You are on page 1of 18

PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN

(Tugas Terstruktur) Budidaya Tanaman Karet PPM 1504

Oleh

Achmad Fauzi Thaher 09722001 Annisa Nuraisah 09722005 Novia Rahmawati 09722018

PROGRAM STUDIPRODUKSI DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2011

I.

PENDAHULUAN

Produktivitas tanaman karet sangat ditentukan oleh kapasitas produksi tanaman dan hamparan, sedangkan kapasiatas produksi secara langsung dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaan tanaman. Oleh sebab itu, pemeliharaan memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas tanaman. Seperti halnya tanaman perkebunan pada umumnya. Tanaman karet yang tidak dipelihara dengan baik akan menghasilkan tanaman karet yang heterogen pertumbuhannya sehingga produktivitas pada areal tersebut menjadi rendah. Disamping itu, tanaman juga mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan sdalam ehingga matang sadap dicapaiwaktu yang lebih lama. Pemeliharaan tanaman yang baik hendaknya dilakukan sejak pertama kali tanaman dipindah kelapangan. Dalam makalah ini disajikan kegiatan

pemeliharaan tanaman karet pada fase tanaman belum menghasilkan (TBM). Pemeliharaan tanaman karet pada fase TBM dititikberatkan pada upaya mengoptimalkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama lilit batang untu mempercepat tercapainya matang sadap serta menyeragamkan pertumbuhan tanaman. Kegiatan pemeliharaan pada tanaman karet fase TBM yang akan dibahas pada makalah ini meliputi: 1). Penyulaman, 2). Pewiwilan, 3) Induksi Percabangan, 4). Penyiangan/Pengendalian Gulma, 5). Pemupukan, dan 6). Pengukuran lilit batang.

II.

PEMELIHARAAN TBM KARET

2.1

Penyisipan/penyulaman Penyisipan adalah tindakan penggantian tanaman karet yang mati dengan

bibit karet yang baru dengan tujuan untuk mempertahankan populasi tanaman dan tingkat keseragaman. Pemeriksaan tanaman dilakukan selama dua minggu sekali dalam kurun waktu tiga bulan. Tanaman yang mati sesegera mungkin disulam dengan bahan tanam dari klon yang sama dan relatif sama umurnya atau lebih tua dari tanaman yang disulam. Untuk memperoleh bahan tanaman yang seumur, haruslah disediakan bahan tanam dalam polibeg sebanyak maksimal 10% ketika menyiapkan bibitan. Selain bibit dalam polibeg, bahan tanam yang dapat digunakan untuk penyulaman adalah stum mini, stum tinggi, dan core stump (CS). Penggunaan bahan tanam tersebut disesuaikan berdasarkan umur tanaman utama. Jika tidak tersedia tanaman dalam polibeg, bahan tanaman disediakan di pembibitan dan disulamkan sebagai stum mini. Stum mini adalah bibit hasil okulasi yang tunas okulasinya ditumbuhkan di pembibitan selama 6-8 dibongkar. Stum mini memilki persentase kematian lebih rendah bila disbanding stum mata tidur. Stum mini hanya dapat disulamkan pada tahun pertama. Jika penyulaman masih harus dilakukan pada tahun kedua dan merupakan penyulaman terakhir, maka bahan penyulaman menggunakan stum tinggi atau bibit core stump (CS).

A. Penyisipan menggunakan stum tinggi Stum tinggi adalah bibit hasil okulasi yang ditumbuhkan di pembibitan selama 1 - 2,5 tahun sebelum pembongkaran. Di samping sebagai bahan tanam, stum tinggi dipakai juga sebagai bahan tanam penyisip untuk tanaman yang sudah berumur 2-3 tahun. Keuntungan penggunaan stum tinggi yaitu: masa tanaman belum menghasilkan lebih singkat (3 tahun) dan pertumbuhan lebih seragam, sehingga produksi pada awal penyadapan lebih tinggi. Kelemahan penggunaan stum tinggi yaitu : waktu penyiapan bahan tanam lebih lama, harga lebih mahal serta waktu penanaman harus bertepatan dengan musim hujan besar (Siagian, 2005). Stum tinggi diproduksi melalui pembibitan batang bawah yang dipersiapkan untuk menghasilkan stum okulasi mata tidur. Setelah pengokulasian, sebagian bibit hasil okulasi dibongkar dan disisakan sebagian untuk memproduksi stum tinggi. Pembongkaran sebagian bibit hasil okulasi dilakukan sedemikian rupa, sehingga bibit hasil okulasi yang tinggal di pembibitan yang diperuntukkan menjadi stum tinggi menjadi berjarak 90 cm x 90 cm. Jika pembibitan batang bawah khusus dibangun untuk produksi stum tinggi, jarak tanam di pembibitan adalah 90 cm x 90 cm. Pada setiap lobang ditanam dua kecambah dan akhirnya dipelihara satu yang terjagur. Pada umur 5-6 bulan dapat dilakukan okulasi hijau atau okulasi coklat pada umur selanjutnya. Bibit yang berhasil okulasinya diserong dan tunas okulasi yang tumbuh dipelihara sampai umur 1-2,5 tahun. Selanjutnya, batang ditunas dari tunas-tunas liar sampai ketinggian 2,4 m. Bahan tanam seperti ini siap untuk

dipindahkan ke lapangan (kebun produksi). Dalam pembongkaran stum tinggi, pada sebelah sisi pohon, tanah digali sedalam 50-60 cm. Penggalian lobang kedalam mengarah ke ujung akar. Dari lobang ini akar lateral dipotong, sehingga tinggal 5-10 cm, akar tunggang dipotong miring pada kedalaman 50-60 cm. Pemotongan akar tunggang dilakukan 4 minggu sebelum pencabutan bibit. Selanjutnya lobang ditutup tanpa memadatkan tanah. Kemudian pemenggalan batang dilakukan 2 minggu sebelum pencabutan bibit, pada ketinggian m, tepat 5 cm dibawah karangan mata daun. Pembongkaran stum tinggi dilakukan dengan menggali kembali tanah galian pertama dan selanjutnya bibit dibongkar secara hati-hati. Dalam pengangkutan bahan tanam stum tinggi, akar dan mata yang sudah membengkak sangat mudah mengalami kerusakan. Untuk mengatasi kerusakan tersebut, bagian pucuk stum dibungkus dengan gedebok pisang, sedangkan bagian akar dibungkus dengan goni basah. Dalam truk, stum tinggi disusun secara berlapis dan setiap lapisan dilapisi dengan daun-daunan. Dengan cara ini, dalam satu truk bisa diangkut sebanyak 150-200 stum tinggi. Dalam penanaman stum tinggi, ukuran lobang tanam pada umumnya adalah 80 x 80 x 80 cm, akan tetapi bisa juga digunakan ukuran lobang 60 x 60 x 40 cm, di mana pada bagian dasarnya diberi rongga sebesar ujung akar tunggangnya. Rongga ini berfungsi untuk tempat menancapkan batang agar batang dapat berdiri tegak. Rongga biasanya berbentuk kerucut. Penanaman stum tinggi harus pada puncak musim hujan. Pada saat penanaman, bagian bawah dibuat padat dengan cara menginjak tanah isian dan bila memungkinkan setelah selesai menanam dilakukan penyiraman. Setelah selesai penanaman, batang 2,7 3

diolesi dengan larutan kapur agar transpirasi berkurang. Pengapuran dilakukan sampai di bawah karangan payung daun terakhir. Kemudian ujung batang ditutup dengan daun alang-alang kering.

B. Penyisipan menggunakan core stump (CS) Bahan tanam Core Stump (CS) dihasilkan untuk mengatasi kelemahan stum tinggi. Bibit Core Stump merupakan stum tinggi, di mana pada saat pemindahan akar tanaman adalah utuh. Penggunaan CS sebagai bahan tanam belum berkembang di perkebunan di Indonesia. Hanya satu perusahaan besar swasta asing yang telah menggunakan CS secara besar-besaran dan menunjukkan keberhasilan yang cukup tinggi (Siagian, 2006). CS diproduksi dengan cara melakukan okulasi tanaman muda di polibeg. Setelah diperoleh tanaman polibeg satu payung daun, lalu ditanam di pembibitan CS dengan jarak 1,5 x 1 m (mata lima). Pada saat penanaman, dasar polibeg dipotong dan penanaman dilakukan mengikut sertakan dinding polibeg. Selama di pembibitan CS yaitu 1,5 s.d 2 tahun, pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian penyakit dan penunasan dilakukan sesuai anjuran. Bibit CS dapat dibongkar setelah terlebih dahulu dilakukan topping pada ketinggian 3 m atau pada batas tertinggi batang yang masih berwarna coklat. Ujung batang yang ditopping dioles TB 192 dan batang dioles dengan larutan kapur dinding. Seminggu setelah topping, bibit CS dibongkar mengikut sertakan akar yang masih terbungkus polibeg hitam. Pada saat pengangkutan, akar dibungkus goni plastik untuk menghindari pecahnya kolom tanah pada perakaran. Karena tunas sudah mulai membengkak,

pengangkutan dilakukan secara hati-hati dan bibit disusun berlapis. Tiap lapis di tutup dengan gedebog pisang untuk menghindari terjadinya gesekan antara tunas. Penanaman dilakukan sesegera mungkin, setelah bibit CS dibongkar.

2.2

Penunasan/Pewiwilan Penunasan adalah kegiatan membuang tunas palsu dan tunas cabang.

Tunas palsu adalah tunas yang tumbuh bukan dari mata okulasi. Tunas ini banyak dijumpai pada stum mata tidur, sedangkan pada bibitan dalam polibeg tunas palsu tersebut relatif kecil. Tunas palsu perlu dibuang supaya tanaman dalam satu blok dapat tumbuh seragam. Tunas palsu dapat menghambat tumbuhnya mata okulasi dan bahkan dapat menyebabkan mata okulasi tidak dapat tumbuh sama sekali. Pemotongan tunas palsu harus dilakukan sebelum tunas berkayu. Tujuan utama dari penunasan ini adalah untuk mendapatkan bidang sadap yang baik yaitu berbentuk bulat, lurus dan tegak. Sehingga prinsip pelaksanaan penunasan atau pewiwilan ini adalah dengan membuang tunas-tunas yang muncul pada ketinggian 2,5 3 meter diatas tanah. Karena pada ketinggian tersebut merupakan daerah bidang sapad yang harus dipelihara agar mendapatkan bidang sadap yang baik sesuai dengan tujuan utama dari penunasan. Dalam

pelaksanaannya pembuangan tunas harus dilakukan secepat mungkin jangan menunggu sampai berkayu karenadalam pemotongan akan menimbulkan bekas yang akan merusak bidang sadap. Untuk rotasi yang biasa dilakukan adalah 12 x pertahun, namun tidak menutup kemungkinan jika memang sudah ada tunas yang tumbuh pada daerah bidang sadap maka harus segera dilakukan penunasan, jadi rotasi tersebut tidak menjadi patotakan waktu pelaksanaan penunasan.

2.3

Induksi cabang (Branch Induction) Induksi percabangan adalah suatu kegiatan pemeliharaan TBM karet yang

bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan lilit batang tanaman sehingga waktu matang sadap bisa lebih cepat. Cara yang dilakukan adalahmelakukan perangsangan percabangan dan memodifikasi bentuk tajuk tanaman sehingga dengan demikian maka pertumbuhan tajuk tanaman akan semakin baik dan rimbun yang akan mengoptimalkan laju fotosintesis, dengan demikian pertumbuhan tanaman akan lebih optimal.

Perinsip pelaksanaan dalam kegiata induksi percabangan ini adalah melakukan perangsangan percabangan katika pada TBM karet tersebut pada Ketinggian 2.5-3 m dari pertautan okulasi tidak terdapat cabang. Jadi daerah perangsangan cabang dilakukan pada ketinggian 2,5-3 m dari pertautan okulasi.Untuk merangsang pertumbuhan cabang dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut a. Clipping Sebagian helaian daun pada payung teratas yang cukup tua (berumur 1,52 tahun) dipotong hingga tangkai daun, sehingga hanya menyisakan 3-4 helaian daun yang letaknya paling ujung saja. Dua-tiga minggu kemudian tunas cabang akan tumbuh. Pelihara cabang yang bertingkat, agar tanaman lebih kuat terhadap angin kencang dan serangan jamur upas. Cara pengguguran daun ini kurang efisien, sebab cabang yang terbentuk hanya sedikit sekali dan tingkat keberhasilannya hanya 55% saja.

b.

Melipat Daun Pucuk (folding) Bila sampai ketinggan 175cm tidak terbentuk cabang, maka titik tumbuh

batang ditutup dengan cabang meliputi daun bagian atas dan mengikatnya dengan karet. Pelipatan dilakukan bila semua daun pada paying teratas tersebut telah mengeras. Lipatan diperiksa setiap minggu pada musim penghujan atau setiap dua miggu pada musim kemarau. Bila tunas-tunas telah tumbuh, maka lipatan dibuka. Apabila tunas tidak tumbuh, penutupan titik tumbuh diulangi lagi pada payung berikutnya.

c.

Pemotongan Batang (topping) Apabila sampai pada ketinggian 3m tidak terbentuk cabang, maka

dilakukan pemotongan batang tanam (topping) pada ketinggian 310cm. cabang yang dihasilkan dibiarkan tumbuh dan tidak bertunas. Topping agar dilakukan pada musim penghujan. Jangan dilakukan pada musim kemarau. Selain system folding tersebut diatas, ada juga yang lebih baik, yaitu system utrimuing, yaitu daun muda yang baru muncul pada ketinggian diatas 175cm agar dipotong daunnya dengan setengah, kecuali pucuknya. Dengan system pruning dan branch induction maka pertambahan girth (lingkar batang) akan cepat, sehingga dapat cepat dideres, yang berarti mempersingkat masa TBM (tanaman belum menghasilkan) selain itu mencegah pokok doyong atau tumbang. Hal tersebut berarti penghematan biaya dan cepat mendapatkan produksi. Biasanya untuk budgraft umur 4 - 4,5 tahun sudah dapat dideres.

2.4 Pengendalian gulma TBM Masalah gulma di perkebunan karet merupakan masalah serius karena mengakibatkan terjadinya persaingan dalam penyerapan unsur hara. Di samping itu, juga ada beberapa jenis gulma yang bisa mengeluarkan zat penghambat pertumbuhan seperti zat alelopati pada gulma alang-alang (Imperata cylindrica, sehingga tanaman terhambat dan menjelang waktu penyadapan produksinya rendah. Gulma juga dapat menjadi tanaman inang (host plant) dari hama dan penyakit tanaman. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan. Jenis-jenis gulma pada TBM karet adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Cyperus spp Ageratum conyzoides Imperata cylindrica Otochloa nodosa,

Pada tanaman belum menghasilkan (TBM) terutama tahun pertama sampai tahun ketiga, tanah masih terbuka sehingga gulma, seperti alang-alang, Mekania, Eupatorium, dan lain-lain, tumbuh subur dan cepat. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan agar tanaman karet dapat tumbuh subur dan dapat mencapai produksi optimal. Untuk mencapai hal tersebut, penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan umur tanaman. Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang dibebaskan dari gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang dibebaskan dari gulma adalah daerah satu meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman. Dengan cara demikian, maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan

penyadapan dapat dilakukan dengan mudah. Pada masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan cara manual, yaitu dengan mencabut atau membersihkan gulma secara langsung dengan tangan atau kored. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang melilit batang karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya dilakukan secukupnya saja. Selain itu, Pengendalian gulma pada tanaman yang belum menghasilkan juga dilakukan dengan cara penanaman tanaman penutup tanah, pemeliharaan piringan atau jalur tanaman, dan pemeliharaan gawangan tanaman (Mangoensoekarjo, 1983):

1.

Piringan Tanaman Piringan tanaman dengan jari-jari 0,5 1,0 m agar selalu bersih dari gulma

atau penutupan tanah oleh gulma maksimum 30%. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual atau kimiawi. a. Penyiangan secara manual yakni dengan mencabur atau menggunakan kored/cangkul, dilakukan sebulan sekali atau tergantung pada perkembangan gulma. Arah penyiangan dibuat silih berganti. Penyiangan I menjauhi batang tanaman sedangkan penyiangan ke II menuju batang tanaman, demikian selanjutnya. Hal ini juga berlaku pada penyiangan jalur tanaman untuk menghindarkan terjadinya pencekungan tanah sekeliling pangkal batang. b. Pengendalian secara kimiawi yakni dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan adalah Paracol 1,5/lt/ha, Ustinex SP 2,0/2,0 kg/ha, masingmasing dalam 600 liter air, penyemprotan dilakukan dua kali berselang dua minggu, penyemprotan selanjutnya disesuaikan dengan

perkembangan gulma. Menjelang tanaman mulai menghasilkan, kebun yang penyiangannya hanya pada piringan diubah menjadi penyiangan jalur atau dibuat jalan panen selebar satu meter.

2. a.

Gawangan Tanaman Penanaman tanaman penutup tanah kacangan (PTK). Setelah pengolahan tanah atau pembukaan lahan selesai segera dilakukan

pengajiran. Penanaman PTK dilakukan setelah pengajiran diupayakan satu tahun sebelum penanaman karet atau paling lambat bersamaan dengan penanaman karet. PTK ditanam 1,5-2,0 meter dari ajir atau barisan tanaman dalam 4 baris. Kacangan yang digunakan adalah:

Campuran konvensional yaitu Centrosema pubesncens, Calpogonium mucunoides dan Pueraria javanica dengan perbandingan 2:2:1.

Penanaman dilakukan denganmenugal sedalam kurang lebih 5 cm. Dalam satu lubang diisi 3-5 butir biji,kemudian ditutup dengan tanah. Jarak dalam barisan 40-50 cm atau didedersepanjang larikan. Capologonium caeruleum, ditanam di lapangan dengan bibit dalam polybag yang berasal dari biji maupun stek. Bibit yang berasal dari biji lebih dahulu dikecambahkan kemudian dipindahkan ke pembibitan dalam polybag. Bibit yang berasal dari stek, stek diambil 2 ruas dari tanaman yang cukup tua dan sudah ada tumbuh akarnya, ditanam dalam polybag. Setelah 3-4 minggu bibit dapat dipindahkan ke lapangan, jarak tanam dalam barisan 1 m. tiap lubang tanaman diberi pupuk 3 gram rock phospate. Penanaman dapat dilakukan pada awal musim hujan atau akhir

msim kemarau. Gulma yang tumbuh diantara PTK harus dikendalikan dengan mencabut atau menggunakan kored agar tidak mengganggu pertumbuhan PTK.

b.

Penanaman Tanaman Sela Pada gawangan yang tidak ditanami PTK sebaiknya ditanami tanaman sela

seperti jagung, padi, kacang tanah, kedelai, dan sebagainya. Tanaman sela akan membantu pendapatan petani dan sekaligus mendorong petani untuk melakukan pemeliharaan tanaman. Bila ditanami tanaman sela maka jarak antara tanaman sela dengan tanaman karet minimal 1 meter. Tanaman sela diberi pupuk yang cukup. Penanaman tanaman sela diupayakan sepanjang tahun dengan menanam tanaman yang sesuai dengan musimnya, seperti penanaman padi, jagung pada musim hujan dan kedelai, kacang uci pada musim kemarau. Dengan demikian tanaman terpelihara sepanjang tahun.

c. Gawangan yang Tidak Ditanami Pada gawangan yang tidak ditanami, gulma berkayu didongkel, gulma berbahaya diberantas, sedangkan gulma lainnya dibabat setinggi 30 cm. Pembabatan dilakukan 1,5- 2,0 bulan sekali.

2.5 Pemupukan Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P dan K dengan dosis sesuai anjuran daerah setempat.Dosis pupuk bagi TBM karet disajikan pada Tabel di bawah ini.

1.

Dosis Pupuk TBM Karet

Umur(tahun) 1 Aplikasi keI II III IV Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah I II Jumlah I II Jumlah

PUPUK Letak(Cm) Urea(g/ph) SP 36(g/ph) KCL (g/ph) 20 20 20 10 s/d 30 30 20 20 10 s/d 30 40 30 30 20 s/d 50 50 50 50 20 s/d 50 140 120 120 50 50 50 30 s/d 75 75 50 50 30 s/d 75 75 50 50 30 s/d 75 75 75 75 30 s/d 75 275 225 225 75 75 75 30 s/d 100 100 75 75 30 s/d 100 100 75 75 30 s/d 100 100 75 75 30 s/d 100 375 300 300 200 150 150 50 s/d 150 200 150 150 50 s/d 150 400 300 300 225 150 150 50 s/d 150 225 150 150 50 s/d 150 450 300 300 -

untuk mengeifisiensikan pemupukan yang dilakukan selain dengan penyiangan maka harus juga memperhatikan hal-hal berikut: 2. Tepat dosis Produktivitas TM berkorelasi positif dengan kecepatan pertumbuhan TBM. Untuk itu pemupukan TBM karet perlu diberikan dosis maksimal apabila TBM tidak deberikan pupuk secara maksimal pertumbuhan akan terlambat. Kelambatan pertumbuhan tidak mungkin terkejar apalagi setelah tanaman berumur lebih dari 3 tahun.

3.

Tepat Jenis Pemilihan jenis pupuk ditentukan oleh : 1) daya guna pupuk, (2) harga per

unit hara, (3) kemudahan pengadaan, (4) kemudahan aplikasi dan , (5) resiko pencemaran.Pada TBM karet dibawah umur 3 tahun diperlukan pupuk P yang mudah larut, misalnya TSP. Untuk tanah dipedalaman atau pegunungan digunakan menggunakan ZA, karena resiko kehilangan unsur N lebih kecil dibandingkan urea. Untuk tanah yang terletak dekat dengan pantai dapat menggunakan berbagai jenis pupuk N tergantung harga per unit unsur N. 4. Tepat Waktu Saat pemupukan terbaik pada saat ketika tanaman memberikan respon paling tinggi dan lengas tanah cukup lembab. Respon tertinggi adalah pada saat mulai membentuk daun baru. Penyerapan unsur N terbaik, ketika pembentukan daun baru sampai lima bulan sesudahnya.Pada TBM dianjurkan memumpuk menjelang pembentukan kuncup daun baru agar dapat mendorong pertumbuhan aktif. 5. Tepat frekuensi Pada TBM umur kurang dari 3 tahun, frekuensi pemupukan disarankan minimal 4 kali/tahun. Untuk tanaman yang berumur 4 tahun sampai dengan fase TM frejuensi pemupukan minimal 2 kali/tahun. 6. Tepat letak Pemberian pupuk yang efektif terjadi pada kondisi atau lokasi perakaran rambut terbanyak. Pada TBM, perakaran rambut terbanyak dekat batang semakin lama semakin jauh, mengikuti perkembangan tajuk.Pada areal berteras, perakaran

rambut terbanyak di bibir teras, tetapi tempat ini peka erosi. Untuk itu letak pemberian pupuk disarankan di teras. 7. Tepat Cara Pupuk dapat diberiakn dengan cara ditabur atau cara dibenam. Dasar pertimbangan ini adalah biyaa aplikasi, jumlah tenaga kerja dan resiko kehilangan unsur hara.Pemupukan dengan cara ditabur, kehilangan hara sekitar 30 %. Dengan Cara dibenam sedalam 2 cm dari permukaan tanah, kehilangan hara sekitar 2 %.

2. Gejala defisiensi Unsur Hara

a. Gejala Defisiensi N Jika kekurangan N maka pertumbuhan tanaman akan terhambat yaitu tanaman akan kerdil, kemudian pertumbuhan akar terbatas dan daun-daun pada TBM akan menguning dan gugur. b. Gejala Defisiensi P Pertumbuhan terhambat/kerdil, akibat pembelahan sel tergangguDaundaun menjadi ungui atau coklat mulai dari ujung daun, gejala visula ini terlihat jelas pada TBM karet yag kekurangan P. c. Gejala Defisiensi K Unsur K dalam tanaman bersifat mobil, sehingga gejala kekurangan K akan tampak jelas pada daun-daun tua. Daun-daun muda memanfaatkan K

dengan menyedot dari daun tua.Pinggir daun berwarna coklat, mulai dari daun tua.

2.6 Pengukuran Lilit Batang Pengukuran lilit batang dilakukan untuk melihat perkembangan

pertumbuhan tanaman dan terutama untuk menentukan waktu matang sadap. Pengukuran ini secara rutin dilakukan 6 bulan sekali pada semua tanaman yang ada di lapangan. Dengan dilakukannya pengukuran lilit batang ini dapat dipersiapkan jumlah peralatan dan tenaga kerja penyadap yang diperlukan. Secara umum setiap tahun lilit batang tanaman karet akan bertambah antara 10 sampai 12 cm. Tanaman karet baru dapat disadap jika (1) lilit batangnya pada ketinggian 1 m dari pertautan lebih besar atau sama dengan 45 cm dan (2) 60% dari populasi.

DAFTAR PUSTAKA

Mangoensoekarjo S, Balai Penelitian Perkebunan, Medan. 1983. Gulma dan Cara Pengendalian Pada Budidaya Perkebunan. Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Purwito. 1977. Pedoman Bercocok Tanam Karet. Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto. Setyamidjaja Djoehana. 1983. Karet: Budidaya dan Pengolahan. Cv. Yasaguna. Jakarta.

You might also like