You are on page 1of 24

MAKALAH

INSTRUMEN PENELITIAN
(TES DAN NON-TEST)

Mata Kuliah Metode Penelitian Dosen: TATANG MULYANA, DR. H. M.PD

Oleh : VARA NINA YULIAN 1101579 ERMA SURIANY 1103294

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG - 2011
BAB I 0

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pengumpulan data adalah bagian terpenting dari penelitian, karena kesimpulan penelitian sangat bergantung pada data yang terkumpul, metode pengumpulan dan cara penilaian dilakukan.

Data itu sendiri berkaitan dengan peneliti dalam penelitiannya, yang berisi informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Data dapat berupa jawaban atas pertanyaan (kuisioner), indeks prestasi, karangan, nilai rapor, kinerja, anekdot guru, informasi gender, skor hasil tes dll.

Tahap terpenting yang harus dilakukan oleh peneliti adalah jenis data yang akan dikumpulkannya dan untuk mengumpulkan data itu ia memerlukan metode dan instrumen penelitian.

Secara umum Instrumen adalah suatu alat yang memenuhi pensyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau suatu variabel.

Instrumen diklasifikasi dalam beberapa instumen, berdasarkan pemberi informasi, dalam penelitian pendidikan ada 3 metode memperoleh informasi : 1. Langsung dari peneliti 2. Langsung dari subjek peneliti 3. Dan dari orang lain yang bertindak sebagai informan Jika dilihat asal instrumen, didapat dari menggunakan informasi yang sudah ada atau menggunakan instrumen yang dibuat peneliti dan berdasarkan bentuk dan jenis nya adalah tes dan non-test. Dari pengumpulan data akan didapatkan data kualitatif atau data kuantitatif, Dalam makalah ini akan dijelaskan instrumen atau alat pengumpul data berdasarkan jenis dan bentuknya, tapi sebelumnya akan dijelaskan jenis jenis skala karena berkaitan dengan data kuantitatif maupun data kualitatif. skala sangat

B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa sajakah jenis skala? 2. Bagaimana instrumen tes dan non - test? 3. Apa sajakah skala sikap? 4. Bagaimanakah menentukan metode dan instrumen penelitian ?

C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui pentingnya memahami jenis jenis skala 2. Memahami instrumen tes dan non-test 3. Mengetahui berbagai skala sikap 4. Mengetahui cara memilih instrumen

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis Jenis Skala Jenis-jenis skala ini penting untuk diketahui, sebab jenis skala yang kita pilih dalam penelitian akan menentukan macam ukuran statistik yang akan kita pergunakan dalam pengolahan data nantinya. Misalnya, bila data kita ada dalam bentuk peringkat (skala ordinal) dan kita akan melihat hubungan (korelasi) antara dua buah variable, maka rumus korelasi yang harus dipergunakan adalah rumus korelasi untuk peringkat, misalnya rho dari Spearman. Jenis-jenis skala yang perlu kita ketahui untuk pengumpulan data adalah: 1. Skala nominal. Skala ini hanya untuk kategori kualitatif, untuk kategorisasi (pengelompokkan) atau membedakan yang satu dari yang lain. Contoh skala jenis ini adalah: jenis kelamin, suku bangsa, jurusan di fakultas, dan sekolah. Dari kategori tertentu tersebut yang diketahiu ialah sifat dan banyaknya. Misalnya, bila kita kelompokkan FPMIPA ke dalam jurusan-jurusannya, maka kita akan mengetahui sifat atau cirri dari jurusanjurusannya masing-masing beserta banyaknya mahasiswa atau dosen dari setiap jurusan. 2. Skala ordinal Selain untuk pengelompokkan, pada jenis skala ini ada sifat urutan atau nilai data itu bias diurutkan. Jadi, di sini, ada relasi lebih besar atau lebih kecil. Hanya saja lebih besar atau lebih kecilnya tidak dapat dinyatakan dengan berapa besarnya. Contoh skala dari jenis ini ialah peringkat, status sosial ekonomi, dan peringkat prosen. 3. Skala interval Jenis skala ini mempunyai sifat ordinal, satuannya sama besar (panjang) dan ada nilai maksimum dan minimum semu. Tetapi tidak bias digunakan perbandingan (rasio). Misalnya jarak antara 2 dan 5 sama dengan jarak antara interval 4 dan 7; 3

anak yang IQnya nol tidak berarti kecerdasannya kosong (minimum semu); siswa yang nilai EBTANASnya 90 tidak berarti kepandaiannya dua kali lebih besar daripada siswa yang nilai EBTANASnya 45 (tidak bias dirasiokan). Contoh jenis skala ini adalah derajat pada temperatur Celcius dan Fahrenheit, tahun, skor dalam tes. Pada skala ini operasi jumlah dan kurang bisa berlaku sedangkan operasi kali dan bagi tidak. Dalam pendidikan, skala interval banyak dipakai. 4. Skala rasio Skala ini mempunyai sifat skala interval dan sifat tambahan, yaitu bisa digunakannya rasio (perbandingan) dan adanya titik nol (mutlak). Anak yang tingginya 1 m tidak saja lebih tinggi daripada anak yang tingginya 50 cm tetapi dua kali lebih tinggi. Apabila jarak antara dua tempat adalah 0 km, berarti kedua tempat itu memang tidak berjarak. Jadi, dengan skala ini kita bisa membandingkan sesuatu dengan menggunakan perbandingan (rasio) dan prosentase. Yang termasuk ke dalam skala jenis ini adalah waktu, jarak, berat, tinggi, derajat dan temperatur Kelvin. Dengan diagram Venn, hubungan antara skala Nominal (N), skala Ordinal (O), skala Interval (I), dan skala Rasio (R) itu terlihat seperti gambar di bawah.

B. Metode dan Instrumen Tes dan Non-test Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan digunakan mengukur prestasi belajar siswa, faktor faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu. 4

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitiannya. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik.(Arikunto, 2010 :203) Pada dasarnya alat evaluasi atau instrumen dalam mengumpulkan data dapat digolongkan menjadi dua macam berdasarkan bentuk atau jenisnya, yaitu : 1. Tes 2. Non-test (bukan tes)

1. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok(Arikunto, 2010: 193)

Ada dua tipe tes, a. Tipe subjektif Tipe subjektif disebut juga tipe uraian, skor pengerjaan seseorang dipengaruhi oleh penilai, kondisi penilai dan sebagainya Kelebihan dan Kelemahan 1) Kelebihan-kelebihan dari tes uraian a) Mudah disiapkan dan disusun. b) Tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulas iatau untung-untungan. c) Mendorong siswa untuk berani menemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus. d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan

maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. e) Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. 2) Kelemahan-kelemahan dari tes uraian a) Kadar validitas dan reabilitas rendah karena sukar diketahui segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

b) Kurang refresentatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas). c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif. d) Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai. e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

b. Tipe objektif Tes yang dalam pemeriksaanya dilakukan secara objektif maka hasilnya tetap, dapat dikelompokkan dalam bentuk tes : 1) Tes benar salah (true-false) Soal soalnya berupa pernyataan pernyataan (statement). Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. 2) Tes pilihan ganda (multiple choice) Suatu keterangan atau pemberitahuan tentang sesuatu yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. 3) Menjodohkan (macthing test) Menjodohkan, mencocokkan atau memasangkan terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing masing pertanyaan

mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. 4) Uraian Singkat (compeltion test) Uraian singkat, tes isian, tes menyempurnakan atau tes melengkapi terdiri atas kalimat kalimat yang ada bagian bagiannya yang dihilangkan. Kelebihan dan kelemahan 5) Kelebihan dari tes objektif a) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih refresentatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa.

b) Lebih mudah dan lebih cepat memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. c) Pemeriksaannya dapat diserahkan pada orang lain. d) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

6) Kelemahan - kelemahan dari tes objektif a) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain. b) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi. c) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan d) Kerja sama antar siswa pada mengerjakan soal tes lebih terbuka. Tes adalah metode sekaligus alat ukur yang sifatnya terstandar. 2. Non- test a. Angket ( Questionaire) Angket dipakai untuk menyebut metode maupun instrumen, jadi untuk metode angket atau kuisioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuisioner. Sekumpulan pernyataan atau pernyataan yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden, memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisi. Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Ditinjau dari segi yang memberikan jawaban, angket dibedakan menjadi 2 macam: 1) Angket langsung 2) Angket tidak langsung Ditinjau dari segi cara memberikan jawaban, angket dibedakan menjadi 2 macam: 1) 2) Angket tertutup Angket terbuka

Ditinjau dari strukturnya, angket dibedakan menjadi 2 macam: 1) 2) Angket terstruktur Angket tidak terstruktur 7

Contoh angket: ANGKET MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kelas/ Semester : Hari/tanggal : Petunjuk a. Pada angket ini terdapat 34 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran yang baru selesai kamu pelajari, dan tentukan kebenaranya. b. Berilah jawaban yang benar sesuai dengan pilihanmu c. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain. d. Catat responmu pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih. Keterangan Pilihan jawaban: 1. = sangat tidak setuju 2. = tidak setuju 5. = sangat setuju 3. = ragu-ragu 4. = setuju

PERNYATAAN NO Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Guru benar-benar mengetahui bagaimana membuat kami menjadi antuasias terhadap materi pelajaran Hal-hal yang saya pelajari dalam pembelajaran ini akan bermanfaat bagi saya Saya yakin bahwa saya akan berhasil dalam pembelajaran ini Pembelajaran ini kurang menarik bagi saya Guru membuat materi pelajaran ini menjadi penting Saya perlu beruntung agar mendapat nilai yang baik dalam pembelajaran ini Saya harus bekerja sangat keras agar berhasil dalam pembelajaran ini. Saya tidak melihat bagaimana hubungan antara isi pelajaran ini dengan sesuatu yang telah saya ketahui Guru membuat suasana menjadi tegang apabila membangun sesuatu pengertian Materi pembelajaran ini terlalu sulit bagi saya Apakah saya akan berhasil/tidak berhasil dalam pembelajaran ini, 8 Pilihan Jawaban 1 2 3 4 5

hal itu tergantung pada saya Saya merasa bahwa pembelajaran ini memberikan banyak kepuasan kepada saya 13. Dalam pembelajaran ini, saya mencoba menentukan standar keberhasilan yang sempurna 14. Saya berpendapat bahwa nilai dan penghargaan lain yang saya terima adalah adil jika dibandingkan dengan yang diterima oleh siswa lain 15. Siswa di dalam pembelajaran ini tampak rasa ingin tahunya terhadap materi pelajaran 16. Saya senang bekerja dalam pembelajaran ini 17. Sulit untuk memprediksi berapa nilai yang akan diberikan oleh guru untuk tugas-tugas yang diberikan kepada saya 18. Saya puas dengan evaluasi yang dilakukan oleh guru dibandingkan dengan penilaian saya sendiri terhadap kinerja saya 19. Saya merasa puas dengan apa yang saya peroleh dari pembelajaran ini 20. Isi pembelajaran ini sesuai dengan harapan dan tujuan saya 21. Guru melakukan hal-hal yang tidak lazim dan menakjubkan yang menarik 22. Para siswa berperan aktif di dalam pembelajaran 23. Untuk mencapai tujuan saya, penting bagi saya untuk berhasil dalam pembelajaran ini 24. Guru menggunakan bermacam-macam teknik mengajar yang menarik 25. Saya tidak berpendapat bahwa saya akan memperoleh banyak keuntungan dari pembelajaran ini 26. Saya sering melamun di dalam kelas. 27. Pada saat saya mengikuti pembelajaran ini, saya percaya bahwa saya dapat berhasil jika saya berupaya cukup keras 28. Manfaat pribadi dari pembelajaran ini jelas bagi saya 29. Rasa ingin tahu saya sering kali tergerak oleh pertanyaan yang dikemukakan dan masalah yang diberikan guru pada materi pembelajaran ini 30. Saya berpendapat bahwa tingkat tantangan dalam pembelajaran ini tepat, tidak terlalu gampang dan tidak terlalu sulit 31. Saya merasa agak kecewa dengan pembelajaran ini 32. Saya merasa memperoleh cukup penghargaan terhadap hasil kerja saya dalam pembelajaran ini, baik dalam bentuk nilai, komentar atau masukan lain 33. Jumlah tugas yang harus saya lakukan adalah memadai untuk pembelajaran semacam ini 34. Saya memperoleh masukan yang cukup untuk mengetahui tingkat keberhasilan kinerja saya Sumber: 12. http://suhadinet.files.wordpress.com/2008/06/angket-model-arcs-untuk-mengukur-motivasibelajar-dan-minat-belajar-siswa1.pdf

b. Observasi Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Menurut cara dan tujuannya, obsevasi dapat dibedakan menjadi 3 macam: 1) 2) 3) Partisipatif dan nonpartisipatif Observasi sistematis dan nonsistematis Observasi eksperimental

observasi merupakan metode dan intrumen yang digunakan berupa pedoman observasi berisi seubah daftar kegiatan yang mungkin akan diamati. Dalam proses observasi, observator memberikan tanda atau tally pada kolom dan ini disebut sistem tanda(sign system) Contoh observasi: Guru mengamati cara anak melukis sudut 300 .

c. Wawancara (Interview) Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan cara percakapan (dialog) yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informasi yang hendak digali. Wawancara dari pelaksanaanya dibedakan menjadi 3 macam: 1) 2) 3) Wawancara bebas Wawancara terpimpin Wawancara bebas terpimpin merupakan metode dengan instrumen adalah pedoman

Wawancara wawancara

Contoh wawancara: Guru menanyakan ke siswa : Bagaimana cara kamu menghitung volum dari gambar balok ini? Mengapa kamu menggunakan cara tersebut? Dari mana kamu mengetahui cara tersebut? d. Instrumen lainnya 1) Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis) 10

Pemeriksaan dokumen adalah evaluasi mengenai kemajuan siswa atau objek yang diteliti dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: riwayat hidup 2) Sosiometri Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi struktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah hubungan sosial. 3) Skala Bertingkat (Rating Scale) Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka diberikan secara bertingkat dari angka terendah sampai angka paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain. Tabel 1 Perbedaan Karateristik Instrumen Tes dan Non-Test Instrumen Tes ( Bersifat Mengukur) 1. Bersifat Mengukur 2. Ada hasil pengukuran berbentuk data angka ordinal, interval atau rasio 3. Perlu standarisasi instrumen (pengujian validitas empiris, reliabilitas, analisis butir soal) 4. Digunakan dalam penelitian kuantitatif: eksperimental, korelasional, komparartif, dan sejenisnya Intrumen Non-Test 1. Bersifat menghimpun 2. Ada hasil penghimpunan berupa data naratif atu data ngka nominal 3. Tidak perlu standarisasi instrumen, cukup dengan validitas isi dan konstruk 4. Digunakan dalam penelitian kualitatif, kuantitatif, deskriptif, survai, expost facto, penelitian tindakan

C. Model model Skala Sikap Model-model skala untuk mengungkapkan sikap yang perlu diketahui ialah: 1. Skala Likert 11

Skala Likert meminta kepada kita sebagai individual untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tak memutuskan (N), tidak setuju (T), dan sangat tidak setuju (ST). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan angka atu nilai, misalnya SS = 5, S = 4, N = 3, T = 2, dan ST = 1 bagi suatu pertanyaan yang mendukung sikap positif dan nilai-nilai sebaliknya yaitu SS = 1, S = 2, N = 3, T = 4, dan ST = 5 bagi suatu pertanyaan yang mendukung sikap negatif. Bila seorang anak wanita menjawab setuju (S) terhadap pernyataan posiitf Ibu saya selalu mendorong saya untuk belajar di Perguruan Tinggi, maka jawabannya akan diberi nilai 4. akan tetapi bila setujunya itu terhadap pernyataan negatif seperti Universitas untuk pria, akademi untuk wanita maka jawabannya itu diberi nilai 2. Sebabnya ialah, pernyataan pertama mendukung sikap positif sedangkan pernyataan kedua mendukung sikap negatif. Angket dengan skala Likert formatnya kira-kira seperti berikut. Petunjuk: Coretlah SS bila anda sangant setuju, S bila anda setuju, N bila anda tidak bisa memutuskan (termasuk tidak tahu), T bila anda tidak setuju, dan ST bila anda sangat tidak setuju terhadap pernyataan berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pekerjaan guru adalah tugas professional. Sejak kecil saya bercita-cita menjadi guru. Saya berprestasi di sekolah bukan karena kepandaian saya istimewa tetapi karena tekun. Bila diperlukan, saya suka membantu teman-teman yang mendapat kesukaran belajar. Anak yang kurang berprestasi sebaiknya sadar dan jangan memaksakan diri terus bersekolah. Prestasi siswa dipertinggi dengan jalan memperkaya lingkungan. Dalam mengajar sebaiknya guru menggunakan berbagai strategi belajar-mengajar sehingga bagi siswa pada umumnya pelajaranya itu menarik dan jelas. Dalam mengajar perhatian kita harus ditujukan terutama kepada siswa pandai karena nanti mereka akan menjadi orang yang berperan. Menjadi pemimpin seperti ketua RT di masyarakat, termasuk tugas seorang guru. Sebagai guru kita harus mau membantu siswa walaupun akibatnya kita akan pulang terlambat. SS SS SS SS SS SS SS N N N N N N N T T T T T T T ST ST ST ST ST ST ST

8. 9. 10.

SS SS SS

N N N

T T T

ST ST ST

Pada contoh di atas pertanyaan-pertanyaan itu mendukung sikap positif untuk menjadi guru yang baik kecuali pernyataan nomor 5 dan 8. karena itu bila kita akan membuat

12

rata-ratanya, jawaban nomor 5 dan 8 harus dipertukarkan dulu: SS dengan ST, S dengan T dan sebaliknya ST dengan SS dan T dengan S. Andaikan seorang siswa menjawab angket di atas sebagai berikut nomor: 1 S, 2 SS, 3 S, 4 S, 5 ST, 6 N, 7 SS, 8 T, 9 S, dan 10 S. Dan andaikan skor SS, S, N, T, dan ST untuk pernyataan positif itu 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangkan untuk pernyataan negatif sebaliknya. Berapakah rata-rata skor siswa itu?Dan apakah kesimpulan Anda tentang bakatnya untuk menjadi guru? Jawab: Dengan angka, sikap siswa mengenai pernyataan-pernyataan itu adalah 4, 5, 4, 4, 5 (ST ditukar dulu dengan SS), 3, 5, 4 (Tditukar dulu dengan S), 4, dan 4. Sehingga rata-ratanya = (4 + 5 + 4 + 4 + 5 + 3 + 5 + 4 + 4 + 4) : 10 = 42 : 10 = 4,2. Kesimpulan kita aialah, tampaknya siswa itu bisa menjadi guru yang baik. Sebelum membahas skala sikap lain perhatika skor untuk SS pada dua pernyataan berbeda dari skala Likert ini. Pada dua pernyataan berikut, tentu kita akan memilih SS. 1. Prestasi belajar siswa tergantung bakatnya. 2. Prestasi belajar siswa tergantung lingkungannya. Akan tetapi bila kita ditanya mana dari keduanya itu (bakat atau lingkungan) yang lebih dominan, maka jawaban kita adalah bakat. Karena itu semestinya nilai (skor) SS untuk kedua pernyataan itu berbeda, untuk pernyataan pertama harus lebih besar, misalnya, skor SS pernyataan pertama 6 sedangkan untuk pernyataan kedua 5. sudah barang tentu skor untuk S, T, dan ST dari kedua pernyataan itu juga harus berbeda. 2. Skala Difirensial Semantik Suatu keadaan dinyatakan dalam ujung-ujung ekstrimnya, seperti aktif-pasif, menemukandiberitahu, bermakna-hapalan, positif-negatif, dan sebagainya. Kita diminta untuk memberikan penilaian mengenai suatu keadaan diantara ujung-mengujung itu termasuk ujung-ujungnya. Andaikan kita misalnya diminta untuk memberikan jawaban penilaian terhadap aktivitas siswa di dalam ruangan kelas. Jawaban kita harus ditulis dalam format berikut: Aktif --------atau Aktif ----------Pasif Pada pelaksanaannya biasanya kita lebih dibantu dengan dicantumkannya angka- angka yang dapat kita pilih. Sabagai pengganti format diatas, kita peroleh format berikut: ------Pasif

13

Aktif

--3 Aktif

--2 --2

--1 --1

--0 atau --0

---1 ---1

---2 ---2

---3 Pasif

Pasif

Pada kedua format itu jawaban kita cukup dengan membubuhkan tanda cek (V) pada ruangan yang disediakan. Sikap seseorang (untuk format kedua) diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka yang dipilih lalu dibagi dengan banyaknya butir pernyataan. Bila pernyataan ada 5 buah dan angka-angka yang dipilihnya andaikan 3, 2, -1, 3, dan 0, maka sikap orang itu rata-rata 7 : 5 = 1,4. Marilah kita lihat beberapa penggunaannya. Andaikan kita ingin mengetahui apakah seorang guru menerapkan prinsip CBSA dalam pelajarannya. Untuk keperluan itu andaikan kita membuat lembaran observasi yang setelah diisi lembarannya sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penyajian materi Keterikatan materi Kesempatan berpartisipasi Keluasan materi Tempat dan fasilitas Pengelolaan kelas Penggunaan metode mengajar Cara pengevaluasian Menarik Mudah Bebas Luas Baik Lancar Beragam Luas -*---------*-*-----*----*------*-----*----*-----Tidak Sukar Tidak Sempit Tidak Tidak Tidak Tradisional

Ciri bahwa seseorang menerapkan prinsip CBSA ialah bila grafik terletak di sebelah kiri; bila disebelah kanan, keadaannya sebaliknya. Diagram di atas, walaupun gambarnya sebagian terbesar ada di sebelah kiri, prinsip CBSAnya mungkin tidak lancar, sebab materi yang disajikan sukar. Pada pelajaran dengan materi yang sukar difahami, siswa kurang bisa berpartisipasi aktif walaupun diberi kesempatan. Dalam contoh berikut ini andaikan kita dosen Pasca Sarjana disuatu Perguruan Tinggi. Mengingat setiap Perguruan Tinggi memiliki kekhasannya, andaikan pada awal-awal perkuliahan (akhir 4 kali perkuliahan misalnya) kita membuat lembaran observasi dengan skala Diferensial-Semantik dengan tujuan apakah kekhasan Perguruan Tinggi kita tampak pada mahasiswa tamatan S1 dari Perguruan Tinggi lain.

14

Untuk itu kita buat diagram dengan skala Diferensial-Semantik mengenai kekhasan perkuliahan di Perguruan Tinggi kita, misalnya kekhasan yang mengutamakan kepada penalaran, pemahaman konsep, penemuan, keaktivan, kreativitas, kerjasama, dan kemutakhiran materi. Kita gunakan lembaran observasi untuk melihat partisipasi mereka, lalu hasil pengamatannya diduakelompokkan ke dalam mahasiswa asal Perguruan Tinggi kita (A) dan mahasiswa dari luar (L), dan untuk masing-masing kelompok kita buat rataratanya. Andaikan diagram yang diperoleh adalah sebagai berikut. Rasional Konsep Penemuan Aktif Kreatif Kerjasama Mutahir --A*------A*A*-*A --A*LoA*-----------*A ----Lo--Lo-----------oL -------oL --------oL-------------------oL --Tidak Hafalan Diberitahu Pasif Tidak Permusuhan Kuno

Dengan hasil seperti itu, dimana sikap/keadaan mahasiswa didikan kita itu umumnya telah memenuhi harapan dibandingkan dengan mahasiswa luar, kita dapat berbangga diri. Tentu saja berbangga dirinya dengan catatan-catatan misalnya tampaknya adanya permusuhan pada mahasiswa luar mungkin karena mereka merasa ada dalam lingkungan yang serba tidak tahu dan adanya keaktifan yang menonjol itu sebagai petunjuk mau dikenal di lingkungan yang bagi mereka baru. Yang perlu dibahas mengenai mengadakan kegiatan/evaluasi di atas mungkin mengenai cara melakukan observasi. Caranya antara lain adalah sebagai berikut. Kita minta bantuan dua orang pengamat yang setara, yang seorang mengamati mahasiswa tamatan Perguruan Tinggi kita sedangkan seorang lagi mengamati sisanya. 3. Skala Thurstone Pada angket Thurstone terdapat sejumlah pernyataan yang harus kita pilih. Masing-masing pernyataan mempunyai nilai yang berbeda antara 1 dan 11, tetapi nilai-nilai itu tidak diketahui responden. Yang mengetahui nilai-nilai setiap pernyataan itu hanya peneliti. Berdasarkan jumlah tertentu pernyataan yang dipilih responden, kita akan mengetahui berapa skor responden mengenai angket itu. Bila misalnya seseorang diminta untuk memilih 10 dari 15 pernyataan dan seandainya skor pernyataan-pernyataan yang dipilihnya adalah 5, 6, 1,5, 10,5, 7, 4, 2, 3, 8, dan 1, 2, maka skor responden itu adalah (5 + 6 + 1,5 + 10,5 + 7 + 4 +2 + 3 + 8 + 1,2) : 10 = 4,82. Karena skornya 4, 82 lebih kecil dari 6, maka sikap orang itu mengenai sikap yang diungkapkan termasuk bersikap negatif. 15

Perbedaan antara skala Thurstone dan Likert ialah, bagi Thurstone interval yang panjangnya sama misalnya selisih antar 1 dan 3 dengan selisih antara 7 dan 9 itu intensitasnya atau kekuatannya sama sedangkan pada skala Likert tidak perlu sama. Selanjutnya marilah kita lihat bgaimana caranya membuat instrumen dengan skala Thurstone. Andaikan kita ingin membuat instrumen dengan skala Thurstone untuk mengungkapkan sikap seseorang tentang bagaimana memajukan pendidikan di Indonesia. Dalam pembuatan instrumen itu andaikan kita membuat sejumlah pernyataan. Pernyataan-pernyataan itu kita sampaikan kepada para ahli untuk dinilai, misalnya 10 orang ahli. Setiap ahli diminta untuk mengurutkan pernyataan-pernyataan itu kedalam 11 kelompok. Pengelompokan itu tentunya didasarkan (menurut penilai) kepada kuat tidaknya pernyataan itu mendukung ide yang akan diungkapkan; dalam hal ini sikap membangun. Pengelompokan suatu pernyataan kedalam urutan tertentu, urutan tertentu itu menjadi nilai pernyataan dari penilai tertentu itu. Misalnya bila pernyataan A oleh penilai X dimasukkan kedalam kelompok nomor 10 maka nilai dari pernyataan A adalah 2. Berbagai nilai dari penilai-penilai untuk suatu pernyataan dijumlahkan lalu dibagi oleh banyaknya penilai. Bila untuk pernyataan A nilai yang diberikan oleh 10 orang penilai adalah 4, 3, 2, 3, 3, 4, 3, 3, 4, dan 4, maka nilai dari pernyataan itu adalah : (4 + 3 + 2 + 3 + 3 + 4 + 3 + 3 + 4 + 4) : 10 = 29 : 10 = 2,9. Rata-rata nilai suatu pernyataan dan keajegan penilaian penilai-penilai terhadap pernyataan merupakan dasar dalam pemilihan (seleksi) pernyataan-pernyataan. Sehingga pernyataanpernyataan terpilih itu membentuk satu set angket yang baik untuk mengungkapkan sesuatu sikap. Berikut ini adalah satu set skala Thurstone untuk mengungkapkan sikap toleransi tinggi (karangan). Petunjuk: Pilihlah 10 pernyataan yang paling sesuai dengan pribadi anda dengan jalan membulati nomornya. 1. 2. Anak-anak berbakat harus memperoleh pendidikan khusus. Seorang dosen Perguruan Tinggi yang dianggap terkenal oleh masyarakat mengatakan: Tamatan Perguruan Tinggi kami pasti lebih bermutu daripada tamatan Perguruan Tinggi Anda. Kurikulum IKIP tidak perlu diatur secara nasional. Dalam masalah ketertiban mengikuti pelajaran siswa SMA sekarang sama saja dengan siswa tahun 60-an. Penguasaan guru SMA dalam bidang studi minimum harus sama dengan 75% penguasaan para ilmuwan tamatan S1 dalam bidangnya. Dengan kurikulum IKIP yang pernah telah ada tamatannya itu bisa saja menjadi guru yang baik. 16

3. 4. 5. 6.

7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Tidak tahu dalil Pythagoras pun saya bisa makan. Untuk membantu menangani masalah kekurangan guru, guru sekolah menengah perlu memiliki wewenang mengajar tambahan. Untuk menjadi guru SMA dalam bidang studi, ia harus memperoleh bidang-studi serumpun di atas pelajaran SMA. Guru SMA harus seorang ilmuwan. Pendidikan kita yang baik adalah pendidikan jaman normal. Setiap manusia mempunyai kekuatan dan kelemahannya; manfaatkanlah kebaikannya. Carilah ilmu walaupun di negara antah berantah. Pengakuan kebenaran yang paling tinggi ialah pengakuan yang datangnya dari lawan kita. Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah lumpuh. (Catatan: skor untuk masing-masing pernyataan itu adalah 1-7, 2-1, 3-10, 4-5, 5-2, 5, 6-10, 5, 7-3, 8-6, 9-5, 2, 10-4, 11-2, 12-9, 5, 13-9, 14-8, dan 15-1, 5) (karangan) Bila seoarang siswa dari 15, pernyataan itu memilih nomor: 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 14, dan 15, maka skornya adalah (7 + 1 + 5 + 2,5 + 3 + 6 + 4 + 2 + 8 + 1,5) :10 = 10 :10 = 4. Karena skor siswa adalah 4, kurang dari 6, maka sikapnya mengenai toleransi ilmiah rendah.

Berikut ini adalah contoh lain dari skala Thurstone untuk mengungkapkan sikap berbangga diri karena menjadi mahasiswa LPTK atau guru (karangan). Petunjuk: Pilihlah 5 dari 10 buah pernyataan berikut yang paling sesuai dengan selera anda. 1. Saya memilih pekerjaan sebagai guru walaupun tahu bahwa jabatan guru bukan pekerjaan komersial. 2. Bila saya seorang mahasiswa LPTK saya akan mengusulkan agar mahasiswa LPTK memakai atribut tertentu, misalnya jaket dengan tulisan dan warna khas LPTK untuk daerahnya masing-masing. 3. Saya lebih berbangga diri bila saya lebih memiliki kemampuan dalam bagaimana mengajarkan sesuatu daripada menguasai bidang studi. 4. Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang guru: gaji pas-pasan, pergi mengajar memakai kendaraan umum, di sekolah sering berhadapan dengan anak-anak nakal, dan lain-lain. 5. Nikmatnya menjadi guru ialah bila kita berhasil menerangkan sesuatu kepada siswa yang memperoleh kesukaran belajar. 6. Sebagai guru saya patut berbangga diri sebab gurulah yang paling lama bergaul dengan anak muda dalam pembentukan bangsanya. 7. Semestinya gaji guru lebih besar daripada gaji pegawai non-guru. 8. Apa perlunya guru berbangga diri atas keberhasilan anak didiknya, karena mereka sendiri sering tidak pernah merasa diamali. 9. Alangkah baiknya ia membimbing saya. Bila saya jadi pembimbing, insya Allah saya akan menirunya. 10. Seandainya saya mahasiswa LPTK sedapat mungkin saya akan menyembunyikan identitas saya. (Skor untuk pernyataan itu adalah: 1-10, 2-7, 3-6, 4-2, 5-8, 6-9, 7-4, 8-3, 9-5, 10-1)(karangan). Bila seseorang CAGUR memilih nomor 1, 2, 3, 5, dan 6, maka skornya dari angket itu sama dengan (10 + 7 + 6+ 8 + 9) :5 = 40 : 5 = 8. Kesimpulannya ialah, kebanggaan CAGUR itu untuk menjadi guru tinggi. 4. Skala Guttman 17

Skala Likert dipakai untuk keluar, Thurstone dipakai untuk menyeleksi, dan Diferensial Semantik banyak dipakai untuk melihat sikap siswa di dalam ruangan kelas, sedangkan skala Guttman lebih banyak dalam penelitian. Skala Guttman terutama dipergunakan untuk mengukur suatu sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi beberapa buah sikap. Seperti sudah diuraikan pada contoh-contoh penggunaan skala Likert, Diferensial Semantik, dan Thurstone dalam mengungkapkan sikap, walaupun sikap yang diungkapkan sebuah, seperti sikap seorang guru yang baik (profesional), cirinya terjadi CBSA dalam ruang kelas, dan sikap berbangga diri sebagai guru, sikap-sikap itu sebenarnya merupakan kombinasi dari beberapa buah sikap (subsikap). Pada skala model Guttman terdapat beberapa buah pernyataan yang diurutkan secara hierarkis untuk melihat sikap tertentu dari seseorang. Bila seseorang menyatakan tidak terhadap pernyataan tertentu dari serentetan pernyataan, maka ia akan menyatakan lebih daripada tidak terhadap pernyataan berikutnya. Perhatikan contoh berikut untuk melihat tingkat keimanan seorang mulim wanita. Apakah anda berkenan untuk berpakaian seperti ini bila anda pergi berbelanja? YA MUNGKIN TIDAK YA TIDAK 1. Berpakaian menutup seluruh badan termasuk memakai jilbab dan kaos kaki. 2. Berpakaian menutup seluruh badan, dengan jilbab, tetapi tanpa kaos kaki. 3. Berpakaian menutup seluruh badan, tanpa kaos kaki dan tanpa jilbab. 4. Berpakaian lengkap tetapi roknya pendek (mini), tanpa kaos kaki, dan tanpa jilbab. 5. Berpakaian dengan kaos oblong dan celana pendek saja. Menjawab angket model di atas ialah dengan jalan memberi tanda V misalnya, pada ruangan yang disediakan. Dengan angket di atas seorang wanita mungkin menjawab ya hanya untuk pernyataan 1, mungkin ya untuk pernyataan 2, mungkin tidak untuk pernyataan 3, tidak untuk pernyataan 4, dan untuk pernyataan 5 apalagi, tidak. Wanita lain mungkin menjawab ya untuk pernyataan 1 dan 2, mungkin ya untuk pernyataan 3, mungkin tidak untuk pernyataan 4, dan tidak untuk pernyataan 5. Dengan skala model Guttman ini, kedua wanita pada contoh di atas bisa dilihat tingkat keimanannya (kepercayaannya) mengenai berpakaian yang semestinya, dimana wanita yang disebut lebih dulu imannya lebih kuat. Marilah kita lihat contoh lain. Dapatkah guru tamatan IKIP dengan Kurikulum IKIP 1979 strata S1 melakukan tugas berikut dengan baik? YA MUNGKIN TIDAK YA TIDAK 1. Menjadi guru SMP. 2. Menjadi guru SPG, SMEA, dan STM. 18

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Menjadi guru SMA kelas-kelas awal dalam bidang studi pokok. Menjadi guru SMA kelas III dalam bidang studi pokok. Melakukan penelitian dalam pengajaran bidang studinya. Menjadi dosen di LPTK (IKIP/FKIP/STKIP). Berkomunikasi dengan ilmuwan dalam bidang studinya. Menjadi dosen di Universitas non-LPTK. Menjadi peneliti dalam ilmu murni.

Jawaban seorang LPTK terhadap set pernyataan di atas mungkin: ya untuk pernyataan 1 s/d 4, mungkin ya untuk pernyataan 5, mungkin tidak untuk pernyataan 6 s/d 8, dan tidak untuk pernyataan 9. sedangkan untuk seorang dosen non-LPTK mungkin jawabannya itu ya untuk 1 dan 2, mungkin ya untuk 3, mungkin tidak untuk 4 dan 5, dan tidak untuk pernyataan 6 s/d 9. Selain kita bisa melihat tinggi-rendahnya sikap seseorang terhadap sesuatu, juga kita bisa mengetahui berapa skornya seseorang dalam sesuatu, misalnya memberi nilai kepada yang jawabannya ya kemudian menjumlahkannya. Atau, dengan pembobotan; pembobotannya misalnya sebagai berikut: 4 untuk ya, 2 untuk mungkin ya, 1 untuk mungkin tidak, dan 0 untuk tidak. Bila demikian, skor dosen LPTK dan non-LPTK pada contoh di atas berturut-turut 21 dan 12.

D. Penentuan Metode dan Instrumen Metode dan Instrumen telah dipahami, masing masing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dalam penelitian biasanya digunakan lebih dari satu metode atau instrumen agar saling melengkapi satu sama lain. Metode bisa menjadi keharusan dari suatu penelitian tetapi terkadang bisa menjadi satu alternatif saja. Tidak sedikit peneliti yang mengacaukan pengertian metode dan instrumen. Hendaknya peneliti dalam menerapkan metode penelitian menggunakan instrumen agar data lebih baik. Pemilihan metode dan instrumen penelitian ditentukan beberapa hal, yaitu 1) Tujuan Penelitian 2) Sampel Penelitian 3) Lokasi 4) Pelaksana 5) Biaya dan Waktu 6) Data 19

Tabel 2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Berdasarkan Jenis Data Pendekatan Kualitatif Jenis data Nominal Teknik Pengumpulan Data Angket Wawancara Observasi Studi Dokumenter Angket Wawancara Observasi Studi Dokumenter Angket Wawancara Observasi Studi Dokumenter Skala Angket Wawancara Observasi Studi Dokumenter Skala Tes Wawancara Observasi Studi Dokumenter Instrumen Angket berstruktur Pendidikan Wawancara Berstruktur Pend. Observasi Bestruktur Pend. Studi Dokumenter Berstruktur Angket berstruktur Pendidikan Wawancara Berstruktur Pend. Observasi Bestruktur Pend. Studi Dokumenter Berstruktur Angket berstruktur Pendidikan Wawancara Berstruktur Pend. Observasi Bestruktur Pend. Studi Dokumenter Berstruktur Skala & Checklist Angket berstruktur Pendidikan Wawancara Berstruktur Pend. Observasi Bestruktur Pend. Studi Dokumenter Berstruktur Skala & Checklist Tes Pendidikan Wawancara tak berstruktur Pendidikan Observasi tak berstruktur Pendidikan Studi Dokumenter Berstruktur Bentuk Kategori Kategori Kategori Kategori/tabel Skala Ordinal Skala Ordinal Skala Ordinal Skala Ordinal Checklist Skala Internal Skala Internal Skala Internal Skala Internal Checklist Checklist Skala Internal Skala Internal Skala Internal Skala Internal Tes Catatan lapangan Catatan lapangan Catatan lapangan

Ordinal

Interval

Rasio

Kualitatif

Deskriptif , Naratif

Kisi kisi penyusunan instrumen juga diperlukan yang mencakup umum dan khusus, berikut contoh kisi kisi hubungan antara sumber data, metode, dan instrumen pengumpulan data adalah sebagai berikut
Variabel penelitian Kualitas guru mengajar Sumber Data Guru sebagai pelaku Kegiatan Siswa yang mengalami Siswa sebagai pelaku Kegiatan Guru yang menangani Metode Wawancara Pengamatan Angket / wawancara Angket/wawancara Pengamatan wawancara Instrumen Pedoman wawancara Ceklis Angket dan pedoman wawancara Angket dan pedoman wawancara Ceklis Pedoman wawancara

Kualitas siswa belajar

20

Isi/ hasil pelajaran

Kondisi ruang/ saran

Buku catatan siswa Siswa Daftar nilai Ruang kelas

Dokumentasi Tes Dokumentasi Pengamatan

Ceklis berisi rambu rambu Soal tes daftar Ceklis

21

BAB III KESIMPULAN

Jenis Jenis Skala Hubungan antara skala Nominal (N), skala Ordinal (O), skala Interval (I), dan skala Rasio (R) itu terlihat seperti gambar di bawah.

R Metode dan Instrumen Penelitian 1. Model Tes a. Tes uraian b. Tes Objektif 2. Non Test a. Angket b. Wawancara c. Observasi

Model model Skala Sikap : Skala Likert, Skala Difirensial Semantik, Skala Thurstone, Skala Gutt.man

Penentuan Metode Penelitian Pemilihan metode dan instrumen penelitian ditentukan beberapa hal, yaitu 1) Tujuan Penelitian 1. Sampel Penelitian 2. Lokasi 3. Pelaksana 4. 5. Biaya dan Waktu Data

22

SUMBER Arikunto, Suharsimi.(2010) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.(14)Jakarta, Rineka Cipta Frankel, Jack P &Wallen Norman E (2006) How to Design adn Evaluate Reasearch Education. NewYork, Mc Graw Hill. Inc Ruseffendi, ET, Prof. H.(2010) Dasar dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya Bandung, PT Transito

Syamsyudin, Prof. Dr. Ar, M.s dan Dr. Vismaia S. Damaianti, M.Pd. (2006) Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung : UPI dan ROSDA

23

You might also like