia pada ibu hamil,cara menghindari anemia pada ibu hamil,Cara mengatasi anemia pada wanita hamil,cara mengatasi anemia pada ibu hamil secara alami,cara mengatasi anemi pada bumil,cara mencegah anemia ibu hamil,cara cepat menaikkan hemoglobin pada ibu hamil,anemia berat pada ibu hamil

Artikel Terkait denganCara Atasi Anemia Pada Ibu Hamil

Lupus
Obat Herbal Lupus Seiring dengan banyaknya penyakit yang beredar di masyarakat sekarang telah datang penyakit baru yang setara dengan kanker bahkan sangat ditakuti oleh masyarakat ...

Luka Operasi Caesar


Luka Operasi Caesar - Luka Pasca Operasi Caesar Obat luka pasca operasi caesar yaitu dengan obat herbal jelly gamat Gold-G, Jelly gamat Gold G sangat ...

Tanda-Tanda Terkena Diabetes


Tanda-Tanda Terkena Diabetes - Berikut adalah Tanda-tanda Terkena Diabates / Gula Darah yang Umum di Jumpai Informasi ini untuk anda yang bermaksud untuk menjaga kondisi ...

Keputihan
Obat Herbal Untuk Keputihan Penyakit kelamin pada perempuan (vagina) di mana terdapat cairan berwarna putih kekuningan atau putih kekelabuan baik encer maupun kental, berbau tidak ...

Agen Distributor Penjualan Obat Herbal Gold G Jelly Gamat untuk Tumor Ovarium Kista
Agen Obat Obat Herbal Gold G Jelly Gamat untuk Tumor Ovarium Kista Penyakit Tumor Ovarium Kista dapat di sembuhkan dengan obat herbal Jelly Gamat Gold ...

http://alijeco.blogspot.com/2008/05/faktor-resiko-kejadian-anemiapada-ibu.html
Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil
Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Bppsdmk, Jakarta - Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor oleh :Dra. Hj. E. Nina Herlina MKes, Ir. Fauzia Djamilus, Mkes Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu Negara, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia relatif tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup (SKRT,1995). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (1997) menunjukkan bahwa terdapat penurunan AKI dari 390 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Depkes 1998, angka kematian ibu sekitar 3-6 kali lebih besar dari negara-negara lain di ASEAN dan 50 kali lebih besar dari angka di negara lebih maju. Diharapkan pada tahun 2010, AKI menurun menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup. Wiknyosastro (1999) menyatakan bahwa kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung. Kematian obstetrik tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes, millitus malaria dan anemia.Royston (1994) juga mengemukakan bahwa salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan diperburuk oleh kehamilan ibu sendiri, penyakit tersebut antara lain adalh anemia.

Seorang wanita hamil yang memiliki kadar Hb kurang dari 10 gr% disebut menderita anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan atau kekurangan kadar hemoglobin dalam darah dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius bagi ibu baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas yaitu dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus, partus lama karena inertia utein, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi intra partum maupun post partum. Anemia berat dengan Hb kurang dari 4 gr% dapat mengakibatkan dekompensatio cordis. Sedangkan komplikasi dapat terjadi pada hasil konsepsi yaitu kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas, cacat bawaan dan cadangan zat besi kurang (Prawirohardjo,2002). Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai adalah anemia gizi besi, hal ini disebabkan kurangnya asupan zat besi dalam makanan karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau perdarahan frekuensi anemia dalam kehamilan di dunia cukup tinggi berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo ,2002). Sedangkan menurut SKRT (1995) dalam profil kesehatan Kota Bogor (2002) angka anemia ibu hamil yaitu 51,8% pada trimester I, 58,2% pada trimester II, dan 49,4% pada trimester III. Adapun penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian anemia pada ibu hamil sekitar 51% dan pada ibu nifas 45% serta karena Kurang Energi Protein (Depkes,2003). Menurut Ikatan Bidan Indonesia (2000) untuk deteksi anemia pada kehamilan maka pemeriksaan kadar Hb, ibu hamil harus dilakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Bila kadar Hb <> Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet zat besi untuk kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet zat besi dan penyerapan/respon tubuh terhadap tablet besi kurang baik sehingga tidak terjadi peningkatan kadar HB sesuai dengan yang diharapkan. Faktor lain yang berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bakteri, parasit usus seperti cacing tambang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga memegang peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil. Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil, Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor. Tujuan Umum Dianalisis hubungan antara beberapa faktor yang diduga merupakan resiko kejadian Anemia pada Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Bogor. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya besarnya kejadian anemia pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 2. Diketahuinya hubungan antara umur ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 3. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 4. Diketahuinya hubungan antara paritas dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 5. Diketahuinya hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 6. Diketahuinya hubungan antara kepatuhan konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, Diketahuinya hubungan antara frekuensi ANC dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 7. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Kota Bogor, 8. Diketahuinya hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia di Wilayah Puskesmas Bogor. METODE Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2005.

Populasi dan Sampel Populasi Seluruh ibu hamil trimester I dan II di 5 Kota Bogor. Besar sample bila ditinjau dari tujuan penelitian, yang ingin diketahui adalah proporsi dari variabel independen (umur, paritas, tingkat pendidikan, jarak kehamilan, frekuensi ANC, kepatuhan konsumsi tablet Fe, pengetahuan kesehatan reproduksi, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, dan variabel dependen anemia ibu hamil. Disamping itu juga ingin dilihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, untuk itu besar sample minimal harus dihitung sesuai kebutuhan analisa. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan dengan memperhatikan hal sebagai berikut: 1. Status Anemia (kadar Hb). 2. Umur Ibu hamil. 3. Paritas. 4. Jarak kehamilan. 5. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe. 6. Frekuensi ANC. 7. Pengetahuan kesehatan reproduksi. 8. Pola konsumsi makanan. Pengolahan Data dan Analisa data. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan bantuan komputer menggunakan paket aplikasi SPSS for Windows. Agar kompatibel dengan rancangan analisis data, dilakukan proses coding pada masing-masing variabel. Analisis Univariat. Analisis ini dilakukan untuk melihat magnitude permasalahan pada masing-masing variabel yang diamati melalui prosedur statistik deskriptif dilihat kecenderungan pemusatan dari masing-masing variabel. Semua variabel berskala kategorik, kecenderungan pemusatan data dianalisis dengan cara menentukan proporsi (prosentase) dari masing-masing kategori pengamatan pada tiap variabel. Analisis Bivariat Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen (umur, tingkat pendidikan, paritas, jarak kehamilan, frekuensi konsumsi makanan, pola makan, kepatuhan konsumsi suplemen Fe, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan reproduksi) dengan variabel dependen (kejadian anemia) di uji dengan Chi Square pada 0.05 dan untuk mengetahui besarnya factor risiko dilihat dari nilai Odds ratio HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Status Anemia Pada Ibu Hamil Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil, didasarkan pada criteria WHO yaitu 11 gr/dl. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl 1.18, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi 14.00 mg/dl. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Anemia Rata-rata umur ibu hamil adalah 27-72 tahun, bervariasi dengan usia minimum 17 tahun dan usia maksimum 45 tahun. Sebagian besar ibu hamil berusia antara 20 tahun hingga 35 tahun yaitu sebesar 80%. Sebagian besar frekuensi persalinan ibu hamil >2 kali sebanyak 75%. Rata-rata jarak kehamilan ibu hamil adalah selama 2-15 th , bervariasi dengan jarak kehamilan terendah selama 1 tahun dan jarak kehamilan tertinggi selama 10 tahun. Rata-rata kepatuhan menkonsumsi tablet Fe pada ibu hamil adalah sebesar 2.65, bervariasi dengan nilai terendah 0 tahun yaitu tidak menkonsumi tablet Fe dan nilai tertinggi 5 (lebih dari nilai median). Sebagian besar ibu hamil menkonsumsi tablet Fe secara patuh yaitu sebanyak 81%. Hubungan Antar Faktor Risiko dengan Kejadian Anemia Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Anemia

Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun. Hal ini juga dibuktikan dari hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak bermakna antara usia ibu hamil dengan kejadian anemia (p > 0.05). Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05). Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 1.454 dengan 95% CI 0.567-3.726. Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah. Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Anemia Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer (1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Kejadian Anemia Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05). Hubungan Frekuensi Antenatal Care dengan Kejadian Anemia Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus, TT, Tablet Fe) Pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin rendah frekuensi antenatal care , maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hal ini secara uji statistik juga tidak bermakna (p > 0.05) Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat. Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang patuh, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Walaupun secara uji statistic tidak bermakna (p > 0.05) . Bila dilihat nilai Odds Rasio yaitu sebesar 2.429 dengan 95% CI 836-7.052. Artinya ibu hamil yang kurang patuh konsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2.429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).

Pada penelitian ini menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Hasil uji statistic juga menunjukkan kebermaknaan (p > 0.05). Kesimpulan 1. Rata-rata kadar hemoglobin ibu adalah sebesar 11.28 1.18 mg/dl dan proporsi ibu hamil yang tenderita anemia sebesar 42%, 2. Ada hubungan antara pola makan ibu hamil dengan kejadian anemia, 3. Ibu hamil yang jumlah persalinan banyak mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 52%, 4. Ibu hamil yang kurang patuh menkonsumsi tablet Fe mempunyai proporsi kejadian anemia sebesar 58.8%, 5. Tidak ada hubungan antara umur, jarak kehamilan, frekuensi ANC, pengetahuan kesehatan reproduksi ibu hamil dengan kejadian anemia. Saran 1. Pada pengambil kebijakan dibidang kesehatan, perlu lebih dikembangkan lagi program KB, karena jumlah persalinan yang banyak berdampak pada tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil, 2. Pada pengelola program kesehatan khususnya program ibu dan anak, perlu strategi lain dalam merencanakan program penyuluhan kesehatan umumnya, khususnya tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan Gizi bagi ibu hamil.

You might also like