You are on page 1of 15

PENGERTIAN BETON Beton adalah suatu massa yang terjadi dari campuran semen, agregat kasar, agregat halus,

air dan bahan tambahan dengan perbandingan tertentu. Setiap bahan campuran ini memiliki fungsinya masing masing yaitu semen sebagai bahan perekat, agregat sebagai bahan pengisi, dan air sebagai bahan pencampur yang bias menghomogenkan bahan bahan tersebut. Untuk mencapai tujuan tertentu, kadang kadang digunakan bahan tambah (addminsture) misalnya bahan untuk mempercepat pengerasan beton, dimana tujuannya adalah untuk mempersingkat waktu perawatan beton dan cetakan beton lebih cepat dibongkar. Jadi dengan demikian secara skematis beton dapat digambarkan : Beton dapat diklasifikasikan ,yaitu : y y Beton non structural : Beton yang dibuat dengan mencampurkan semen, agregat, dan air, serta bahan tambah bila diperlukan. Contoh : jalan setapak. Beton structural : Beton yang terdiri dari semen, agregat, air dan besi beton atau baja tulangan, serta bahan tambah bila diperlukan. Contoh : jembatan.

Berdasarkan berat jenisnya, beton dapat dibagi atas: y y Beton ringan: Beton yang mempunyai berat jenis volume setelah jadi beton 2000 Beton normal: Beton yang mempunyai berat jenis volume setelah jadi beton antara 2200 - 2500 y Beton berat : Beton yang mempunyai berat volume setelah jadi beton >2800

SIFAT SIFAT UMUM BETON Pada umumnya beton terdiri dari 15% semen, 8% air, 3% udara, dan sisanya adalah agregat. Setelah mengeras campuran tersebut akan mempunyai sifat yang berbeda-beda, tergantung cara pembuatannya. Perbandingan campuran, cara mengangkut, cara mencetak atau mengecor, cara memadatkan, cara merawat, akan sangat berpengaruh terhadap sifat- sifat beton yang akan dihasilkan. Sifat- sifat beton yaitu: 1. Kemampuan Dikerjakan (workability) Bahan bahan beton setelah diaduk bersama menghasilkan adukan beton yang sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut, dicetak atau dicor, dan dipadatkan menurut tujuan pekerjaan tanpa terjadi perubahanyang menimbulkan kesukaran dalam pengerjaan dan penurunan mutu. Sifat mutu mampu dikerjakan tergantung dari sifat bahan, perbandingan campuran, cara pengadukan dan jumlah air yang digunakan. Dengan kata lain sifat mudah dikerjakan pada beton dipengaruhi oleh:  Konsistensi Portland cemen  Mobilitas  Perlawanan terhadap pemisahan bahan-bahan: - Segregasi : pemisahan agregat halus dan agregat kasar. - Bleding : pemisahan adukan dan air.  Sifat saling lekat,yang berarti bahan-bahan penyusunnya tidak akan terpisah sehingga pengerjaan mudah dilakukan. Unsur unsur yang mempengaruhi sifat mudah dikerjakan, yaitu: Banyaknya air yang digunakan pada pengadukan beton. Penambahan semen pada adukan beton. Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus, dimana distribusi butiran diharapkan dapat mengisi satiap rongga butiran yang ada. Pemakaian butiran yang bulat akan lebih mudah pengerjaannya,serta perbandingan ukuran butiran besar dan kecil. Menggunakan alat pemadat atau penggetar (vibrator) 2. Sifat Tahan Lama Sifat tahan lama merupakan sifat dimana beton tahan terhadap pengaruh luar selama masa pemakaian. Sifat tahan lama pada beton dapat dibedakan atas: y Tahan terhadap cuaca y Tahan terhadap pengaruh zat kimia y Tahan terhadap erosi

3. Kedap Air Beton pada umumnya diukur terhadap kemampuan menahan beban atau kuat tekan untuk keadaan tetentu, misalnya pekerjaan beton yang berhubungan dengan air, maka sifat kedap air jauh lebih penting dibanding kuat tekannya. Contoh pekerjaan beton yang berhubungan dengan air yaitu bak penampunga air dan kolam renang. Ada beberapa factor yang mempengaruhi sifat kedap air pada beton, yaitu:  Mutu dan porositas agreget  Umur beton gradasi / distribusi butiran agregat  perawatan 4. Kekuatan Beton Sifat ini merupakan sifat utama beton karena beton selalu diukur pada kekuatan tekannya. Secara umum kekuatan beton dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: y Perbandingan air dan semen y Kepadatan Beton dengan factor air semen yang kecil sampai pada jumlah air yang cukup untuk proses hidrasi semen sempurna dan dapat dipadatkan dengan baik akan menghasilkan kekuatan beton optimal. Untuk mencapai kepadatan dan proses hidrasi yang sempurna ada beberapa hal yang mempengruhi,yaitu: y y Keadaan selama terjadi pengerasan, dimana harus cukup air untuk proses hidrasi semen. Waktu perawatan untuk mencapai pengerasan minimal 4 minggu atau 28 hari,kalau tidak menggunakan bahan tambah.

MUTU BETON
Mutu beton adalah ukuran kekuatan dari suatu beton yang akan dibuat. Seperti yang telah dijelaskan bahwa beton selalu diukur terhadap kekuatan tekan yang akan dihasilkan, yang merupakan sifat utama pada beton. Berdasarkan mutunya, beton dibagi atas 3 kelas, yaitu: a. Kelas I, yaitu beton yang mempunyai mutu Bo (beton yang mempunyai kekuatan tekan karakteristik fc 100 ) ) dan B1 (beton yang mempunyai kekuatan tekan karakteristik fc > 100

b. Kelas II Yaitu beton yang mempunyai mutu kekuatan karakteristik fc > 125 . Untuk beton

kelas II kekuatan tekannya biasanya diberi symbol (K) dan diikuti angka kekuatan tekan karakteristiknya. Yang termasuk beton kelas II adalah (K-125), (K -175), (K-225). c. Kelas III Yaitu beton yang mempunyai kekuatan tekan karakteristik fc 250 beton yang demikian biasanya digunakan untuk pekerjaan structural. . Untuk mutu

1 MPa = 1

= 10

grafitasi = 10 atau 9,81

Kekuatan tekan karakter adalah kekuatan yang diperoleh dari sejumlah benda uji dengan kemungkinan yang tidak memenuhi syarat / menyimpang sebesar 5%. Kekuatan tekan karakteristik. Kekuatan tekan karakteristik dapat dihitung dengan persamaan : f c = fcr 1,64 Sr jika Sr 4 MPa f c = fcr (2,64 Sr 4) jika Sr > 4 MPa Dimana : f c = kekuatan tekan karakteristik    

fcr = kekuatan tekan rata-rata dari sejumlah benda uji

Sr = defiasi standard

Kekuatan tekan rata-rata dihitung dengan persamaan : fcr = Dimana : fcr = kuat tekan rata-rata

fc = kuat tekan masing masing benda uji n = jumlah benda uji (30 buah)

Sedangkan deviasi standard dapat dihitung dengan anggapan bahwa hasil kuat tekan yang diperoleh menyebar normal dan kemungkinan yang menyimpan hanya 5%. Defiasi standard dapat dihitung dengan: Sr = Dimana : Sr = Deviasi standard

fc = Kuat tekan benda uji

fcr = Kuat tekan rata-rata n = Jumlah benda uji (buah) Untuk fc dapat dihitung dengan persamaan : fc = Dimana : fc = Kuat tekan P = Besarnya beban (kg) A = Luas penampang

Jika jumlah data hasil pengujian, maka dilakukan koreksi terhadap deviasi standard dengan suatu factor perkalian seperti tabel berikut: Jumlah Benda Uji Faktor Perkalian 30 1,00 25 1,03 20 1,08 15 1,16 < 15 Tidak Boleh

Nilai deviasi standard, dapat juga ditentukan berdasarkan volume pekerjaan yang dibedakan atas volume kecil, sedang, besar, dan atas dasar mutu pelaksanaan: Baik sekali, baik, dan cukup. Seperti Tabel Deviasi Standard VOLUME PEKERJAAN Ukuran Satuan Kecil <1000 Sedang 1000-3000 Besar >3000 berdasarkan volume pekerjaan. MUTU PELAKSANAAN Baik 55 < Sr < 65 45 < Sr < 55 35 < Sr < 45

Baik Sekali 45 < Sr <55 35 < Sr < 45 25 < Sr <35

Cukup 65 < Sr < 85 55 < Sr < 75 45 < Sr < 65

Untuk membuat benda uji, digunakan kubus dan silinde, yaitu: y y Kubus : 15 15 15 cm 20 20 20 cm Silinder :    

Perbandingan kekuatan berdasarkan benda uji : y y Kubus : 15 15 15 cm = 1,0 20 20 20 cm = 0,95 Silinder : 0,83

Kekuatan tekan beton dianggap mencapai 100% pada umur 28 hari. Namun sebenarnya masih akan bertambah sampai umur 1 tahun selama berhubungan dengan air, tapi kenaikannya kecil sehingga tidak diperhitungkan lagi. Untuk mengetahui kekuatan beton yang dicapai pada umur 28 hari dapat dilakukan pengetesan pada umur 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari dengan menggunakan factor koreksi seperti pada tabel perkalian berikut : HARI 3 7 14 21 28 FAKTOR KOREKSI 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 Contoh : Pada usia 3 hari f c = 100

Maka pada usia 28 hari, f c =

PENGGABUNGAN AGREGAT Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat campuran beton dapat juga didefenisikan sebagai bahan yang dipakai sebagai pengisi atau pengurus (kurus) yang dipakai bersama-sama sebagai bahan perekat yang membentuk suatu bahan yang padat dan keras. Dalam teknologi beton, agregat yang digunakan terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu: 1. Ditinjau dari Asal Agregat berdasarkan asal dibagi atas 2: a) Agregat alam : agregat yang berasal dari alam dan dapat langsung digunakan sebagai bahan beton. Contoh : kerikil dan pasir alam. b) Agregat buatan : agregat yang juga berasal dari alam, tapi sebelum digunakan sebagai bahan campuran beton, terlebih dahulu melallui suatu proses untuk mendapat ukuran butiran sesuai yang diisyaratkan. Misalnya: batu pecah dan abu batu.

2. Ditinjau dari Berat Jenis Berdasarkan berat jenisnya, agregat terdiri atas 3, yaitu: a) Agregat Ringan : agregat yang mempunyai berat jenis spesifik < 2,0. Agregat jenis ini biasanya digunakan untuk beton non structural atau untuk blok dinding tembok. Jika sudah jadi beton, jenis agregat ini akan mempunyai berat volume 2000

b) Agregat Normal : agregat yang mempunyai berat jenis spesifik 2,4-2,7 dan setelah jadi beton akan mempunyai berat volume rata-rata 2400 dan bila dibuat

beton dapat mencapai mutu 40 MPa atau 400 c) Agregat Berat : jenis agregat ini mempunyai berat jenis 2,8 dan setelah jadi beton berat volumenya > 2500 3. Ditinjau dari Bentuknya Berdasarkan bentuknya, agregat dapat dibagi atas 4 bentuk,yaitu : bulat, pipih, bersudut, dan memanjang. Agregat yang paling baik digunakan sebagai campuran beton adalah agregat berbentuk bulat. Sedangkan untuk agregat berbentuk pipih, bersudut dan memanjang dapat digunakan untuk campuran beton dengan syarat butirannya tidak lebih besar dari 20%. 4. Ditinjau dari Tekstur Permukaan Jika ditinjau dari segi ini, agregat dibedakan atas : a) Agregat dengan permukaan mengkilap seperti kaca / glass. b) Agregat dengan permukaan kasar. c) Agregat dengan permukaan licin. d) Agregat dengan permukaan berbutir. e) Agregat dengan permukaan berpori dan berongga.

5. Ditinjau dari Ukuran Butiran Jika ditinjau dari segi ini, agregat yang digunakan untuk campuran beton yaitu agregat dengan ukuran 0,15 mm 4 mm masuk dalam ukuran agregat halus sedangkan ukuran lebih besar 4 mm- 40 mm masuk dalam kategori agregat kasar. Untuk membuat rancangan campuran beton, agregat dibagi dalam 3 ukuran maximum, yaitu: 10 mm 20 mm 40 mm

Ukuran ini setara dengan britis standard: 9,6 mm 19 mm 3,75 mm 38mm FUNGSI AGREGAT DALAM BETON Dalam beton,agregat ( agregat halus dan agregat kasar) mengisi sebagian besar volume beton yaitu antara 50%-80% sehingga sifat dan mutu agregat sangat berpengaruh terhadap mutu beton yang akan dihasilkan. y Penggunaan agregat dalam beton adalah untuk : a. Menghemat penggunaan semen Portland b. Menghasilkan kuat tekan beton yang besar c. Mengurangi susut pada beton d. Dengan susunan butir yang baik, akan dicapai tingkat kepadatan beton yang baik e. Mengontrol workability atau kemudahan dikerjakan dari suatu campuran beton.

SIFAT-SIFAT KARAKTERISTIK AGREGAT BETON Sebelum agregat digunakan sebagai bahan beton, agregat tersebut harus diuji dan memenuhi spesifikasi sesuai yang diisyaratkan . sifat karakteristik agregat yang diisyaratkan untuk agregat halus dan dapat dilihat pada tabel I dan agregat kasar dapat dilihat pada tabel II Tabel I ( spesifikasi Agregat Halus) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KARAKTERISTIK Kadar Air Kadar lumpur Kadar organic Berat Volume Absorpsi (Penyerapan) Berat jenis spesifik Modulus kehalusan INTERVAL 3%-5% 0,2%-6% 3 1,4 1,9 kg/lt 0,2%-2% 1,6-3,2 2,2 3,1 ASTM C 556 C 117 C 40 C 29 C 128 C 128 C 136

Tabel II ( spesifikasi agregat kasar ) NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. KARAKTERISTIK Kadar Air Kadar Lumpur Berat jenis spesifik Berat volume Absorpsi (penyerapan) Modulus kehalusan Keausan ( Abrasi ) INTERVAL 0,5%-2,0% 0,1% - 1,0 % 1,6- 1,9 kg/lt 0,2 %- 4,0% 0,2%-4,0% 5,50-8,50 15%-50% ASTM C 556 C 117 C 127 C 29 C 127 C 104 C 131

Untuk mengetahui sifat karakteristik agregat beton, maka dilakukan pengujian di Laboratorium : 1. Kadar Air Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar air yang dikandung oleh agregat , kondisi keadaan lapangan.Kondisi kandungan air keadaan lapangan akan berubah-ubah sesuai keadaan cuaca saat dilaksanakan pengecoran. Jadi kadar air saat di uji di lab. Belum tentu dsama dengan saat dilakukan pengecoran oleh karena hingga pada saat ini agregat ( halus dan Kasar ) ditempatkan di lapangan dalam kondisi terbuka . jadi kadar air yang diambil saat pengujian di lab.hanya sebagai pedoman untuk membuat rancangan campuran beton dan penyesuaian air yang akan digunakan karena saat membuat rancangan campuran beton,semua bahan dianggap dalam kondisi kering.Pemberian jumlah untuk campuran beton yaitu : air untuk pengadukan dan air yang sudah ada pada agregat. Untuk mengontrol ketepatannya biasanya dikontrol dengan SLUMP TEST yang telah ditentukan saat membuat rancangan campuran beton. Untuk menghitung kadar air digunakan persamaan sebagai berikut :

Kadar Air =

X 100%

Dimana C = Berat awal benda uji kondisi lapangan (gr) D= Benda uji kering oven (gr) A = Berat Talang B = Berat talang + Benda uji C = Berat awal benda uji ( C=B-A) D = Berat kering oven 2. Kadar lumpur Pengaruh kadar lumpur jika melebihi yang disyaratkan dari spesifikasi agregat beton,akan mengganggu pengikatan antara agregat dan semen.Yang dimaksud dengan lumpur adalah butiran yang lolos dari saringan no : 200 (0,075 mm). Jika kadar lumpur pada agregat melebihi yang diisyaratkan yaitu : untuk agregat kasar 1 % dan agregat halus 5 % maka sebelum digunakan untuk campuran beton dan mutu beton yang diharapkan tinggi,mka agregat harus dicuci . Untuk menghitung kadar lumpur digunakan persamaan : Kadar Lumpur = x 100%

Dimana w 1 = Berat awal benda uji kering oven (gr) W2 = Berat benda uji setelah dicuci dengan saringan no.200 (gr)

3. Kadar Organik Kadar organic adalah bahan-bahan yang berasal dari daun-daunan yang ikut bersama-sama dengan agregat , utamanya agregat halus. Jika kandungan kadar organic ini tinggi , maka akan menghambat pengikatan antara agregat dan semen . Untuk mengetahui adanaya kadar organic pada agregat halus,kita lakukan tes warna dengan menggunakan Larutan Hidroksida ( NaOh 0 kadar 5 %, setelah itu kita cocokkan dengan tabel warna ABRAMS. Sesuai dengan spesifikasi kadar orgnik yang masuk dalam spesifikasi harus masuk 3 ( warna teh bening). 4. Berat volume Perbandingan campuran agregat beton bila digunakan untuk campuran beton hingga pada saat ini selalu digunakan perbandingan volume untuk pelaksanaan di lapangan. Sedangkan untuk pengujian di laboratorium, perbandingannya selalu dalam perbandingan berat. Untuk pengujian berat volume agregat selain digunakan untuk memperkirakan berat volume beton yang akan dihasilkan, juga dipakai untuk menghitung perbandingan volume bila digunakan di lapangan, dimana perbandingan volume ini selalu didasarkan pada semen. Untuk pengujian berat volume agregat, dilakukan dalam 2 keadaan yaitu keadaan lepas dan keadaan padat. Berat volume agregat yang sebenarnya adalah berat volume dalam keadaan lepas, dan berat volume padat diambil berat rata-rata. Berat volume agregat dihitung dengan persamaan: BERAT VOLUME = Dimana : W3 = Berat benda uji (kg) V = volume (liter) Contoh :

Semen =300

Pasir = 600

Batu pecah = 900

Perbandingan berat = 1 Pc : 2 psr : 3 Bp

Berat volume semen = 1,25

Misal: berat pasir = 1,4

Batu pecah = 1,55


 

pasir =

batu pecah =

Perbandingan volume: 1 pc : 2,24 psr : 3,72 bp 5. Berat Jenis dan Penyerapan Pasir Berat jenis agregat halus diuji untuk dipakai menghitung berat jenis gabungan antara pasir dan agregat halus sesuai presentase atau perbandingan yang digunakan. Berat jenis gabungan inilah yang dipakai untuk memperkirakan berat beton segar berdasarkan kadar air yang digunakan. Untuk memperkirakan berat volume beton segar, yang digunakan adalah berat jenis dalam kondisi JPK (Jenuh Permukaan Kering ). Sedangkan untuk penyerapan dipakai untuk penyesuaian kadar air campuran karena air yang akan terserap masuk pada agregat harus ditambahkan pada kadar air yang dipakai untuk mencampur. Untuk menghitung persamaan berat jenis dan penyerapan pada agregat halus digunakan persamaan: y y y y BERAT JENIS CURAH BERAT JENIS JENUH PERMUKAAN KERING (SSD) = BERAT JENIS SEMU= PENYERAPAN (ARBSORPSI) = 

Dimana : A = Berat benda uji kondisi JPK (ssd) (gram) B = Berat piknometer + air (gram) C = Berat piknometer + air + benda uji (gram) D = Berat benda uji kering oven (gram) Untuk benda uji kondisi SSD diambil =500 gram

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR Pengujian ini dilakukan dengan tujuan yang sama untuk pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus, hanya cara melakukannya yang berbeda, dimana untuk mendapat kondisi bahan SSD pada pasir dibiarkan di udara terbuka sampai permukaan bahan kering, sedangkan pada

agregat kasar, untuk mendapatkan kondisi (SSD) dilakukan dengan cara mengelap permukaan agregat. Untuk menghitung berat jenis dan penyerapan agregat kasar, digunakan persamaan: y y y y Berat Jenis Curah =


Berat Jenis Jenuh Permukaan Kering = Berat Jenis Semu = Penyerapan (absorpsi) =


Dimana : BJ = berat benda uji kondisi ssd di udara (gram) Ba = Berat benda uji kondisi SSD dalam air (gram) BK = Bearat benda uji kering oven (gram) Berat jenis curah < berat jenis semu ANALISA SARINGAN Untuk mengetahui distribusi butiran agregat yang akan digunakan untuk campuran beton, dilakukan analisa saringan. Untuk melakukan pengujian analisa saringan digunakan saringan standard yang mempunyai ukuran diameter setiap saringan 2 kali lipat. Saringan standard ini disusun mulai dari PAN diikuti saringan ukuran paling kecil 0,15 mm dan selanjutnya sampai ukuran maximum saringan yang digunakan. Setiap seri saringan akan berbeda-beda ukurannya, dimana saringan yang biasa digunakan yaitu saringan ASTM, BS, ISO. Khusus di Indonesia, saringan standard yang digunakan adalah ASTM, dan BS. Karena spesifikasi agregat yang digunakan di Indonesia didasarkan pada ASTM dan BRITIS STANDAR. Ada pun ukuran saringan standard ASTM, BS, ISO, adalah sebagai berikut: Tabel ukuran saringan standard ASTM, BS, dan ISO. NOMOR SARINGAN 6 3 1 UKURAN STANDAR (mm) BRITIS 150 75 37,5 19 9,6 4,8 2,4 1,2 0,6 0,30 0,15 0,75 PAN

ASTM 152 76 38 19 9,5 4,75 2,36 1,18 0,60 0,30 0,15 0,075 PAN

ISO 128 64 32 16 8 4 2 1 0,5 0,25 0,125 0,062 PAN

NO. 4 NO. 8 NO. 16 NO. 30 NO. 50 NO. 100 NO. 200 -

Untuk melakukan analisa saringan, usahakan bahan dalam kondisi kering, dan saringan standard, misalnya saringan standard ASTM, maka saringan disusun dari PAN, (0,15), (0,30), (0,60), (1,18),

(2,36), (4,75), (9,5), (19), dan (38). Setelah dilakukan penggetaran selama 15 menit, bahan itu ditimbang untuk mengetahui butiran yang tertahan disetiap saringan dan yang lolos ke saringan berikutnya. Persen yang tertahan dapat dihitung dengan persamaan: PERSEN TERTAHAN = Dimana : A = Berat Tertahan di atas setiap saringan (gram) B = Berat awal benda uji (gram) Untuk menghitung persen lolos setiap saringan digunakan persamaan : PERSEN LOLOS = 100% - %Tertahan diatas saringan

Dari hasil analisis data, dengan mengetahui persentase yang tertahan dan lolos dapat diketahui distribusi butiran dimana hasilnya dapat digambarkan dalam bentuk grafik untuk persen lolos yang biasa disebut LENGKUNG GRADASI. Dari hasil lengkung gradasi yaitu hubungan antara ukuran saringan dan persen lolos dapat diketahui halus tidaknya agregat yang akan digunakan untuk campuran beton, dimana makin besar yang lolos pada tiap saringan, menunjukan agregat halus, dan makin besar yang tertahan pada saringan menunjukan agregat kasar. Salah satu cara untuk menyatakan kasar halusnya suatu agregat adalah menggunakan istilah MODULUS KEHALUSAN (Fine modulus) yang biasa disimbolkan (F). Untuk menghitung modulus kehalusan pasir dan kerikil, digunakan persamaan :
        

Fpasir =

Fbatu pecah =

 

 

Spesifikasi = F pasir = 2,2 3.1 F batu pecah = 5,50 8,50

Syarat Mutu Agregat Jika ingin membuat beton ukuran tertentu dengan mutu yang baik, ini berarti bahwa beto harus dikerjakan dengan mudah, dipadatkan dengan sempurna, dan susunan bahan dapat direncanakan untuk mencapai kekuatan tertentu. Jika tidak memenuhi syarat mutu agregat yang diinginkan, maka dapat dilakukan penggabungan agregat dari berbagai sumber. Berbagai standard menyarankan dengan menetapkan batas-batas besar butir agregat halus yang baik untuk campuran beton menurut BS yang dipakai di Indonesia. Kekerasan pasir dibagi kedalam 4 gradasi (zone), yaitu: a. b. c. d. Pasir halus (zone 4) Pasir agak halus (zone 3) Pasir agak kasar (zone 2) Pasir kasar (zone 1)

Dari batasan daerah ini, yang paling baik adalah yang masuk daerah atau zone 2 yang mempunyai modulus kehalusan 2,2 - 3,1. Syarat gradasi agregat halus (pasir) yang masuk zone 1 dan zone 4, persen yang lolos tiap ukuran saringan, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel Gradasi Agregat Halus Zone 1 dan 4 yang Lolos disetiap Ukuran Saringan: UKURAN SARINGAN(mm) 9,5 4,75 2,40 1,20 0,60 0,30 0,15 PERSEN LOLOS (%) ZONE 2 ZONE 3 100 100 90 100 90 100 75 100 85 100 55 90 75 100 35 59 60 74 8 30 12 40 0 10 0 10

ZONE 1 100 90 100 60 95 30 75 15 34 5 20 0 10

ZONE 4 100 95 100 95 100 90 100 80 100 5 50 0 15

Penggabungan Agregat Umumnya agregat alam maupun batu pecah gradasinya tidak masuk spesifikasi untuk campuran beton sehingga perlu dilakukan kombinasi antara sumber agregat halus dan kasar sebagai campuran beton,akan tetapi tidak selamanya demikian. Cukup dangan satu sumber pasir dan agregat kasar digabung sudah memenuhi spesifikasi. Ada beberapa cara untuk menggabungkan agregat, yaitu: cara analisis, cara grafis, dan cara trial. Cara analisis untuk menggabungkan agregat, dapat dilakukan dengan persamaan: YGab =    

Dimana : YGab = persentase lolos gabungan sesuai spesifikasi = persentase pasir = persentase agregat kasar Y pasir = persentase lolos pasir pada saringan tertentu Y btu pecah = persentase lolos batu pecah pada saringan tertentu Nilai : Untuk menghitung nilai =


digunakan persamaan : 





Dimana :

You might also like