You are on page 1of 18

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR TENTANG DAMPAK PEMANASAN GLOBAL TERHADAP PERTANIAN DI INDONESIA

Oleh; IMAM SYAFI I/06360082

JURUSAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG DESEMBER 2011

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb. Bismillahirrahmanirrohim Segala puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan segala nikmat kesehatan dan kemampuan unutk menyelesaikan tugas wajib makalah Ilmu Alamiah Dasar ini tentang Dampak Pemanasan Global bagi Pertanian di Indonesia. Sholawat serta salam senantiasa terhubungkan kepada junjungan nabi besar Muhammad saw sebagai pembawa risalah kehidupan berupa Dhinul Islam. Terima kasih penyusun sampaikan kepada pembimbing mata-kuliah, ibu Lili Zalizar, yang telah membimbing penyusun selama satu semester mengikuti mata-kuliah ini. Penyusun akui bahwa keterlambatan penyusunan makalah ini disebabkan ekspektasi yang besar terhadap makalah ini tetapi tidak diimbangi dengan pengkajian yang mendalam dan menyeluruh (holistik). Terima kasih juga penyusun ucapkan kepada petugas perpustakaan UMM yang telah memberikan ijin untuk mengakses data dan buku melebihi kapasitas peminjaman dan batas waktu peminjaman sehingga sangat membantu penyusun untuk cepat menyelesaikan makalah ini. Akhirnya penyusun hanya bisa mengucapkan syukur yang dan appresiasi yang besar pula kepada pembimbing mata kuliah ini, semoga selama membimbing penyusun, segala kekurangan dapat dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya, dan penyusun berharap agar tetap diberikan kesempatan untuk berkonsultasi seputar Ilmu Alamiah Dasar di kemudian hari. Dengan segala kekurangan yang ada dalam makalah ini, semoga menjadi bahan pembelajaran bagi penyusun untuk berimprovisasi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kiranya makalah ini akan sangat banyak kekurangan, maka dari itu penyusun sadar untuk menghalalkan kritik dan saran terhadap makalah ini. Akhir kalam penyusun ucapkan wassalamualaikum wr wb. penyusun

Daftar Isi
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i BAB I ............................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1 Identifikasi Masalah ................................................................................................... 2 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2 Manfaat Penulisan. ..................................................................................................... 2 Kata kunci; ................................................................................................................. 3 BAB II ........................................................................................................................... 4 PEMBAHASAN ............................................................................................................ 4 Pemanasan Global ...................................................................................................... 4 Penyebab pemanasan global.................................................................................... 5 Dampak pemanasan global ..................................................................................... 8 Iklim di Indonesia ..................................................................................................... 10 Perubahan Iklim di Indonesia ................................................................................ 11 Dampak Perubahan Iklim Bagi Pertanian. ............................................................. 12 Ancaman Produksi Pangan ....................................................................................... 13 BAB III ........................................................................................................................ 14 PENUTUP ................................................................................................................... 14 Kesimpulan .............................................................................................................. 14 Saran ........................................................................................................................ 14 Daftar Pustaka .............................................................................................................. 15

ii

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan sebutan negara agraris, negara sebagai penghasil bahan pangan yang melimpah ruah harus menghadapi tantangan keras pemanasan global. Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC)1. Sedikitnya ada lima fakta yang menyebabkan pemanasan Global2; a. Mencairnya Es di kutub utara dan Selatan. b. Meningkatnya level permukaan laut. c. Perubahan iklim/ cuaca yang semakin ekstrim. d. Gelombang panas menjadi semakin ganas. e. Habisnya gletser sumber air bersih di dunia. Dari ke lima fakta tersebut, dampak yang langsung mempengaruhi pertanian di Indonesia adalah perubahan iklim yang semakin ekstrim. Laporan terbaru 2 Januari 2012 tentang hasil pertanian yang dikutip langsung dari antara news.com 3, menteri pertanian melaporkan bahwa ada penurunan hasil panen pertanian yang secara positif di pengaruhi oleh perubahan cuaca yang sangat ekstrim. Mengutip Direktur Pengairan Departemen Pertanian Terkait dengan pemanasan global, Gatot Irianto mengatakan;

1 2

http://pemanasanglobal.net/faq/apa-itu-pemanasan-global.htm http://pemanasanglobal.net/faq/apa-dampak-dari-pemanasan-global.htm 3 http://www.antaranews.com/berita/291071/produksi-pertanian-2011-turun

Indonesia malah termasuk dalam korban perubahan iklim global. Indonesia terkena dampak dari pemanasan global seperti kekeringan dan banjir yang terjadi selama ini. Saat kemarau akan mengalami kekeringan yang hebat, sedangkan saat musim hujan akan terjadi banjir besar. Di samping itu hutan yang ada karena kekeringan, sebagai dampak pemanasan global, menjadi sensitif terhadap kebakaran4. Hal ini juga diperkuat hasil studi yang sudah ada menunjukkan produktivitas padi di China akan menurun 5-12 persen apabila suhu mengalami kenaikan 3,6 derajat Celsius. Kasus yang sama juga akan terjadi di Banglades. Produksi beras di negeri itu akan turun sekitar 10 persen. Produksi gandum di Banglades akan turun sepertiganya pada 2050 dibandingkan dengan produksi saat ini jika kenaikan suhu itu terjadi5. Maka itu semua, penting untuk mengkaji lebih lanjut tentang dampak serta akibat yang dihasilkan global warming terhadap pertanian agar dapat mengambil langkah tepat penanganan. Identifikasi Masalah Dari pemaparan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi masalah dalam tulisan ini menjadi; a. Apa dampak pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia? Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia. Di samping itu, makalah ini berusaha untuk memaparkan beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan dalam memahami dampak tersebut. Manfaat Penulisan. Pemapamaran makalah ini memiliki beberapa signifikansi, antara lain;

4 5

Ibid; dikutip dari alamat yang sama. ibid

a. Bagi mahasiswa: mahasiswa memiliki pengetahuan tentang dampak pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia serta dapat

mengidentifikasi sebab-akibat dari fenomena ini. b. Bagi Akademisi dan dosen: akademisi dan dosen diharapkan mendapatkan informasi terbarukan seputar pemanasan global dan dampak yang dihasilkan. Disamping mereka dapat memberikan koreksi dan komentar terhadap pemaparan makalah ini. Kata kunci; - Pemanasan Global

: adalah indikasi naiknya suhu muka bumi secara

global (meluas dalam radius ribuan kilometer) terhadap normal/rata-rata catatan pada kurun waktu standard (ukuran Badan Meteorologi Dunia/WMO: minimal 30 tahun) 6. Pertanian : adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya

hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya7.

6 7

Agus, W. P. Pemanasan/ Perubahan Iklim Global dan Dampaknya di Indonesia. Komtek Sains Dasar dan BMKG, hal.1 http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian

BAB II PEMBAHASAN
Pemanasan Global
Pemanasan global atau Global Warming adalah suatu proses

meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 C (2.0 hingga 11.5 F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahanperubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.

Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Penyebab pemanasan global Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu

rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 C (59 F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer. Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif

(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan

sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca. Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Frhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis
Dampak pemanasan global Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.

Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.
Peningkatan Permukaan Air Laut

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan 88 cm (4 - 35 inchi)

para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai

muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
Suhu global cenderung meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Iklim di Indonesia
Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaannya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. 1. Iklim Musim (Iklim Muson) Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup

10

sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau. 2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas) Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika. 3. Iklim Laut Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi8.
Perubahan Iklim di Indonesia

Sebagai sebuah fenomena global, dampak pemanasan global dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara kepulauan, menempatkan Indonesia dalam kondisi yang rentan menghadapi terjadinya pemanasan global. Sebagai akibat terjadinya pemanasan global, Indonesia akan menghadapi peristiwa : Pertama, Kenaikan temperatur global, menyebabkan mencairnya es di kutub utara dan selatan, sehingga mengakibatkan terjadinya pemuaian massa air laut, dan kenaikan permukaan air laut. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang, serta terjadinya pemutihan terumbu karang (coral bleaching), dan punahnya berbagai jenis ikan. Selain itu, naiknya permukaan air laut akan mengakibatkan pulau-pulau kecil dan daerah landai di Indonesia akan hilang. Ancaman lain yang dihadapi masyarakat yaitu memburuknya kualitas air
8

www.livescience.com

11

tanah, sebagai akibat dari masuknya atau merembesnya air laut, serta infrastruktur perkotaan yang mengalami kerusakan, sebagai akibat tergenang oleh air laut. Kedua, Pergeseran musim sebagai akibat dari adanya perubahan pola curah hujan. Perubahan iklim mengakibatkan intensitas hujan yang tinggi pada periode yang singkat serta musim kemarau yang panjang. Di beberapa tempat terjadi peningkatan curah hujan sehingga meningkatkan peluang terjadinya banjir dan tanah longsor, sementara di tempat lain terjadi penurunan curah hujan yang berpotensi menimbulkan kekeringan. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) akan terjadi perbedaan tingkat air pasang dan surut yang makin tajam. Hal ini mengakibatkan meningkatnya kekerapan terjadinya banjir atau kekeringan. Kondisi ini akan semakin parah apabila daya tampung badan sungai atau waduk tidak terpelihara akibat erosi. Pertanian. Pada umumnya, semua bentuk sistem pertanian sensitif terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim berakibat pada pergeseran musim dan perubahan pola curah hujan. Hal tersebut berdampak pada pola pertanian, misalnya keterlambatan musim tanam atau panen, kegagalan penanaman, atau panen karena banjir, tanah longsor dan kekeringan. Sehingga akan terjadi penurunan produksi pangan di Indonesia. Singkatnya, perubahan iklim akan mempengaruhi ketahanan pangan nasional9.
Dampak Perubahan Iklim Bagi Pertanian.

World Bank (2007) melaporkan rata-rata ke-naikan suhu per tahun sebesar 0.3 derajat celsius. Pada tahun 1998 terjadi kenaikan suhu yang luar biasa mencapai 1 derajat celsius. Indonesia diprediksi akan me-ngalami lebih banyak hujan dengan perubahan 2-3 persen per tahun10. Intensitas hujan akan meningkat, namun jumlah hari hujan akan semakin pendek. Dampak yang nyata adalah meningkatnya risiko banjir. Secara umum, perubahan cuaca akan memicu kemarau panjang dan penurunan kesuburan tanah. Hal ini akan mempengaruhui

10

http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1582--penyebab-pemanasan-global-pada-bumi.html http://aa-pemanasanglobal.blogspot.com/2009/05/adaptasi-pertanian-dalam-pemanasan.html

12

kelangsungan produksi pangan secara nasional. Pemanasan global juga mengandung resiko yang besar akan kegegalan panen dan kematian hewan ternak. Perubahan iklim akan mempengaruhi hasil panen yang kemungkinan besar akan berkurang disebabkan oleh semakin keringnya lahan akibat musim kemarau yang lebih panjang. Pada skala yang ekstrem, berkurangnya hasil panen dapat mengancam ketahanan pangan. Selain itu, kebutuhan irigasi pertanian juga akan semakin meningkat namun disaat yang sama terjadi kekurangan air bersih karena mencairnya es di kutub yang menyebabkan berkurangnya cadangan air bersih dunia. Hal ini dapat berujung pada kegagalan panen berkepanjangan yang juga menyebabkan pasokan pangan menjadi sangat tidak pasti. Ancaman Produksi Pangan Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek, meningkatnya siklus anomali musim kering dan hujan dan berkurangnya kelembaban tanah akan menganggu sektor pertanian. Global warming mempengaruhi pola presipitasi, evaporasi, water run-off, kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif yang secara keseluruhan mengancam keberhasilan produksi pangan. Kajian terkait dampak perubahan iklim pada bidang pertanian oleh National Academy of Science/NAS (2007) menunjukkan bahwa pertanian di Indonesia telah dipengaruhi secara nyata oleh adanya variasi hujan tahunan dan antar tahun yang disebabkan oleh AustralAsia Monsoon and El Nino-Southern Oscilation (ENSO)11.

11

http://aa-pemanasanglobal.blogspot.com/2009/05/adaptasi-pertanian-dalam-pemanasan.html

13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Pemanasan global telah menyebabkan iklim mulai tidak stabil, peningkatan air laut, suhu global cenderung meningkat. Ketiga hal tersebut telah membuat sektor pertanian di Indonesia mengalami penurunan produksi. Faktor yang disebabkan perubahan iklim telah membuat pola bercocok tanam berubah yang tidak di ikuti dengan adaptasi para petani di Indonesia. Sedang suhu global yang meningkat telah memicu sejumlah daerah mengalami kekeringan lahan. Pemanasan global yang di akibatkan oleh efek rumah kaca berpengeruh besar dalam perubahan iklim di Indonesia. Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek serta meningkatnya siklus anomali musim kering dan hujan dan berkurangnya kelembaban tanah. Disamping itu, pola presipitasi, evaporasi, water run-off, kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif yang secara keseluruhan mengancam keberhasilan produksi pangan.

Saran
Penghijauan harus terus digalakkan untuk mereduksi pemanasan global. Seperti yang kita ketahui, bahwa tumbuhan dapat mengikat CO2 yang mana hal ini dapat mereduksi pemanasan global karena salah satu zat penyebab terjadinya Pemanasan Global adalah CO2.

14

Daftar Pustaka
Agus, W. P. Pemanasan/ Perubahan Iklim Global dan Dampaknya di Indonesia. Komtek Sains Dasar dan BMKG. Bastaman, H. Revitalisasi Pembangunan Lingkungan Pertanian Menghadapi Global Warming. Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kementrian Negara Lingkungan Hidup. Radjagukguk, R. Pertanian Berkelanjutan dan Pemanasan Global. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada Las, I dan Surmaini, E. Perlunya Pengembangan Teknologi Pertanian untuk MEnekan Pemanasan Global. Badan Litbang pertanian. Kementrian Pertanian.

http://pemanasanglobal.net/faq/apa-itu-pemanasan-global.htm http://pemanasanglobal.net/faq/apa-dampak-dari-pemanasan-global.htm http://www.antaranews.com/berita/291071/produksi-pertanian-2011-turun http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1582--penyebabpemanasan-global-pada-bumi.html http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian www.livescience.com http://aa-pemanasanglobal.blogspot.com/2009/05/adaptasi-pertanian-dalampemanasan.html http://aa-pemanasanglobal.blogspot.com/2009/05/adaptasi-pertanian-dalampemanasan.html http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global#Dampak_pemanasan_global

15

You might also like