You are on page 1of 3

Pada tanggal 14 Agustus 1945, golongan para pemuda Indonesia mendengar berita tentang pengeboman yang menghancurkan kota

terbesar di Jepang, tepatnya di Kota Hirosima dan Nagasaki. Chairul Saleh: Apakah kalian sudah mendengar tentang berita kekalahan Jepang? Sukarni: Benarkah? Apa yang terjadi dengan Jepang? Sutan Syahrir: Pada hari ini Kota Hirosima dan Nagasaki telah di bom atom oleh sekutu! Sukarni: Kalau begitu kita harus segera menyuruh Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ini! Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Chairul Shaleh: Sekarang Bung, sekarang! Malam ini Sukarni: Kita harus segera merebut mempertaruhkan jiwa kami! juga kita kobarkan revolusi! kekuasaan! Kami sudah siap

Wikana: Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari! Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: Soekarno: Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari! Hatta: Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu? Chairul Shaleh: Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam Perang Sucinya ! Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa? Soekarno: Kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri. Wikana: Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan ini akan semakin cepat pula kita akan terbebas dari semua belenggu yang menyiksa ini. Hatta: Baiklah, tapi kami perlu waktu untuk berunding sebentar. Kemudian para golongan tua yang ada di tempat itu seperti Soekarno, Moh. Hatta, Soebardjo, Iwa kusumantri, Djojo Pranoto dan Sudiro segera masuk ruangan untuk berunding. Hatta: Bagaimana ini? Para golongan muda menuntut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Soekarno: Tapi kita tidak boleh gegabah. Kita butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya agar dapat berjalan dengan baik. Soebardjo: Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita menghadapi sekutu yang ingin mengembalikan kekuasaan di Indonesia. Setelah selesai berunding, para golongan tua segera menemui para golongan muda yang telah menunggu di luar ruangan.

Hatta: Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Apalagi tentang kemerdekaan Indonesia. Dengan berat hati, akhirnya para pemuda meninggalkan tempat itu. Tapi mereka juga membuat strategi bagaimana cara membujuk Ir. Soekarno dan M. Hatta untuk segara memproklamirkan kemerdekaan. Akhirnya pada tanggal 16 agustus 1945 pukul 04.30 mereka dibawa oleh golongan pemuda ke Rengasdengklok. Chairul saleh: assalamualaikum Hatta: waalaikum salam Darwis: maksud kami kesini adalah untuk membawa pak hatta dan pak karno agar ikut kami. Hatta: maksudnya??? Darwis: begini, karena keamanan kalian saat ini sangatlah terancam apabila terjadi bentrok antara rakyat dan jepang. Tapi alangkah baiknya apabila anda mengajak anak dan istri anda agar terjaga keamanannya. Soekarno: baiklah, kami akan pergi sekarang juga. Hilangnya Ir.soekarno dan M.hatta menimbulkan kepanikan dikalangan para pemimpin pergerakan kemerdekaan di Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui oleh soebarjo pada pukul 8.00 pagi. Saat itu yang dia temui hanyalah Wikana, ditanyalah ia Soebarjo: Apakah kamu tau dimana keberadaan Ir. soekarno dan M. Hatta??? Wikana: saya tidak tau. Soebarjo: katakan kepadaku dimanakah mereka, saya jamin keselamatan mereka apabila mereka kembali ke Jakarta. Wikana: baiklah saya akan menunjukan tempat soekarno dan Hatta berada. Setelah Soebardjo memberikan jaminan kepada komandan tentara peta di Rengasdengklok bahwa kemerdekaan akan segera diproklamasikan keesokan harinya, Soebardjo diperbolehkan membawa mereka kembali ke Jakarta pada malam itu juga. Perumusan Naskah Proklamasi Pada tanggal 16 agustus 1945 rombongan Soekarno Hatta tiba kembali di Jakarta pada pukul 23.00 WIB. Setelah menurunkan Fatmawati dan putranya di kediaman Soekarno, Pemimpin perjalanan Soebardjo, membawa mereka langsung menuju rumah Laksamana Maeda di jln Imam Bonjol no 1. Di ruang makan rumah Laksamana Maeda itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Maeda, sebagai tuan rumah, mengundurkan diri ke kamar tidurnya di lantai dua ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung. Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks Proklamasi. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun dari golongan pemuda, menunggu di serambi muka. Setelah kelompok yang menyendiri di ruang makan itu selesai merumuskan teks Proklamasi, kemudian mereka menuju serambi muka untuk menemui hadirin yang berkumpul di ruangan itu. Saat itu, dinihari menjelang subuh. Jam menunjukkan pukul 04.00, Soekarno mulai membuka pertemuan itu dengan membacakan rumusan teks Proklamasi yang masih merupakan konsep. Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Upacara itu berlangsung sederhana. Tanpa protokol. Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maju beberapa langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi. Soekarno: Saudara-saudara sekalian! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun.

Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami! PROKLAMASI Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta, 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta. Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu. Tak lama kemudian, Ir. Soekarno menyuruh S.K Trimurti untuk mengibarkan bendera merah putih. Soekarno: Trimurti, tolong anda kibarkan bendera Merah Putih sebagai tanda awal kejayaan Bangsa ini. Trimurti: Maaf pak, anak buah saya yang akan mengibarkan bendera sang Merah Putih. Soekarno: Baiklah . Akhirnya Latief Hendra Ningrat dan S. Suhut yang mengibarkan bendera sang Merah Putih di depan Kediaman bung Karno Dengan diiringi nyanyian lagu Indonesia Raya pengibaran bendera sang Merah Putih terkesan khidmat. Lalu serempak mereka bersorak bahagia. Rasa haru menyelimuti di setiap hati mereka. Betapa tidak, angan angan mereka tentang Negara yang merdeka akhirnya kini terwujud. Sejak saat itu Indonesia menjadi bangsa yang merdeka.

You might also like