You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan

memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Tiap virus secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan influenza menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari famili Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia. Biasanya, influenza ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Influenza menyebar ke seluruh dunia dalam epidemi musiman, yang menimbulkan kematian 250.000 dan 500.000 orang setiap tahunnya, bahkan sampai jutaan orang pada beberapa tahun pandemik. Tiap pandemi tersebut disebabkan oleh munculnya galur baru virus ini pada manusia. Seringkali, galur baru ini muncul saat virus flu yang sudah ada menyebar pada manusia dari spesies binatang yang lain, atau saat galur virus influenza manusia yang telah ada mengambil gen baru dari virus yang biasanya menginfeksi unggas atau babi.

Galur unggas yang disebut H5N1 telah menimbulkan kekhawatiran munculnya pandemi influenza baru, setelah kemunculannya di Asia pada tahun 1990-an, namun virus tersebut belum berevolusi menjadi bentuk yang menyebar dengan mudah dari manusia-ke-manusia. Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas. Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian (jumlah kasus yang telah diverifikasi dengan hasil laboratorium) pada manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut :
y y y y y y y y y y y y

Indonesia 99 kasus dengan 79 kematian. Vietnam 93 kasus dengan 42 kematian. Mesir 34 kasus dengan 14 kematian. Thailand 25 kasus dengan 17 kematian. Cina 25 kasus dengan 16 kematian. Turki 12 kasus dengan 4 kematian. Azerbaijan 8 kasus dengan 5 kematian. Kamboja 7 kasus dengan 7 kematian. Irak 3 kasus dengan 2 kematian. Laos 2 kasus dengan 2 kematian. Nigeria 1 kasus dengan 1 kematian. Djibouti 1 kasus tanpa kematian.

Wabah pada unggas telah berdampak serius terhadap mata pencaharian, ekonomi dan perdagangan internasional di negara-negara endemik. Sirkulasi berkelanjutan virus H5N1 pada unggas, terutama ketika endemik, terus menimbulkan ancaman terhadap kesehatan masyarakat, karena virus ini memiliki kedua potensi untuk menyebabkan penyakit serius pada orang dan mungkin memiliki potensi untuk berubah menjadi bentuk yang lebih menular di antara manusia. Subtipe influenza lainnya virus juga beredar di unggas dan hewan lainnya, dan juga dapat menimbulkan potensi ancaman terhadap kesehatan

masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai virus flu burung.

1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini, adalah : 1. Memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Virologi 2. Untuk menambah pengetahuan 3. Sebagai sarana tukar menukar informasi

1.3 Metode Penelitian Metode pendekatan yang penyusun gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode analisis dan penelaahan literatur yang dinilai cukup efektif dalam memperoleh data dan fakta. Sumber-sumber yang penyusun gunakan sebagai bahan untuk penyusunan makalah ini berasal dari informasi yang diambil dari internet.

BAB II ISI

2.1. Virus Flu Burung (H5N1) Flu burung (avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia. Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Hal ini terlihat dari hasil studi yang menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus tersebut dapat
H dalam H5N1 singkatan untuk "hemagglutinin "

bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada 00 C. Influenza A subtipe virus H5N1, yang telah

beradaptasi terhadap unggas dan sangat patogen disebut juga HPAI A(H5N1) (highly pathogenic avian influenza virus of type A of subtype H5N1), menimbulkan flu unggas, atau "flu burung". Virus ini merupakan virus epizootic (penyebab epidemik di mahluk non manusia) dan juga panzootic (yang dapat menginfeksi binatang dari berbagai spesies dari area yang sangat luas. Seperti semua influenza subtipe A lainnya, subtipe H5N1 adalah virus RNA. Memiliki genom tersegmentasi delapan dari satu-helai RNA, disingkat PB2, PB1, PA, HA, NP, NA, MP dan NS. HA kode untuk hemaglutinin, suatu antigen glikoprotein yang ditemukan pada
N dalam singkatan H5N1 untuk "neuraminidase "

permukaan virus influenza dan bertugas untuk mengikat virus ke sel yang terinfeksi. Kode NA untuk

neuraminidase, suatu antigen glikosilasi enzim yang ditemukan pada permukaan

virus influenza. Ini memfasilitasi pelepasan virus dari sel yang terinfeksi progeni. Para hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA) menentukan struktur protein untai RNA yang relevan sebagai target untuk obat antivirus dan antibodi. HA dan NA juga digunakan sebagai dasar untuk

penamaan berbagai subtipe virus influenza A. Sifat virus sangat labil, mudah berubah bentuk dan tidak ganas menjadi ganas dan sebaliknya. Virus Avian Influenza akan mati pada sediaan alkohol 70% ammonium kuatener, chlorin, formalin 2-5%, iodoform kompleks (iodines), senyawa fenol dan natrium/kalium hipoklorit. Kelemahan virus tersebut adalah tidak tahan panas. Virus akan mati pada pemanasan 600 C selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam. Pada daging akan mati pada suhu 800C selama 1 menit. Pada telur akan mati pada suhu 640C selama 4,5 menit.

2.2. Patogenesis Penyebaran virus avian influenza terjadi melalui udara (droplet infection) dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran nafas atau langsung memasuki alveoli (tergantung ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus ini dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel dimana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus avian influenza dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus avian influenza tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas

dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang

bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi. H5N1 sebenarnya adalah jenis virus yang menyerang reseptor galactose yang ada pada hidung hingga ke paru-paru pada unggas yang tidak ditemukan pada manusia, dan serangan hanya terjadi disekitar alveoli yaitu di daerah paru-paru dimana oksigen disebarkan melalui darah. Oleh karena itu virus ini tidak gampang disebarkan melalui udara saat batuk atau bersin seperti layaknya virus flu biasa. Namun pada tahun 2002, jenis baru virus H5N1 muncul, dikenal dengan virus H5N1 tipe gen Z yang menjadi tipe gen dominan, yang menyebabkan penyakit akut pada populasi burung di Hongkong, termasuk disfungsi neurologi dan kematian pada bebek dan jenis unggas lainnya. Mutasi inilah yang dapat mengubah virus flu burung H5N1 yang tadinya tidak dapat menginfeksi manusia menjadi dapat dengan mudah menular dari unggas ke manusia.

2.3. Gejala Klinis 2.3.1 Gejala pada unggas  Jengger, pial, kulit kaki, yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru  Keluar cairan dari mata dan hidung

 Pembengkakan di bagian muka dan kepala  Perdarahan di bawah kulit  Perdarahan titik pada daerah dada,kaki dan telapak kaki  Batuk,bersin dan terdengar suara ngorok  Diare  Kematian mendadak Pada bentuk yang paling patogenik, influenza pada ayam dan kalkun menimbulkan munculnya gejala mendadak tiba-tiba dan kematian hampir 100% dalam dua hari. Karena virus menyebar dengan cepat pada situasi yang padat seperti pada peternakan intensif ayam dan kalkun, wabah ini dapat menimbulkan dampak ekonomi yang besar bagi peternak unggas. Gejala flu pada unggas beragam dan mungkin tidak spesifik. Karena gejala yang ringan ini dapat membuat diagnosis di lapangan menjadi sulit, mengikuti penyebaran flu unggas memerlukan uji laboratorium dari sampel yang berasal dari unggas yang terinfeksi. Masa inkubasi pada unggas : 1 minggu

2.3.2 Gejala pada manusia  Demam (suhu badan diatas 38o C)  Batuk dan nyeri tenggorokan  Radang saluran pernapasan atas  Pneumonia  Infeksi mata  Nyeri otot  Diare, muntah  Perdarahan hidung dan gusi Masa inkubasi pada manusia : 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari.

2.4. Diagnosis Diagnosis ditegakkan dengan :

1. Anamnesis tentang gejala yang diderita oleh penderita dan adanya riwayat kontak atau adanya faktor risiko, seperti kematian unggas secara mendadak, atau unggas sakit di peternakan/dipelihara di rumah, atau kontak dengan pasien yang didiagnosis avian influenza (H5N1), atau melakukan perjalanan ke daerah endemis avian influenza 7 hari sebelum timbulnya gejala. 2. Pemeriksaan fisik: suhu tubuh > 38 C, napas cepat dan hiperemi farings (farings kemerahan) 3. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) diperoleh leukopenia, limfopenia, trombositopenia ringan sampai sedang dan kadar aminotransferase yang meningkat sedikit atau sedang, kadar kreatinin juga meningkat. 4. Pemeriksaan analisis gas darah dan elektrolit diperlukan untuk mengetahui status oksigenasi pasien, keseimbangan asam-basa dan kadar elektrolit pasien. 5. Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya avian influenza H5N1 dengan Immunofluorescence assay, Enzyme Immunoassay, Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Real-time PCR assay, Biakan Virus. Dari hasil pemeriksaan ini dapat ditentukan status pasien apakah termasuk curiga (suspect), mungkin (probable) atau pasti (confirmed). 6. Pada pemeriksaan radiologi dengan melakukan X-foto toraks didapatkan gambaran infiltrat yang tersebar atau terlokalisasi pada paru. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi oleh karena virus atau bakteri di paruparu atau yang dikenal dengan pneumonia. Gambaran hasil radiologi tersebut dapat menjadi indikator memburuknya penyakit avian influenza.

2.5. Epidemiologi Virus flu burung dapat dengan mudah tersebar, dan untuk wilayah dimana terdapat banyak peternakan unggas, resiko terjangkit penyakit ini menjadi lebih besar. Penyebarannya dari negara satu ke negara lainnya diketahui disebarkan oleh migrasi burung liar dimana virus yang hidup dalam tubuh burung yang terinfeksi dikeluarkan dalam jumlah yang besar lewat tetesan sekresi burung yang dapat mencemari debu dan tanah tempat mereka singgah atau tinggal. Virus itu kemudian berterbangan di udara dan dihirup oleh burung lain sehingga

menyebabkan burung tersebut terinfeksi. Virus ini juga dapat terbawa oleh kaki dan badan hewan serta tubuh serangga yang berfungsi sebagai perantara penyebaran. Tikus dan lalat serta hewan yang tinggal di tempat yang kotor merupakan vector mekanis utama penyebaran virus flu burung. Pada manusia, virus dapat disebarkan saat manusia bersentuhan dengan sekresi burung yang terinfeksi. Virus dapat menempel di peralatan, kendaraan, pakan dan kandang serta pakaian yang nantinya berpindah dari satu lahan peternakan ke yang lain. Virus yang menempel ini dapat menginfeksi manusia saat tidak sengaja menghirup atau tertelan ke dalam tubuh. Virus ini juga masih dapat hidup dalam daging unggas yang tidak dimasak dengan benar dan menginfeksi manusia kala memakan daging yang mengandung virus tersebut. Virus flu burung dapat hidup pada suhu dingin, dan kotoran yang terkontaminasi selama 3 bulan. Dalam 1 gram kotoran yang terkontaminasi, terdapat virus yang dapat menyerang 1 juta burung. Di Indonesia, pada rentang jarak antara bulan Oktober 2003 hingga Februari 2005, virus flu burung telah merenggut nyawa 60 orang dan mematikan 14,7 juta ekor ayam. Penyebarannya di Indonesia ditengarai diawali dari kabupaten Indramayu dimana di kabupaten tersebut kerap menjadi lalu lintas migrasi jutaan burung terutama saat perpindahan musim. Kepulauan rakit, yaitu pulau Rakit Utara, Pulau Gosong, dan Pulau Rakit Selatan adalah tempat beristirahatnya burung-burung dari Australia dan Eropa yang bermigrasi.

2.6. Pencegahan dan Saran Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga. Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum

dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah. Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan. Dilakukan pula vaksinasi pada unggas yang sehat dan pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung serta hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung untuk mencegah penyebarannya.

2.7. Pengobatan Prinsip penatalaksanaan avian influenza adalah istirahat, peningkatan daya tahan tubuh, pengobatan antiviral, pengobatan antibiotic, perawatan respiratori, anti inflamasi, dan imuno modulators. Antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi, yaitu 48 jam pertama. Adapun pilihan obat antara lain : 1. Menghambat M2 a. Amantidin (symadine) b. Rimantidin (flu-madine). Dengan dosis 2x/hari 100mg atau 5mg/kgBB selama 3-5 hari. Namun Virus H5N1 sudah resisten terhadap Amantadin dan Rimantadin 2. Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza) b. Oseltamivir (tami-flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu. Departemen Kesehatan RI dalam pedomannya memberikan petunjuk sebagai berikut: a. Pada kasus suspek flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg 5 hari, simptomatik dan antibiotic jika ada indikasi. b. Pada kasus probable flu burung diberikan Oseltamivir 2x75 mg selama 5 hari, antibiotic spectrum luas yang mencakup kuman tipik dana tipikal, dan steroid jika perlu seperti pada kasus pneumonia berat, atau Respiratory Care di ICU sesuai indikasi. Sebagai profilaksis, bagi mereka yang berisiko tinggi, digunakan oseltamivir dengan dosis 75 mg sekali sehari selama lebih dari 7 hari (hingga 6 minggu).

10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh strain virus influenza tipe A. Virus flu burung biasanya tidak menginfeksi manusia. Namun, ada kasus tertentu yang menyebabkan penyakit pernapasan yang berat pada manusia. Dalam kebanyakan kasus, orang yang terinfeksi telah di kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi atau dengan benda yang terkontaminasi oleh kotoran mereka. Namun demikian, ada kekhawatiran bahwa virus tersebut dapat bermutasi menjadi lebih mudah menular antar manusia, meningkatkan kemungkinan pandemi influenza. Mengendalikan penyakit pada hewan adalah langkah pertama dalam mengurangi risiko terhadap manusia. Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.

3.2. Saran  Kepada masyarakat disarankan untuk lebih menjaga personal misalnya dengan mencuci tangan menggunakan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.  Segera laporkan kepada pihak yang berwenang apabila ada unggas yg sakit/mati mendadak di lingkungan tempat tinggal

11

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Virus. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.45 http://id.wikipedia.org/wiki/Influenza. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.54 http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.30 http://en.wikipedia.org/wiki/Influenza_A_virus_subtype_H5N1. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.34 http://www.who.int/mediacentre/factsheets/avian_influenza/en/. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.58 http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/072005/flu_burung.pdf. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.30 http://www.depkes.go.id/downloads/waspadai.pdf. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.31 http://fluburung.org/virus_flu_burung.asp. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.33 http://fluburung.org/virus-h5n1.asp. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.42 http://www.scribd.com/doc/46245479/Virus-H5N1. November 2011 pukul 15.00 http://www.asiahealthcareblog.com/wp-content/uploads/2010/03/H5N1-virus.jpg. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.39 http://www.csblab.or.kr/files/attach/images/1154/155/001/%EA%B7%B8%EB% A6%BC1.jpg. diunduh tanggal 23 November 2011 pukul 14.40
12

diunduh

tanggal

23

You might also like