You are on page 1of 38

Kaleng bekas biasa dibuang ke tong sampah.

Namun, tidak bagi Kasino, pekebun sayuran di Tandes, Surabaya, Jawa Timur. Ia mengumpulkan kaleng-kaleng bekas berukuran 5 kg sebagai bahan vertikultur alias budidaya tanaman sistem bertingkat. Pemandangan itu sungguh kontras. Di sudut kebun seluas 700 m2, kaleng-kaleng bekas menggunung; 200 m dari tumpukan itu tampak panorama hijau segar. Sepuluh kaleng disusun vertikal setinggi 2 m dan diperkuat dengan bambu. Seledri tumbuh subur di setiap lubang tanam di dinding kaleng. Selain seledri, Kasino juga membudidayakan beberapa sayuran lain seperti bawang daun, cabai, sawi, dan tomat. Total jenderal ia menanam 30 sayuran berteknologi vertikultur. Gagasan membikin vertikultur kaleng itu muncul lantaran Kasino dan Dadang Permadi prihatin sektor agribisnis kurang diminati. Perlu inovasi dan menciptakan teknologi baru dalam bercocok tanam agar pertanian kembali dilirik, kata Kasino. Oleh karena itu sejak awal 2007 mereka merancang vertikultur di lahan 700 m2. Lokasi itu semula hanya ditumbuhi semak belukar. Mula-mula Kasino mencari kaleng cat bekas dan es krim berdiameter 15 cm (lihat ilustrasi). Pria kelahiran 14 Oktober 1957 itu menggunakan campuran sekam mentah, serbuk gergaji, dan kompos, serta tanah sebagai media tanam sayuran. Kasino menyebut tiga media pertama sebagai otek alias organik tepat guna. Perbandingannya 1:1:1:1. Untuk komoditas umbiumbian ia memanfaatkan campuran otek, sekam bakar, dan sekam mentah dengan perbandingan 1:1:1. Khusus untuk padi, ia memilih sekam mentah, serbuk gergaji, dan kompos untuk media tanam. 20 kg/m2 Vertikultur memang bukan hal baru di tanahair. Sejak 1990-an teknologi budidaya itu sudah diterapkan. Umumnya pekebun menggunakan bambu, polietilenchlorida (PVC), dan pot. Namun, Kasino justru memanfaatkan barang bekas. Dengan sistem budidaya vertikal, sangat memungkinkan untuk melakukan intensifikasi. Bayangkan, di sebuah kaleng Kasino membuat 45 lubang tanam. Padahal, di luasan 1 m2 ia membuat 4 susun vertikultur. Satu susun terdiri atas 10 kaleng. Oleh karena itu jumlah lubang tanam dalam 4 susun mencapai 1.800 buah. Dari 4 susun vertikultur di lahan 1 m2, ia memetik rata-rata 20 kg seledri. Sekilo seledri terdiri atas 4 rumpun tanaman yang masing-masing terdiri atas 10 tangkai. Di pasaran harga 3 tangkai seledri Rp1.000, sehingga Kasino memperoleh minimal Rp266.000. Bandingkan dengan produktivitas seledri yang dibudidayakan secara konvensional. Menurut Husin Kusnadi, pekebun sayuran di Bandung, produktivitas seledri rata-rata 8 kg per m2. dengan harga jual Rp4.000 per kg, pendapatannya hanya Rp32.000. Artinya, produktivitas seledri vertikultur lebih tinggi daripada seledri konvensional. Menurut Dr Agus Suryanto, ahli budidaya tanaman Universitas Brawijaya Malang, vertikultur berproduksi tinggi amat wajar sepanjang pasokan nutrisi terpenuhi. Sumber hara di kaleng bekas itu amat terbatas. Oleh karena itu pekebun vertikultur menambahkan pupuk untuk mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman. Dengan penambahan pupuk itulah produktivitas sayuran vertikultur tetap tinggi. Selain menghemat lahan, metode itu juga minim perawatan. Untuk penyiraman, cukup memutar kran. Campuran air dan nutrisi di tandon yang posisinya lebih tinggi daripada

susunan vertikultur mengalir ke pot teratas. Kasino menutup permukaan atas setiap pot tertinggi dan membuat puluhan lubang berdiameter 2 mm. Larutan nutrisi mengalir ke pot di bawahnya, begitu seterusnya hingga pot paling dasar. Dalam sehari larutan nutrisi diberikan 3 kali, sebanyak 2,5 l. Dengan cara ini bisa menghemat air yang terbuang sampai 100 kali lipat, tambah Kasino. Hemat Nutrisi pertumbuhan terbuat dari gula dan unsur-unsur lain yang difermentasi selama sepekan. Kasino memasukkan campuran 1 liter nutrisi ke dalam 20 liter air. Cairan itu berfungsi sebagai sumber unsur hara yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. Hasilnya, pertumbuhan lebih cepat, panen lebih cepat, dan produksi meningkat. Walau dalam 1 kaleng ditanami puluhan tanaman, tidak akan terjadi kompetisi, karena unsur hara yang diperlukan sangat melimpah. Kasino menuturkan biaya produksi untuk membuat satu rangkaian vertikultur terdiri atas 10 pot hanya Rp30.000. Biaya lainnya hanya untuk perawatan. Tidak sampai Rp5.000 per kaleng, karena semua peralatan dan media tanam bisa digunakan lagi, kata Dadang. Media tanam bisa digunakan sampai 3 kali penanaman. Namun, menurut Sunandi Kertawijaya, pekebun vertikultur di Bandung, Jawa Barat, budidaya bertingkat lebih mahal. Semua alat kan harus dibeli, termasuk nutrisi untuk tanaman. Budidaya konvensional, semuanya sudah tersedia di tanah, ujar Sunandi. Keuntungan lain? Pekebun dapat mengatur waktu panen. Padi misalnya. Jika di sawah hanya 2 kali panen dalam setahun, dengan vertikultur bisa diatur sampai 5 kali panen. Dengan kelebihan itu wajar jika Kasino dan Dadang berencana melebarkan lagi kebunnya. (Lani Marliani/Peliput: Nesia Artdiyasa) Box Teknik Kaleng Susun Siapkan kaleng bekas cat ukuran 5 kg Lubangi sekeliling kaleng Masukkan media tanam Tanam benih sayuran dalam lubang tanam Susun kaleng bertumpuk

TAMBULAMPOT Ada beberapa langkah sederhana untuk membuat tambulampot yang disampaikan Guntoro dalam kesempatan tersebut. 1. Buatlah media tanam dalam pot plastik ringan yang terdiri dari tanah, pupuk kandang, dan sekam dengan perbandingan 1:2:3. Kemudian, pilihlah bibit tanaman yang rajin berbuah, seperti jeruk, jambu air, atau belimbing. Yang perlu diingat, bibit harus berasal dari hasil cangkok atau sambungan. Bukan dari biji. 2. Setelah bibit ditanam dan tumbuh lebat, lakukanlah perawatan akar dan daun. - Untuk perawatan akar, jika tanah dalam pot sudah terasa padat dan keras, maka artinya pot sudah penuh dengan akar. Untuk itu, pangkaslah akar agar tumbuhan tetap tumbuh kerdil dalam media yang sama. Jika tidak dipangkas, maka tanaman harus dipindahkan dalam media yang lebih besar. - Untuk perawatan daun, lakukanlah pemangkasan ujung-ujung daun agar tinggi pohon dan pot tetap proporsional. Setelah pemangkasan, tanaman sebaiknya disimpan di tempat yang teduh agar tidak stres. Jangan lupa memberi pupuk yang dimasukkan dalam tanah, dan jangan menyebar pupuk di atas permukaan tanah karena pupuk akan menguap dan terkontaminasi udara luar. 3. Lakukan penanggulangan hama. Sering kali tambulampot terserang ulat atau hama putih pada daun dan batangnya. Untuk itu, basmilah hama dengan pestisida alami yang terbuat dari bawang putih, cabai merah, atau daun pepaya yang lebih ramah lingkungan dari bahan kimia. Selanjutnya, tanaman hanya perlu disiram serta perawatan akar dan daun secara berkala. Tambulampot ini sangat cocok untuk masyarakat perkotaan yang memiliki sedikit lahan. Menurut Guntarto, selain memiliki fungsi ekologis, tambulampot juga bernilai estetika dan ekonomis. Selain bisa dijadikan hiasan taman, dan ruangan, tambulampot dapat dijual dengan harga tinggi.

Durian dikenal sebagi Raja buah, dan tidak sedikit penggemarnya yang rela berburu ke berbagai tempat untuk dapat menikmati kelezatan dari buah yang beraroma khas tersebut. Jika Anda juga salah satu penggemar buah durian ini, pernahkah terpikir untuk memiliki pohon tersebut di pekarangan rumah Anda sendiri? Tidak memiliki lahan yang luas? Hal tersebut bukan lagi merupakan suatu masalah, karena

durian sudah banyak di tanam dalam pot dan hasil buahnyapun tidak kalah baik dengan buah durian yang di tanam langsung pada lahan tanah. Berikut beberapa penjelasan mengenai merawat Tabulampot Durian :

Durian merupakan salah satu tanaman buah yang dapat ditambulampotkan atau ditanam dalam pot. Ketika tanaman durian belum ditempatkan pada pot yang ditentukan, biasanya ditempatkan pada sebuah drum. Ketika menanam tanaman durian dalam drum, akar tidak perlu dibungkus karung plastik atau polibag. Pada bagian dasar drum letakan pecahan genting ataupun batu-batuan kecil untuk drainase. Ganjal drum dengan batu bata setinggi 20 cm, dengan tujuan agar akar tidak menembus tanah setelah keluar dari lubang dasar drum. Akar yang keluar drum akan kering dan mati terkena sinar matahari. Setelah Anda menemukan lokasi ataupun tempat/pot yang tepat, tentu saja tanaman durian ini siap dipindahkan Anda tentu bertanya-tanya apakah penggunaan drum menimbulkan pengaruh terhadap kualitas pohon dan buah? Pertumbuhan vegetatif tambulampot durian tidak terganggu. Sebagai media tanam, gunakan campuran tanah dan kompos matang dengan perbandingan 2:1. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan gunakan kompos daun bambu. Anda yang tinggal di ibukota Jakarta atau kota-kota besar lainnya. Dengan ketersediaan lahan yang semakin sempit, tentu saja tambulampot ini meupakan salah satu solusi yang tepat. Namun demikian, apakah keadaan iklim di lingkungan Anda cocok untuk membudidayakan tabulampot durian? Jangan khawatir tanaman durian tumbuh optimal di dataran rendah sampai ketinggian 600 meter dpl dan bersuhu 25-30oC. Daerah beriklim basah seperti Jakarta dan Bogor pun sesuai untuk tanaman durian.

Cara pembuatan arang sekam


y

Jumpa lagi dengan Gerbang Pertanian, kali ini kita akan sedikit membahas tentang fungsi dan cara pembuatan arang sekam. Limbah tanaman padi yang berupa sekam seringkali menjadi masalah tersendiri bagi kita. Kalau didaerah saya sekam padi sebagian besar digunakan hanya untuk bahan campuran pembuatan batu bata. Menurut saya limbah sekam jangan hanya digunakan untuk bahan bangunan karena sangat bagus kalau digunakan sebagai bahan penyubur tanah kita. Jika anda punya hasrat bisnis, arang sekam juga bisa dijual ditoko tanaman hias karena digunakan sebagi bahan dasar media tanaman hias. Pada lahan pertanian arang sekam sangat baik untuk membantu menyuburkan tanah kita. Menurut beberapa informasi arang sekam bisa berfungsi sebagai penyimpan sementara unsur hara dalam tanah sehingga tidak mudah tercuci oleh air. Dan akan sangat mudah dilepaskan ketika dibutuhkan atau diambil oleh akar tanaman. Bisa dikatakan arang sekam akan berfungsi seperti zeolit. Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya tanaman hias maaupun sayuran (terutama budidaya secara hidroponik). Arang sekam dapat dengan mudah diperoleh di toko-

y y y

y y

toko pertanian. Namun tidak ada salahnya memproduksi sendiri arang sekam untuk keperluan sendiri dan bahkan mungkin dapat menjualnya nanti. Sebenarnya ada beberapa cara pembuatan arang sekam, namun yang akan kami sampaikan hanya 3 cara; 1. Pembuatan arang sekam dengan cara disangrai Pada prinsipnya pembuatan arang sekam dengan cara ini adalah dengan cara disangrai. Peralatan yang diperlukan adalah tungku dan seng. Caranya, sekam padi diletakkan di atas seng yang telah ditempatkan di atas tungku. Selanjutnya sekam disangrai sambil diaduk. Dengan cara ini akan diperoleh arang sekam sebanyak 40-50 kg dari 100 kg sekam segar. 2. Pembuatan arang sekam dengan cara dibakar dalam tong perlahan-lahan Caranya, masukkan sekam ke dalam tong sampai tinggi sekitar 20 cm. Tuang oli ke dalam tong dan bakar. Jika asap dari pembakaran berkurang maka sekam ditambah sedikit demi sedikit hingga tong penuh. Kemudian tong ditutup karung basah dan di atasnya diberi tutup hingga rapat. Biarkan sekam menjadi dingin. Setelah itu pisahkan arang sekam dengan abunya melalui penyaringan. Jumlah arang sekam yang diperoleh juga sekitar 40-50 kg dari 100 kg sekam segar. Cara ini kurang efisien karena memerluan waktu yang lebih lama dibandingkan cara disangrai. 3. Pembuatan arang sekam dengan cara dibakar bersamaan dalam drum. Letakkan pralon atau bambu ditengah drum. Tuangkan sekam disekeliing bambu tadi sambil dipadatkan hingga drum terisi penuh dengan sekam. Cabut bambu/ pralon tani. Buatlah sumber api dilubang tadi menggunakan kayu bakar atau yang lain. Biarkan asap mengepul hingga sekam menjadi arang semua. Terserah anda mau pilih dengan cara yang mana, terpenting bisa digunakan untuk merubah limbah sekam menjadi arang sekam yang bermanfaat bagi lingkungan kita. Demikian sedikit tips dari Gerbang Pertanian tentang fungsi dan cara pembuatan arang sekam. Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Media Tanaman Hidroponik Dari Arang sekam

Media tanaman adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagian unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanaman (media tumbuh) merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik. Sebagian besar unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman. Media tanam yang ideal untuk tanaman hias harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Bersifat poros atau mudah membuang air yang berlebihan; 2. Berstruktur gembur, subur dan dapat menyimpan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman; 3. Tidak mengandung garam laut atau kadar salinitas rendah;

4. Keasaman tanah netral hingga alkalis, yakni pada pH 6 7; 5. Tidak mengandung organisme penyebab hama dan penyakit; 6. Mengandung bahan kapur atau kaya unsur kalcium. Media untuk tanaman hidroponik bermacam-macam. yang dapat digunakan, dapat dari arang sekam, pasir, zeolit, rockwoll, gambut (peat moss), dan serbuk sabut kelapa. Persyaratan terpenting untuk media hidroponik harus ringan dan porus. Tiap media mempunyai bobot dan porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam memilih media sebaiknya dicari yang paling ringan dan yang mempunyai porositas baik., salah satunya yang dibuat dari arang sekam

Media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik. Kekurangannya yaitu jarang tersedia di pasaran, yang umum tersedia hanya bahannya (sekam/kulit gabah) saja, dan hanya dapat digunakan dua kali. Media arang sekam umumnya digunakan untuk hidroponik tomat, paprika, dan mentimun. Namun bukan berarti hidroponik tanaman sayuran yang lain tidak dapat menggunakannya. Tanaman sayuran yang lain dapat juga menggunakan media ini, tetapi tidak biasa dilakukan.

Di pasaran sekarang telah tersedia arang sekam. Untuk satu pot/polibag yang berukurang diameter 25-30 cm, diperlukan arang sekam sebanyak 1,5 kantong. Arang sekam di pasaran akan terasa mahal bila digunakan dalam skala besar/komersial sehingga dianjurkan untuk membuat arang sekam sendiri. Adapun Alat dan Bahan yang diperlukan adalah: Sekam padi 5 karung, Oli bekas 1,5 liter, Tungku, Tong besar dan tutupnya, Ayakan ukuran besar, Karung basah, Korek api

Pembuatan arang sekam ada 2 (dua) cara yaitu dengan disangrai atau dibuat arang.

DISANGRAI Cara membuat arang sekam dengan disangrai adalah sebagai berikut: 1. Seng ditaruh di atas tungku 2. Sekam disangrai (digoreng tanpa minyak) di atas seng tersebut 3. Aduk sekam tersebut hingga semuanya gosong. Setelah itu, diangkat dan disiram Dengan cara ini dapat dihasilkan arang sekitar 30-40% dari sekam yang disangrai. Dengan demikian misalnya dari 100 kg sekam akan menjadi 30-40 kg arang sekam. Kelebihannya arang sekam ini tidak berbau.

DIBUAT ARANG Cara pembuatan arang yang digunakan sama seperti cara untuk membuat arang yang lain (arang batok atau arang kayu). Caranya adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Siapkan tong dengan tutupnya Masukkan sekam ke dalam tong sekitar 20 cm, kemudian beri oli Bakar sekam yang telah diberi oli. Tunggu sampai asap berkurang Sedikit demi sedikit sekam ditambahkan hingga tong penuh. Selama penambahan asap akan bertambah besar, kemudian berkurang laigi. Pada saat asap berkurang tersebut sekam dimasukkan lagi 5. Setelah penuh tong ditutup dengan karung basah, kemudian di atasnya ditutup lagi sampai rapat. Biarkan sampai dingin. 6. Hasil arang sekam yang diperoleh diayak untuk memisahkan abunya.

Dengan cara ini arang yang diperoleh 30-40% dari sekam yang dibakar. Namun arang ini mempunyai abu sehingga diperlukan waktu untuk memisahkan abu dengan arangnya. Pembuatan arang sekam dengan cara ini lebih praktis bila dibandingkan dengan cara disangrai, tetapi cara ini membutuhkan waktu yang lebih lama.

Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola sampah organic rumah tangga, dengan membuatnya menjadi kompos. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic organic. Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan. Bagaimana Kompos Terjadi Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari. Peralatan Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap. Cara Pengomposan - Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat. - Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan . - Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk. - Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi. - Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.

Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas. Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian. Penutup Apabila setiap rumah tangga melakukan pemilahan sampahnya: yang organic dijadikan kompos, yang non-organik disedekahkan kepada pemulung, maka pemerintah tinggal mengelola sisanya yang 10% saja,yang tidak dapat didaur ulang. Alangkah senangnya pemulung, kalau penghuni rumah sudah memilah sampahnya, sehingga mereka tinggal mengambil kertas, plastic dsb. yang tidak dikotori sisa makanan, tanpa mengobrak-abrik bak sampah (maaf) berebutan dengan anjing dan kucing. Jam kerjanya akan lebih pendek, uang yang diperoleh akan lebih banyak. Pembuatan kompos ini dapat pula dilakukan secara kolektif, apabila keadaan tidak memungkinkan. Misalnya perumahan padat penduduk, atau apartemen. Pengelolaannya dapat diserahkan kepada RW atau pihak swasta. Namun masing-masing rumah tangga tetap harus melakukan pemilahan sampahnya. Sehingga tidak perlu lagi ada TPA yang memerlukan tanah luas dan menimbulkan masalah pencemaran, bahaya longsor, pendangkalan sungai, penyakit dsb. Marilah ..kita menjadi pelopor, penggerak keluarga dan masyarakat di sekitar kita. Selain ikut memelihara lingkungan hidup, juga beribadah. Mulailah dari yang kecil. Mulailah dari diri sendiri. Mulailah sekarang juga.

Pembuatan Kompos Yang Sederhana dan Praktis Metoda pembuatan kompos yang akan dijabarkan disini adalah metoda pembuatan kompos yang paling sederhana dan paling murah, yaitu metoda Windrow. Metoda windrow ini dalam pelaksanaannya mengadopsi konsep yang dikembangkan oleh Departemen of Agriculture & Biological Engineering, New York State College of Agriculture and Life Sciences, Cornell University, Amerika Serikat, dikombinasikan dengan metoda pembuatan kompos dari Jepang (Bokashi), dengan mempergunakan aktivator EM-4. Dalam pelaksanaan pembuatannya, telah dilakukan beberapa penyesuaian dan perubahan yang disesuaikan dengan keadaan setempat di beberapa lokasi pengolahan (di Indonesia). Penyiapan Bahan 1. Bahan Hijauan, bahan yang berwarna hijau biasanya banyak mengandung Nitrogen (N) tinggi, diantaranya Kotoran Ternak (sapi, kerbau, ayam, kambing atau babi), daun kacang-kacangan, daun jagung, limbah pertanian segar, potongan rumput segar dan lain-lain.

2. Bahan Coklatan, bahan yang berwarna coklat biasanya banyak mengandung Carbon (C) tinggi, diantaranya Jerami padi, serbuk gergaji, coco peat, dedak, sekam, potongan kayu, potongan kertas, dan lain-lain. 3. Bahan lain, Limbah Rumah Tangga, Abu dapur. Untuk bahan tertentu yang berukuran besar atau panjang seperti jerami, batang jagung, belukar, agar bahan kompos mudah terdekomposisi, maka bahan sebaiknya harus dihaluskan dengan cara dicincang dengan ukuran 4 10 cm. Penyiapan Alat Alat-alat yang diperlukan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tempat pembuatan kompos, sebaiknya ada naungan. Sekop, Cangkul garpu Gembor/embrat Drum air Ember Lembaran plastik penutup Termometer Alat timbang

Penyusunan Bahan Baku 1. Susun kompos berdasarkan ketersediaan bahan baku. Sebaiknya bahan yang mangandung karbon tinggi terlebih dahulu disimpan paling bawah sebagai alas. Misalnya Jerami, serbuk gegaji, sekam atau coco peat. 2. Selanjutnya di atas bahan tadi susun kotoran ternak seperti kotoran sapi, kambing, ayam Susunan bahan baku yang biasa dilakukan adalah:
y y y y y

Jerami (paling bawah) Kotoran Sapi Serbuk gergaji Kotoran Kambing Kotoran ayam, dll

Proses penyusunan bahan kompos ini dapat dilakukan sampai ketinggian 1 m. Mencampur Kompos Setelah bahan disusun lengkap, kemudian setahap demi setahap bahan dicampur sampai rata, sambil dilhat kelembabannya, apabila kurang lembab, tambahkan air, sambil ditambahkan bahan aktivator atau fermentor. Setelah bahan dicampur rata dengan kelembaban yang cukup dan lengkap dengan penambahan fermentornya, lalu ditumpuk kembali seperti semula, sampai ketinggian 1 m, membentuk bedengan memanjang. Lebar antara 2 s/d 5 m dan panjang bisa sampai 50 m.

Tumpukan kompos kemudian ditutup terpal plastik, supaya jangan kena sinar matahari langsung atau kehujanan. Pada waktu menutup perhatikan supaya tetap ada jalan untuk sirkulasi udara. Mengukur Temperatur Pengukuran temperatur dilakukan setiap hari pada beberapa titik kemudian dicatat. Hasil pemetaan pengukuran dapat memberikan indikasi tentang proses pembuatan kompos, apakah pencampuran sudah baik dan benar, apakah komposisi seimbang, apakah kelembaban memadai dan seterusnya.

Setelah secara berkala dilakukan pengukuran, hasil pengukuran dapat dicatatkan pada tabel dibawah ini untuk memudahkan analisa dan pengembangan lebih lanjut.

Membalik Kompos

Pada hari ke 4 komposting, saat pembalikan kompos yang pertama, perhatikan pada titik titik no 2, 7, 8, 9, 14, amati kelembabannya, campuran bahan dan siklus oksigennya. Apabila kurang lembab, atau campuran kurang rata, atau siklus oksigen tidak lancar, maka pada saat membalik harus sambil dilakukan pencampuran ulang dengan kompos dari tempat yang mempunyai temperatur tinggi, yang kelembaban atau campuran atau siklus oksigennya baik. Lakukan pengamatan temperatur pada hari berikutnya, petakan, kemudian amati. Apabila masih ada yang kurang rata, lakukan seperti tindakan di atas. Apabila tindakan dilakukan dengan benar, maka pada pembalikan berikutnya perbedaan temperatur sangat kecil dan relatif rata. Pembalikan kompos selain dengan mempergunakan peta temperatur, juga harus dilakukan dengan cara : 1. 2. 3. 4. Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan di atas ke bawah Membalik, mencampur dan minyimpan tumpukan tengah ke luar, kiri kanan Membalik, mencampur dan menyimpan tumpukan samping, kiri dan kanan ke tengah Membalik, mencampur dan menyusun tumpukan tengah bawah ke atas

Apabila proses pembalikkan kompos sudah 4 kali, amati perubahan warna, aroma dan temperatur. Apabila warnanya sudah berubah menjadi coklat kehitaman, kemudian aroma kompos menyerupai aroma tanah, maka proses komposting sudah selesai. Tinggal menunggu penurunan temperatur. Penyaringan Setelah proses pengomposan selesai, kemdian dilakukan stabilisasi temperatur, maka tahap berikutnya adalah dilakukan penyringan untuk memperoleh ukuran yng seragam dan penampilannya menjadi lebih baik. Disamping itu apabila telah diayak, maka pada waktu penerapan di lapangan akan jauh lebih mudah. Dalam bertani dengan murah dan mudah,
salah satu komponen biaya yang dapat dihemat adalah dengan membuat pupuk cair sendiri.Di sekeliling kita banyak sekali bahan baku dan limbah yang dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk cair dalam jumlah besar. Selain kompos yang berfungsi sebagai pupuk dasar,ada baiknya diberikan juga pupuk cair sebagai pupuk tambahan.Pemilihan pupuk cair ini dengan alasan agar lebih mudah diserap oleh tanaman.Banyak sekali literatur mengenai tata cara pembuatan pupuk cair.Kami pilihkan salah satu artikel dari seorang praktisi lapangan yang kami kagumi, Bang Syam Asinar Radjam dengan blognya yang bernama dusunlaman (http://dusunlaman.net/). Bahan dan alat yang dibutuhkan: 1.Kotoran domba/kambing 2.Air bersih 3.Ragi tape(boleh ditambahkan dengan mol buatan sendiri) 4.Drum plastik ukuran volume 100-120 liter air Cara pembuatannya dapat dibuat dengan 4 langkah sederhana,yang bisa dilihat pada gambar di bawah ini

Dengan cara seperti di atas,dalam waktu seminggu,pupuk cair sudah siap digunakan,cara penggunaannya,campurkan 15 cc pupuk cair untuk setiap 1 liter air,diberikan pada tanaman seminggu sekali. (sumber diambil dari http://dusunlaman.net/?p=227) Jika sulit untuk mendapatkan kotoran hewan, dapat pula disiasati dengan cara yang diajarkan kang Utju Suiatna dari Ganesha Organic SRI,caranya: Disiapkan tong plastik untuk diisi dengan air biasa,jika ada air kolam,boleh digunakan karena airnya mengandung populasi mikroba yang besar.Kemudian dikumpulkan daun-daunan dan rumput-rumputan yang mudah busuk seperti daun kipait yang biasa tumbuh liar di pinggirpinggir jalan.Baik daun dan rumput dikumpulkan dalam karung goni kemudian diikat.Langkah selanjutnya karung goni direndam di dalam air pada tong plastik.Untuk menambah populasi mikrobanya dapat ditambahkan mol yang dibuat sendiri ke dalam air.Tutup tong plastik rapat,dan dibiarkan selama seminggu.Hasilnya daun kipait dalam karung akan menyerupai kotoran sapi baik dari bentuk maupun baunya,sedangkan airnya akan menyerupai urine sapi. (sumber diambil dari: http://www.healthy-rice.com/artikel08.html) Pada setiap fase pertumbuhan pada tanaman,diperlukan kandungan tinggi yang berbeda.Pengetahuan akan pupuk dengan unsur N,P dan K tinggi yang berbeda berguna untuk memahami unsur apa yang sangat dibutuhkan tanaman pada setiap fasenya.Kebetulan ada literatur mengenai cara pembuatan dengan kandungan tinggi yang berbeda.Tulisan ini merupakan pedoman tepat guna dari Universitas Islam Indonesia.

1.Pupuk cair dengan kandungan N tinggi. Bahan-bahan: - 5 kg akar kacang tanah - Mikroorganisme lokal (mol) buatan sendiri - 5 kg rumput marenggo,bandotan,daun bambu kering,daun salam,daun sirsak - 30 liter air kelapa - 1 kg air gula - urine sapi Alat-alat: parang,ember,plastik,tali,tong plastik Cara pembuatan: masukkan semua bahan ke dalam tong,tutup rapat dengan plastik.biarkan selama 2-3 minggu.Setelah masa tersebut,pupuk bisa dipakai dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaannya setiap 1 liter pupuk cair dicampur dengan 15-20 liter air. Pupuk dengan kandungan N tinggi digunakan pada masa pertumbuhan tanaman/vegetatif. Kegunaannya untuk membangun pertumbuhan akar,batang dan daun.

2.Pupuk cair dengan kandungan P tinggi. Bahan-bahan: - Batang pisang yang dipotong secara vertikal - 1 kg gula pasir - Mikroorganisme Lokal (mol) buatan sendiri Cara pembuatannya: batang pisang yang sudah dipotong vertikal dimasukkan ke dalam tong dan disusun rapi dengan posisi pori-pori menghadap ke atas,kemudian tong diisi dengan air yang telah dicampur dengan gula pasir dan mol buatan sendiri.Selanjutnya tong ditutup rapat dengan plastik.Kemudian didiamkan selama 2-3 minggu.Setelah masa tersebut,pupuk cair bisa digunakan, dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaanya setiap 1 liter pupuk cair dicampur dengan 15-20 liter air. Pupuk dengan kandungan P tinggi digunakan pada masa setelah bunga selesai atau mendekati masa pembentukan buah.

3.Pupuk cair dengan kandungan K tinggi. Bahan-bahan: - Serabut kelapa - 1 kg gula pasir - Mikroorgansime Lokal (mol) buatan sendiri. Cara pembuatannya: semua serabut kelapa dimasukkan ke dalam air yang sudah ditambahkan gula dan dicampur dengan mol buatan sendiri.Didiamkan selama 2-3 minggu.Setelah masa tersebut,pupuk cair bisa digunakan dengan terlebih dahulu disaring sampai bersih.Penggunaan pupuk cair dengan kandungan K tinggi ini diaplikasikan bersama dengan pupuk cair dengan kandungan P tinggi pada masa tanaman mulai tumbuh dan mulai berbuah.berfungsi untuk mengisi buah.

Cara menggabungkan kedua pupuk cair ini adalah sebagai berikut: 1 liter pupuk cair dengan kandungan P tinggi yang belum ditambah dengan air ditambahkan dengan 1 liter pupuk cair dengan kandungan K tinggi yang sudah ditambahkan dengan 15-20 liter air.Hasil gabungan kedua pupuk cair ini dapat diberikan langsung ke lahan.

daun marenggo

bandotan

kacang tanah

daun sirsak

daun salam

Apa itu PGPR? PGPR (Plant growth-promoting rhizobacteria) adalah bakteri pemacu pertumbuhan tanaman. Bakteri yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa hidup di akar tanaman. Mikroorganisme ini hidup berkoloni di sekitar akar tanaman dan membantu memacu pertumbuhan tanaman. Setelah membaca wikipedia, PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit. Bagaimana bakteri PGPR dapt memacu pertumbuhan? Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi amonia kemudian disalurkan ke tanaman. Bakteri akar ini juga mampu menyediakan beragam mineral yang dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga memacu peningkatan hormon tanaman. Peningkatan hormon tanaman inilah yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Cara Membuat PGPR


y

Biang PGPR

Biang PGPR dibuat dari akar bambu sekira 250 gram yang direndam dalam air selama tiga tiga malam.
y

Bahan:

20 liter air 1/2 kg dedak/bekatul Terasi 1 sdm air kapur sirih


y

Cara membuat:

Campur semua bahan, kemudian didihkan. Setelah dingin, campurkan 1 liter biang PGPR. Tutup rapat. Diamkan satu hingga dua mingggu. PGPR kelapa Selain cara di atas, biang PGPR juga dapat dikembangkan menggunakan air kelapa segar ditambah gula merah (tetes tebu lebih baik) dan kemudian difermentasi selama seminggu. Aplikasi PGPR
1. PGPR dan PGPR kelapa yang telah jadi dapat diaplikasikan ke tanah sekitar tanaman dengan perbandingan; 200 cc PGPR untuk 14 Liter air. 2. Benih yang direndam PGPR dapat merangsang pertumbuhan akar.

Catatan: Bakteri PGPR adalah bakteri tanah yang masa hidupnya tidak panjang. Karena itu perlu mengembalikan populasinya setiap akan menebar benih. Semoga bermanfaat.

sumber lain tentang PGPR: www.pertaniansehat.or.id


Tinggalkan komentar from Mikro Organisme Lokal, Nutrisi

Nutrisi Tanaman
Juli 1, 2010 by berasorganikmerden

Sampel beragam jenis nutrisi (kecuali urea) Nutrisi tanaman atau pupuk organik cair, sebenarnya bisa kita buat sendiri. Banyak sekali sebutan atau istilah nutrisi tanaman sesuai fungsi atau kandungannya. Misalnya PGPR (plant growth promoting rhizobacter), MOL/IMO (mikroorganisme lokal), serta nutrisi lainnya. Intinya, tiap ramuan memiliki khasiat tersendiri untuk tanaman. Dan untuk beberapa ramuan, nutrisi juga dapat digunakan pada hewan dan dapat dikonsumsi manusia. Tentunya pada jumlah dan kandungan tertentu. Saya membuat beragam jenis nutrisi untuk dicobakan pada tanaman. Berbekal pengetahuan dari sesama petani serta mencoba mereka sendiri, saya meracik nutrisi dari beragam jenis tumbuhan, buah-buahan, ikan, urin hewan atau material organik lain untuk difermentasi. Hasil fermentasian kemudian diujikan pada tanaman. Beberapa nutrisi yang saya buat antara lain:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. PGPR PGPR Kelapa Urin sapi Mikroba II Urinsa Startbio Nutrisi telur Nutrisi ikan

Nutrisi-nutrisi tersebut memiliki kegunaan dan aplikasi yang berbeda. Masing-masing punya waktu penggunaan. Ada yang digunakan sebagai perendam benih, ada yang digunakan pada saat musim tanam (untuk mencegah dari penyakit), ada yang digunakan pada masa peralihan, ada juga yang digunakan pada masa reproduktif atau pembentukan buah. Penggunaan nutrisi memang lebih beragam dan tidak praktis ketimbang pupuk urea atau pupuk pabrik lainnya. Nutrisi juga diberikan dalam jumlah yang optimal dan waktu yang tepat. Gunanya agar nutrisi yang diserap sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan membangun kekebalan tubuh dari beragam penyakit. Cara Pembuatan Mikroorganisme Lokal
Jenis-jenis Mol: 1) Berenuk/maja

Bahan: y y y 5 buah berenuk yang matang 30 liter air beras 20 liter air kencing sapi/kerbau/ kambing atau kelinci

Cara Pembuatan: Daging buah maja dihaluskan dan masukan ke dalam drum/tong plastik Campurkan dengan 30 liter air beras dan 20 liter air kencing kemudian diaduk rata Tutup rapat dengan plastik Masukan slang plastik (diameter 0,5 cm) sambungkan ke dalam botol plastik yang sudah diisi air tawar Simpan selama 15 hari

Cara Penggunaan: a. Pengomposan; 1 liter MOL buah maja dicampur dengan 5 liter air tawar, tambahkan 1 ons gula merah dan aduk hingga rata, siramkan pada bahan organik yang akan dikomposkan hingga rata b. Penggunaan pada tanaman; penyemprotan dilakukan pagi/sore hari dengan 14 liter air tawar, aduk dengan rata. Disemprotkan pada umur tanaman padi: 10, 20, 30, 40 hari dan fase akhir pembungaan (generatif)

2)

Buah-buahan

Bahan: - Limbah buah-buahan yang tidak termakan - pepaya, pisang, mangga, apel, dll sebanyak 10 Kg - Gula merah 1 Kg - 10 liter air kelapa Cara Pembuatan: Buah-buahan yang disediakan tadi ditumbuk/dihaluskan Masukan pada drum/tong plastik Campurkan dengan air kelapa Masukan gula merah yang telah dicairkan Tutup dengan plastik, beri lubang udara dengan cara memasukan slang plastik yang dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air

- Biarkan selama 10-15 hari Cara Penggunaan: a. Campurkan MOL buah-buahan yang telah jadi dan air dengan komposisi 1:5 liter, kemudian tambahkan gula 1 ons. Siramkan pada bahan organik yang akan dikomposkan b. Penggunaan pada tanaman padi, semprotkan pada tanaman dengan konsentrasi larutan 400 cc dicampur dengan air tawar sebanyak 14 liter. Waktu penyemprotan dilakukan pada umur tanaman akhir vegetatif (55-60 hari)

3) Mol Bogol Pisang

Bahan: Bonggol pisang 5 Kg Gula merah 1 Kg Air beras 10 liter

Cara Pembuatan: - Bonggol pisang ditumbuk/dihaluskan, kemudian dimasukan bersama air beras - Masukan gula merah sambil diaduk rata - Simpan ditempat drum/tong plastik Tutup dengan plastik, beri lubang udara dengan cara memasukan slang plastik yang dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air - Biarkan selama 15 hari Cara Pengunaan a. Pengomposan; dapat digunakan sebagai dekomposer dengan konsentrasi 1:5 (artinya 1 liter cairan MOL dicampur dengan 5 liter air tawar), tambahkan gula merah 1 ons dan aduk hingga rata, siramkan pada saat proses pembuatan kompos b. Penggunaan pada tanaman; semprotkan pada berbagai jenis tanaman dengan konsentrasi 400 cc dicampur dengan 14 liter air tawar. Pada tanaman padi, sejak fase vegetatif hingga generatif pasca tanam yaitu hari ke 10, 20, 30 dan 40 Semprotkan pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari.

4)

Mol Sayur

Bahan: - 100 Kg limbah sayuran hijau

Garam; 5% dari berat bahan (5 Kg) Gula merah 2% dari cairan setelah diproses selama 24 hari

Peralatan: - Drum plastik ukuran 200 liter - Plastik transparan Cara Pembuatan: Limbah sayuran diiris-iris hingga menjadi potongan-potongan kecil dan masukan kedalam drum plastik, setiap lapisan setebal 20 Cm ditaburkan garam sampai rata, lanjutkan dengan berlapislapis seperti diatas sampai kedua kedua bahan habis Tambahkan air cucian beras sebanyak 10 liter - Drum ditutup rapat dengan plastik dan diatasnya diberi air sehingga tampak plastik cekung yang terisi air - Setelah 3-4 minggu baru dibuka, akan tampak cairan berwarna kuning kecoklatan, baunya segar dan jika diukur PH nya 3-5 - Tambahkan gula sebanyak 2 ons dan diaduk hingga rata Cara Penggunaan: a. Pengomposan; jika akan digunakan untuk mempercepat penghancuran bahan organik , campurkan 1 liter cairan ditambah 10 liter air tawar ditambahkan gula 2 ons dan cairan siap disiramkan pada bahan organik yang akan dikomposkan b. Penyemprotan pada tanaman; 400 cc cairan dicampur dengan14 liter air tawar (1 tangki handsprayer) dan diaduk rata, semprotkan pada pagi/sore hari. Digunakan pada tanaman padi pasca tanam yaitu hari ke 10, 20, 30 dan 40

5) Mol Keong Mas

Bahan: Keong mas yang masih hidup (segar) 5 Kg Buah maja yang telah matang 2 buah, jika tidak ada dapat diganti dengan cairan tebu 1 liter atau gula merah 1 Kg Air kelapa 10 liter

Cara Pembuatan: Keong mas ditumbuk hingga halus dan masukan ke dalam tong plastik Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau gula merah yang telah dihaluskan/air tebu Masukan air kelapa dan aduk sampai merata Kemudian tutup rapat dengan plastik dan berikan slang plastik sambungan pada botol yang telah berisi air Biarkan selama 15 hari

Cara Penggunaan: a. Pengomposan; Cairan/ekstrak (MOL) keong mas dicampur air dengan konsentrasi 1:5 (artinya 1 liter cairan MOL dicampur dengan 5 liter air tawar), kemudian tambahkan 1 ons gula merah aduk hingga rata dan siramkan pada bahan bahan organik yang akan dikomposkan b. Penggunaan pada tanaman; semprotkan pada berbagai jenis tanaman dengan konsentrasi 400 cc dicampur dengan 14 liter air tawar. Pada tanaman padi, sejak fase vegetatif hingga generatif pasca tanam yaitu hari ke 10, 20, 30 dan 40 Semprotkan pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari.

6) Mol Rebung Bambu

Bahan: 2 buah rebung bambu kurang lebih 3 Kg Air beras 5 liter 1 buah maja yang sudah matang, atau dapat diganti dengan gula merah 1,5 ons Cara Pembuatan:

Rebung bambu ditumbuk halus atau diiris-iris kemudian masukan kedalam ember atau tong plastik Campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau tambahkan gula merah yang telah dihaluskan dan aduk sampai rata Rendam dengan air cucian beras sebanyak 5 liter Tutup rapat ember/tong dengan plastik, dan berikan slang plastik yang disambungkan dengan air yang berada pada botol. Biarkan selama 15 hari

Cara Penggunaan: a. Pengomposan; dapat digunakan sebagai dekomposer dengan konsentrasi 1:5 (artinya 1 liter cairan MOL dicampur dengan 5 liter air tawar), tambahkan gula merah 1 ons dan aduk hingga rata, siramkan pada saat proses pembuatan kompos b Pengunaan pada tanaman; penyemrotan dilakukan pada pagi/sore hari dengan konsentrasi 400 cc cairan dicampur dengan 14 liter air tawar pada umur 10, 20, 30 dan 40 hari setelah tanam Catatan: - Sebagai zat perangsang pertumbuhan pada fase vegetatif

Mikroorganisme lokal
Menurut katerangan sababaraha ahli, MOL adalah cairan yang mengandung mikroorganisme hasil produksi sendiri dari bahan-bahan alami disekeliling kita (lokal), dimana bahan-bahan tersebut th merupakan tempat yang disukai sebagi media untuk hidup dan berkembangnya mikroorganisme yang berguna dalam mempercepat penghancuran bahan-bahan organik (dekomposer) atau sebagai tambahan nutrisi bagi tanaman. Terus terang saja Akang tidak tahu persis mikroorganisme apa yang terdapat dalam MOL hasil buatan sendiri itu. Yang pasti mah, apabila tanaman diberi MOL secara rutin pertumbuhannya lebih cepat, bagus dan sehat. Kalau kata Akang mah MOL th samacem pupuk organik cair (POC). Dari beberapa pendapat para praktisi pembuat MOL dapat Akang simpulkan bahwa jenis mikroorganisme yang terdapat dalam MOL selain bakteri untuk penyubur tanah juga mengandung hormon yang berpungsi sebagai zat perangsang tumbuhan untuk lebih memacu perkembangan sel-sel tanaman, seperti Giberellin, Sitokinin dan Auksin. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat MOL th harus mengandung Karbohidrat, Glukosa dan Bakteri. Ketiga komponen itu menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar MOL yang dihasilkan berkualitas dan sesuai dengan harapan. Karbohidrat bisa diperoleh dari air cucian beras (leri), nasi bekas/basi, limbah singkong, kentang atau gandum, atau apa saja yang sekiranya mengandung karbohidrat tinggi. Dalam pelaksanaannya yang sering digunakan untuk membuat MOL adalah leri karena setiap rumah pasti menghasilkan ini dan tidak perlu beli.

Glukosa selain dari gula pasir, gula merah atau gula batu yang diencerkan dengan air atau dihancurkan sampai halus, bisa juga diperoleh dari nira atau air kelapa. Bakteri bisa dari keong mas/sawah, bekicot, buah-buahan yang sudah matang atau busuk, air kencing (urine) dan kotoran hewan atau manusia, isi usus hewan, atau apapun yang diduga banyak mengandung bakteri yang berguna untuk tanaman dan kesuburan tanah seperti rhizobium sp, azospirillum sp, azotobacter sp, pseudomonas sp, bacillus sp dan bakteri pelarut phospat. Prinsipnya mah bahan-bahan di atas th gampang diperoleh, ada disekitar kita, murah dan jika perlu didapat secara gratis, bersih dan layak untuk digunakan. Dan yang terpenting MOL yang dihasilkan th adalah MOL yang benar-benar berkualitas. Kalau Ayi ingin membuatnya, caranya, campurkan air yang mengandung karbohidrat dengan air yang mengandung glukosa dengan perbandingan 1:1. Kemudian tambahkan sumber bakteri dan aduk hingga rata. Tutup wadah dengan plastik yang dilubangi atau apa saja yang penting bisa dibuat tutup dengan catatan udara bisa masuk tetapi serangga tidak. Jika sudah mengeluarkan bau hasil permentasi (mirip bau tape), berarti MOL sudah jadi dan siap digunakan. Untuk mempercepat proses pengomposan siramkan campuran 1 liter MOL, 5 liter air dan 1 ons gula ke dalam bahan kompos. Untuk menyemprot tanaman, per tangki (kapasitas 14 liter), gunakan 400 cc MOL. Sedangkan jika digunakan untuk menyiram media tanam atau tanah, dosisnya 250 cc MOL per 10 liter air.

By

Syam
July 27, 2011Posted in: Laman Alamitani

Pada 2008 , ketika musim kemarau datang kami nyaris patah arang. Perlu kerja keras dan biaya tak sedikit untuk menyiram tanaman-tanaman yang baru ditanam. Setiap hari tanaman perlu disiram. Pagi disiram, siang tanah sudah kering, sebagian air hilang menguap. Untung saja saat itu, satu anggota komunitas alami tani di Cijapun menyarankan satu teknik tradisional untuk atasi masalah penyiraman. Teknik penyiraman pakai bambu. Mereka namai lodong. Cara tradisional masyarakat Sunda ini sebenarnya sebuah teknologi tepat guna untuk irigasi tetes (drip irrigation). Untuk membuat lodong perlu bambu berukuran besar. Potong sepanjang 3 ruas. Buku-buku bambu dibuat tembus kecuali buku paling bawah supaya air dapat masuk dan ditampung di dalamnya. Tapi di salah satu sisi paling bawah bambu dibuat lubang seukuran jarum supaya air dapat menetes keluar.

Lodong bambu dipasang bertunjang berdiri sejajar pohon. Jarak antar pohon dan lodong kurang-lebih 5 jari. Setelah lodong siap, air dimasukkan ke dalamnya. Lodong dari 3 ruas bambu kuda dapat menampung kurang lebih 10 liter. Lalu akan keluar setetes demi setetes. Sepuluh liter air di lodong dapat bertahan selama 3 hari. Selama itu pula, kelembaban tanah di sekitar perakaran pohon dapat terjaga.

Supaya air yang menetes ke tanah tak hilang menguap, tanah di bawah pohon yang disiram perlu dilindungi dengan menebar jerami atau rumput kering dan bahan organik lainnya. Dengan cara ini kami menyelamatkan sekitar 600 tanaman durian dan lengkeng di Cijapun dari kekeringan. Yang tak bisa diselamatkan, ya apa boleh buat. Hehe.

Di LeBul, rumah singgah saya, sedang ada kebiasaan baru yang aneh. Tidak bapak tidak ibu, sedang senang-senangnya menyobek-menggunting sampah sayuran atau kulit buah hingga berukuran kecil-kecil. Bikin teringat anak-anak sedang bermain masak-masakan. Rupanya mereka sedang mempraktekkan cara pembuatan kompos ala Takakura. Teknik pengomposan ini terpilih untuk diterapkan di rumah karena teknik pengomposan yang dilakukan sebelumnya menimbulkan bau tak sedap. Lalu, apakah pengomposan dengan keranjang takakura tidak berbau? Umm mereka tidak perlu menjawab panjang lebar. Saya cukup dengan melihat bagaimana keranjang alias wadah pengomposan itu diletakkan di depan kamar tidur tak jauh dari dapur.

Bisa dicoba di Cijapun, saran Bapak. Saya enggan. Teknik ini mudah-terap dan amat cocok untuk rumahan, tapi bila dikawinkan dengan metode petani malas yang do-nothing-farming, punya tentangan. Sebenarnya saya tak perlu memperpanjang tali kelambu membagi tips membuat kompos ala takakura. Sebab, informasi teknis sudah banyak tersedia di internet. Teman saya di kompasiana, Iden Wildensyah misalnya, menulis; Keranjang Takakura di Rumah Kami.

prinsip dasar kompos takakura

Tapi untuk melengkapi info terdahulu yang pernah saya bagi pada salah satu sahabat yang berminat membuat pupuk alami dari sisa dapur, saya akan menambahi beberapa prinsip dasar yang sebaiknya tak langsung anda percayai, hehe. #1. Keranjang khusus Pembuatan Kompos ala Takakura menggunakan keranjang. Apakah perlu keranjang khusus? Di Jakarta (dan mungkin di kota lain) keranjang ala takakura yang memang

didesain khusus, sepertinya mulai banyak dijual. Tapi bila tidak ada, keranjang sembarang pun bisa dipakai. Pastikan dasar dan sisi-sisinya berlubang-lubang supaya bisa dilalui udara. Bahkan bisa bikin pakai keranjang bambu atau dibikin dari papan sisa. #2. Sekam dan Sabut Kelapa Keberadaan sekam atau sabut kelapa menjadi penting dalam pengomposan ini. Gunanya untuk menyerap air (termasuk uap air), mengurangi bau, (dan katanya) mengontrol mikroba pengurai agar berkembang baik. Bila sekam dan sabut kelapa sulit didapat, apa bisa pakai bahan sintetis macam silica-gel? Soal bisa, ya bisa! Tapi,mbok ya kreatif sedikit. Bisa pakai jerami. Bila jerami tak ada? Rrr tiru burung yang hendak bikin sarang, cabuti rumput di taman lalu keringkan. jadilah jerami rumput. Apa? Di gurun tak ada rumput? Punya tanaman di pot tidak? Kumpulkan daunnya, robek kecil-kecil dan keringkan? Hayooo, masih mau nanya? #3. Kompos awal Pada prakteknya, sampah yang hendak dikomposkan mesti dicampuraduk dengan kompos yang sudah jadi. Kompos awal akan menjadi starter, ragi, biang, atau apapun nama yang cocok. Bio-activator? Ada juga yang sebut begitu. Di dalam kompos, terkandung jasad renik yang berperan sebagai pengurai sampah. Ada yang bilang, dalam satu sendok tanah subur terdapat sekian milyar mikroba. Entah siapa yang sensus mending percaya saja ketimbang menghitung sendiri. Tapi bila tak ada kompos? Masa tak jadi mengolah limbah dapur? Cari tanah di kebon, bongkar pot bunga. Tak punya juga, ya sudah tak usah pakai kompos atau tanah. Beli yoghurt, duduk tenang-tenang dan nikmati yoghurt-nya. Setelah tenang, Sisakan yoghurt barang 1-2 sendok makan lalu campur dengan air bersih secangkir kecil. Cipratkan ke sampah di keranjang anda. Bakteri probiotik di yoghurt, bisa jadi pengurai. Yoghurt juga tidak ada? Ada tape, susu basi, sake, atau tuak tidak? Ahaha! #4. Soal bau Pengomposan pakai keranjang tak menimbulkan bau? Bau bukan karena keranjang, tapi karena bahan baku kompos. Proses pengomposan menimbulkan bau tak sedap biasanya bila terdapat sisa protein hewani di sana. Maka hindarkan memasukkan sisa makanan yang berupa tulang ikan, daging, atau telur. Sebaiknya hanya sampah sayur yang tak ikut dimasak atau kulit buah untuk dikomposkan dengan cara ini. Hindarkan pula bahan organis yang mengandung minyak, misal ampas kelapa atau sisa tempe goreng yang tidak habis dimakan. Kasihkan ke kucing saja. #5. Masih soal bau Yakin tak akan bau? Bukannya sampah hijau dalam arti sampah organis macam dedaunan segar masih banyak mengandung unsur nitrogen, dan saat terjadi proses dekomposisi akan banyak mengeluarkan gas ammonia? Tumben cerdas, hehe. Kan sudah ada sekam dan sabut kelapa tadi itu sebagai penyerap bau. Makanya tadi dianjurkan ditambahi kompos yang sudah jadi yang juga mampu peredam bau. Tapi ya sudah karena tak punya kompos awal, selain sampah hijau campurkan juga sampah

coklat sebagai bahan pengomposan. Bila sampah hijau banyak mengandung unsur nitrogen, sampah coklat banyak mengandung karbon. Ups, maaf. Sampah coklat yang dimaksud adalah sampah kering macam daun dan rumput kering atau serbuk gergaji Keberadaan sampah coklat juga membantu mengurangi kadar air dalam bahan kompos. Kandungan air terlalu tinggi bikin becek, nggak ada ojek, mana hujan seperti kata cinta laura. Becek, bikin proses dekomposisi tak berjalan sempurna. #6. Berapa Lama? Setelah keranjang penuh, dan tunggu dua tiga minggu, kompos bisa digunakan. #7. Berapa lama keranjang penuh? Terserah, kalo anda tipikal penyampah bisa cepat penuh. Hehe. Maksud saya tergantung tingkat produksi sampah di rumah masing-masing. Di rumah LeBul, perlu sekitar 1,5 bulan untuk penuh. Bila sehari bisa penuh ya tak ada masalah. Kalo produksi sampah banyak, jangan-jangan bisa jadi industri rumah tangga. Siapa tahu? Chiki chiki bum bum alala bum bum [Syamar; rh, 030211]

Perilaku petani menentukan kesuburan tanaman


Dulu, saya sering heran memerhatikan cara ibu kami merawat tanaman di halaman rumah LeBul. Ia bisa bercakap-cakap dengan sebatang tanaman hias di satu pot, bermenit hingga berjam. Keesokan harinya sang bunga tampak lebih elok dari biasanya. Bila nanti dia keluar kota cukup lama, bunga-bunga mengusam. Meski tetap dirawat tetap disiram. Sampai nantinya ibu saya datang mengajak mereka kembali bercakap-cakap. Dulu, saya sering garuk-garuk kepala memerhatikan kawasan-kawasan konservasi di beberapa titik Sumatera. Terutama yang berada di tengah areal kelola perusahaan. Di tepian saja yang hijau. Kian ke tengah, kian hancur. Seolah tepi hutan yang elok hanyalah penopeng pepohonan yang sakit, menderita tak terperhati. Konservasi seolah tipu-tipu pemilik modal dan pengeruk hasil hutan. Dulu, saya sering pusing sendiri, memerhatikan kebun sendiri. Kian dekat pondok, kian subur tanaman. Kian jauh, kian kacau mereka berpenampilan. Padahal perlakuan perawatan, seperti pemupukan dan penyiraman diberlakukan sama. Seorang petani tua membantu saya menemukan jawaban. Mungkin ini pun jawaban sementara. Menurut kawan tua itu, tanaman makin sering dilihat, disapa, diajak berkomunikasi, makin tumbuh subur.

Umm apakah pupuk terbaik adalah jejak langkah petani? Masih layak debat! [SyamAR; LeBul, 15 Februari 2010]

Padi polibag

Belajar Berkebun (Part II): My Simple Hydroponic Sebenernya, berkebun hidroponik membutuhkan modal yang jauh lebih mahal daripada cara konvensional. Ketiadaan tanah sebagai media tanam membutuhkan perangkat pengganti demi kelangsungan hidup si tanaman itu. Mungkin analoginya seperti, ICU di rumah sakit. Segala perangkat penunjang alat2 vital demi kelangsungan hidup orang tersebut. Eh... analoginya kurang pas yah? Hehehe... Kunci keberhasilan hidroponik yah terletak di pupuknya. Larutan pupuk hidroponik ada bermacam2 resepnya, tergantung dari lokasi, keadaan air, tanaman apa yang akan dibudidayakan, de el el. Dan tentunya bikin campuran pupuk hidroponik sendiri yah gampang2 susah.. Mungkin mirip2 seperti praktikum kimia :-D Daripada meramu sendiri unsur demi unsur, di pasaran tersedia yang sudah jadi, tinggal diencerkan dengan air. Biasanya pupuk hidroponik terdiri dari dua bagian, dikenal dengan istilah AB Mix, yang jika mau dipakai baru dicampur untuk menghindari pengkristalan. Untuk saat ini, pupuk AB Mix yang jika diencerkan menjadi 1000 liter, rata2 kisaran harganya sekitar 130 ribu. Nah kalo hidroponik yang setiap hari harus kasih larutan nutrisi, harga sekian udah terhitung mahaaal.. Nggak heran deh sayuran hidroponik di supermarket harganya selangit. Untungnya, Parung Farm dengan baik hati membagikan rahasianya. Untuk yang sekedar hobi

dan bukan untuk produksi, mungkin ada pupuk yang harganya lebih ekonomis. Pasti semua udah tau, itu... pupuk sejuta umat, NPK Mutiara. Jika dibandingkan dengan pupuk hidroponik, pupuk NPK harga per liter jika sudah jadi larutan nutrisinya jauh lebih murah, mungkin hitungannya sekitar sepersepuluh harga pupuk hidroponik. Yup, cuma NPK itu aja! Hehehe.. Aku juga kaget pas dikasih tau bahwa itu aja udah cukup untuk sayuran2 daun umur pendek seperti kangkung, bayam, lettuce, pak choy, kailan, dll (spesialisasi Parung Farm adalah leafy vegetables). NPK Mutiara yang butir2 biru itu kalo dilihat komposisinya, hanya kurang unsur Sulfur yang berperan dalam membentuk tunas tanaman dan bintil akar. Namun mungkin dalam kasusku, air tanah dirumah udah memilik unsur S ini. Ada juga pupuk NPK keluaran Trubus, yang komposisinya lebih lengkap daripada NPK biasa. Pupuk NPK ini setelah kucoba, bisa juga untuk tanaman kacang2an dan sayuran buah seperti tomat, terung, pare, dan oyong. (Untuk tanaman sayuran berbuah, aku kasih tambahan pupuk yang disemprotkan seminggu sekali, banyak sekali merk2 nya, yang pernah kupake adalah DiMaak dan Ratu Biogen, tapi mungkin karena kadang2 malas atau kelupaan, hasil sayurannya nggak maksimal :-P) Untuk media tanam, banyak sekali macamnya. Hidroponik tanpa tanah, jadi biasanya dipakai arang sekam, pasir (kebun hidroponiknya Bob Sadino kabarnya pake media tanam pasir), kerikil, media air, atau bahkan media udara (aeroponic). Karena nggak bikin perangkat hidroponik yang rumit di rumah, seperti pipa2 dan pompa, maka yang dikerjain bukan hidroponik murni, tapi semi-hidroponik. Media tanam yang dipakai, campuran media tanah dan pupuk kandang (seperti yang banyak dijual di toko tanaman) dan arang sekam. Arang sekam dipilih karena ia lebih ringan daripada pasir atau kerikil, fungsinya agar media tanamnya porus, sehingga akar tanaman masih bisa "bernafas", karena oksigen juga satu komponen yang dibutuhkan agar tanaman tumbuh baik. Media tanam tanah dan pupuk kandang, fungsinya selain menambah unsur hara, juga untuk "menahan" air. Prinsip hidroponik ini, akar tanaman nggak boleh kering, harus terus menerus lembab. Oleh karena itu, jika tanaman hanya menggunakan arang sekam tanpa pompa untuk mengalirkan air, maka media tanam arang sekam akan terlalu kering, sehingga tanaman akan mudah mati. Larutan pupuk digenangi di dasar wadah semacam tampah plastik, dengan ketinggian air kurang lebih 2cm (kalo pake jari telunjuk kira2 setinggi ruas jari pertama), nggak terlalu dalam supaya akarnya nggak "tenggelam".

Pak Choy umur 2 minggu. Untuk membuat larutan pupuknya, biasanya takaran yang kupake sekitar 1 gram untuk 1 liter air. Misal, ember yang besar kapasitasnya 30 liter, berarti pupuk NPK mutiaranya juga 30 gram. Aku disini nggak pake timbangan atau takaran tertentu, kira2 aja *nggak mau repot* hehehe... 1 sendok makan pupuk, kuanggap 5 gram. Jadi untuk 30 liter air, aku larutkan 6 sendok makan pupuk. Pupuk NPK mutiara yang berbutir2 itu tentu susah kalo dilarutkan langsung dalam ember. Jadi kalo aku, biasanya pake botol bekas air mineral, diisi air setengahnya, tambahkan pupuk, dikocok2 seperti bikin milk shake, kalo udah larut baru dituang ke ember besar. Biasanya aku tambahkan genangan pupuk itu dua kali sehari, pagi dan sore. Kadang juga cuma sekali, sore aja, kalo cuaca nggak terlalu panas dan genangan pupuk sebelumnya masih cukup. Untuk tanaman diawal2 kehidupannya (dari biji), akar belum bisa mencapai dasar gelas, jadi biasanya kusiram dulu dengan gembor, setelah seminggu akar2nya mulai terlihat di gelas yang bening itu. Baru kemudian digenangi. Tanaman2 yang agak besar, seperti tomat, kacang2an, pare, dsb, nggak digenangi air pupuk, tapi disiram dua kali, atau kalo nggak sempat, biasanya aku siapin reservoir air pupuknya seperti gambar dibawah ini.

Ups... airnya habis ya.. :-P Ini pohon tomat. Tali kuning itu sebenernya kain pel scotch brite, yang fungsinya sebagai sumbu untuk mengalirkan larutan pupuk. Sumbu itu harus sering2 diganti karena lama kelamaan pasti

akan ditumbuhi lumut. Teknik ini namanya drip irigation technique. Sebenernya ada selang khusus untuk teknik ini, tapi sekali lagi karena nggak mau repot yah pake kain pel aja :-D Ehm, polybag yang kupake ini kurang besar. Ini diameter 20cm, harusnya minimal 30cm.

Asal gambar dari sini

Hidroponik sederhana ini, larutan pupuknya nggak ditempatkan disuatu ruang yang kedap cahaya. Maka dari itu, tanaman di gelas bekas air mineral, dipilih tanaman2 berumur pendek, yaitu sayuran2 daun seperti yang kusebutkan diatas, yang masa panennya berkisar 4-6 minggu. Karena lama kelamaan wadah yang digenangi air pupuk akan dipenuhi lumut. Dan nutrisi dalam larutan pupuk nggak akan efektif lagi. Larutan pupuk + cahaya matahari = Lumut Untuk tanaman2 yang usia panennya agak lama, berbulan2, ditanamkan di polybag atau pot.

Beberapa tanaman yang baru dipindahkan ke polybag dari tempat semainya. Ini pohon pare dan oyong umur 2-3 minggu. Sulur2nya udah desperate cari2 pegangan.

Cara2 diatas sejujurnya adalah tips dari Pak Sudibyo, Parung Farm. Setelah pelatihan tempo hari, pulangnya aku dibekali tempat minum ayam, gelas bekas air mineral yang udah dilubangi, pupuk AB Mix, arang sekam, bibit sayuran, dan wadah tampah plastik. Cara yang kupake seperti cara yang diuji coba di Parung Farm, dikurangi tempat minum ayamnya. Mengalirkan larutan pupuk dengan kain pel pun ide dari mereka. Sayang sekali aku nggak punya foto percobaan hidroponikku yang pertama kali, dengan menggunakan tempat minum ayam :-P Anyway, I think that's my share for today... Kalo ada yang kurang tolong ditambahin, kalo ada yang salah tolong dikoreksi... :-D Semoga bisa bermanfaat... Happy gardening... :-D

Budidaya Tanaman Cabai dalam Pot atau Polybag


Posted on 19 Oktober 2011 by EVA NOVIA

Tanaman cabai adalah tanaman yang unik. Walaupun rasanya pedas, banyak orang yang suka. Kata orang indonesia makan tidak lengkap kalau tanpa sambal. Masakan Indonesia memang tidak bisa lepas dari yang namanya cabai. Mulai dari makanan jajanan seperti gorengan, bakso, mie ketoprak, gado-gado, rujak, sampai makanan penutup pun memakai cabai. Hal ini menunjukkan bahwa cabai adalah salah satu komoditas yang dicari orang setiap hari. Menanam tanaman cabai dipot adalah salah satu alternatif yang bisa kita lakukan untuk mengatasi harga cabai. Menanam tanaman cabai di pot tidaklah sesulit menanam cabai dilapangan. Dengan lahan yang terbatas di rumah anda, menanam cabai di pot sudah bisa dilakukan. Selain bisa memenuhi kebutuhan dapur, bertanam cabai dalam pot juga menjadi tanaman hias di rumah anda. Apakah anda tertarik? Silahkan ikuti terus artikel ini. Bahan apa saja yang dibutuhkan untuk memulai? Yang dibutuhkan adalah polybag atau pot, tanah, pupuk kandang (kompos), bibit cabai dan peralatan pendukung (sekop). Langkah pertama: menyiapkan benih tanaman. Benih tanaman cabai bisa anda peroleh di toko-toko pertanian atau anda pun bisa mendapatkannya dengan harga yang lebih murah dari

toko yaitu ketika membeli cabai pilih cabai yang warnanya merah tua, bentuk sempurna, kondisinya segar, tidak cacat, dan tidak ada tanda terserang penyakit. Kemudian buka kulitnya dan ambil biji-bijinya. Setelah itu cuci biji-biji tadi dengan air bersih dan kering angin kan. Setelah kering, biji diseleksi secara fisik berdasarkan ukuran seragam, tidak cacat, warna kulit cerah, dan tidak keriput. Langkah kedua: menyemai benih. Wadah menyemai benih dapat berupa kotak kayu, pot,polibag, baki plastik, atau bekas air meniral. Yang paling penting adalah buat lubang darainase di bagian bawah wadah. Media yang digunakan pasir, tanah dan kompos dengan perbadingan 1:1:1 dan dicampur rata semua bahan. Basahi media dengan air dan tebarkan biji tanaman cabai secara merata. Atur penyebarannya jangan terlalu rapat. Letakkan persemaian di temapt yang terlindung dari guyuran air hujan dan sinar mataharilangsung. Jaga agar kondisi persemaian tidak sampai kering dengan melakukan penyiraman 1-2 kali/hari dengan menggunakan handsprayer. Benih akan tumbuh setelah 3-6 hari dan bisa dipindahkan ke pot setelah umur 4-5 minggu. Langkah ketiga: menanam bibit tanaman cabai. Pesiapkan pot dan media. Media terdiri dari tanah dan kompos dengan perbandingan 2:1. Buat lubang tanam di pot dengan menggunakan ibu jari anda atau dengan kayu. Tanam bibit tanaman cabai di lubang yang telah dibuat dan timbun akar tanaman dengan tanah. Dan padatkan media tanamnya sehingga bibit cukup kokoh posisinya. Setelah itu siram dengan air dan tempatkan pot ditempat yang cukup sinar matahari. Langkah keempat perawatan. Perawatan tanaman meliputi penyulaman pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman cabai, pengajiran dan pewiwilan. Pada artikel ini saya tidak akan membahas tentang pengendalian hama dan penyakit, silahkan baca di hama penyakit tanaman cabai. Penyulaman (mengganti tanaman yang mati atau tidak normal) dilakukan satu minggu setelah tanam. Ada 2 jenis pupuk yang bisa anda gunakan yaitu pupuk organik dan pupuk buatan pabrik. Pupuk organik bersifat alamiah yang kandungan haranya lebih kompleks (lengkap) dibandingkan pupuk kimia. Untuk tanaman cabai dipot saya menyarankan menggunakan pupuk organik, karena pupuk organik lebih lengkap kandungan haranya sehingga anda tidak perlu repot memikirkan dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman. Pengajiran bertujuan agar tanaman tidak doyong. Pengajiran dilakukan pada umur 15 hari dengan cara mengikatkan tanaman cabai pada sebatang kayu yang ditancapkan di media penanaman. Pewiwilan yaitu membuang tunas air dibawah cabang pertama dan bunga I dan II setelah cabang pertama dan cabang selanjutnya dipelihara. Demikian cara menanam tanaman cabai di pot. Anda pun bisa menerapkan pada tanaman sayuran atau tanaman buah dengan prinsip yang sama dengan cara menanam tanaman cabai di pot.

You might also like