Sakit merupakan sesuatu hal yang seringkali menimpa setiap makhluk
hidup di muka bumi ini, tak terkecuali kita sebagai manusia. Sehat, sakit, gembira, sedih adalah saat-saat yang tiap kali berganti.Seringkali kita baru merasakan betapa nikmatnya sehat adalah di kala kita mengalami apa yang dinamakan dengan sakit. Hidup kita ini tidak terlepas dari cobaan serta ujian, bahkan cobaan dan ujian dalam hal ini sakit merupakan sunatullah dalam kehidupan. Dia menguji dengan berbagai musibah dan bencana. Hal ini bisa saja menimpa badan, harta, ataupun anak-anak kita. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. "Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (QS. At-Taubah: 51) Allah Subhanahu wa Taala menciptakan manusia untuk diberikan ujian dan cobaan, sehingga dapat diketahui siapa saja hamba-Nya yang pandai bersyukur di saat lapang dan siapa yang sabar di saat berada dalam kesempitan. Apabila seorang manusia benar-benar beriman, maka seluruh keadaan yang dirasakannya akan diartikan sebagai sebuah kebaikan dan berdampak positif bagi dirinya. Apabila ia berada dalam kondisi lapang, kemudian ia bersyukur, maka sikapnya itu sangat baik bagi dirinya. Dan jika ia dalam kondisi yang sempit, kemudian ia bersabar, maka sikapnya itu akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Rasulullah pernah mengatakan,Aku mengagumi seorang mukmin karena selalu ada kebaikan dalam setiap urusannya. Jika ia mendapatkan kesenangan, ia bersyukur (kepada Allah) sehingga di dalamnya ada kebaikan. Jika ditimpa musibah, ia berserah diri (dan menjalankannya dengan sabar) bahwa di dalamnya ada kebaikan pula. (HR Muslim) Saudaraku yang tengah menderita sakit! Rasulullah shalallahi alaihi wasallam, makhluk terpilih pun juga ditimpa musibah. Demikian pula para Nabi sebelumnya. Namun demikian, hal itu tidak menambahkan pada dirinya kecuali kecintaan dan keridhoan kepada Allah ajja wajalla. Dari Mushab bin Sad, dari ayahnya berkata: Aku berkata,ya Rasulullah! Siapakah yang paling dahsyat cobaanya? Nabi menjawab,Para nabi, kemudian orang yang paling mulia (para ulama), lalu orang yang lebih mulia (orang-orang shalih). Seseorang diuji sesuai dengan kadar kualitas agamanya. Ujian senatiasa mengiringi hamba hingga sampai meninggalkanya berjalan diatas bumi ini, tak memikul satu pun dosa. (HR, Tirmidzi) Ternyata sakit tidak selalu meninggalkan kesan kesedihan dan penderitaan bagi seseorang, tapi justru ia menjadikan momentum lonjakan kebaikan dalam menyemai dan mengumpulkan butir-butir kebaikan. Banyak orang-orang yang melakukan karya-karya besar dalam keadaan sakit. Bahkan Nabi Ayyub Alaihi Sallam dipuji Allah karena keteguhannya dalam menghadapi penyakitnya. Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya. Sesungguhnya aku diganngu syaitan dengan kepayahan dan siksaan. ( Allah berfirman ): Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Dan ambilah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukulah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapat dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baiknya hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya) (Shaad;41-44). Nabi Ayyub Alaihi Sallam menjadi istimewa karena meskipun dalam keadaan sakit , beliau tetap sabar dan berbaik sangka kepada Allah. Beliau tidak menyebut penyakitnya secara langsung kepada Allah, hanya mengatakan diganggu oleh syaitan dengan kepayahan dan siksaan. Perhatikan bagaimana husnuddzan (berbaik sangka) Nabiyullah Ayyub Alaihi Sallam kepada Allah Azza wa Jalla. Beliau juga tidak langsung minta disembuhkan tetapi tersirat didalam ungkapannya bahwa beliau minta diringankan dari penderitaan. Rasa sakit yang diderita oleh Nabi Ayyub alaihi Sallam diabadikan Alqur-an agar menjadi contoh untuk ummat manusia bagaimana bersabar dalam penderitaan. Saudaraku yang tengah menderita sakit! inilah kesempatan berharga, peluang emas, jangan sampai disia-siakan Mungkin anda bertanya-tanya, bagaimana mungkin sakit yang identik dengan penderitaan disebut sebagai peluang emas. Memang betul, episode sakit adalah episode yang tidak mengenakkan. Meski hanya kaki yang bengkak, seluruh badan ikut merasakannya. Meski hanya satu jari yang luka, seluruh perasaan menjadi labil, akibatnya pekerjaan pun tidak lagi produktif. Namun, di sisi lain, sakit bisa menjadi kesempatan berharga bagai seseorang yang pandai memetik hikmah. Secara umum, kondisi sakit mempunyai dua sisi rasa. Namun, yang kerap kita rasakan hanya salah satu sisinya, yakni penderitaan. Sisi lain berapa hikmah dan kenikmatan di balik sakit sering kali kita lupakan. Padahal, jika kita mau merenungkannya, banyak hikmah yang dapat dipetik dari sakit yang diderita. Maka, sungguh rugilah kita, jika sudah sakit, lalu tidak mendapatkan hikmah apapun. Nah, berikut adalah beberapa hikmah sakit. Beberapa hikmah itu adalah sebagai berikut, y Pertama, secara medis sakit merupakan suatu peringatan (warning) mengenai tingkat kekuatan tubuh kita. Jika tubuh kita mengalami satu kondisi, kemudian berakibat sakit, hal itu merupakan peringatan agar kita menghindari kondisi yang sama yang dapat menyebabkan sakit tersebut. Sakit juga memberi kesempatan kepada kita untuk beristirahat dan berkonsultasi dengan dokter sehingga penyakit yang ada tidak menjadi lebih parah dan sulit diobati. Tak jarang, sakit yang dialami mencegah seseorang agar tidak terkena penyakit yang lebih berat lagi. y Kedua, sakit dapat menjadi penggugur dosa. Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan, termasuk dosa-dosa setiap anggota tubuh. Rasulullah SAW. bersabda, "Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR. Bukhari dan Muslim) y Ketiga, orang yang sakit dan mau bersabar akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah SAW. bersabda, "Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim, kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu kesalahan." (HR. Muslim) y Keempat, ia akan selamat dari siksa neraka. Aisyah Ummul Mukminin menerangkan sabda Rasulullah Saw bahwasannya sakit karena demam itu akan menghindarkan orang Mukmin dari siksa api neraka. (HR. Al-Bazzar)
y Kelima, Selalu mengingat nikmat Allah. Sakit membuat orang tahu manfaat sehat. Tidak jarang orang merasakan nikmat justru ketika sakit. Begitu banyak nikmat Allah yang selama ini lalai untuk ia syukuri. Bagi orang yang banyak bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh nikmat. y Keenam, sakit dapat menjadi jalan agar kita selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi sakit biasanya orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya, sehingga ia akan bersungguh-sungguh memohon perlindungan kepada Allah SWT. Zat yang mungkin telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang menuntunnya untuk bertaubat atas segala dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah benyak kita lakukan.. y Ketujuh, sakit bisa menjadi jalan kita untuk membersihkan penyakit batin. Pendapat Ibnu Qayyim, "Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan jiwanya beku. Oleh karena itu, musibah dalam bentuk apa pun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya, akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan, pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha." y Kedelapan, satu penyakit atau musibah, bisa menjadi satu tangga untuk tercapainya kedudukan tinggi seorang hamba di akhirat kelak. Rasulullah shalallohi alaihi wasallam juga bersabda: Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, Allah akan menimpakan musibah kepadanya. (HR. Bukhari) y Kesembilan, merupakan kesempatan untuk memperbaiki hubungan keluarga dan sosial. Ketika seseorang sakit, saudara dekat akan semakin dekat, saudara jauh akan menjadi dekat dan yang kenal akan semakin akrab. secara sosial sakit mengajarkan kepada kita bagaimana merasakan penderitaan orang lain, seperti halnya puasa yang mendidik kita agar mengetahui bagaimana pedihnya rasa lapar dan dahaga yang dialami kaum papa. Rasa sakit harusnya melahirkan kepekaan sosial yang lebih tinggi.
Kapan rasa sakit bisa berubah menjadi nikmat dan karunia? Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang Muslim agar sakit yang diderita menjadi karunia dan memiliki hikmah yang sangat tinggi. y Pertama, terimalah segala musibah dengan ikhlas. Hal ini merapakan manifestasi dari keimanan kita kepada Allah bahwa segala sesuatunya sudah digariskan oleh Yang Mahakuasa. B LB@0 LP@ Nf [T Bb N , H BB ),) =P1C P Bb, VN LA @1 Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecualidengan seizin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghabun: 11) y Kedua, sabar saat ditimpa penyakit. Boleh jadi penyakit yang menimpa kita merupakan ujian yang diberikan oleh Allah SWT. sebagai salah satu cara untuk mengetahui kadar keimanan kita. Artinya, seseorang tidaklah terbukti beriman jika ia tidak tahan terhadap ujian yang menimpanya. Selain itu, ujian merupakan salah satu wujud kecintaan Allah terhadap suatu kaum. Hal ini dikabarkan oleh Rasulullah SAW. dalam hadits, "Sesungguhnya Allah Azza wa jalla jika mencintai suatu kaum, Allah akan memberikan cobaan kepada mereka. Barang siapa yang sabar, maka dia berhak mendapatkan (pahala) kesabarannya. Dan barang siapa marah, maka dia pun berhak mendapatkan (dosa) kemarahannya." (HR. Ahmad) Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, 0N,_1q, 0 . B_6Bb _Bb, Lf, . X,_J.Bb J.Bb, 0dBb, N I, @Bb CBb b[f 0J,1@0 @ Fb_BC Bf Bf, =@f _,; 00 0@1 0,_1@ . 0; =,;, F 00, 0 )JBb
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157) y Ketiga, berobat. Hal ini merapakan salah satu bentuk ikhtiar jika kita ditimpa penyakit sebab kita tak dianjurkan membiarkan sakit kita bertambah parah tanpa diobati. Rasulullah SAW. bersabda, "Berobatlah kalian. Karena setiap Allah menciptakan penyakit, pasti Allah juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja." Para sahabat bertanya, "penyakit apakah itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Penyakit tua." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) y Keempat, meningkatkan ibadah. Seorang yang sakit tidak perlu khawatir dengan amal-amal yang biasa dilakukan, karena Allah memberinya rukhsokh (keringanan). Ketika seorang sakit parah dia boleh sholat sambil duduk atau berbaring karena sholat adalah kewajiban bagi ummat muslim yang tidak bleh ditinggalkan dalam keadaan apapun Inilah penjelasan Rasulullah Shollallahu Alaihi wa Sallam. Apabila seorang hamba sakit sedangkan dia biasa melakukan sesuatu kebaikan maka Allah berfirman kepada malaikat; Catatlah bagi hambaKu pahala seperti yang biasa ia lakukan ketika sakit (HR. Hanifah). Semoga Allah memberi kesehatan dan keselamatan dari segala kemalangan. Semoga pula Allah mengembalikan anda kembali ketengah keluarga dalam keadaan sehat walafiat. Wallahua'lam bish-shawwab.***