You are on page 1of 105

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Kebutuhan untuk membentuk mahasiswa yang utuh dan siap pakai berujung pada dilakukannya suatu pengamatan terhadap dunia kerja nyata dalam bidang yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan mahasiswa. Dalam bangku perkuliahan, mahasiswa hanya dibekali teori-teori ilmu teknik sipil dan melihat gambaran umum saja tanpa melihat aplikasinya di lapangan. Pada dunia kerja nyata inilah ternyata banyak permasalahanpermasalahan yang muncul dan sudah tentu merupakan suatu ilmu baru yang tidak didapat selama di bangku kuliah. Untuk lebih mengetahui keadaan di lapangan, mahasiswa perlu diberi kesempatan untuk mengamati dan mempelajari secara visual proses konstruksi di lapangan. Pembangunan Jalan Layang Non-Tol P. Antasari Blok M adalah salah satu proyek yang sedang berlangsung selama durasi mata kuliah kerja praktek ini berjalan. Pembangunan ini dimiliki oleh DPU DKI Jakarta dan melibatkan lima kontraktor besar sebagai pelaksananya. Peserta mata kuliah kerja praktek melihat proyek ini sangat menarik untuk ditelusuri karena dalam pelaksanaannya, pembangunan jalan layang ini berbeda dengan pembangunan jalan layang pada umumnya. Pier tidak berada di tengah lebar jalan melainkan di sisi kiri dan kanannya, membentuk sistem portal bersama dengan pier head. Selain itu, proyek menggunakan box girder yang diangkat dengan prinsip balance kantilever, berbeda dengan kebanyakan jalan layang yang menggunakan I-girder. Sisi-sisi menarik inilah yang membuat peserta kerja praktek memilih proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol P.Antasari Blok M ini sebagai tinjauan kerja praktek. 1.2 Tujuan Kerja Praktek Memperoleh pengalaman secara langsung dalam mengamati proses konstruksi yang sedang berjalan. Memperoleh informasi, data, dan segala komponen dari proses kontruksi yang sedang dijalankan. Mendapatkan gambaran tentang dunia konstruksi yang sesungguhnya.

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Mengetahui koordinasi, hierarki, dan prosedur pekerjaan dalam suatu proyek. 1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek 1.3.1 Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan kerja praktek dilakukan mulai tanggal 13 Juni 2011 s/d 26 Juli 2011. Pekerjaan yang diamati selama pengamatan dilakukan yakni mulai pengecoran upper column P84 yang terletak di depan Kantor Walikota Jakarta Selatan sampai pada stressing pier head P67. 1.3.2 Lokasi Proyek Proyek yang dijadikan lokasi studi adalah Pembangunan Jalan Layang Non-tol Antasari Blok M, paket Prapanca mulai dari STA3 + 076 s/d 3 + 850 dengan total panjang 774 meter. 1.4 Metodologi Kerja Praktek Adapun metodologi yang dilakukan dalam kerja praktek ini adalah sebagai berikut. a. Melakukan observasi di lapangan secara langsung agar dapat melihat secara lebih baik dan memahami permasalahan apa saja yang mungkin ditemui dalam suatu proyek. b. Mengikutsertakan diri dalam rapat-rapat koordinasi yang digelar baik antara kontraktor kontraktor, kontraktor - sub-kontraktor, dan lain-lain. c. Melakukan interaksi langsung dengan orang-orang yang terlibat dalam proyek seperti site manager, quality control, office manager, drafter, surveyor, general superintendent, dan beberapa pekerja untuk mengetahui gambaran pekerjaan proyek yang sedang dilaksanakan dan menjadi modal utama sebelum melakukan observasi secara langsung. d. Melakukan studi pustaka dengan bersumber dari buku-buku/literatur yang berhubungan dengan parmasalahan yang dihadapi di lapangan. e. Melaporkan hasil pengamatan dan ilmu yang telah didapat selama kerja praktek dalam bentuk laporan disertai dengan analisa dari masalah-masalah yang ada selama proyek berlangsung.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Adapun sistematika dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas tentang latar belakang dan tujuan kerja praktek yang diadakan oleh Departemen Teknik Sipil Universitas Indonesia. Selain itu juga berisi informasi waktu pelaksanaan dan lokasi kerja praktek yaitu Proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol Blok M Pangeran Antasari. Metodologi kerja praktek dan pengambilan data selama kerja praktek juga akan dijelaskan pada bab ini. Ringkasan dari setiap bab pada laporan kerja praktek ini akan dipaparkan pada subbab sistematika penulisan laporan kerja praktek. BAB II GAMBARAN UMUM Bab ini memaparkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proyek ini, antara lain menjelaskan secara singkat tentang latar belakang proyek, tujuan proyek, data umum proyek, dan lingkup pekerjaan proyek. BAB III MANAJEMEN PROYEK Pada bab ini akan membahas mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan proyek secara umum. Mulai dari proses pernecanaan, pelelangan, kontrak, organisasi proyek, sistem pembayaran, dan administrasi. BAB IV SUMBER DAYA PROYEK Menjelaskan kebutuhan sumber daya, baik manusia dan kebutuhan sumber daya lain yang mempengaruhi keberlangsungan rangkaian pekerjaan di dalam proyek BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI Pada bab ini akan membahas mengenai perencanaan pelaksanaan, proses pelaksanaan proyek, metoda pelaksanaan yang dijelaskan pada bab ini adalah metode pekerjaan yang dilihat selama kerja praktek. Selain itu akan dijelaskan juga mengenai pengadaan bahan, peralatan, dan tenaga kerja. Segala penjelasan itu disertai juga dengan dokumentasi proyek. BAB VI TINJAUAN KASUS Bab ini akan menjelaskan beberapa kasus dan solusinya yang mempengaruhi terjadinya perubahan dari segi desain atau waktu pelaksanaan suatu pekerjaan. BAB VII TRAFFIC MANAGEMENT

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Pada bab ini berisi tentang traffic management dalam menangani lalu lintas selama konstruksi berlangsung BAB VIII IDENTIFIKASI ASPEK LINGKUNGAN DAN EVALUASI DAMPAK LINGKUNGAN Pada bab ini berisi tentang pengaruh konstruksi terhadap lingkungan dan dampak yang ditimbulkan. BAB IX PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan selama kami melakukan kerja praktek.

BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

2.1 Latar Belakang Proyek Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, terutama di kota Jakarta sangatlah pesat bahkan mencapai 8,1% per tahun. Hal ini tidak sebanding dengan laju pertambahan jalan di kota Jakarta yang hanyalah mencapai angka 0,01% per tahun. Keadaan ini jelas mengakibatkan bertambahnya titik-titik kemacetan di ibukota dan mewajibkan pemerintah mencari solusi atas kemacetan yang semakin lama semakin bertambah ini. Proyek Jalan Layang Non-Tol (JLNT) adalah salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi kemacetan. Proyek ini berkonsep pada pembuatan jalan layang tepat diatas jalan eksisting untuk bisa mengalihkan volume lalu-lintas yang ada di jalan eksisting dan mengurangi kemacetan disana. Mulai tahun 2010, tercatat ada tiga JLNT yang direncanakan pemerintah melalui DPU Kota Jakarta antara lain JLNT P.Antasari Blok M, Kp.Melayu Tanah Abang, dan Casablanca. Semua JLNT ini mempunyai tujuan yang sama, mengurangi angka kemacetan sampai dengan 20%. Proyek JLNT yang ditinjau dalam kerja praktek kali ini ialah JLNT P.Antasari Blok M, memiliki total panjang 5,32 km. Proyek ini dibagi menjadi lima paket dengan kontraktor yang berbeda-beda, masing-masing paket I mulai STA 0+300 STA 1+470 (kontraktor : PT. Pembangunan Perumahan), paket II mulai STA 1+470 STA 2+273 (kontraktor : PT Yasa Patria Perkasa), paket III mulai STA 2+273 STA 3+076 (kontraktor : PT. Hutama Karya PT. Nindya Karya, KSO), paket IV mulai STA 3+076 STA 3+850 (kontraktor : PT. Modern Widya Technical PT. Lampiri, KSO), dan paket V mulai STA 3+850 STA 5+520 (kontraktor : PT. Waskita Karya). Dalam kerja praktek kali ini, peserta mengambil lokasi proyek di paket IV, bersama dengan kontraktor PT. Modern Widya Technical dan konsultan PT. Cipta Multi Kreasi.

2.2 Data Umum Proyek Nama Proyek Sumber Dana : Pembangunan Jalan Layang Non-Tol P.Antasari Blok M Paket Prapanca (Paket IV) : APBD

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Lokasi Kegiatan Jenis Kontrak Pemilik Proyek Konsultan Perencana Konsultan Konstruksi Kontraktor Subkontraktor

: Kotamadya Jakarta Selatan : Fixed Unit Price : Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta : PT. Perencana Jaya : PT. Cipta Multi Kreasi : PT. Modern Widya Technical PT. Lampiri (KSO) : - PT. JHS (Pengadaan Box Girder) - PT. Delta Syntech Indonesia (Pekerjaan Stressing) - PT. Pionir Beton (Pengadaan Beton) - PT. Magdatama Multi Usaha (Pengadaan Bearing Pad)

Nilai Proyek Cara Pembayaran Waktu Pelaksanaan Waktu Pemeliharaan 2.3 Lokasi Proyek

: Rp. 243.822.918.800,00 : Monthly Certificate : 630 hari kalender (mulai dari 22 November 2010) : 180 hari kalender

Secara administratif, lokasi Proyek Jalan Layang Non-Tol P.Antasari Blok-M, paket Prapanca terletak di daerah Kebayoran Baru. Lokasi proyek lebih rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.1 peta daerah DKI Jakarta

Gambar 2.2 lokasi proyek paket prapanca secara spesifik

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Dapat dilihat dari gambar di atas, lokasi proyek terjadi pada jalan Prapanca, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan mulai dari pertigaan Prapanca 1, sampai pada tepat di depan kantor Walikota Jakarta Selatan (Jalan Prapanca Raya). 2.4 Komponen Proyek Komponen proyek secara umum dapat dilihat pada tabel 2.1 Dimensi Proyek Jalan Layang Non-Tol Antasari-Blok M
Tabel 2.1 Dimensi Proyek Jalan Layang Non-Tol Antasari-Blok M

Komponen Panjang Jembatan Lebar Jembatan Umur Rencana Jalan Kecepatan Rencana Rata-Rata Pondasi Jembatan Jenis Gelagar Jembatan Jenis Perkerasan Jalan Lebar Median Barrier Gate

Detail / Dimensi Proyek 774 m 2 x 8,75 m (4 lajur, 2 jalur) 20 tahun 80 km/jam Bored Pile diameter 1,5 m Precast Segmental Box Girder Flexible, AC-WC, tebal 5 cm 110 cm 4 sisi

2.5 Lingkup Umum Pekerjaan Secara umum, pekerjaan Proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol P.Antasari Blok M paket Prapanca terdiri dari pekerjaan pendahuluan, pekerjaan pelebaran jalan, pekerjaan struktur (bored pile, pile cap, pier, pier head), pekerjaan produksi precast segmental box girder, pekerjaan post tensioning, pekerjaan erection segmental box girder dengan metode balance cantilever, pekerjaan perkerasan jalan, dan pekerjaan bangunan pelengkap jalan. Gambaran pekerjaan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pekerjaan Pendahuluan i.Penentuan Lokasi Base Camp Pada proyek pembangunan Jalan Layang Non-Tol P.Antasari Blok M Paket Prapanca yang dilakukan oleh PT. Modern Widya Technical, ada dua alternatif tempat yang dipertimbangkan untuk dijadikan base camp. Pertama di Jalan Wijaya II,

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Kebayoran Baru, bekas lapangan golf. Yang kedua terletak di Jalan Raya Hankam, Pondok Gede, Bekasi. Alternatif pertama yang diambil karena lokasinya yang sangat berdekatan dengan proyek. ii.Mobilisasi Alat Berat dan seluruh peralatan pendukung Setelah base camp dipastikan, semua alat dan peralatan pendukung yang diperlukan dimobilisasi ke base camp. iii.Pengukuran (setting out) Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, dilaksanakan setting out berupa joint survey bersama-sama antara Kontraktor, Engineer / Konsultan dan Dinas Pekerjaan Umum DKI sebagai pemilik proyek. Hasil survey dipakai untuk keperluan shop drawing dan perhitungan kuantitas aktual volume pekerjaan Selain hal-hal yang sudah disebutkan diatas, melalui data ukur yang ada dapat diterjemahkan ke dalam gambar denah. Dengan demikian kendala yang berhubungan dengan lebar jalan existing dan arus lalulintas yang berkenaan dengan stage kerja dapat disusun dengan baik, sehingga kendala yang timbul diharapkan sudah terantisipasi. Khususnya kendala yang terkait dengan keterbatasan lahan. Alur pengukuran lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut :

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.3 alur pekerjaan pengukuran (setting out)

iv.Pembuatan Shop Drawing Pembuatan shop drawing sebagai hasil dari pengukuran dan pengamatan yang telah dilakukan. v.Penyelidikan Tanah Sebelum melakukan pekerjaan pondasi bore pile, terlebih dahulu dilaksanakan pekerjan sondir. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa kedalaman bore pile yang dipergunakan di lokasi tersebut dengan mendeteksi kondisi kepadatan masing-masing lapisan tanah dan lensa-lensa tipis di dalamnya. Sondir dilakukan pada beberapa lokasi pile cap, yang dianggap dapat mewakili seluruh titik pile cap.

10

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.4 Pekerjaan Sondir

vi.Test Pit Test pit atau suntikan utilitas ini dilaksanakan di setiap pier, abutment, pile slab dan retaining wall. Tujuan diadakannya suntikan utilitas ini adalah untuk mengetahui keberadaan jaringan utilitas yang berada didalam tanah terutama mendeteksi instalasi utilitas yang tertanam di dalamnya, agar pada saat pemancangan tidak terjadi gangguan ataupun klaim dari instansi atau pengguna jaringan utilitas tesebut. Adapun ukuran untuk suntikan utilitas adalah selebar 1.00 m dengan kedalaman 1 s/d 2 m. Suntikan utilitas dilaksanakan pada setiap pile cap pier, pile cap abutment, pile slab dan retaining wall dengan cara menggali arah melintang dan sejajar sumbu jalan sesuai dengan ukuran dari titik konstruksi tersebut.

11

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.5 Pengecekan utilitas

vii.Pengadaan Rambu Lalu Lintas dan Rubber Cone Bersamaan dengan mobilisasi alat dan peralatan pendukung, rambu lalu lintas dan rubber cone juga mulai dicari dengan mengontak instansi terkait. Dalam proyek ini, pengadaan rambu lalu lintas dan rubber cone dilakukan oleh divisi K3. viii.Koordinasi Instansi Terkait Proses penyelesaian kondisi lalu lintas, keterbatasan lahan, dan adanya jaringan utilitas dapat saling mempengaruhi kelancaran dan stage pelaksanaan masing-masing pekerjaan. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dengan instasi terkait, antara lain : Kepolisian, berkaitan dengan lalu lintas di sekitaran lokasi proyek. DLLAJR, berkaitan juga dengan pola pengaturan lalulintas yang dipakai sesuai dengan tahapan pekerjaan. PLN, terkait dengan jaringan utilitas milik PLN di areal proyek. PDAM, terkait dengan jaringan utilitas milik PDAM di areal proyek. Telkom, terkait dengan jaringan utilitas milik Telkom di areal proyek. PN Gas, terkait dengan jaringan utilitas milik PN Gas di areal proyek. Dinas PJU, terkait dengan lampu penerangan jalan yang dibongkar Dinas Pertamanan, terkait dengan penebangan pohon yang terkena pekerjaan

12

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

a. Pekerjaan Pelebaran Jalan i.Pekerjaan Pembersihan / Penebangan Pohon Pekerjaan pembersihan disini adalah pekerjaan penebangan pohon beserta akarnya yang berada di lokasi untuk pembuatan pelebaran jalan di areal proyek. Pelaksanaan pekerjaan dikoordinasikan dengan Dinas Pertamanan Kota DKI Jakarta

.
Gambar 2.6 Penebangan pohon pada areal pelebaran jalan

ii.Pekerjaan Pengecoran Median Pekerjaan pengecoran median dilaksanakan dengan menggunakan concrete pump terhadap bagian median jalan yang tadinya dihancurkan. Median awal jalan dihancurkan kemudian di cor untuk memperluas jalan yang ada.

Gambar 2.7 Pekerjaan pengecoran median

iii.Pekerjaan Cor Perkerasan Jalan untuk Pelebaran

13

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Setelah pekerjaan galian tanah untuk pelebaran jalan selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan pekerjaan pemadatan tanah menggunakan stamper/vibro roller sambil dilakukan tes kepadatan tanah. Setelah kondisi tanah yang ada memenuhi persyaratan, dilakukan pekerjaan lean concrete (lantai kerja) dengan mutu beton B0, yang dilanjutkan dengan pekerjaan penulangan dowel mutu baja U-24. Setelah diadakan pengecekan bersama dan disetujui oleh pihak direksi lapangan, barulah dilaksanakan pekerjaan pengecoran badan jalan. Mutu beton yang dipakai adalah K400 atau FS 45 Kg/Cm, tebal perkerasan jalan setebal 25 cm. Pengecoran dilaksanakan langsung dari truck mixer yang dilengkapi dengan talang cor. Pemadatan beton menggunakan concrete vibrator. Agar pekerjaan pengecoran dapat meminimalkan gangguan terhadap arus lalu lintas yang ada, pengecoran akan dilaksanakan pada malam hari. Perawatan beton (curing) dilaksanakan dengan menggunakan karung goni yang dibasahi. Untuk lebih jelas tentang pekerjaan concrete/rigid pavement, dapat dilihat pada diagram alir berikut :

Gambar 2.8 Diagram alir pengecoran concrete pavement

b. Pekerjaan Struktur i.Bored Pile

14

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Urutan pekerjaan Bored Pile yakni : 1. Titik pusat dari pile disurvey dan ditandai dengan angkur baja. Penentuan titik lubang bor dilakukan oleh surveyor dan setiap saat harus dilakukan pengecekan berulang kali karena kondisi lahan yang rusak akibat pengeboran. 2. Sudah dilakukan test pit pada daerah yang merupakan titik bore pile untuk mengetahui adanya jaringan utilitas. Apabila pada daerah tersebut ditemukan adanya jaringan utilitas maka segera diadakan koordinasi dengan instansi pemilik jaringan utilitas yang ditemui untuk pelaksanaan relokasi ataupun pengaman jaringan tersebut. Apabila tidak ditemui jaringan maka pekerjaan berikutnya bisa dilaksanakan. 3. Alat bor kemudian ditempatkan pada posisi yang telah ditentukan, kemudian dilakukan pengecekan posisi vertikal dan horizontal apakah sudah memenuhi persyaratan.

Gambar 2.9 Pengecoran bore pile

4. 5.

Penempatan temporary casing berupa pipa baja diameter 1500 mm dengan panjang 4 meter sampai dengan 6 meter. Casing / selubung baja digetarkan atau diputar kedalam lapisan dengan frekuensi secara vertikal sesuai casing dan batang pengeboran. Kedalaman

15

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

casing dipasang tergantung pada ketebalan lapisan atas yang tidak stabil. Casing juga membantu peralatan pengeboran dengan toleransi yang dapat dipertahankan. 6. Pengeboran dilanjutkan menggunakan auger atau bucket tergantung pada jenis tanah dan keadaan tanah yang ditemukan, sementara kedalaman serta jenis tanah yang keluar dicatat secara teratur sampai mencapai kedalaman yang ditentukan 7. Tanah hasil pengeboran selanjutnya langsung dibuang keluar lokasi dengan menggunakan excavator yang memuat tanah galian kedalam dump truck, selanjutnya dump truck membuang tanah keluar lokasi proyek.

Gambar 2.10 Tanah hasil pengeboran diletakkan di dump truck

8.

Setelah kedalaman yang diinginkan tercapai maka proses pembersihan dasar lubang dimulai dengan menggunakan cleaning bucket. Bahan yang dikeluarkan dan tebalnya harus dicatat. Proses ini dilakukan berulang beberapa kali sampai dasar lubang dalam keadaan relatif bersih.

9.

Begitu pembersihan dasar lubang bor selesai dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pemasangan keranjang besi beton disusul dengan pemasangan pipa tremie. Keranjang besi diangkut dari base camp ke lokasi bore pile dengan menggunakan flatbed Truck. Panjang, jumlah, dan mutu besi dibuat sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi teknis.

10. Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang dibor dengan bagian ujung tertumpu pada dasar lubang. Bila dalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak dan deras maka pengecoran dilakukan melalui pipa tremie

16

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

yang ditutup pada ujung bawahnya, mengggunakan plat baja yang dinamakan end plate atau dengan menggunakan plastic foam sebagai pemisah antara beton dengan air. 11. Beton ready mix yang sesuai dengan spesifikasi yang diminta diangkut dengan menggunakan truck mixer dan dituangkan kedalam tremie hingga pipa tersebut terisi penuh, kemudian pipa ditarik hingga beton dalam pipa mengalir. Hal tersebut dilakukan berulang kali hingga beton mencapai ketinggian yang diinginkan. Selama pengecoran berlangsung ujung bawah pipa tremie harus terbenam di dalam beton. Bila pipa tremie terlalu panjang maka pipa tremie dengan masing-masing potongan antara 1 6 meter harus diangkat dan dipotong. 12. Casing lalu dicabut perlahan lahan dan pengukuran terakhir dilakukan terhadap beton untuk memeriksa apakah ketinggian permukaan beton berada diatas rencana dasar pile cap setinggi 1 meter untuk menjamin mutu beton yang baik pada elevasi dasar pile cap.

Gambar 2.11 Pengangkatan casing

13. Setiap pelaksanaan pengecoran diambil 1 set (2 speciment) untuk setiap truck mixer. Setiap sample diberi tanggal pengecoran, nomor pile, dan nomor pengecoran. Laporan pembuatan bore pile dibuat dengan menyatakan: nomor dan diameter tiang, dalamnya lubang, dalamnya casing, panjang, diameter, dan jumlah tulangan, panjang pipa tremie, tebal

17

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

endapan lumpur, volume beton tiap mixer, jam pembongkaran beton, jam selesainya pengecoran untuk setiap truck mixer, elevasi beton akhir, pengukuran elevasi beton setiap selesai satu pengecoran dengan truck mixer. 14. Gangguan lingkungan berupa lumpur diantisipasi dengan membuat sistem pengumpulan / pengendapan lumpur untuk kemudian air dibuang ke saluran sekitar. Lumpur yang tercecer pada saat pembuangan keluar lokasi dengan membuat sistem pembersihan ban truck menggunakan semprotan jet pump. 15. Setelah batas waktu pekerjaan pada pagi hari (jam 04.00) dilakukan pembersihan disekitar area bore pile dan alat berat disingkirkan ke lokasi yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada pagi harinya. 16. Areal lokasi pile cap ditutup pagar untuk pengamanan bagi para pemakai jalan. Lubang hasil pengeboran yang tidak sempat di cor ditutup dengan menggunakan plat baja untuk pengamanannya. 17. Ceceran tanah dan lumpur dilokasi jalan akibat dari pengeboran dibersihkan dengan bantuan penyemprotan air yang dilakukan dengan menggunakan water tank yang dilengkapi degan water jet pump. Untuk sementara, air dialirkan ke saluran air yang ada. ii.Pile Cap Pekerjaan pile cap terdiri dari beberapa pekerjaan antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pemancangan sheet pile baja. Penggalian tanah untuk pile cap (termasuk pembuangan). Perapihan dan pemadatan tanah galian. Pemotongan tiang bore pile. Pekerjaan lantai kerja pile cap. Pembesian pile cap dan pier. Bekisting pile cap. Pengecoran pile cap.

18

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.12 Pengecoran pile cap

9.

Pembongkaran bekisting pile cap.

10. Urugan kembali galian pile cap. iii.Pier Pekerjaan ini mencakup pekerjaan pemasangan bekisting, panel bekisting, dan pengecoran beton mutu K 600. Jenis pier pada proyek ini adalah Portal Pier (Main Road), bentuk dan dimensi pier pada struktur portal pier yang ada pada proyek flyover ini semua sama, yang membedakan adalah ketinggian dari masing-masing pier tersebut Adapun pelaksanaan pekerjaan pier dilakukan dua tahap, yaitu : 1. Pekerjaan pier bawah (bottom pier), berbentuk lingkaran berdiameter 1,750 meter dengan ketinggian bervariasi antara 6 meter sampai dengan 7,35 meter.

19

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.13 Pemasangan bekisting lower pier

2. Pekerjaan pier atas (upper pier), bagian bawah berbentuk lingkaran berdiameter 1,75 meter makin ke atas berangsur-angsur berbentuk ellips dengan lebar 2,3 meter dan panjang 2,5 m dengan ketinggian tetap sebesar 4,25 m.

20

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.14 Pemasangan bekisting upper pier

i.Pier Head Pekerjaan pier head mencakup pekerjaan pemasangan perancah, panel bekisting, dan pengecoran beton mutu K600. Bentuk pier head secara keseluruhan dalam proyek ini berbentuk balok yang ditumpu oleh dua buah pier (portal), dengan dimensi, serta bentuk yang seragam, mengingat tata letak pier head ini menyilang diatas eksisting dengan kondisi arus lalu-lintas yang sangat padat. Maka sistem perancah yang digunakan menggunakan gabungan sistem roro shoring dan truss, gambar berikut menggambarkan sistem perancah tersebut.

Gambar 2.15 Struktur penahan pier head

21

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Shoring

Gambar 2.16 Struktur penahan pier head di lapangan

b. Pekerjaan Produksi precast segmental box girder Struktur atas Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari - Blok M Ruas Pasar Cipete Wijaya 1 (Tahap 1) pada paket Prapanca ini termasuk dalam jenis continous span yang menggunakan Precast Segmental Box Girder dengan panjang bentang bervariasi untuk masing-masing bentangnya dalam satu paket. Satu balok box girder terdiri dari beberapa segmen, pembagian segmen ini dilakukan mengingat kondisi yang tidak memungkinkan untuk memindahkan balok box girder tersebut secara utuh, sesuai panjang bentang, dari lokasi pembuatan di pabrik ke lokasi pemasangan.

22

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.17 Dimensi precast segmental box girder

Gambar 2.18 Pekerja sedang menyempurnakan salah satu segmen box girder

Gambar 2.19 Tendon atas pada box girder

23

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Alur pemroduksian precast segmental box girder dapat dilihat pada diagram alir berikut ini :

Gambar 2.20 Alur pekerjaan produksi box girder

24

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.21 Box girder siap diangkut ke lokasi proyek

c. Pekerjaan Post Tensioning Pekerjaan post tensioning merupakan pekerjaan stressing pada pier head. Untaian kawat (strand) untuk sistem prategang umumnya disesuaikan dengan spesifikasi ASTM A 416 untuk Uncoated Seven-Wire Stress-Relieved For Prestressed Concrete dengan spesifikasi sebagai berikut : Grade Diameter Area Ultimate Tensile Strength (UTS) Breaking Stress Modulus of Elasticity : 270 (ASTM A416) : 0,6 inchi (15,24 mm) : 140 mm : 26,07 Ton : 1970000 kg/cm : 26070 kg/cm

Ducts atau tendon merupakan selimut yang berbentuk spiral yang digunakan sebagai pembungkus kabel strand yang berfungsi untuk mencegah korosi pada kabel strand. Luas ducts harus lebih besar 2,25 kali luas kabel strand pada sistem post tensioning.

25

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.22 Ducts / tendon

Setiap unit pengangkuran terdiri dari sebuah kerucut yang dilalui oleh kabel-kabel dan pada dindingnya kabel tersebut dipasak oleh sumbatan berbentuk kerucut yang diletakkan memanjang dengan lekukan untuk menempatkannya.

Gambar 2.23 Detail pengangkuran

d. Pekerjaan erection segmental box girder dengan metode balance cantilever Pelaksanaan pekerjaan erection segmental box girder dilakukan menggunakan metode balance cantilever yang memakai lifting frame. Mengingat struktur balok balok pada ruas ini menggunakan Continuous Span Type maka pada beberapa pier diasumsikan sebagai joint fixed dan pada ujung-ujung balok diasumsikan sebagai joint move (perletakan), seperti dalam gambar berikut :

26

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

P68 move P69 fixed P70 fixed P71 fixed P72 fixed P73 move
Gambar 2.24 konfigurasi portal P68 P73

Tahapan-tahapan erection dengan menggunakan lifting frame yakni 1. Dengan bantuan mobile crane, lifting frame balance cantilever dan kelengkapan perangkatnya di instalasi diatas pier head (pier ke N) seperti pada gambar di bawah ini

27

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 2.25 Instalasi lifting frame pada pier head

Gambar 2.26 Pekerjaan erection di lapangan

2.

Setelah lifting frame terpasang, dilakukan erection segmental ke dua arah yang dimulai dari pier ke N berangsur-angsur menuju ke pier N-1 dan N+1. Segmental Box girder yang diangkut dari casting yard ke lokasi erection dengan menggunakan truck trailer berangsur-angsur diangkat ke atas dengan menggunakan lifting spreading beam pada lifting frame dan dilekatkan pada segmental box girder yang sudah tersambung sebelumnya. Hal demikian dilakukan pula pada sisi yang satunya.

e. Pekerjaan Perkerasan Jalan

28

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Perkerasan jalan yang digunakan ialah tipe flexible pavement dengan mengunakan lapisan aspal beton. Lapis perkerasan lentur, digunakan hanya sebagai lapis permukaan saja yang dipakai adalah laston lapis aus (AC-WC) tebal = 5 cm type modified dengan aditif anti stripping agent. Digunakan untuk lapis aus pada slab fly over, pile slab dan untuk overlay jalan existing. Dalam pekerjaan penghamparan Aspal Beton, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : Sebelum campuran Hot mix dihamparkan, terlebih dulu diberi prime coat atau tack coat tergantung dari pada lapisan yang akan diberi perkerasan. Campuran aspal beton harus dihampar pada temperatur 125C - 140C Tidak boleh terjadi segregasi campuran. Diharuskan menggunakan alat penghampar khusus (Asphalt finisher). Penghamparan harus disesuaikan dengan permukaan yang dibuat dan kemampuan lebar penghamparan alat. Penghamparan ini perlu ditekan pada ketebalan lapisan permukaan dibuat dan mengikuti superelevasi jalan pada bagian jalan lurus maupun pada tikungan. Pada saat pekerjaan pemadatan dimulai harus diperhatikan panjang dan temperatur penghamparan. Proses pemadatan teridiri dari tiga tahap yaitu : 1. Break down rolling Pemadatan awal dilakukan pada temperatur 135C (10C) dengan menggunakan Tandem Roller atau Three Wheel Roller. Yang bekerja dibelakang alat penghampar penggilasan dimulai dari bagian rendah, over lap penggilasaan 15 cm disebelah luar yang telah digilas. Agar campuran tidak terbawa maka roda perlu dibasahi air. 2. 3. Secondary rolling Dilaksanakan segera setelah break down rolling pada temperatur 130C ( 10C) dengan menggunakan Pneumatic Tire Roller. Finishing rolling Proses pemadatan akhir dikerjakan pada temperatur 120C ( 10C) dengan menggunakan Tandem Roller. Pemadatan dilakukan hendaknya dimulai dari tepi berangsur-angsur ketengah, dengan arah sejajar as jalan dan jejak roda harus saling menutup pada lebar yang cukup. b. Pekerjaan Bangunan Pelengkap Jalan

29

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Bangunan pelengkap dalam proyek ini meliputi : 1. Pekerjaan drainase yang terdiri dari pekerjaan pemasangan saluran beton precast 80 x 100 x 120 cm, tutup saluran type U Heavy Duty U 800 HD dan saluran PVC drain diameter 8 lengkap dengan aksesorisnya. 2. 3. 4. 5. 6. Marka jalan lajur lalu lintas dengan bahan cat thermo plastik dan reflektif (glass beads) dengan ketebalan 3 mm. Pasang bingkai beton ukuran 15 x 30 x 40 K.400 precast readymix, tanpa tulangan (Kerb). Mulut air ukuran 18/22 x 25-60 K400, tulangan, arteri. Precasting. Interblock 4.6 klasik untuk trotoar. Jaring BRC Polos type BKP M5 termasuk tiang untuk tanaman merambat.

2.6 Kondisi Eksisting Kondisi eksisting Proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol P.Antasari Blok M ketika Kerja Praktek dimulai dapat dirinci sebagai berikut : Pekerjaan pondasi, pile cap, dan pier sudah selesai dilaksanakan. Hanya ada satu buah pier yang belum di cor yakni P84. Pier pertama proyek paket IV (P67), awal proyek, sedang dalam proses pemasangan tulangan pier head. Shoring, main beam, crossed beam, LVL, dan segala kesatuan penahan pier head di P67 sudah siap. Sedangkan beberapa main beam sudah diletakkan di sekitar lokasi proyek untuk diangkat ke P69. Kondisi P84 upper belum di cor, bekisting pun belum dipasang. Produksi box girder belum dimulai.

BAB III MANAJEMEN PROYEK

30

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

3. 1 Tinjauan Umum Definisi proyek adalah sekumpulan aktivitas atau kegiatan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya di mana ada fase awal, fase akhir, dan juga hasil tertentu yang ingin dicapai. Proyek biasanya bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian (skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Kontraktor yang mana sebagai pelaksana kegiatan konstruksi mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan dan menyerahkan proyek itu sesuai dengan kesepakatan yang dibuat pengguna jasa atau owner. Seluruh kegiatan yang mendukung pelaksanaan proyek memerlukan suatu manajemen yang biasanya disebut Manajemen Proyek. Manajemen Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengelola dan mengorganisasi berbagai macam sumber daya yang ada di mana tujuan akhirnya adalah terwujudnya hasil akhir yang meliputi kualitas, waktu, dan biaya sesuai dengan yang disepakati bersama sesuai dengan kontrak yang dibuat. Tiga elemen utama dalam Manajemen Proyek adalah sebagai berikut: 1. Manajer Proyek 2. Tim Proyek 3. Sistem Manajemen Proyek Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses manajemen, yaitu: 1. Perencanaan Merupakan kegiatan memikirkan tujuan dari proyek atau kegiatan sebelum dieksekusi atau dilaksanakan. Kegiatan ini harus dilakukan dengan sangat matang dari berbagai aspek dan pertimbangan sehingga proyek itu memiliki tujuan yang jelas dan memang benar benar bermanfaat. Perencanaan mengenai sumber daya yang akan digunakan harus diusahakan sehemat mungkin, misalnya menggunakan metode jalur kritis, teknik pengkajian dan telaah proyek, dan lain-lain. 2. Organisasi Merupakan kegiatan mengkoordinir sumber daya manusia, waktu, uang, dan bahan yang dimiliki untuk dapat digunakan dalam mencapai tujuan dengan efektif. 3. Kepemimpinan

31

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Merupakan kegiatan mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk melaksanakan suatu tugas tertentu dengan menciptakan suasana kerja yang nyaman sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja hingga maksimal. 4. Pengendalian (controlling) Merupakan kegiatan menjaga organisasi tetap berada dalam arah tujuan yang telah ditentukan. Untuk itu, penyimpangan yang terjadi perlu diketahui sedini mungkin dan diarahkan kembali pada tujuan awalnya. 3. 1 Tahapan Kegiatan Proyek 3.2.1 Studi Kelayakan (Feasibility Study) Tujuan dari tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkannya layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan) dan aspek lingkungan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: a) Menyusun rancangan proyek secara kasar dan mengestimasi biaya yang diperlukan. b) Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomi dan finansial. c) Memperkirakan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut dilaksanakan. 3.2.1 Penjelasan (Brieffing) Pada tahap ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap penjelasan yaitu: a) Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli. b) Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi, merencanakan rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan mutu. c) Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, dan rencana pelaksanaan. d) Mempersiapkan sketsa dengan skala, yang menggambarkan denah dan batas batas proyek.

32

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

3.2.1 Perancangan (Design) Tahap ini bertujuan untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, metode konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang terlibat, selain itu juga untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar rencana dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi: a) Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penjelasan akhir dan memeriksa masalah teknis. b) Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari pemilik proyek. c) Mempersiapkan gambar kerja, spesifikasi, daftar kuantitas, jadwal pelaksanaan dan taksiran biaya akhir. 3.2.1 Pelelangan (Tender) Tender pelaksanaan suatu bangunan dalam bidang pemborongan jasa konstruksi atau sering juga disebut pelelangan, adalah salah satu sistem pengadaan bahan dan jasa. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai pelaksana dari proyek. Dalam bidang jasa konstruksi, tender pelaksanaan dilakukan oleh pemberi tugas/ pemilik proyek, dengan mengundang beberapa perusahaan kontraktor untuk mendapat satu pemenang yang mampu melaksanakan pekejaan sesuai persyaratan yang ditentukan dengan harga yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi mutu maupun waktu pelaksanaannya. Owner mengeluarkan standar ketentuan umum proyek (biasanya dibuat bersama konsultan perencana), dan standar ini wajib dijadikan acuan para kontraktor yang mengikuti tender. Pada proyek Pembangunan Jalan Layang Non-Tol Antasari Blok M dilakukan tender bebas pasca kualifikasi. Pada tahap pertama tender, penawaran dilakukan oleh beberapa kontraktor yang memenuhi kualifikasi untuk ikut tender. Ada 5 kontraktor pelaksana yang lolos kualifikasi, yaitu: 1. Paket 1 Pasar Cipete sepanjang 1.170 m dengan kontraktor PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.

33

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

2. Paket 2 Cipete Utara sepanjang 803 m dengan kontraktor PT. YASA PATRIA PERKASA. 3. Paket 3 Taman Brawijaya sepanjang 926 m dengan kontraktor HK NK (HOTAMA KARYA NINDYA KARYA). 4. Paket 4 Prapanca sepanjang 1.062 m dengan kontraktor PT. MODERN WIDYA TECHNICAL PT. LAMPIRI DJAYA ABADI, KSO. 5. Paket 5 Lapangan Mabak sepanjang 904 m dengan kontraktor WASKITA KARYA. Berikut adalah alur pengumuman pemenang tender dalam proyek ini:
Gambar 3. 1 Alur pengumuman pemenang tender

Dalam proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M ini ada 2 kontraktor yang melakukan sistem JO (Joint Operation) atau KSO (Kerja Sama Operasi). Tipe kontrak konstruksi ini banyak ditemukan pada proyek proyek milik pemerintah sehingga dilakukanlah kontrak kerja sama dengan BUMN binaan departemen dimana proyek tersebut terdapat. Prinsipnya adalah sistem bagi hasil antara kedua belah pihak sebesar yang telah disepakati di awal. 3.2.1 Kontrak Sebelum pelaksanaan proyek berlangsung terlebih dahulu diadakan perjanjian perjanjian antara pihak yang terkait dalam proyek tersebut. Perjanjian - perjanjian tersebut dimuat didalam sebuah kontrak konstruksi yang disepakati bersama. Hal yang termasuk didalamnya adalah jenis kontrak, definisi lingkup kerja, spesifikasi material, peralatan, sistem pembayaran, jaminan pelaksanaan dan waktu pelaksanaan. Jenis kontrak yang disepakati adalah Fixed Unit Price. Sistem kontrak ini biasa digunakan pada proyek proyek dengan nilai kontrak yang cukup besar. Sistem kontrak seperti ini masih maksudnya adalah harga satuannya tetap atau mengikat namun bila ada perubahan volume pekerjaan maka nilai kontrak dapat berubah. Tetapi perlu diketahui bahwa walaupun nilai kontrak atau harga penawaran dapat berubah jika ada perubahan pekerjaan, yang dapat diubah hanya harga penawarannya

34

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

saja, sedangkan harga satuan tidak boleh diganti atau fix. Koreksi aritmatik hanya boleh dilakukan pada perkalian antara volume dengan harga satuan. Besarnya kontrak untuk paket Prapanca mencapai dua ratus dua puluh milyar rupiah. Kontrak fixed unit price yang berlaku pada proyek ini berdasarkan pada gambar rencana, spesifikasi material, dan berita acara penjelasan yang dibuat selama proses tender berlangsung. Kontraktor dapat mengatur sendiri pelaksanaan kontruksi dengan menggunakan sumber daya se-efisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan. Isi kontrak pada proyek ini mencakup kesepakatan proses pelaksanaan dan pemeliharaan, antara lain: 1) Luasan pekerjaan yang harus dilaksanakan dan memuat uraian pekerjaan serta syarat pekerjaan. 2) Penentuan harga borongan. 3) Sanksi apabila terjadi permasalahan. 4) Penyelesaian apabila terjadi perselisihan. 5) Progress payment. 6) Hak melaksanakan quality control. 7) Hak mendapatkan laporan berkala. 8) Peraturan - peraturan mengenai addendum. 9) Penunjukan Subkontraktor. 10) Hak dan kewajiban pihak - pihak yang terkait. 11) Ketentuan - ketentuan resiko khusus yang bukan tanggung jawab kontraktor. Dalam melaksanakan pekerjaannya, kontraktor harus berdasarkan pada ketentuan yang telah disepakati pada kontrak. Bila suatu waktu terjadi perubahan desain dan spesifikasi material, maka nilai kontrak dapat berubah. Perubahan kontrak ini disebut akan tercatat pada addendum. Ada sanksi - sanksi yang akan diberikan apabila terjadi ketidaksesuaian antara kondisi eksisting dengan kontrak. misalnya keterlambatan penyelesaian proyek akan diberikan denda satu per seribu dari nilai proyek per hari, dan apabila terjadi ketidaksesuaian desain maka pilihan sanksinya adalah kontraktor membongkar untuk

35

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

mengerjakan ulang sesuai dengan yang ditentukan atau tidak dibayar atas pekerjaan bagian tersebut. 3.2.1 Sistem Pembayaran Pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M, kontraktor menjaminkan uang di bank sebesar 20% dari total nilai kontrak yang tertulis, yaitu Rp. 44.000.000.000,00. Setelah itu maka pihak bank mengeluarkan bank garansi yang fungsinya sebagai jaminan bagi owner bila dalam pelaksanaannya pihak kontraktor kabur atau tidak bertanggung jawab. Bank garansi tersebut dapat diuangkan oleh owner dan sepenuhnya menjadi miliknya. Pelaporan progress bulanan (Monthly Certificate) dilakukan dari kontraktor kepada owner. Monthly Certificate (MC) berisi detail kemajuan pekerjaan dan biaya semua pengerjaan di bulan dimana MC dibuat. MC ini dilaporkan kepada owner dan akan diproses untuk mencairkan dananya. Setelah konstruksi selesai, kontraktor masih harus bertanggung jawab atas pemeliharaan selama 180 hari kalender. Sebelum tahap pemeliharaan selesai, owner akan menahan 5 % biaya pelunasan proyek. 3.2.2 Jangka Waktu Pelaksanaan Proses konstruksi dilaksanakan mulai tanggal 22 November 2010 sampai 12 Agustus 2012 selama 630 hari kalender. Sedangkan untuk masa pemeliharaan dilakukan selama 180 hari kalender 3.2.3 Organisasi Proyek Pengertian organisasi pada umumnya adalah sekelompok orang yang melakukan kegiatan dalam wadah dan cara tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek juga bisa diartikan bahwa organisasi proyek merupakan sekumpulan orang dari berbagai latar belakang ilmu, yang terorganisir dan terkoordinir dalam wadah tertentu yang melaksanakan tugas dengan cara tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Tugas yang dimaksud di sini adalah mengelola pelaksanaan proyek dengan harapan pekerjaan bisa berlangsung dengan lancar dan

36

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

dapat mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan berupa keuntungan bagi perusahaan dan kepuasan bagi pelanggan. 3.2.8.a Struktur Organisasi Proyek Berikut adalah pihak - pihak yang terkait dalam Proyek Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M : 1) Pemilik Proyek 2) Konsultan MK 3) Subkontraktor PT. JHS Jenis Pekerjaan : pengadaan Box Girder PT. Delta Syntech Indonesia (DSI) Jenis Pekerjaan : stressing PT. Pionir Beton Jenis Pekerjaan : pengadaan beton PT. Magdatama Multi Usaha Jenis Pekerjaan : pengadaan Bearing Pad
Gambar 3. 2 Struktur organisasi proyek

: Dinas Pekerjaan Umum DKI : PT. Perentjana Djaja

Deskripsi tugas dan wewenang tiap - tiap komponen proyek adalah : 1) Owner Pemilik Proyek (owner) adalah Dinas Pekerjaan Umum DKI yang memberikan dana untuk pelaksanaan proyek, dan yang menentukan kepada pihak mana proyek akan diserahkan untuk direncanakan dan dibangun sesuai dengan keinginannya. Meskipun kedudukan owner sebagai penentu namun tetap harus berkonsultasi dengan konsultan perencana tentang kemungkinan pelaksanaannya. Adapun tugas dan wewenang owner adalah: Menyediakan dana atau biaya proyek. Menetapkan jenis tender dan peserta tender. Mengambil keputusan untuk menunjuk konsultan pelaksana arsitektur maupun pelaksana sipil.

37

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Menyetujui isi dokumen kontrak yang diajukan oleh pelaksana arsitektur maupun pelaksana sipil, dan mengesahkan semua surat perjanjian. Menolak pekerjaan yang tidak sesuai gambar kerja. Menetapkan denda jika terjadi keterlambatan proyek. Membentuk tim pengawas lapangan sebagai wakil dari owner. Menyetujui prosedur pembayaran kepada kontraktor. Memutuskan persetujuan pekerjaan tambah atau kurang yang berhubungan dengan proyek. Mengambil keputusan akhir yang mengikat mengenai pelaksanaan proyek dan pembayaran sesuai dengan kesepakatan bersama. 1) Konsultan Perencana Konsultan perencana adalah pihak yang berupa perorangan atau badan usaha, yang berdasarkan suatu pemberian tugas mempergunakan keahliannya dalam merencanakan suatu proyek yang meliputi perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal, elektrikal, dan sebagainya. Pada proyek ini yang bertugas sebagai konsultan perencana adalah PT. Perentjana Djaja. Konsultan perencana ini akan menerima tugas dari pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh kepada pemilik proyek. Adapun tugas dan wewenang dari konsultan perencana adalah : Menyusun perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal dan kelistrikan yang sesuai dengan permintaan atau keinginan pemilik proyek dan membantu pemilik proyek dalam mencapai hal yang diinginkannya dengan memberikan saran dan anjuran. Membuat gambar - gambar detail, rencana - rencana kerja beserta syarat syaratnya (RKS)/ dokumen kontrak, dan perhitungan baik volume pekerjaan untuk perencanaan proyek tersebut, maupun anggaran biaya dari rencana tersebut, sekaligus menentukan volume dan anggaran biaya untuk pekerjaan tambahan atau kekurangan. Membuat penyesuaian bagian rencana bila ada perubahan dari perencanaan yang sudah dibuat atas permintaan pihak pemilik proyek, serta membuat laporan akhir rencana.

38

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Membuat perencanaan dan gambar - gambar ulang atau revisi bila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan dengan mengacu pada rancangannya. Memberikan penjelasan kepada kontraktor tentang isi dokumen kontrak apabila diperlukan. 2) Project Director Tugas dan wewenang Project Director secara umum berada pada lingkup manajemen konstruksi dan bertanggungjawab dalam pengendalian tercapainya pekerjaan sesuai ketentuan di dalam kontrak. Umumnya digunakan istilah Project Manager dibanding Project Director. Secara lebih rinci tugas dan hak Project Director, adalah: Menangguhkan pekerjaan secara keseluruhan atau sebagian akibat kegagalan kontraktor atau ketidak-amanan terhadap perkerja atau masyarakat atau akibat cuaca yang tidak layak Memberikan rekomendasi kepada pemberi tugas atas penagihan pembayaran dari kontraktor melalui sertifikat termin, sertifikat penyelesaian sementara dan sertifikat penyelesaian akhir. Memberikan persetujuan dan rekomendasi kepada pemberi tugas untuk dapat dilaksanakannya serah terima sementara dan serah terima akhir. Memberi dan mengeluarkan perintah perubahan terhadap kontrak kepada kontraktor sebagai akibat tuntutan dan atau keadaan lapangan. 1) Konsultan Pengawas Konsultan pengawas adalah badan usaha atau perusahaan yang ditunjuk oleh owner untuk bertindak sebagai manajemen konstruksi dalam mengkoordinir dan mengawasi para kontraktor yang melaksanakan pembangunan. Pada proyek ini yang berperan sebagai konsultan pengawas adalah PT. Cipta Multi Kreasi (CMK). Adapun tugas dan wewenang dari konsultan pengawas adalah :

39

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Memeriksa hasil pengujian mutu terhadap bahan dan atau hasil suatu pekerjaan kontraktor dan memberikan penolakan atau persetujuan atas hasil pengujian mutu tersebut. Memberikan persetujuan atau penolakan terhadap penyelesaian suatu pekerjaan. Menolak bahan yang cacat atau tidak memenuhi spesifikasi dan memerintahkan penghentian dan atau menunda setiap pekerjaan yang sedang dikerjakan secara tidak layak teknis. Memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan yang diajukan kontraktor agar dapat dicapai jadwal yang direncanakan. Memeriksa kuantitas rencana dan hasil pekerjaan serta memberikan hasil pemeriksaannya kepada Project Engineer dan atau kontraktor untuk selanjutnya dapat diproses untuk pengajuan sertifikat atau laporan kemajuan. Melakukan perubahan - perubahan minor gambar rencana atas dasar keadaan lapangan sejauh tidak mengubah substansi desain itu sendiri. Mengusulkan perubahan desain kepada pemberi tugas melalui Project Director. Memberikan rekomendasi, diminta ataupun tidak diminta, kepada Project Director atas usulan suatu perubahan pekerjaan di lapangan. Mengendalikan administrasi teknis lapangan dan penyelesaian pekerjaan yang memuaskan. 1) Kontraktor Utama Kontraktor adalah seseorang atau suatu badan perusahaan dalam hal ini adalah PT. MODERN - LAMPIRI yang telah mengadakan sebuah kontrak dengan pemilik proyek, yaitu Dinas PU DKI untuk melaksanakan pembangunan proyek dibawah persyaratan - persyaratan dan ketentuan harga kontrak yang telah disepakati sebelumnya, dan dilaksanakan berdasarkan bukti hukum yang kuat dengan adanya perjanjian tertulis antara kedua belah pihak. Adapun tugas dan wewenang dari kontraktor utama adalah:

40

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perjanjian kontrak dan waktu yang telah disepakati berdasarkan kontrak yang ada. Membuat rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan metode pelaksanaan kontruksi untuk kemudian diajukan kepada pemilik untuk mendapatkan persetujuan. Menyediakan segala material, peralatan, dan tenaga kerja, serta segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proyek sesuai dengan kontrak kerja. Membuat laporan harian, mingguan, bulanan serta daftar pemasukan material dan daftar pengerahan tenaga kerja selama berlangsungnya pembangunan. Melaksanakan perbaikan yang terjadi selama berjalannya proyek atau selama masa pemeliharaan dan bila ada perubahan yang terjadi terlebih dahulu melaporkan kepada tim konsultan manajemen konstruksi yang telah ditunjuk. Berhak mendapatkan pembayaran tambahan untuk pekerjaan tambahan atau jika terjadi ekskalasi harga (berdasarkan dengan ada tidaknya perjanjian yang telah dibuat dan disepakati sebelumnya). Memilih atau menunjuk subkontraktor yang akan membantu pelaksanaan pekerjaan proyek. Bertanggung jawab sepenuhnya jika ada kesalahan dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan desain / perencanaan. 1) Subkontraktor Subkontraktor adalah perusahaan atau perseorangan yang ditunjuk oleh kontraktor utama, untuk melakukan pekerjaan atau menyuplai material untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan proyek sesuai dengan bidangnya. Dalam melaksanakan tugas subkontraktor bertanggung jawab penuh kepada kontraktor utama. Adapun tugas dan wewenang dari kontraktor utama adalah : Melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan perjanjian kontrak dan waktu yang telah disepakati dengan kontraktor utama.

41

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Menyediakan segala material, peralatan, dan tenaga kerja, serta segala sesuatu yang digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan proyek sesuai dengan ketentuan kontrak. Melaksanakan perbaikan yang terjadi selama berjalannya proyek atau selama masa pemeliharaan. 3.2.8.b Struktur Organisasi Kontraktor Adapun struktur organisasi yang dimiliki oleh PT. MODERN LAMPIRI sebagai kontraktor utama dalam proyek Pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M beserta deskripsi tugas masing-masing adalah sebagai berikut :

Gambar 3. 3 Struktur organisasi kontraktor

42

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

1) General Superintendent (GSI) Merupakan pimpinan tertinggi dalam suatu proyek dan bertanggung jawab penuh atas segala aktivitas yang ada dan terjadi di dalam proyek. Tugas dan wewenangnya adalah :

Mengelola proyek (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) beserta penunjangnya untuk mencapai sasaran (biaya, mutu, waktu dan lain sebagainya) yang ditetapkan.

Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan di lapangan terhadap gambar rencana proyek

Mengkoordinir penyiapan sumber daya yang diperlukan (personil, dana, material, peralatan, subkontraktor/ supplier, metode kerja). Menjalin hubungan baik dengan owner, konsultan perencana, konsultan pengawas, pejabat setempat, masyarakat sekitar. Mengkoordinir pengurusan bermacam - macam perijinan. penempatannya.

Menyetujui kontrak kerja staf proyek, mandor dan pekerja serta Melakukan negosiasi dan menindaklanjuti pekerjaan tambah / kurang. 1) Site Manager Site Manager atau kepala lapangan adalah adalah orang bertugas mengatur, mengawasi pelaksanaan proyek sesuai kontruksi dan spesifikasi yang telah ditetapkan. Tugas dan tanggung jawab Kepala Lapangan adalah: Bertanggung jawab secara umum terhadap proses transformasi gambar kerja ke hasil akhir pekerjaan sesuai dengan metode pelaksanaan dan spesifikasi mutu produk yang ditetapkan. Memastikan tersedianya gambar kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan jadwal mingguan membuat detail perencanaan material, alat dan lokasi tenaga kerja. Memastikan kesiapan lapangan, ketersediaan material serta alat kerja untuk pelaksanaan pekerjaan.

43

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Memastikan kesiapan tenaga kerja (mandor atau subkontraktor) dalam jumlah yang cukup. Melakukan pemeriksaan lapangan untuk memastikan setiap proses konstruksi di lapangan sesuai dengan metode pelaksanaan yang tercantum dalam project quality plan dan sesuai dengan gambar kerja revisi baru. Membuat laporan harian dan mingguan untuk diserahkan kepada General Superintendent. Mengatasi masalah-masalah mengenai pelaksanaan teknis dan kelancaran proyek di lapangan. 1) Kepala Bagian Teknik (Technical Manager) Tugas dan tanggung jawab technical manager adalah: Bertanggung jawab secara umum terhadap gambar kerja untuk pencapaian mutu produk sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Memastikan tersedianya gambar kerja dan metode pelaksanaan pekerjaan yang telah disetujui pemberi tugas (termasuk pengajuan gambar kerja subkontraktor). Membagikan tugas drafting dan koreksi terhadap hasil kerja CAD (termasuk gambar dari subkontraktor). Konsultasi antar Site Engineer dalam penentuan area kerja yang membutuhkan gambar koordinasi inter - dicipline. Memberikan advis technical matters kepada subkontraktor. Memastikan tersedianya persetujuan material dari pemberi tugas (termasuk material dari subkontraktor). Pemeriksaan berkala lapangan untuk memastikan gambar kerja yang berlaku adalah revisi/keluaran terbaru. Pemeriksaan berkala lapangan untuk memastikan proses pekerjaan sesuai metode pelaksanaan. Menyiapkan input monthly dari disiplin pekerjaan di bawah koordinasinya untuk diserahkan kepada atasan langsung.

44

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Menyiapkan dokumen as built drawing untuk dimintakan persetujuan atasan langsung (PM). 1) Quality Control (QC) Bagian Quality Control memberikan laporan kepada bagian Quantity Surveyor mengenai pekerjaan yang telah sesuai spesifikasi untuk dihitung jumlahnya sehingga diketahui jumlah biaya yang harus dibayarkan. Pemeriksaan kualitas suatu pekerjaan, misalnya beton, dilakukan dengan slump test dan untuk uji tekan dilaksanakan oleh pihak independen. Tugas dan tanggung jawab Quality Control adalah: Memastikan persyaratan sistem mutu dipahami dan diterapkan sesuai standar ISO 9001 di proyek. Menerapkan sistem Manajemen Mutu dalam unit kerja. Memastikan bahwa implementasi sistem mutu di proyek efektif dan terus mengalami peningkatan. Mengkoordinir pelatihan - pelatihan/ briefing system manajemen mutu ISO 9001/ procedure yang dibutuhkan tim proyek. Memastikan bahwa proyek yang ditanganinya menerima versi terbaru dari setiap dokumen sistem mutu yang telah disahkan dan versi sebelumnya ditarik dan dimusnahkan. Meninjau pelaksanaan sistem mutu ISO 9001 di proyek secara berkala. Mengelola pemasangan quality policy, quality objectives, pengumuman/ slogan menangani masalah mutu di proyek. Membantu GSI mendampingi Auditor saat diadakan internal/ eksternal audit pada proyeknya. Melakukan pengukuran pencapaian quality objectives di proyeknya, dan membuat laporan. Melaksanakan material test beton, besi beton, dll.

1) Quantity Surveyor (QS) Bagian Quantity Surveyor melaksanakan tugasnya setelah mendapat konfirmasi dari bagian Quality Control, bahwa pekerjaan memenuhi

45

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

spesifikasi di dalam gambar kerja. Dalam proyek ini, tugas dan tanggung jawab Quantity Surveyor adalah: Bertanggung jawab secara umum terhadap kesesuaian besaran volume pelaksanaan di lapangan dengan besaran tercantum dalam Bill of Quantities. Menghitung rencana besaran volume pekerjaan sebelum melaksanakan serta melakukan verifikasi terhadap volume terpasang. Memeriksa setiap instruksi dari pemberi tugas dalam kaitannya dengan biaya pelaksanaan/ konstruksi. Menyiapkan tagihan rutin kepada pemberi tugas termasuk perhitungan penyimpangan (pekerjaan tambah dan kurang). Memastikan item dan volume yang tercantum dalam Delivery Order Form/ DO sesuai dengan sub - RAP material. 1) Logistik Logistik berkaitan dengan penyediaan suatu bahan dan peralatan serta kebutuhan material di proyek. Tugas bagian logistik adalah: Bertanggung jawab terhadap sirkulasi barang dan peralatan. Mencatat inventarisasi barang dan alat. Mengecek dan mencatat material yang masuk sesuai pesanan. Membuat laporan logistik untuk dilaporkan kepada pelaksana lapangan. 1) Pelaksana Lapangan Mandor adalah orang yang mengatur dan mengawasi para pekerja agar kegiatan proyek dapat berjalan dengan lancar. Tugas mandor antara lain: Mengatur pekerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan benar. Meminta keterangan kepada pelaksana lapangan tentang hal yang tidak diketahui selama pelaksanaan. Mengepalai dan mengawasi aktifitas pekerja. 1) Surveyor

46

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap proses pengukuran (bench mark, elevasi, titik as, dan lain-lain). 2) Mekanik dan Elektrik Mekanik dan elektrik bertanggung jawab terhadap penggunaan dan perbaikan peralatan termasuk alat listrik yang digunakan. 3) Finance Manager Finance manager bertanggung jawab kepada pimpinan proyek dan bertugas menjalankan seluruh pekerjaan administrasi, klaim asuransi, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan. Tugas dan wewenang dari finance manager adalah: Melaksanakan tugas - tugas berkenaan dengan administrasi dan keuangan. Membuat laporan pertanggungjawaban atas biaya proyek. 1) Keamanan (Security) Bagian keamanan bertugas menjaga lokasi proyek agar tidak terjadi hal - hal yang tidak diinginkan, misalnya pencurian. 3.2.9 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 3.2.9.a Uraian Umum Kesehatan dan Keselamatan Kerja menjadi salah satu point yang sangat penting dalam suatu proyek konstruksi pada saat ini. Penerapan K3 dengan baik dan sesuai dengan prosedur akan menjadi nilai lebih bagi kontraktor tersebut. Apabila kontrkator mendapatkan pengakuan ISO 14001, maka bonusnya adalah peningkatan kualifikasi profil perusahaan. 3.2.9.b Program Kerja Keselamatan
Pada proyek Pembangunan Jembatan Layang Non Tol Antasari - Blok M persiapan kontraktor meliputi :

a. Tahap Perencanaan

47

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Perencanaan dibagi menjadi : Proses proposal Persiapan strategi Diskusi dengan Kepala Proyek atau GSI dan Kepala Lapangan Presentasi ke manajer proyek Pembentukan tim safety dan housekeeping Konsep desain Mempersiapkan desain alternatif Proses konsep desain Pengembangan ke schedule dan budget Training dan uji coba program kerja Review dan perbaikan Perhitungan perkiraan biaya safety dan housekeeping a. Tahap Aplikasi 1) Safety 2) Housekeeping
Membuat Organize, Healthy &Tim Housekeeping dan Safety Membentuk Struktur Plan Mempelajari Start Organisasisementara & Quality Target ControllingStandard fasilitas Safe Clean, Inspection Organizing Planning Project Melakukan Inspeksi Housekeeping 2001 Prosedur Operasi Menetapkan Standard Mempelajari Standar Fasilitas Safety dan Target yang Harus Dicapai Mendata potential problem Perencanaan Site Installation Menghitung Rencana Anggaran Pelaksanaan Housekeeping dan Safety

48

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Gambar 3. 4 Perencanaan program K3L

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Selain itu juga dilakukan kegiatan mencari nomor telepon, alamat, dan contact person lembaga - lembaga/ instansi yang mengelola safety seperti asuransi, rumah sakit, kepolisian, dan lain - lain.

Gambar 3. 5 Kegiatan sosialisasi Amdal

3.2.9.c Penanganan Kecelakaan Apabila terjadi kecelakaan kerja maka langkah-langkah penyelamatan yang harus dilakukan adalah mengikuti alur berikut : Kecelakaan ringan : cukup melakukan pertolongan pertama

49

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 3. 5 Alur penanganan kecelakaan ringan

Kecelakaan berat : membawa korban ke rumah sakit terdekat melaporkan kecelakaan ke Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengurus Jamsostek dan memberikan ganti kerugian yang dibutuhkan

Gambar 3. 6 Alur penanganan kecelakaan berat

Meninggal dunia melapor ke polsek terdekat melapor ke keluarga korban membawa korban ke rumah sakit terdekat melapor ke rumah sakit pemerintah untuk mendapatkan visum kecelakaan melapor ke Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengurus jamsostek dan mengganti kerugian

50

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 3. 7 Alur penanganan meninggal dunia

3.2.9.d Pemberian Asuransi Asuransi tenaga kerja (Astek) harus diberikan oleh pemberi pekerjaan kepada para pekerjanya, dan ketentuan pemberiannya sudah diatur oleh pemerintah. Pada pelaksanaan proyek ini, pemberian Astek juga dilakukan bila terjadinya kecelakaan kerja. Beberapa kasus yang harus diberikan asuransi akibat terjadinya kecelakaan menurut Hukum dan Peraturan Perburuhan adalah: kehilangan anggota tubuh tidak berfungsinya anggota tubuh cacat sebagian cacat tetap Pemberian asuransi ini dimaksudkan untuk mengganti kerugian akibat kecelakaan yang terjadi, karena biasanya pekerja yang mengalami kecelakaan, apalagi jika sampai cacat, akan sulit untuk bekerja sediakala sehingga akan mengurangi produktivitas kerjanya dan pada akhirnya akan mengurangi pendapatannya.

51

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

3.2.9.e Penanganan Lingkungan Penanganan lingkugan adalah pengendalian dampak pelaksanaan proyek agar sesuai dengan dokumen AMDAL proyek. Divisi K3LM untuk bagian ini melakukan pengukuran kebisingan, partikulat, pemantuan kebersihan pekerjaan dan penentuan lokasi pembuangan limbah. 3.2.10 Administrasi Administrasi merupakan proses atau bagian yang tidak dapat dihindarkan karena berfungsi sebagai dokumentasi dari rangkaian pekerjaan di dalam proyek. Administrasi akan mempermudah pengaturan mutu, waktu, dan biaya dalam penyelesaian pekerjaan dan apabila terjadi perselisihan bisa dijadikan bukti atau acuan dasar investigasi penyelesaian masalah. Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai administrasi teknik dan administrasi pembayaran. 3.2.10.a Administrasi Teknik Administrasi teknik mendokumentasikan pelaksanaan pekerjaan secara tertulis mulai dari instruksi kerja hingga pelaporan hasil pekerjaan. Tahap-tahap administrasi teknik secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. a. Gambar Rencana wajib disetujui dan ditanda tangan oleh Project Director, kemudian diserahkan kepada kontraktor. b. Dari gambar rencana kontraktor membuat metode konstruksi sehingga gambar berubah status menjadi shop drawing dengan persetujuan Project Director, apabila tidak disetujui maka wajib direvisi kesalahannya sesuai instruksi Project Director. c. Shop drawing dibagikan pada pelaksana lapangan, surveyor dan konsultan pengawas lapangan. d. Pelaksana lapangan dan Kepala Lapangan mengadakan rapat rencana mingguan. e. Pelaksana lapangan mengajukan request pekerjaan. Request kerja dibuat oleh Kepala Teknik dan diketahui oleh Project Director. Request ini kemudian disetujui oleh owner dengan berbagai catatan terkait request tersebut. Dalam pengajuan pekerjaan (request)

52

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

perlu dilampirkan gambar, hasil tes bahan, dan hasil joint survey. Joint survey merupakan hasil survey yang berisi data elevasi untuk membangun dan merupakan persetujuan konsultan dan owner. Pengajuan pekerjaan dibuat minimal 24 jam sebelum pekerjaan dimulai dan maksimal 7 hari sudah disetujui oleh pimpinan proyek. f. Request disetujui, maka diturunkan instruksi kerja yang sudah disetujui oleh Project Director, Kepala Proyek, dan Kepala Bagian Teknik. g. Pada saat pelaksanaan, konsultan pengawas di lapangan memegang dokumen checklist sebagai kelanjutan proses instruksi kerja dari pihak Konsultan Pengawas. Checklist ini berisi mengenai pemeriksaan kualitas dan kuantitas segala hal yang dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan. Apabila tidak sesuai Konsultan Pengawas berwewenang menolak. h. Dokumentasi kondisi lapangan dan pekerjaan berupa foto wajib dilaporkan. i. Setelah pekerjaan selesai, konsultan pengawas melakukan perhitungan kuantitas pekerjaan dengan acuan shop drawing, bila tidak sesuai mendapat sanksi. j. Pihak kontraktor juga melakukan pengukuran sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian bisa didiskusikan, dan apabila sesuai akan dijadikan acuan untuk membuat as built drawing. k. Salinan As built drawing diserahkan pada Project Engineer dan Konsultan Pengawas. l. Pelaksana lapangan wajib membuat laporan harian, mingguan dan bulanan mengenai kemajuan pekerjaan kepada Kepala Lapangan dan akan dilaporkan kepada Kepala Bagian Teknik.

Gambar 3. 8 Alur pengajuan request, laporan harian, dan opname lapangan

Material yang digunakan juga perlu disetujui penggunaannya. Persetujuan untuk beton memakan waktu 28 hari karena kekuatan beton 100% tercapai ketika umur beton 28 hari. Sedangkan untuk material lain

53

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

seperti baja, waktu persetujuan material umumnya 7 hari. Berikut adalah alur persetujuan material. Jika pekerjaan telah selesai dilaksanakan, maka harus dilakukan inspeksi pasca pekerjaan untuk memeriksa kesesuainnya terhadap spesifikasi. Jika pada pengujian terakhir yaitu hammer test, pekerjaan masih belum memenuhi spesifikasi, maka pekerjaan akan dibongkar untuk kemudian dikerjakan ulang. Instruksi pembongkaran berada pada konsultan pengawas. Berikut adalah alur pekerjaan untuk mengontrol kualitas.

54

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 3. 10 Alur Kontrol Kualitas

3.2.10.b Administrasi Pembayaran Owner melakukan pembayaran berdasarkan kemajuan pekerjaan bulanan yang dilaporkan oleh kontraktor, yang dokumennya telah disetujui dan disyahkan oleh Project Director. Di bawah ini adalah penjelasan singkat urutan proses pembayaran Kontraktor mengajukan dokumen progress pekerjaan setiap bulan, disebut Monthly Certificate (MC), kepada Project Director. Project Director melakukan pengecekan menggunakan data-data yang diperoleh dari Konsultan Pengawas a. Apabila sesuai, MC akan disetujui dan disyahkan oleh Project Director. b. MC diserahkan kepada owner. c. Owner membayarkan uang sesuai progress pekerjaan di MC.

55

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 3. 11 Alur Administrasi Pembayaran

3.2.10.c.Diagram Alur Komunikasi Dalam kegiatan konstruksi, dibutuhkan suatu sistem yang mengatur hubungan antara kontraktor, konsultan, dan owner dalam masalah komunikasi bila terjadi masalah dalam kegiatan konstruksi. Bila terjadi masalah di lapangan, misalnya ada ketidak sesuaian antara gambar rencana dengan yang akan dilaksanakan di lapangan, maka kepala pelaksana lapangan memberikan informasi kepada bagian engineering untuk menganalisa ulang dan bila diperlukan dilakukan perhitungan ulang. Setelah selesai, maka diserahkan kepada konsultan pengawas untuk diperiksa dan

56

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

setelah itu diberikan ke owner untuk approval baru kemudian bila owner menyetujui maka kontraktor dapat melakukan perubahan itu sesuai dengan kesepakatan.

Gambar 3. 12 Alur Komunikasi Kontraktor Konsultan Pengawas Owner

Dari alur di atas, garis putus putus antara kontraktor dengan owner menunjukkan bahwa kontraktor tidak dapat berhubungan secara langsung dengan owner, melainkan harus melalui konsultan pengawas.

BAB IV SUMBER DAYA PROYEK

57

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

4.1 Material Material merupakan komponen penting dalam suatu proyek konstruksi karena total biaya proyek sebagian besar merupakan biaya untuk pengadaan material. Oleh karena itu, di setiap proyek konstruksi diperlukan manajemen material yang baik. Manajemen material didefinisikan sebagai suatu sistem manajemen yang diperlukan untuk merencanakan dan mengendalikan mutu material, jumlah material, dan penempatan peralatan yang tepat waktu, harga yang baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Manajemen material juga dapat didefinisikan sebagai suatu sistem dari aktifitas terpadu, dimana prosesnya dimulai sejak tahap pengadaan material sampai diolah menjadi suatu bahan yang siap pakai, dalam proyek konstruksi, manajemen material umumnya meliputi tahap pengadaan, penyimpanan, penanganan, dan pemakaian material. Material yang digunakan dalam proyek ini harus memenuhi standar dan ketentuan yang tertulis dalam Spesifikasi Teknis yang merupakan bagian dari dokumen kontrak. Namun, dalam pemilihan merk dagang tidak ada ketentuan yang mengikat dari Konsultan Perencana maupun Konsultan Pengawas karena pemilihan material seluruhnya merupakan wewenang Kontraktor. Pemilihan merk dilakukan dengan memperhatikan kualitas dan harga yang bersaing serta harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Manajemen material juga pada umumnya mendahulukan material yang lebih dahulu datang untuk lebih dahulu digunakan untuk menghindari terlalu lamanya masa penyimpanan material. Selain dalam hal pemilihan kualitas, beberapa material membutuhkan perhatian khusus dalam penyimpanan agar kualitasnya tetap terjaga. Seperti kayu LVL untuk alas bekisting pierhead sebelum pengecoran, dilapisi cat kayu dengan tujuan dapat tahan terhadap cuaca dan binatang sehingga dapat digunakan sebagai dudukan beberapa pierhead sebelum layak pakainya habis. 4.1.1 Material Beton 4.2.1.a Perekat Beton (Grouting) Dalam konstruksi tahap erection, jarak antar box girder yang relatif kecil ditutup dengan grouting dan lubang tendon pada pier maupun box girder diisi dengan material grouting. Pengujian material grouting dilakukan oleh pihak Subkontraktor, yang disaksikan oleh perwakilan DPU DKI

58

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Jakarta, Kontraktor, dan Konsultan Pengawas. Material grouting berupa pasta semen dengan campuran type I, water, dan interplast.

Gambar 4.1 Pengujian perekat beton (grouting)

4.2.1.b Kelas Beton Beton yang digunakan dalam proyek ini terdiri dari 2 mutu beton, yaitu: K350, K600, dan fs 45. Perbedaan mutu tersebut didasari atas beban struktur yang akan dipikul dan konstruksi yang digunakan. Beton mutu K350 digunakan untuk bored pile dab pile cap. Beton mutu K600 digunakan untuk konstruksi pier, pierhed, dan box girder. Beton mutu fs 45 digunakan untuk rigid pavement dan B0 untuk lean concrete. 4.2.1.c Beton Ready Mix Dalam proyek ini, seluruh beton yang digunakan merupakan beton ready mix yang berasal dari PT. Adhimix dan PT. Pionir Beton, sedangkan untuk box girder, JHS sebagai subkontraktor, mendirikan batching plant khusus untuk memenuhi produksi box girder.

59

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 4.2 Pengecoran median jalan

Gambar 4.3 Bathcing Plant memproduksi box girder

4.2.1.d Uji Kualitas Beton Untuk mengetahui kualitas beton ready mix dilakukan dua macam tes yaitu tes slump dan tes tekan beton. Tes slump dilakukan pada saat beton ready mix berangkat ke proyek dan saat tiba di proyek. Tes slump dilakukan untuk melihat apakah beton sesuai dengan mutu yang dipesan. Untuk pengecoran kedalam bekisting biasanya ditambahkan additive untuk meningkatkan workability.

60

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Selain dilakukan tes slump, saat tiba di proyek juga dibuat silinder uji beton untuk pengujian kuat tekan. Pengujian kuat tekan dilakukan pada silinder yang dibuat menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 atau dengan AASHTO T141 (ASTM C 172) dan AASHTO T23 (ASTM C31). Prosedur pengujian kuat tekan silinder dilakukan sesuai dengan ketentuan AASHTO T22 (ASTM C39). Pengujian dilakukan di kantor proyek dan laboratorium netral yang telah disepakati oleh PT yang memproduksi beton, konsultan, dan kontraktor. Pengujian beton dapat menjadi referensi kekuatan yang telah dicapai oleh beton pada umur sekian, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melanjutkan konstrusi selanjutnya.

Gambar 4.4 Slump test dan silinder uji beton

Gambar 4.5 Pengujian kuat tekan silinder beton

61

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

4.2.1.e

Perawatan Beton Perawatan terhadap beton harus segera dilakukan setelah beton mengeras dan bekisting dilepas. Dalam proyek terdapat 2 jenis perawatan beton yang dilakukan. Pertama, untuk pier dengan penyemprotan bahan additive untuk mencegah terjadinya retak (Curing Compound), setelah itu beton ditutup dengan Geotextile Non Woven. Kedua, untuk pierhead dengan metode air dan karung goni. Setelah bekisting dilepas, karung goni ditempatkan di pier head dan disemprot dengan air secara berkala setiap harinya.

Gambar 4.6 Curing compound dan penutupan kolom dengan plastik

4.2.1.f

Baja Tulangan Baja tulangan adalah baja berbentuk polos atau ulir yang berfungsi untuk Manahan gaya tarik pada komponen struktur. Baja yang digunakan dalam proyek ini antara lain adalah baja D10, D13, D16, D19, D22, D25, dan D32. Baja yang digunakan berasal dari Master Steel yang didistribusikan oleh PT. Inti Sumber. Persyaratan baja yang digunakan dalam proyek ini adalah antara lain sebagai berikut: Baja tulangan tidak boleh disimpan diletakkan di atas tanah dan harus disimpan dalam bangunan atau tertutup dengan baik.

62

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Baja tidak boleh dibengkokan dan diluruskan kembali atau dibengkokan dua kali pada titik yang sama pada baja tulangan. Sebelum dipasang, baja tulangan harus dibersihkan dari karat, kotoran, lumpur, serpihan yang mudah lepas, dari cat minyak, atau bahan asing lainnya yang dapat merusak ikatan.

Setelah dipasang, baja tulangan harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas. Bila baja tulangan telah terlalu lama terpasang, harus dibersihkan dan diperiksa lagi oleh Konsultan Pengawas sebelum dilakukan pengecoran beton.

Pengujian kualitas yang dilakukan untuk baja tulangan adalah pengujian kuat tarik dan kuat leleh. Pengujian ini dilakukan di laboratorium BPPT dengan disaksikan oleh Kontraktor bagian Quality Control dan Konsultan Pengawas.

Gambar 4.7 Baja tulangan

4.1.1

Material Bekisting 4.1.3.a Bekisting Baja Bekisting baja dibuat khusus untuk pengecoran pier dan pierhead. Untuk pier bekisting dibagi menjadi dua, lower dan upper. Sedangkan, untuk pierhead bekisting dibagi menjadi sideform dan endform.

63

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Bekisting pierhead bagian sideform terbagi menjadi sisi kiri dan kanan, dimana disatukan dengan joint dibagian atas yang berfungsi sebagai pengatur superelavasi dalam alinyemen horizontal, sedangkan untuk endform dapat dilakukan perubahan/pabrikasi untuk setiap pierhead dikarenakan jumlah tendon yang berbeda-beda untuk setiap pierhead.

Gambar 4.8 Bekisting baja

4.1.3.b

Pabrikasi Bekisting Kayu Pabrikasi bekisting digunakan untuk konstruksi diluar pier dan pier head fix. Bekisting di pabrikasi di kantor proyek dan diangkut ke lapangan. Bekisting dibuat dengan flywood atau multipleks.

Gambar 4.9 Pabrikasi bekisting

4.1.3.c

Shoring Konstruksi flyover menggunakan metode balance kantilever dimana dudukan box girder diatas pierhead. Dalam pengerjaan konstruksi pierhead, dilakukan dengan sistem shoring, dimana I beam dan main Beam, LVL, dan flywood didudukan di atas shoring, shoring berfungsi untuk memikul dan menyalurkan beban ke pondasi selama proses konstruksi pierhead baik yang

64

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

diakibatkan oleh beban pekerja, peralatan, berat sendiri beton, dll. Shoring akan dilepaskan setelah umur beton memiliki kekuatan yang cukup untuk menopan berat sendirinya.

Gambar 4.10 Shoring

4.1.3.d

I dan Main Beam I dan Main Beam berfungsi sebagai dudukan sementara pierhead. I dan Main Beam yang digunakan menggunakan double flange dikarenakan untuk mencegah terjadinya bukling.

Gambar 4.11 I dan Main Beam

4.1.3.e

Scaffolding

65

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Dalam proyek scaffolding sebagai sarana bagi pekerja untuk melakukan tugas pada ketinggian tertentu agar memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Scaffolding terdiri dari beberapa bagian antara lain : main frame, ladder frame, cross frame, joint pin, dan jack base.

Gambar 4.12 Scaffolding

4.1 Peralatan 4.2.1 Meteran Meteran merupakan alat ukur sederhana yang biasa digunakan oleh pekerja ataupun pelaksana di lapangan. Meteran biasanya digunakan untuk melihat nilai slump, mengecek pekerjaan penulangan, dan lain-lain. Di tempat pembesian, meteran digunakan untuk menentukan ukuran baja yang akan dipotong dan dibengkokan. 4.2.2 Waterpass Dalam proyek ini, waterpass digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian elevasi. Waterpass juga dapat digunakan untuk mengecek kedataran suatu bangunan. 4.2.3 Theodolite Theodolite merupakan alat bantu dalam proyek untuk menentukan elevasi tanah dan elevasi tanah galian timbunan. Dalam proyek ini, theodolite juga digunakan untuk menentukan titik-titik dimana akan dilakukan konstruksi bored pile maupun box girder. 4.2.4 Bar Bender Bar bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan untuk sengkang, bored pile, box, pilar, abutment dan berbagai struktur lainnya.

66

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 4.13 Bar bender

4.2.5

Bar Cutter Bar cutter adalah alat pemotong baja yang digunakan untuk memotong baja tulangan dengan ukuran standar menjadi tulangan yang pendek sesuai ketentuan.

4.2.6

Mesin Bor Mesin bor digunakan untuk mengebor lokasi bored pile sampai kedalaman yang ditentukan. Alat ini dapat melakukan pengeboran mulai dari diameter 30 cm sampai dengan 150 cm. Kedalaman pengeboran dapat mencapai 30 meter atau lebih, sesuai dengan kondisi tanah dan kedalaman tanah keras di daerah tersebut. Alat pengeboran ini dapat dioperasikan dengan dengan sistem wash boring maupun dry drilling. Di lokasi proyek ini, pengeboran dilakukan dengan proses dry drilling, yaitu tanah dibor dengan mata bor spiral dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5 m. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga kedalaman yang ditentukan.

67

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 4.14 Mesin bor

4.2.7

Crane Crane digunakan untuk memindahkan benda-benda yang sulit diangkat dengan tenaga manusia, seperti casing, tremie, tulangan bored pile, dan material berat lainnya. Dalam proyek ini digunakan crane jenis mobile atau yang disebut dengan mobile crane. Mobile crane yang dipilih dengan kapasitas 20 ton. Pemakaian mobile crane dikarenakan lokasi proyek di jalan dengan lalu lintas padat dan mudah dalam bermanuver serta berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Gambar 4.15 Mobile crane

4.2.8

Excavator Backhoe Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

68

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Excavator adalah peralatan yang dapat digunakan untuk memindahkan, memuat dan menggali serta memotong tanah. Tugas utama dari excavator adalah untuk menggali (excavation) dan loading muatan berupa tanah, pasir, dan sebagianya ke atas dump truck. Excavator juga dapat digunakan untuk menghancurkan bangunan seperti rumah warga yang telah dibebaskan untuk menjadi lahan proyek. Dalam proyek ini, excavator terutama digunakan untuk pekerjaan galian, timbunan, dan pengecoran saluran air.

Gambar 4.16 Excavator backhoe

4.2.9

Dump Truck Penggunaan dump truck pada proyek ini ditujukan untuk mengangkut materialmaterial ke tempat dimana proyek sedang dilaksanakan pekerjaannya. Dump truck juga sering digunakan untuk membawa tanah galian ke lokasi timbunan maupun lokasi pembuangan.

69

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 4.17 Dump truck

4.2.10 Tremie Pipe Pipa tremie sebagai penghantar adukan beton terbuat dari pipa galvanis berdiameter 6. Panjang setiap pipa adalah 2 meter yang disambung dengan sistem drat. Dalam proyek ini, pipa tremie digunakan antara lain saat pengecoran bored pile. Pipa tremie disambung hingga memenuhi kebutuhan untuk lubang bored pile hingga 25 m. Selain itu, pipa tremie juga digunakan ketika pengecoran box maupun abutment dan struktur lainnya. Pipa tremie ini berfungsi untuk menghantarkan adukan beton dari concrete pump ke titik pengecoran. Tremie untuk fungsi ini biasanya berbahan lebih lunak sehingga lebih mudah diarahkan dengan bantuan tangan manusia saat pengecoran. 4.2.11 Mixer Truck Mixer truck merupakan truk khusus yang dilengkapi dengan concrete mixer dengan kapasitas 6-7 m3. Truk ini mengangkut beton siap pakai (ready mix) dari tempat pencampuran beton (batching plant) sampai ke lokasi pengecoran. Selama pengangkutan truk ini terus berputar searah jarum jam dengan kecepatan 8 12 putaran per menit agar adukan beton tersebut terus homogen dan tidak mengeras. Dalam pengangkutan perlu diperhatikan interval waktu, karena bila terlalu lama beton akan mengeras dalam mixer, sehingga akan menimbulkan kesulitan dan menghambat kelancaran pelaksanaan pengecoran.

70

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 4.18 Mixer truck

4.2.12 Concrete Pump Concrete pump truck merupakan alat untuk memompa beton ready mix dari mixer truck ke lokasi pengecoran. Penggunaan concrete pump truck ini untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi pengecoran, selain itu lokasi yang sulit dijangkau juga dapat dengan mudah dijangkau. Alat ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu alat utama berupa mesin pompa yang dilengkapi dengan tenaga penggerak berupa mesin diesel, sejumlah pipa besi berdiameter 15 cm serta beberapa alat tambahan berupa klem penyambung pipa-pipa tersebut. Alat ini masih berfungsi dengan baik sampai elevasi 15 m dari concrete pump berdiri. Dan kemiringan vertikal pengecoran maksimum yang diijinkan yaitu 750.

71

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 4.19 Concrete pump

4.2.13 Concrete Vibrator Adanya rongga udara dalam suatu adukan beton, secara tidak langsung akan mengurangi mutu dan kekuatan beton. Untuk menghindari hal itu, maka dalam suatu pengecoran harus diusahakan rongga udara yang seminimal mungkin. Vibrator merupakan alat penggetar mekanik yang digunakan untuk menggetarkan adukan beton yang belum mengeras dengan harapan dapat menghilangkan rongga-rongga udara yang ada sehingga dapat dihasilkan beton yang padat dan bermutu tinggi. Cara operasionalnya adalah dengan memasukan selang penggetar ke dalam adukan beton yang telah dituang ke dalam bekisting.

Gambar 4.20 Concrete vibrator

72

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

4.2.14 Air Compressor Air compressor adalah alat penghasil udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk membersihkan kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu dan daya lekatan tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-potongan kawat bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. 4.1 Material dan Peralatan Setiap Jenis Pekerjaan 4.3.1 Pekerjaan Bore Pile 4.3.1.a Material 4.3.1 Beton mutu K-350, Slump 16 2 cm Baja tulangan U-39 Mesin bor Crane Excavator backhoe Generator Submersible pump Tremie pipe Accessories Dump truck Truck mixer

4.3.1.a Peralatan

Pekerjaan Pile Cap 4.3.2.a Material Beton mutu K-350, Slump 12 2 cm Pasir urug Sheet pile baja FSP II Panel bekisting pile cab dan perlengkapannya Baja tulangan Kawat bendrat Beton decking

4.3.2.a Peralatan

73

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

4.3.1

Vibro hammer Crane Excavator backhoe Generator dan lampu penerangan Concrete Vibrator Dump truck Truck mixer

Pekerjaan Pier 4.3.3.a Material Beton mutu K-600, Slump 12 2 cm Bounding agent (pelapisan bidang kontak beton lama dengan beton baru) Karung Goni Baja tulangan U-39 Kawat bendrat Beton decking Crane Generator dan lampu penerangan Submersible pump Tremie pipe Dump truck Truck mixer Concrete vibrator Air compressor Panel bekisting bottom pier dan kelengkapannya Panel bekisting upper pier dan kelengkapannya

4.3.3.a Peralatan

4.3.1

Pekerjaan Pier Head 4.3.4.a Material Beton mutu K-600, Slump 12 2 cm

74

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Bounding agent (pelapisan bidang kontak beton lama dengan beton baru) Karung Goni Baja tulangan U-39 Kawat bendrat Beton decking Jaring Pengaman Multiplek Crane Generator dan lampu penerangan Submersible pump Tremie pipe Dump truck Truck mixer Concrete pump truck Perancah shoring dan kelengkapannya Truss dan kelengkapannya Cross beam 400 x 300 GT Girder dan kelengkapannya Concrete vibrator Air compressor Panel bekisting pier head dan kelengkapannya

4.3.4.a Peralatan

4.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa manusia merupakan sumber daya yang kompleks dan sulit diprediksi sehingga diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih

75

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

mendalam dalam pengelolaan tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan keputusan yang berhubungan dengan: berikut: a. b. Membuat rencana pengadaan tenaga kerja dengan berdasarkan Detail Schedule (dilakukan oleh supervisor) Memberi penjelasan seperlunya oleh Kepala Lapangan kepada subkontraktor mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang akan meliputi: Struktur organisasi proyek Pembagian pekerjaan Rencana kerja/time schedule Pengaturan site facilities Instruksi kerja Rencana penggunaan alat dan material Keselamatan kerja Koordinasi di lapangan Hal-hal lain yang dianggap perlu Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja Recruitment dan pembagian tenaga kerja ke dalam kelompok kerja Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek berlangsung Perencanaan, penjadwalan, pengarahan dan pengawasan kegiatan tenaga kerja Adapun prosedur pengadaan tenaga kerja pada proyek ini antara lain adalah sebagai

Pada pelaksanaannya, untuk pengadaan tenaga kerja di proyek ini tergantung pada bagaimana setiap mandor membutuhkan jumlah tenaga kerja berdasarkan penjelasan dari pengawas tentang volume pekerjaan yang harus dikerjakan. Rapat koordinasi antara pihak pengawas dengan pelaksana juga diadakan secara rutin setiap paginya untuk mengontrol dan mengkoordinasikan proses pekerjaan. Pada proyek ini, sebagian besar tenaga kerja direkrut dan menjadi tanggung jawab pihak kontraktor. Namun, jika suatu bagian pekerjaan proyek diserahkan kepada subkontraktor, maka tenaga kerja yang terlibat menjadi tanggung jawab subkontraktor

76

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

tersebut sehingga mengenai upah dan perekrutan menjadi permasalahan subkontraktor tersebut.

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI Metode pelaksanaan konstruksi adalah cara - cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan konstruksi dengan tujuan untuk mencapai target yang telah disepakati bersama. Metode konstruksi menjadi acuan yang harus diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam proyek. Metode pengerjaan ini tercantum dalam Instruksi Kerja (IK). Tujuan yang akan dicapai dalam pemilihan metode konstruksi yang tepat adalah menjamin kualitas konstruksi, efisiensi

77

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

biaya, waktu pelaksanaan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan, keamanan dan keselamatan kerja, tidak terjadi pencemaran lingkungan sekitar proyek konstruksi, sumber daya yang efektif, dan kemudahan pelaksanaan. Dalam mendukung kegiatan konstruksi, penggunaan teknologi yang tepat akan sangat berperan. Selain itu, metode kerja yang efisien dan efektif serta disesuaikan dengan kondisi lapangan akan membantu penyelesaian proyek konstruksi. Setelah ditentukan metode yang tepat, pelaksaan pekerjaan di lapangan mengacu pada Rencana Kerja dan Syarat (RKS)/ dokumen kontrak, Gambar Kerja (shop drawing), petunjuk dari pengawas lapangan, jadwal kerja yang telah ditetapkan, dan peraturan - peraturan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan. Bab ini akan membahas metode pelaksanaan konstruksi yang diamati selama Kerja Praktek berlangsung. Pekerjaan konstruksi yang diamati selama kerja praktek terdiri dari: 1. Pekerjaan pengecoran a. Kolom pier 84 b. Pier head 67 c. Pier head 69 2. Pekerjaan man hole di lokasi pier 84 3. Pekerjaan rigid pavement di lokasi pier 84 (depan kantor walikota Jakarta Selatan) 5. 1 Pekerjaan pengecoran 5.1.1 Kolom pier 84 Sama seperti kolom pier yang lain, kolom pier 84 terdiri dari dua bagian, yaitu lower column dan upper column. Desain upper column pada pier 84 sedikit berbeda bila dibandingkan dengan upper column pier lain, yaitu bentuknya menyerupai corong terbalik. Sedangkan untuk desain lower column berbentuk tabung. Metode konstruksi untuk pekerjaan pengecoran kolom pier 84 adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan pembesian Pada konstruksi kolom, pembesian dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pemasangan bekisting. Tulangan yang telah difabrikasi kemudian dibawa ke lokasi konstruksi kolom untuk dirakit. Proses perakitannya secara in-situ, yaitu dirakit langsung di lapangan. Tulangan yang digunakan adalah baja ulir dengan diameter sebesar 32 mm.

78

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 5.1 Pembesian lower column

Gambar 5.2 Pembesian upper column

2.

Pemasangan bekisting Pekerjaan pemasangan bekisting dilakukan setelah pembesian selesai. Bekisting yang digunakan adalah bekisting yang terbuat dari kayu dan papan tripleks yang dibentuk melingkar untuk lower column dan bekisting fabrikasi untuk upper column. Pekerjaan pembuatan bekisting kayu dilakukan di base camp proyek lalu setelah selesai baru kemudian dibawa ke lokasi proyek

79

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

menggunakan truk. Setelah sampai di lokasi proyek selanjutnya bekisting dipasang dengan bantuan truck crane.

Gambar 5.3 Pemasangan bekisting upper column

3.

Pekerjaan pengecoran Setelah bekisting terpasang maka selanjutnya dilakukan pekerjaan inspeksi prapengecoran dengan tujuan untuk meminimalisir kesalahan kesalahan yang mungkin terjadi pada waktu pemasangan bekisting ataupun penulangan. Beton yang digunakan merupakan beton ready mix dengan mutu 600 MPa. Untuk menuangkan beton tersebut ke dalam bekisting maka digunakan concrete pump truck. Pekerjaan pengecoran dilakukan pada malam hari sekitar pukul 23.00 WIB untuk menghindari kemacetan karena dikhawatirkan beton akan mengalami setting jika terjebak kemacetan. Pengecoran dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama untuk lower column dan tahap kedua untuk upper column.

4.

Pekerjaan pelepasan bekisting dan curing Bekisting dilepas setelah beton berumur 1 hari. Setelah pelepasan bekisting maka selanjutnya dilakukan perawatan pada beton tersebut (curing).

80

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 5.4 Pelepasan bekisting lower column

Gambar 5.5 Perawatan beton untuk upper column

5.1.1 Pier head 67 dan 69 Pier head merupakan bagian dari konstruksi yang berfungsi sebagai tempat menempelnya box girder yang kemudian akan dilakukan pekerjaan stressing terhadap box girder tersebut. Metode konstruksi untuk pier head 67 dan 69 adalah sama, oleh karena itu pembahasannya digabung menjadi satu. Adapun metode konstruksinya sebagai berikut: 1. Pemasangan shoring

81

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Shoring merupakan alat yang digunakan sebagai struktur penyangga dari main beam yang nantinya akan digunakan untuk menahan pier head selama proses pengecoran. Dalam satu pier, shoring yang digunakan sebanyak empat buah. Shoring dibuat secara khusus berdasarkan pesanan dari PT Modern. Alat ini dirakit di base camp lalu setelah itu dibawa per segmen ke lokasi proyek. Shoring terbuat dari baja dan mempunyai sistem pengatur elevasi atau ketinggian secara manual. Fungsi adalah untuk mengatur elevasi pier head ketika akan dicor agar kemiringannya sesuai dengan perencanaan.

Gambar 5.6 Struktur shoring

2. Pekerjaan pemasangan dan pengangkatan main beam Main beam digunakan untuk menahan konstruksi pier head pada saat pengecoran sampai umur beton memenuhi syarat untuk dapat menahan beratnya sendiri. Sama seperti shoring, main beam terbuat dari struktur baja dengan desain khusus. Perakitan main beam dilakukan langsung di lokasi proyek. Dalam satu pier, main beam yang digunakan sebanyak dua buah yang masing masing ditahan oleh dua shoring. Setelah main beam selesai dirakit, maka selanjutnya main beam itu dinaikkan ke atas shoring. Pekerjaan ini dilakukan pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB dengan sistem buka tutup lalu lintas. Alat yang digunakan untuk menaikkan main beam adalah truck crane. Setelah main beam bertumpu di shoring, selanjutnya dilakukan penyesuaian elevasi menggunakan

82

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

teodolit. Setelah kedua main beam naik, maka selanjutnya dilakukan pemasangan cross beam sebagai balok melintang.

Gambar 5.7 Pengangkatan main beam

3. Pekerjaan pembesian Pekerjaan pembesian dilakukan secara in-situ di lokasi proyek. Pertama tama besi tulangan tersebut dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar rencana di base camp. Setelah semuanya selesai baru kemudian dibawa oleh truk ke lokasi proyek. Sesampainya di lokasi proyek besi tulangan tersebut dinaikkan ke atas (main beam) untuk dirakit. Pekerjaan pembesian ini juga diiringi dengan pekerjaan pemasangan tendon untuk tempat strand (kawat pre-stress). Pekerjaan pemasangan tendon ini dilakukan oleh DSI yang merupakan subkontraktor spesialis pre-stress.

83

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 5.8 Pekerjaan pembesian P-67

4. Pemasangan bekisting Berbeda dengan bekisting yang digunakan pada pier 84, bekisting untuk pier head 67 dan 69 menggunakan bekisting dari besi yang dipesan khusus. Perakitan dilakukan di workshop lalu setelah selesai baru kemudian dibawa ke site. Bekisting ini terdiri dari 4 bagian, yaitu 2 side form dan 2 end form. Untuk kedepannya, pihak Modern akan menggunakan bekisting dari kayu untuk menghemat pengeluaran dan mempercepat progress agar pekerjaan pengecoran pier head dapat cepat selesai.

Gambar 5.9 Pekerjaan pemasangan bekisting P-67

84

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

5. Pekerjaan pengecoran Setelah pekerjaan pembesian dan pemasangan bekisiting selesai, maka selanjutnya adalah pekerjaan pengecoran. Beton yang digunakan adalah beton ready-mix yang sama dengan beton yang digunakan untuk mengecor di pier 84. Pekerjaan pengecoran dilakukan malam hari sekitar pukul 23.00 WIB untuk menghindari kemacetan. Pekerjaan pengecoran ini menggunakan concrete pump untuk memompakan beton dari bawah ke atas.

Gambar 5.10 Pengecoran P-67

6. Pekerjaan pelepasan bekisting dan perawatan beton Bekisting dilepas setelah beton berumur 1 hari. Setelah pelepasan bekisting maka selanjutnya dilakukan perawatan pada beton tersebut (curing) untuk mengurangi panas hidrasi. 5. 1 Pekerjaan man hole di lokasi pier 84 Pada saat dilakukan pengeboran untuk pembuatan pondasi untuk pier 84, rupanya ditemukan man hole di titik tersebut. Karena posisi pier tidak dapat dipindah maka satu satunya pilihan adalah memindahkan jalur man hole yang ada disitu. Pekerjaan pemindahan ini dilakukan setelah pekerjaan pondasi selesai (sampai pile cap). Pile cap yang dibuat itu memotong jalur man hole sehingga posisinya harus diubah mengikuti bentuk pile cap secara menyamping lalu bertemu lagi di ujung dan dihubungkan dengan saluran man hole eksisting. Urutan metode konstruksinya adalah sebagai berikut:

85

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

1. Pekerjaan penggalian Sebenarnya penggalian telah dilakukan ketika dilakukan pengecoran pile cap tetapi dimensinya hanya sebesar dimensi pile cap dan dibuatkan saluran sementara agar tidak menggangu pekerjaan konstruksi pondasi. Setelah pekerjaan pile cap selesai maka dimensi galiannya diperlebar sebagai tempat untuk pekerjaan pembuatan man hole yang baru. 2. Pekerjaan pembesian Setelah galian selesai, maka selanjutnya dilakukan pekerjaan pembesian yang dilakukan di lokasi proyek. Pembesian dilakukan dua tahap, yaitu: Tahap pertama Pekerjaan pembesian dilakukan pada dinding dinding galian dan lantai saluran. Tahap kedua Pekerjaan pembesian dilakukan setelah pengecoran dinding galian dan lantai saluran, yaitu pembesian untuk penutupan man hole. 1. Pekerjaan pemasangan bekisting Bekisting yang digunakan menggunakan material papan kayu bekas kontruksi yang tidak terpakai. Beksiting dipasang di daerah dinding (tahap pertama) dan bekisting untuk pengecoran atap man hole (bekisting terbuat dari kayu juga). 2. Pekerjaan pengecoran Pada pekerjaan pembuatan man hole, tidak semuanya menggunakan sistem cor in-situ, melainkan ada sebagian pekerjaan yang menggunakan beton pre-cast, yaitu pada bagian gorong gorong yang alignmentnya lurus. Oleh karena itu pengecoran hanya dilakukan pada lantai man hole dan dinding man hole. Setelah beton mencapai umurnya, maka pengecoran dilakukan lagi untuk penutupan man hole.

86

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 5.11 Pengecoran man hole

5. 1 Pekerjaan rigid pavement Pekerjaan rigid pavement ini dilakukan di lokasi sekitar pier 84. Sebelumnya, kondisi jalan di daerah itu cukup berantakan, perkerasan awalnya rusak oleh karena dilalui oleh kendaraan kendaraan proyek dan juga alat alat berat seperti backhoe, truck crane, dump truck, dan lain lain. Pekerjaan perkerasan dilakukan atas permintaan dari walokota Jakarta Selatan untuk persiapan memperingati HUT Jakarta pada tanggal 22 Juni 2011. Oleh karena pada tanggal tersebut jalan di depan kantor walikota harus telah dapat dibuka kembali untuk umum, maka perkerjaan perkerasan harus segera dilaksanakan. Kegiatan ini didiskusikan dengan PT Waskita yang sebagian lokasi proyeknya juga berada di depan kantor walikota. Perkerasan yang dipilih adalah rigid pavement karena pekerjaannya membutuhkan waktu yang lebih cepat dan hanya bersifat sementara sebab pada akhirnya seluruh bagian jalan akan dilakukan perkerasan ulang. Adapun metode kerjanya sebagai berikut: 1. Pekerjaan persiapan lahan Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembersihan lokasi dan pengupasan lapisan permukaan. Pekerjaan ini dilakukan pertama kali sebelum pekerjaan perkerasan. Lokasi daerah pier 84 dibersihkan dari sampah sampah sisa pekerjaan konstruksi lalu setelah itu dilakukan pengupasan lapisan permukaan sedalam 20 cm. 2. Pekerjaan pembesian

87

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Pekerjaan pembesian dilakukan langsung dilokasi proyek. Besi tulangan dirakit dengan desain yang telah direncanakan. 3. Pekerjaan pengecoran Pengecoran dilakukan setelah pembesian selesai. Tidak seperti pengecoran pier column dan pier head, pengecoran untuk perkerasan ini dilakukan sore hari dengan menggunakan beton ready mix. Alasan dilakukan pengecoran sore hari adalah karena mutu beton yang digunakan tidak sebesar untuk pier head dan pier column sehingga waktu settingnya lebih lama. Pengecoran ini tidak menggunakan concrete pump karena struktur yang akan dicor posisinya berada di bawah sehingga dapat langsung dituang dari truk.

Gambar 5.12 Pekerjaan pengecoran rigid pavement

4. Pekerjaan perawatan beton Setelah pengecoran selesai selanjutnya beton segar itu ditutup dengan menggunakan papan agar tidak terinjak. Setelah beton mengeras selanjutnya dilakukan perawatan berupa untuk mencegah penguapan yang berlebihan dari beton tersebut. BAB VI TINJAUAN KASUS Suatu proyek tidak akan pernah lepas dari berbagai kendala yang menghambat jalannya proses konstruksi. Berikut adalah beberapa permasalahan yang terjadi selama proyek

88

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

pembangunan Jalan Layang Non-Tol P.Antasri Blok M Paket Prapanca beserta solusinya. Karena pengamatan dan pengumpulan informasi dalam kerja praktek ini sebagian besar dilakukan pada kontraktor, permasalahan yang terjadi akan ditekankan kepada permasalahan teknis yang dialami kontraktor. Permasalahan yang sempat teramati selama kerja praktek berjalan adalah : Pada rapat koordinasi dengan JHS selaku pemroduksi precast box girder, diketahui bahwa pihak JHS tidak menyanggupi memulai produksi precast box girder sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan. Hal ini terjadi karena keterlambatan sistem alat tiba di lokasi produksi, Cikarang, Jawa Barat. Solusi : jadwal produksi kemudian dimundurkan, ditentukan deadline baru untuk memulai produksi precast box girder. Hal ini tidah terlalu bermasalah karena pekerjaan pier head dan stressing pier head pun belum dilaksanakan sehingga mundurnya produksi box girder tidak memperlambat laju proyek. Pekerjaan pier head P69 (pengangkatan main beam) sedikit terhambat lajunya karena ada beberapa bagian pekerjaan yang belum disetujui oleh konsultan. Hal ini terjadi karena ada pekerjaan yang menurut konsultan belum pantas dilaksanakan, ada metode yang tidak diterima oleh konsultan. Solusi : diperbaiki metodenya terlebih dahulu oleh kontraktor, kemudian didiskusikan kembali dengan konsultan. Bertepatan dengan HUT Ibukota Jakarta pada tanggal 22 Juni 2011, pihak Walikota Jakarta Selatan meminta agar dilakukannya open traffic pada jalan yang melintasi depan kantor walikota. Padahal pekerjaan perkerasan jalan (bukan jalan layang non-tol) belum selesai. Solusi : dilakukan rigid sementara, koordinasi antara PT. Modern dengan PT. Waskita Karya karena kantor Walikota Jakarta Selatan terletak diantara paket yang dilakukan oleh kedua kontraktor tersebut. Terjadi kekeliruan perhitungan dari konsultan perencana (as built drawing) sehingga jumlah tendon pada sebuah pier head yang dibutuhkan hanyalah tujuh tendon. Setelah dihitung oleh kontraktor, ternyata tendon yang dibutuhkan berjumlah dua belas. Solusi : struktur pier head dihitung kembali oleh para checker (Engineer) untuk

89

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

kemudian diketahui hasil yang lebih pasti. Ternyata benar bahwa jumlah tendon yang dibutuhkan adalah dua belas bukan hanya tujuh. Tambahan lima tendon ternyata menabrak tulangan lebihan kolom/pier. Solusi : pemotongan tulangan lebihan kolom, namun menurut office manager yang bersangkutan, pemotongan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Akhirnya gambar rencana dihitung ulang oleh Construction Engineer, lalu di cek ke checker Dr. Awal dari ITB mengenai bisa tidaknya tulangan lebihan kolom dipotong. Pada akhirnya, tulangan lebihannya dipotong. Terjadi kesalahan dalam pemasangan tulangan atas P67. Selimut beton yang seharusnya memiliki tebal minimum 40 mm ternyata hanya cukup 26 mm. Solusi : tulangan atas dibongkar dan dipasang lagi dari awal. Tulangan atas dibongkar, dinaikkan, lalu dipasang kembali. Caranya : satu tulangan siku dilepas, dinaikkan agar jarak antara tulangan dengan as tendonnya mencapai 5 cm. Lalu pekerjaan diulang untuk masing-masing tulangan siku. Terjadi kesalahan pada pembuatan bekisting pier head. Kesalahan terletak pada lubang tendon yang ada di bekisting jika dicor, tendon akan menabrak box girder. Solusi : reparasi bekisting, komponen-komponen yang ada di bekisting dicabut kembali. Lubang tendon digeser.

Gambar 6.1 Pekerja sedang membuat lubang baru pada bekisting side form pier head

90

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Concrete Pump yang dipesan untuk mengecor pier head P67 mengalami keterlambatan kedatangan. Hal ini mengakibatkan jadwal pengecoran menjadi mundur. Solusi : menghubungi pihak penyedia Concrete Pump agar kedatangan Concrete Pump bisa dipercepat.

Gambar 6.2 Concrete Pump yang dipakai untuk mengecor pier head 67 mengalami keterlambatan kedatangan

PT. Modern Widya Technical sebagai kontraktor terkadang tidak mendapat bagian beton dari Pionir Beton selaku pemroduksi beton. Hal ini disebabkan oleh karena banyaknya pemesanan yang terjadi ke Pionir Beton. Solusi : memesan beton lebih awal, mengatur waktu pemesanan lebih disesuaikan dengan waktu pengecoran. BAB VII TRAFFIC MANAGEMENT

7.1

Kondisi Lalu Lintas Eksisting Lalu lintas ruas Prapanca STA. 3+076 3+850 padat dilalui kendaraan baik pada pergi dan pulang kerja sehingga menimbulkan kemacetan pada jam tersebut. Sekitar ruas Prapanca STA. 3+076 3+850 banyak terdapat simpang sebidang, sehingga pada titik tersebut juga menimbulkan kemacetan tidak hanya pada jam pergi dan pulang kerja.

91

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 7.1 Kondisi eksisting jalan prapanca STA 3+076 3+850

Kondisi jalan eksisting terdiri dari: Jumlah jalur Jumlah lajur dalam 1 jalur Lebar jalur Lebar trotoar Pembatas jalur (median) : 2 Jalur : 2 Lajur : Variasi, rata rata 6.5 meter : Variasi : Kerb beton

Selama proses konstruksi, pembatas jalur (median) yang terbuat dari kerb beton, dilepas dan median jalan diperkeras dengan rigid pavement.

Gambar 7.2 Pengecoran median jalan

7.1

Langkah Pengendalian dan Pengaturan Lalu Lintas

92

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Proses konstruksi mengambil sebagian ruas jalan sehingga berdampak terhadap kondisi lalu lintas. Lalu lintas diusahakan tidak mengalami kemacetan panjang sehingga dampak pada kenyamanan dan aspek lainnya dapat di minimalisasi. Kontraktor, konsultan dan pihak terkait lainnya melakukan beberapa tindakan dan upaya untuk pengendalian dan pengaturan lalu lintas selama proses konstruksi. Sosialisasi ke masyarakat Sosialisasi dengan brosur dan pemasangan spanduk di spot-spot tertentu yang menuju ke arah Prapanca. Sosialisasi ini bertujuan membuat masyarakat mengetahui sedang berlangsungnya proses konstruksi dan dapat menghindari jalan tersebut dengan menggunakan jalan alternative lain, membuat masyarakat berhati-hati dalam mengemudi jika melewati ruas jalan konstruksi, dan membuat masyarakat memaklumi jika perjalanannya terganggu akibat proses konstruksi.

Gambar 7.3 Spot pemasangan spanduk (sebelum memasuki kawasan Prapanca)

93

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 7.4 Spanduk sosialisasi

Gambar 7.5 Brosur sosialisasi

Koordinasi dengan pihak terkait khususnya dinas perhubungan dan polisi lalu lintas Selama proses konstruksi pihak kontraktor berkoordinasi dengan dinas perhubungan dan polisi lalu lintas, untuk membantu dalam pengaturan lalu lintas selama pekerjaan berlangsung. Dinas Pekerjaan Umum sebagai pemilik melarang melakukan pekerjaan yang mengambil badan jalan dilakukan pada jam padat kendaraan, sehingga polisi lalu lintas dalam hal ini juga sebagai pengontrol dan mengawasi lokasi untuk memastikan tidak ada pekerjaan pada jam padat. Jika harus dilakukan pekerjaan pada jam padat maka harus mendapatkan izin dari Dinas Pekerjaan Umum sehingga arus kendaraan dibagi (sebagian dialihkan) dan pengaturan lalu lintas dibantu oleh polisi

94

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Arus lalu lintas selama proses konstruksi tidak berubah Pada prinsipnya arus lalu lintas yang melewati kondisi eksisting tidak akan berubah selama pkerjaan, arus lalu lintas tetap terdiri dari 2 jalur 2 arah. Kondisi eksisting berubah jika dilakukan pekerjaan dengan alat berat sehingga harus dilakukan penutupan 1 jalur, tetapi jalan tetap difungsikan 2 arah dengan masing-masing arah pada tiap lajur.

Pemasangan dan penambahan rambu rambu peringatan dan lampu penerangan untuk malam hari Pentupan 1 jalur pada jalan eksisting untuk pekerjaan tertentu dan peringatan terdapat area konstruksi maka diperlukan penambahan rambu rambu peringatan dan lampu penerangan untuk malam hari. Penambahan rambu dan pemasangan lampu penerangan bertujuan membuat pengguna jalan lebih berhati-hati karena sedang berlangsungnya konstruksi.

Gambar 7.6 Komponen dan rambu Traffic Management

Penempatan petugas pengatur lalu lintas Petugas pengatur lalu lintas ditempatkan untuk mengatur lalu lintas pada saat pekerjaan konstruksi, terutama pekerjaan yang menggunakan alat berat dan penutupan 1 jalur.

Mobilisasi alat berat, pekerjaan menggunakan alat berat dilakukan pada malam hari dan pada jam dimana lalu lintas tidak padat Mobilisasi dan pekerjaan yang menggunakan alat berat dilakukan pada malam hari dan pada jam dimana lalu lintas tidak padat merupakan kesepakatan yang telah dibuat dengan Dinas Pekerjaan Umum.

Perawatan kondisi jalan eksisting Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

95

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Selama pekerjaan dan mobilisasi alat berat merusak jalan eksisting yang telah ada sehingga dilakukan perawatan dan perbaikan jalan eksisting seperti rekonstruksi conblock setelah pekerjaan pondasi selesai, pengecoran median jalan sebagai pengganti kerb beton. Pembuangan tanah galian dilakukan malam hari Pembuangan tanah dilakukan pada malam hari dan dilengkapi terpal penutup permukaan tanah agar tanah galian yang diangkut tidak terjatuh di sepanjang jalan.

7.1

Kondisi Jalan Eksisting Pada Penutupan 1 Jalur Pekerjaan yang menggunakan alat berat seperti bore pile, pemancangan sheet pile, galian pile cap, pengangkatan I dan main beam, dll, mengambil sebagian ruas jalan sehingga pada pelaksanaanya akan dilakukan penutupan 1 jalur. Jalur yang dibuka digunakan untuk 2 arah sehingga 2 lajur untuk 2 arah pada jalur yang dibukan. Dalam penutupan 1 jalur diperlukan kelengkapan berupa rambu rambu peringatan, petugas pengatur lalu lintas, dan lampu penerangan (pada malam hari).

Gambar 7.7 Kondisi eksisting penutupan 1 jalur

96

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

BAB VIII IDENTIFIKASI ASPEK LINGKUNGAN DAN EVALUASI DAMPAK LINGKUNGAN Sesuai dengan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2001, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, kegiatan jalan merupakan kegiatan yang wajib Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) sebelum dilaksanakannya proyek. Berdasarkan studi AMDAL, telah diprediksi dampakdampak yang mungkin akan muncul baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak ini akan dikelola dengan rencana pengelolaan, yang perlu selalu dievaluasi sebagai upaya untuk menyempurnakan kerja pengelolaan yang dilakukan, dan dipantau pelaksanaan pengelolaan tersebut. Komponen lingkungan yang ditelaah adalah komponen lingkungan yang diperkirakan mempunyai potensi terkena dampak penting saja, dan yang dapat mempengaruhi proyek baik pada tahap prakonstruksi maupun tahap konstruksi. Komponenkomponen lingkungan yang mempunyai potensi terkena dampak penting mempengaruhi kualitas udara (debu), kebisingan, kualitas air, gangguan aliran permukaan, rusak/terganggunya utilitas umum, berubahnya kepemilikan tanah, kecemburuan sosial, kemacetan lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas, menurunnya kesehatan dan kenyamanan serta estetika lingkungan.

97

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 8.1 Diagram alir kebijakan K3

Komponen lingkungan hidup yang ditelaah dan diperkirakan terkena dampak dari pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M: 1. Komponen Fisik Kimia a. Kualitas udara dan kebisingan Penurunan kualitas udara diakibatkan dari gas buangan dan debu dari pengoperasian alat berat yang dihasilkan selama proses konstruksi. Kebisingan pun terjadi akibat dari pengoperasian alat berat. Selama proses konstruksi baik owner, konsultan dan kontraktor meminimalisasi kebisingan dengan mengontrol penggunaan dan pengetesan kebisingan. b. Hidrologi (drainase, potensi banjir/genangan, kualitas air) Dalam proses konstruksi, masalah drainase berupa genangan air dan banjir berupa lumpur terjadi pada konstruksi bored pile. Untuk menangani ketidaknyamanan ini, dilakukan pembersihan dengan penyemprotan dengan air bersih dan mengalirkannya ke saluran setempat. c. Tata ruang (penggunaan lahan, kepemilikan tanah, tata ruang) Design konstruksi untuk pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M tidak menggangu dan mengubah tata ruang yang telah ada, dikarenakan lebar dan luas jalur jalan layang sama dengan jalan eksisting yang telah ada dan Pier diletakan di trotoar, meskipun demikian tidak akan mengganggu pengguna trotoar. Perubahan tata ruang hanya terjadi pada lokasi ramp dan underpass. 1. Komponen Kesehatan Masyarakat Selama konstruksi sampai pierhead, keluhan masyarakat hanya terjadi pada masalah kebersihan yang tentunya akan menimbulkan bibit penyakit terutama yang

98

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

dibawa oleh vektor pembawa nyamuk. Oleh karena itu pemerintah setempah mengatasi dengan melakukan smoke dilingkungan sekitar proyek dan tentunya pihak pelaksana proyek pun selalu menjaga kebersihan yang ada. 2. Komponen Sarana dan Prasarana a. Timbulnya kemacetan lalu lintas Kemacetan selama proses konstruksi Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M tidak dapat dihindarkan terutama dalam jam pergi dan pulang kerja. b. Meningkatnya kecelakaan lalu lintas Kecelakaan lalu lintas yang terjadi berupa kelalaian dan ketidaksengajaan selama konstruksi, seperti jatuhnya kayu dari atas pier yang menimpa mobil dibawahnya, lecet kendaraan akibat terkena serpihan las, dan kelalaian pengemudi yang menabrak pembatas. Kontraktor telah meminimalkan kecelakaan dengan pengaturan lalu lintas yang dibantu oleh petugas K3LL. Aspek lingkungan yang sangat terganggu adalah lalu lintas. Lalu lintas yang terganggu menyebabkan terjadinya kemacetan, kecelakaan, dan ketidaknyamanan pemakai jalan. Dalam mengatasi ini, kontraktor telah melakukan traffic management yang baik, antara lain: Sosialisasi ke masyarakat (spanduk, selebaran, dll) Koordinasi dengan pihak terkait khususnya dinas perhubungan dan polisi lalu lintas Penambahan rambu-rambu peringatan Selama pekerjaan dipasang rubber cone, rambu peringatan, rambu arah, rambu petunjuk, pagar pengaman yang terpasangi lampu-lampu sehingga terlihat jelas pada malam hari. Setiap pelaksanaan pekerjaan ada petugas K3LL Mobilisasi alat berat dan pekerjaan yang menggunakan alat berat dilakukan pada jam-jam sepi kendaraan dan malam hari Perbaikan dan perawatan jalan eksisting selama proses konstruksi

99

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Gambar 8.2 Komponen dan Peralatan Traffic Management

BAB IX PENUTUP 9.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan langsung selama melakukan Kerja Praktek terhitung mulai dari tanggal 6 Juni 2011 hingga 26 Juli 2011 di proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M, berikut adalah poin- poin penting yang dapat disimpulkan: 1. Proyek pembangunan Jalan Layang Non Tol P.Antasari Blok M telah mencapai tahap pengecoran pier head P69 saat kegiatan kerja praktek selesai. Selain itu, tercatat PT. Modern Widya Technical mengalami selisih positif dalam pencapaian bobot. 2. Dalam bidang manajemen proyek, telah terjadi koordinasi yang baik. Semua pihak bekerja sesuai dengan deskripsi kerja masing-masing. Pengajuan request kerja, instruksi kerja untuk pekerjaan lapangan,

100

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

dan inspeksi pasca pengerjaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 3. Dari segi sumber daya proyek, alat-alat yang digunakan dalam proyek berfungsi dengan baik. Namun ada beberapa kerusakan alat yang terjadi antara lain mobile crane yang digunakan. Solusinya ialah menyewa mobile crane yang baru. Sumber daya proyek lain seperti sumber daya manusia, dalam hal ini pekerja lapangan sudah cukup efektif penempatannya. Perhitungan komposisi tenaga kerja telah dilakukan untuk setiap jenis pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan target waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Namun tetap saja ada beberapa kekurangan pada pekerja antara lain pelaksana struktur yang kurang peka terhadap kesalahan yang terjadi pada saat pembuatan bekisting side form sehingga bekisting yang ada harus direparasi. 4. Dari segi kualitas telah dilakukan quality control dengan baik. Material yang diguakan diuji pada beberapa laboratorium antara lain laboratorium Universitas Tarumanagara. 5. Berdasarkan hasil pengamatan, hal-hal yang menghambat proses konstruksi diantaranya: a. Keterlambatan produksi box girder yang dilakukan oleh pihak JHS selaku produsen. b. Tidak disetujuinya perihal metode jumlah pengangkatan tendon yang main beam oleh dalam konsultan sehingga menghambat terlaksananya pekerjaan ini. c. Kesalahan dibutuhkan pembuatan as built drawing oleh konsultan perencana. 1. Keterlambatan kedatangan concrete pump. 2. Kontraktor terkadang tidak mendapat bagia beton dari produsen beton (PT. Pionir Beton)

101

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

LAMPIRAN Tugas Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari Blok M

Design Conventional Formwork

102

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Asumsi awal: Jarak antar balok kayu horizontal Jarak antar balok kayu vertikal Jarak Tie Rod Dimensi balok kayu horizontal Dimensi balok kayu vertikal : 12,5 cm : 100 cm : 100 cm : 50/100 mm : 60/120 mm

beton = 2400 kg/m3

Balok Kayu Vertikal


Pembebanan q q=betonjarak kayu V jarak tie rod2 q=2400112=1200 kgm=12KNm Faktor pembebanan 1,4 DL = 16,8 KN/m

103

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Bending Stress ea a = tegangan izin kayu meranti (kelas II) = 85 kg/cm2 Pengecekan terhadap momen Momen ultimate = 18ql2=1816,812=2,1 KNm Karena kayu double maka Mu yang akan diterima masing2 kayu sebesar 1,05 KNm = 1050000 Nmm Sx=16bh2=1660120=144000 mm3 e=MuSx=1050000144000=7,3Nmm2=73kgcm2 ea 73 kg/cm2 85 kg/cm2 ok

Pengecekan Terhadap SNI Kayu Kayu meranti (KELAS II) Ew = 10.000 MPa Berdasarkan SNI Kayu Fb Cm Ct Sx Fb' M' b M'**b METODE SNI KAYU : 20 : 0.85 : 1 : 144000 : 17 : 2448000 : 0.6 : 0.85 : 1248480 MPa Balok Kayu T 380C mm3 MPa Nmm Faktor waktu 1,4D Faktor tahanan lentur M'**b Mu (OK!!!)

Nmm

Balok Kayu Horizontal


Pembebanan

q=24000,125x1=300 kgm=3KNm Faktor pembebanan 1,4DL = 4,2 KN/m Bending Stress ea a = tegangan izin kayu meranti (kelas II) = 85 kg/cm2 Pengecekan terhadap momen Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

104

Laporan Kerja Praktek Jalan Layang Non Tol Antasari-Blok M Paket Prapanca

Momen ultimate = 18ql2=184,212=0,525 KNm=525000 Nmm Sx=16bh2=1650100=83333,333 mm3 e=MuSx=52500083333,333=6,3Nmm2=63kgcm2 ea 63 kg/cm2 85 kg/cm2 ok

Pengecekan Terhadap SNI Kayu Kayu meranti (KELAS II) Ew = 10.000 MPa Berdasarkan SNI Kayu METODE SNI KAYU Fb : Cm : Ct : Sx : Fb' : M' : : b : M'**b : 20 MPa 0.85 1 83333.333 mm3 17 MPa 1416666.7 Nmm 0.6 0.85 722500 Nmm Faktor waktu 1,4D Faktor tahanan lentur M'**b Mu (OK!!!) Balok Kayu T 380C

105

Melky Suryawijaya-Wisnu Pratama Putra-Yushak Moningka

You might also like