You are on page 1of 58

1

I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Lalu-lintas merupakan permasalahan rumit yang sering terjadi disetiap daerah perkotaan. Permasalahan tersebut sangat dipengaruhi oleh sarana angkutan yang digunakan untuk melakukan pergerakan ke tempat aktivitas. Hal ini disebabkan oleh adanya pembangunan perkotaan yang terkonsentrasi dan tata guna lahan dengan kepadatan tinggi. Perkembangan jaringan jalan kota yang tidak mampu mengejar perkembangan sarana transportasi, telah menyebabkan kota yang sedang tumbuh menghadapi tantangan yang sangat pelik. Disatu pihak kota dihadapkan pada kenyataan meningkatnya kebutuhan penggunaan lahan untuk ruang kehidupan dan aktifitas penduduknya, dilain pihak kota dihadapkan pada tantangan penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Keterbatasan sarana transportasi angkutan umum penumpang dan rute-rute angkutan umum penumpang menyebabkan seseorang memilih untuk

mempergunakan sarana transportasi pribadi dalam melakukan aktivitas. Akibatnya pada pola perjalanan aktivitas dimana seseorang atau sekelompok orang (penduduk) melakukan kegiatan secara hampir bersamaan baik untuk kegiatan pendidikan, bekerja serta kesehatan maupun sosial lainnya menyebabkan terjadinya lonjakan kebutuhan pada sarana transportasi yang besar. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok dari manusia, hal inilah yang menyebabkan tarikan ke fasilitas kesehatan menjadi sangat besar, ketika tarikan yang besar terjadi di suatu temapat maka di perlukanlah sarana angkutan

kota yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi besarnya tarikan yang terjadi tersebut. Ketika fasilitas kesehatan yang ada tersebut tidak dilayani oleh rute angkutan kota maka masyarakat akan menggunkanan alternatif lain untuk menuju ke fasilitas kesehatan tersebut seperti becak, ojek dan taksi yang mana hal tersebut memerlukan biaya yang lebih mahal daripada penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum penumpang seperti angkutan kota. Dalam beberapa hal ketika sebuah fasilitas kesehatan dibuat di daerah yang belum memliki rute untuk melayani tarikan masyarakat ke fasilitas kesehatan maka dibutuhkan sebuah perencanan yang matang untuk dapat menunjang besarnya tarikan yang akan terjadi nantinya, permasalahan lain adalah ketika jumlah angkutan kota yang ada masih sangat kurang untuk melayani besarnya tarikan yang nantinya ditimbulkan oleh berdirinya fasilitas kesehatan tersebut juga harus diperhatikan agar kemudian dapat ditambahkan agar dapat memenuhi kebutuhan akan tarikan yang terjadi oleh berdirinya fasilitas kesehatan tersebut. Perkiraan jumlah perjalanan yang tertarik menuju suatu zona tujuan atau dengan kata lain perjalanan yang datang ke suatu lokasi tata guna lahan adalah sangat penting mengingat perkiraan jumlah tarikan perjalanan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan sistim transportasi dimasa yang akan datang. Perkiraan jumlah tarikan perjalanan ini dapat dibuat suatu model dan pada umumnya model ini memperkirakan jumlah total perjalanan yang tertarik sesuai dengan maksud dan tujuan berdasarkan karakteristik tata guna lahan dan sosial ekonomi dari setiap tempat (zona) yang menjadi tarikan lalu-lintas. Beberapa model utama yang sering digunakan, yaitu model grafis dan model matematis.

Model matematis menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media dalam usaha mencerminkan realita Terkait dengan hal diatas penulis tertarik untuk mangambil judul ANALISIS TARIKAN PERJALANAN MENUJU FASILITAS KESEHATAN DI KOTA KENDARI. B Perumusan Masalah Dengan adanya fenomena tersebut, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana model tarikan perjalanan orang ke fasilitas Kesehatan di Kota Kendari. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya tarikan yang terjadi ke Fasilitas-fasilitas Kesehatan yang ada di Kota Kendari. C Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian adalah : 1. Mengetahui model tarikan perjalanan orang ke fasilitas Kesehatan di Kota Kendari. 2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya tarikan yang terjadi ke fasilitas Kesehatan yang ada di Kota Kendari. D Batasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi hanya pada besarnya tarikan yang akan terjadi ke fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di Kota Kendari. Dengan memperhatikan masalah yang diangkat dan keterbatasan dari penulis maka dalam penelitian ini peneliti hanya mengkhususkan lokasi penelitian di 4

fasilitas kesehatan yang ada yaitu : RSUP Sultra, RS Bhayangkara, RS Santa Anna serta RS dr. R. Ismoyo. E. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan dari hasil karya ini dapat dipakai sebagai : 1. Bahan pembelajaran bagi mahasiswa lainnya untuk menyelesaikan tugas akhirnya, yang mengambil permasalahan yang hampir sama mengenai transportasi. 2. Hasil penulisan ini bisa menjadi salah satu tolak ukur Pemerintah dalam peningkatan pelayanan kepada masyarakat terutama di bidang transportasi dan kesehatan. F. Keaslian Penelitian Dalam penelitian ini penulis mengambil bahan pembelajaran dan masukan sebagai bahan pembanding dalam menyelesaikan penulisan ini dari berbagai hasil karya tulis dari mahasiswa-mahasiswa yang telah menyelasaikan skripsinya diantaranya adalah : Kertarajasa E, (2007), menulis tentang Karakteristik dan Tingkat Bangkitan Lalu Lintas Rumah Sakit di Semarang, adapun kesamaan dengan penlitian ini adalah obyek yang digunakan adalah fasilitas kesehatan. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi yang diteliti yaiu kartarajasa menliti Rumah Sakit yang berada di Semarang sedangkan penelitian ini di lakukan di Kendari. Sudarlin (2010), menulis tentang Analisis Pemodelan Bangkitan

Pergerakan Lalulintas pada Tata Guna Lahan SMPN di Kota Kendari. Adapun kesamaan dengan penelitian ini adalah pemodelan regresi dengan linear berganda

yang menggunakan Program SPSS, sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan yang diteliti yaitu Sudarlin meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan pergerakan Lalulintas pada tata guna lahan SMPN di Kota Kendari, sedangkan penelitian ini menulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan perjalanan ke fasilitas Kesehatan yang ada di Kota Kendari. Limbu, A.T (2010), menulis tentang Analisis Bangkitan dan Aksesibilitas Transportasi Lingkungan Perumahan di Kecamatan Poasia Kota Kendari. Adapun kesamaan dengan penelitian ini adalah pemodelan regresi dengan linear berganda yang menggunakan Program SPSS, sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan yang diteliti yaitu Amos meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya bangkitan dan aksesibilitas dari Kompleks Perumahan di kecamatan Poasia, sedangkan penelitian ini menulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan perjalanan ke fasilitas Kesehatan yang ada di Kota Kendari. Tengkano, S. (2010), menulis tentang Analisis Model Demand Bandar Udara Haluoleo Kendari Adapun kesamaan dengan penelitian ini adalah pemodelan regresi dengan linear berganda yang menggunakan Program SPSS, sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan yang diteliti yaitu Tengkano meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan penumpang di Bandara Haluoleo Kendari, sedangkan penelitian ini menulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan perjalanan ke fasilitas Kesehatan yang ada di Kota Kendari.

Rachmad (2010), menulis tentang Analisis Bangkitan Perjalanan Penumpang Dengan Moda Angkutan Feri Rute Kendari Wawonii. Adapun kesamaan dengan penelitian ini adalah pemodelan regresi dengan linear berganda yang menggunakan Program SPSS, sedangkan perbedaannya terletak pada pokok bahasan yang diteliti yaitu Rachmad meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan penumpang Angkutan Feri Kendari Wawonii, sedangkan penelitian ini menulis tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi tarikan perjalanan ke fasilitas Kesehatan yang ada di Kota Kendari.

Tabel 1.1 Maping Hasil Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Variabel Dependent (Y) Independent (X) (X1) Luas Lahan (X2) Luas Bangunan (X3) Jumlah Tempat Tidur (X4) Jumlah Pegawai (X1) Jumlah Siswa (X2) Jumlah Guru (X3) Luas Sekolah (X4) Jumlah Kelas (X5) Kapasitas Kelas (X6) Jumlah Ruang Kelas (X7) Luas Kelas rata-rata (X8) Luas Total Ruang Kelas Model yang dihasilkan

No 1.

Tahun

Judul

R2

Ket. Pendekatan Agregat

Kartarajasa 2007 E.

Karakteristik dan Tingkat Volume Lalu Bangkitan Lalu Lintas Lintas Rumah Sakit di Semarang

Y = 219,7 + 0,983 0,365X4

2.

Sudarlin

2010

Analisis Pemodelan Bangkitan Pergerakan Pada Tata Guna Lahan SMPN di Kota Kendari

Jumlah Kendaraan Pengantar Siswa

Model 0,781 (X8 Pendekatan tarikan ( Y = & X11) Agregat -452.908 +0,506 (X8) + 142,331 (X11) Model Bangkitan (Y = 100461,57 + 0,280 (X3) + 1,862 (X4) + 2,103 (X6)

Lanjutan Tabel 1.1 No 3. Nama Peneliti Tulak, A.L. Tahun 2010 Judul Analisis Bangkitan dan Aksesibilitas Transportasi Lingkungan Perumahan di Kecamatan Poasia Kota Kendari Variabel Dependent (Y) Independent (X) (X1) Tipe Rumah (X2) Pendapatan Keluarga/bulan (X3) Jumlah Anggota Keluarga (X4) Kepemiliakn Mobil X5) Kepemilikan Sepeda Motor (X6) Jumlah Anggota Keluarga yang bekerja (X7) Jumlah Anggota Kel. Yg Sekolah Model yang dihasilkan R2 Ket.

Jumlah 0,298 (X1, Pendekatan Bangkitan Agregat X2, X5, Perjalanan Y = 2,009 + X7) 0,275 X7 Jmlh. Aksesibilitas Perjalanan Y = 1,239 + ,545X2

Lanjutan Tabel 1.1 Nama Peneliti Tengkano, S. Variabel Dependent (Y) Independent (X) Jumlah Penumpang (X1) Jumlah Penduduk (X2) PDRB perkapita (X3) Jumlah Eksport (X4) Jumlah Industri (X5) Jumlah Pergerakan Pesawat (X6) Jumlah Wisatawan (X7) Jumlah Tenaga Kerja (X8) Tamu Menginap di Hotel Model yang dihasilkan Y=73446,300 + 0,036X2 + 72,463X5 R2 0,996 (X2 & X5 = 99,6%)

No 4.

Tahun 2010

Judul Analisis Model Transport Demand Bandar Udara Haluoleo Kendari

Ket. Pendekatan Agregat

10

Lanjutan Tabel 1.1 Variabel Dependent (Y) Independent (X) (X1) Jenis Kelamin (X2) Usia (X3) Jenis Pekerjaan (X4) Pendidikan Terakhir (X5) Pendapatan/Bulan (X6) Kepemilikan Sepeda Motor (X7) Kepemilikan Mobil (X8) Jenis Perjalanan (X9) Maksud Perjalanan (X10) Biaya Perjalanan (X11) Kenyamanan (X12) Ketepatan Waktu Perjalanan (X13) Lama Perjalanan (X14) Keamanan (X15) Jadwal Keberangkatan

No 5

Nama Peneliti Rachmad

Tahun 2011

Judul

Model yang dihasilkan

R2

Ket. Pendekatan Agregat

Analisis Bangkitan Frekuensi Perjalanan Penumpang Perjalanan Dengan Moda NAgkutan Keluar Feri Rute Kendari - Wawonii

Y = 1,438 + 0,317 0,827X6 + 1,995X7

Sumber : Skripsi Teknik Sipil

10

11

II GAMBARAN UMUM LOKASI


A Kondisi Geografis dan Batas Wilayah Wilayah Kota Kendari dengan ibu kotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara secara geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa berada di antara 3o 54 30``- 4 o 3 11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 122 o 23 - 122 o 39` Bujur Timur. Sepintas tentang letak wilayah Kota Kendari sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Konawe, Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kendari, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan. Kota Kendari terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tk. II Kendari.. B Luas Wilayah Wilayah Kota Kendari terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Wilayah daratannya terdapat di daratan Pulau Sulawesi mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km atau 0,70 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam, Kecamatan Abeli merupakan wilayah kecamatan yang paling luas, kemudian menyusul Kecamatan Baruga, Kecamatan Poasia, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Mandonga,

12

Kecamatan Kambu, Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Kendari, Kecamatan Wua-Wua, dan Kecamatan Kadia. Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan Luas Km2 23,36 49,58 42,71 9,1 12,35 43,52 49,61 23,13 19,55 22,98 295,89 % 7,89 16,76 14,43 3,08 4,17 14,71 16,77 7,82 6,61 7,77 100

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Kecamatan Mandonga Baruga Puuwatu Kadia Wua-wua Poasia Abeli Kambu Kendari Kendari Barat

Kota Kendari

Sumber : BPS Kota Kendari (Kendari Dalam Angka 2011)

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Tabel 2.2 Penududuk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kendari Menurut Kecamatan 2000 2010 Jumlah Penduduk No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kecamatan 2000 Mandonga Baruga Puuwatu Kadia Wua-wua Poasia Abeli Kambu Kendari Kendari Barat Kota Kendari 29.782 9.455 18.208 31.650 11.145 14.324 16.545 14.166 21.345 38.830 205.450 2010 36.163 19.368 27.749 39.244 24.407 24.977 22.438 27.135 25.557 42.928 289.966 Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%) 1,98 7,50 4,34 2,19 8,23 5,77 3,12 6,77 1,83 1,02 3,54

Sumber : BPS Kota Kendari (Kendari Dalam Angka 2011)

13

Penduduk kota Kendari berdasarkan Sensus Penduduk 2000 berjumlah 205.240 jiwa. Ketika dilakukan Survei Penduduk Antarsensus (Supas) pada tahun 2005, diketahui jumlah penduduk kota Kendari meningkat menjadi 226.056 jiwa. Jumlah penduduk terakhir pada tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebanyak 289.966 jiwa. Penduduk tersebut tersebar dengan persebaran yang tidak merata. Pada tahun 2010, sebanyak 14,80 persen penduduk kota Kendari tinggal di wilayah Kendari Barat, hanya 6,68 persen tinggal di Kecamatan baruga, dan selebihnya tersebar pada 8 kecamatan dengan persebaran yang bervariasi. Di samping itu, dilakukan penghitungan kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah Kecamatan. Kepadatan penduduk adalah banyaknya penduduk per km persegi. Kadia merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu sebesar 4.313 jiwa per km sedangkan Baruga merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah yaitu sebesar 391 jiwa per km . Bila dilihat berdasarkan rasio jenis kelamin, di kota Kendari terdapat lebih banyak penduduk laki-laki daripada perempuan. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kota Kendari sebesar 101,98. Atau dengan kata lain, terdapat 102 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Selama

14

periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2010, untuk laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan, Wua-wua merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 8,23 persen per tahun. Selanjutnya Kendari Barat merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk paling rendah yaitu sebesar 1,02 persen per tahun. Secara umum, laju pertumbuhan penduduk kota Kendari sebesar 3,54 persen per tahun. D Persebaran dan Kepadatan Penduduk Persebaran penduduk Kota Kendari tahun 2010 terpusat di Kecamatan Kendari Barat berkisar 42.928 jiwa, menyusul Kecamatan Kadia 39.244 jiwa. Penyebab utama terjadinya persebaran penduduk di Kecamatan Kendari Barat karena Kecamatan Kendari Barat merupakan kecamatan pecahan dari Kecamatan Kendari dimana Kendari merupakan Kota Lama dan Kendari Barat merupakan pusat perkantoran dan sebagian kampus Unhalu masih berada di Kecamatan ini. Hal ini menjadi penyebab padatnya penduduk di Kecamatan Kendari Barat. Sedangkan kecamatan mandonga jumlah penduduknya mencapai 36.163 Jiwa yang merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga, penyebaran penduduk cukup tinggi disebabkan karena meningkatnya kegiatan ekonomi dengan dibangunnya toko/mall dan hotel. Untuk penduduk Kecamatan Baruga sebesar 19.368 jiwa, Poasia 24.977 jiwa, Abeli 22.438 jiwa, Puwatu 27.749 jiwa, Wua-Wua 24.407 jiwa, Kadia 39.244 jiwa dan Kambu 27.35 jiwa, masing-masing mengalami peningkatan jumlah penduduk dengan persebaran penduduk yang tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Terkecuali

15

Kecamatn Kendari yang mengalami penurunan jumlah penduduk sebesar 0.95 persen menjadi 25.557 jiwa pada tahun 2010. Kepadatan penduduk di Kota Kendari tejadi di Kecamatan Kadi yang mencapai 4.313 jiwa/km2. Di susul Kecamatan Kendari barat dan Mandonga sebesar 1.868 jiwa/km2 dan 1.548 jiwa/km2. Untuk lengakpnya di sajikan pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Peresebaran Penduduk Kota Kendari Menurut Kecamatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kecamatan Mandonga Baruga Puuwatu Kadia Wua-wua Poasia Abeli Kambu Kendari Kendari Barat Jumlah/Total Luas Wilayah (km2 ) 23,36 49,58 42,71 9,1 12,35 43,52 49,61 23,13 19,55 22,98 295,89 Jumlah Penduduk (Jiwa 36.163 19.368 27.749 39.244 24.407 24.977 22.438 27.135 25.557 42.928 289.966 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2 ) 1.548 391 650 4.313 1.976 574 452 944 1.307 1.868 980

Sumber : BPS Kota Kendari (Kendari Dalam Angka 2011)

E. Kesehatan Pembangunan kesehatan di Kota Kendari dititik beratkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Demikian pula halnya pelaksanaan program Keluarga Berencana diarahkan menciptakana Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Untuk mencapai sasaran pembangunan sebagai mana tersebut di atas baik di bidang kesehatan maupun di bidang program keluarga berencana, selama tahun

16

2005 2010 dalam wilayah ini diupayakan pelaksanaan kesehatan dan keluarga berencana sampai ke pelosok pedesaaan. Pada table 2.4 dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 jumlah fasilitas kesehatan terdiri dari 12 unit Rumah Sakit, 14 unit Puskesmas, 18 unit Puskesmas Pembantu dan 4 unit Puskesmas Plus. Tabel 2.4 Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rumah Sakit 8 10 11 11 11 12 Puskesmas 10 11 7 8 13 14 Puskesmas Pembantu 18 17 20 20 16 18 Puskesmas Plus 2 3 3 4 4 4

Sumber : BPS Kota Kendari (Kendari Dalam Angka 2011)

F. Letak dan Sketsa Rumah Sakit 1. RSUP Provinsi Sulawesi Tenggara

RUANG PERAWATAN KANTOR LAB

IGD

Gambar 2.1 : Sketsa Lokasi RSUP Provinsi Sulawesi Tenggara

17

RSUP Prov. Sultra terletak di Jl. DR. Ratulangi No 65 Kendari, di Rumah Sakit tersebut terdapat 5 pintu masuk dimana 3 diantaraya adalah pintu masuk ke dalam fasilitas perawatan dan Instalasi Gawat Darurat, satu pintu masuk kedalam laboratorium dan satu pintu masuk ke kantor RSUP Prov. Sultra. RSUP Prov Sultra masuk Klasifikasi Rumah Sakit Type C 2. RS dr. R. Ismoyo RS dr. R. Ismoyo masuk klasifikasi rumah sakit yang bertipe D, terletak di Jl. Laute No. 1, di Rumah Sakit tersebut hanya terdapat dua pintu masuk kedalam rumah sakit dengan pintu masuk menghadap jalan dengan dua jalur dan dua lajur. Tetapi hanya satu pintu untuk masuk kendaraan bermotor yaiut pintu gerbang yang menghadap langsung dengan Jl . Laute. Satu pintu hanya untuk pejalan kaki saja.

RUANG PERAWATAN KANTOR

R. OPERASI

APOTIK

Gambar 2.2 : Sketsa RS dr. R. Ismoyo

3. RS Santa Anna RS Santa Anna terletak di jl. Dr. Moh Hatta No. 65 Kendari, terdapat dua pintu masuk kedalam rumah sakit tersebut, satu pintu masuk menghadap

18

jalan Moh. Hatta dengan dua jalur dan dua lajur. Satu pintu masuk meghadap jalan perumahan masyarakat. Rumah Sakit Santa Anna masih termasuk Klasifikasi Rumah Sakit yang bertipe D.

RUANG PERAWATAN

IGD

Gambar 2.3 Sketsa RS Santa Anna 4. RS Bhayangkara RS Bhayangkara terletak di Jl. Lawata No 7 Kendari, terdapat dua pintu masuk kedalam Rumah Sakit dimana Kedua pintu masuknya mengahdap jalan yang sama yaitu Jl. Lawata dengan dua jalur dan satu lajur.

RUANG PERAWATAN KANTIN

Gambar 2.4 : Sketsa Lokasi RS. Bhayangkara

19

III TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Pergerakan Tamin, (1997) menyatakan dalam sistem transportasi terdapat konsep dasar pergerakan dalam daerah perkotaan yang merupakan prinsip dasar dan titik tolak kajian di bidang transportasi. Konsep tersebut terbagi dalam dua bagian, yaitu: 1. Pergerakan Tidak Spasial Pergerakan tidak spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota, misalnya yang menyangkut pertanyaan mengapa orang melakukan perjalanan, kapan orang melakukan perjalan, dan jenis angkutan apa yang digunakan. Ciri pergerakan tidak spasial adalah semua ciri pergerakan yang berkaitan dengan aspek tidak spasial, seperti sebab terjadinya pergerakan, waktu terjadinya pergerakan dan jenis moda yang digunakan. a. Terjadinya pergerakan dapat dikelompokkan berdasarkan maksud perjalanan sebagai berikut: 1. Aktivitas ekonomi, seperti mencari nafkah dan mendapatkan barang serta pelayanan. Klasifikasi perjalanannya adalah dari dan ke tempat kerja, yang berkaitan dengan bekerja, ke dan dari toko dan keluar untuk keperluan pribadi serta yang berkaitan dengan belanja atau bisnis pribadi. 2. Aktivitas sosial, seperti menciptakan dan menjaga hubungan pribadi. Klasifikasi perjalannya berupa ke dan dari rumah teman, ke dan dari tempat pertemuan bukan di rumah. Dalam aktivitas ini kebanyakan

20

fasilitas terdapat dalam lingkungan keluarga dan tidak menghasilkan banyak perjalanan serta terkombinasi dengan perjalanan hiburan. 3. Aktivitas pendidikan, klasifikasi perjalanan ini adalah ke dan dari sekolah, kampus dan lain-lain. Aktivitas ini biasanya terjadi pada sebagian besar penduduk yang berusia 5-22 tahun, di negara sedang berkembang jumlahnya sekitar 85 % penduduk. 4. Aktivitas rekreasi dan hiburan, klasifikasi perjalannya adalah ke dan dari tempat rekreasi atau yang berkaitan dengan perjalanan dan berkendaraan untuk berekreasi. Aktivitas ini biasa terjadi seperti mengunjungi restoran, kunjungan sosial (termasuk perjalanan hari libur). 5. Aktivitas kebudayaan, klasifikasi perjalannya adalah ke dan dari daerah budaya serta pertemuan politik. Aktivitas ini berupa perjalanan kebudayaan dan hiburan dan sangat sulit dibedakan. b. Waktu terjadinya pergerakan. Waktu terjadinya pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan aktivitasnya sehari-hari, dengan demikian waktu perjalanan sangat tergantung pada maksud perjalanan. Perjalanan ke tempat kerja atau perjalanan dengan maksud bekerja biasanya merupakan perjalanan yang dominan, maka sangat penting diamati secara cermat. Karena pola kerja biasanya dimulai pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 16.00, maka waktu perjalanan untuk maksud perjalanan kerja biasanya mengikuti pola kerjanya.

21

c. Jenis sarana angkutan yang dipergunakan. Dalam melakukan perjalanan pada umumnya orang akan

dihadapkan pada pilihan moda angkutan seperti mobil, angkutan umum, pesawat terbang atau kereta api. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan, orang mempertimbangkan berbagai faktor yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya dan tingkat kenyamanan. Meskipun dapat diketahui faktor yang menyebabkan seseorang memilih jenis moda yang digunakan, pada kenyataannya sangatlah sulit merumuskan mekanisme pemilihan moda. 2. Pergerakan Spasial Pergerakan spasial (dengan batas ruang) di dalam kota, termasuk pola tata lahan, pola perjalan orang dan pola perjalan barang. Konsep paling mendasar yang menjelaskan terjadinya pergerakan atau perjalanan selalu dikaitkan dengan pola hubungan antar distribusi spasial perjalanan dengan distribusi tata guna lahan yang terdapat pada suatu wilayah. Dalam hal ini konsep dasarnya adalah bahwa suatu perjalanan dilakukan untuk kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi kegiatan tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kota tersebut, oleh karenanya faktor tata guna lahan sangat berperan. Ciri perjalanan spasial, yaitu pola perjalanan orang dan pola perjalanan barang. a. Pola perjalanan orang. Perjalanan terbentuk karena adanya aktivitas yang dilakukan bukan di tempat tinggal sehingga pola tata guna lahan suatu kota akan sangat

22

mempengaruhi pola perjalanan orang. Dalam hal ini pola penyebaran spasial yang sangat berperan adalah sebaran spasial dari daerah industri, perkantoran dan pemukiman. Pada lokasi yang kepadatan penduduknya lebih tinggi dari kesempatan kerja yang tersedia, terjadi surplus penduduk, dan mereka harus melakukan perjalanan ke pusat kota untuk bekerja. Di sini terlihat bahwa semakin jauh jarak dari pusat kota semakin semakin banyak daerah perumahan dan semakin sedikit kesempatan kerja yang berakibat semakin banyak perjalanan yang terjadi antara daerah tersebut yang menuju pusat kota. Kenyataan sederhana ini menentukan dasar ciri pola perjalanan orang di kota, pada jam sibuk pagi hari akan terjadi arus lalu lintas perjalanan orang menuju ke pusat kota dari daerah perumahan dan sibuk sore dicirikan oleh arus lalu lintas perjalanan orang dari pusat kota ke sekitar daerah perumahan. b. Pola perjalanan barang. Pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi yang sangat tergantung pada pola tata guna lahan pemukiman (konsumsi) serta industri dan pertanian (produksi). Selain itu pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh pola rantai distribusi yang menghubungkan pusat produksi ke daerah konsumsi, 80 % perjalanan barang yang dilakukan di kota menuju daerah perumahan, ini menunjukkan bahwa perumahan merupakan daerah konsumsi yang dominan.

23

B. Karakteristik Pergerakan Arus atau volume lalu-lintas pada suatu prasarana lalu-lintas diukur berdasarkan jumlah kendaraan yang melewati ruas tertentu dalam selang waktu tertentu. Arus lalu- lintas suatu zona tergantung pada beberapa faktor yang berhubungan dengan kondisi atau tata guna lahan setempat. Besarnya arus lalulintas biasanya bervariasi menurut jam, hari dan bulan bahkan tahunan. Pergerkan didalam suatu wilayah mempunyai karakteristik yang sama yang berlaku hampir pada semua wilayah yang lain. Berdasarkan karaktaristik pergerakannya, para ahli mendefinisikan konsep-konsep teoritis dalam usaha mempelajari dan memahami pergerakan. Pada prinsipnya karakteristik pergerakan dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu pergerakan spasial dan pergerakan non spasial. Karakteristik pergerakan spasial mencakup semua karakteristk yang berehubungan dengan aspek- aspek orientasi dari pergerakan itu sendiri seperti tata guna lahan, pola perjalanan orang, dan pola perjalanan barang. Sedangkan karakteristik pergerakan non spasial adalah semua karakteristik yang berkaitan dengan aspek-aspek sebab terjadinya pergerakan, waktu terjadinya pergerakan, dan jenis sarana transportasi yang digunakan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perjalanan di perkotaan adalah jumlah penduduk, tata guna lahan, tipe pengembang kota, lapangan pekerjaan, rasio penduduk terhadap kepemilikan kendaraan, besarnya penghasilan, dan maksud perjalanan. Lalu-lintas dalam kota secara keseluruhan adalah sebanding dengan jumlah penduduk kota dengan perjalanan ke tempat kerja merupakan kategori terbesar dan biasanya berhubungan secara linier dengan

24

jumlah penduduk. Banyaknya perjalanan ketempat kerja dengan mobil terutama tergantung pada tingkat pemilikan mobil, tipe pekerjaan dan ketersediaan angkutan umum, kebijaksanaan parkir dan aksesibilitas angkutan umum. Proporsi perjalanan yang berorientasi kepusat kota bukan hanya ditentukan oleh ukuran tetapi oleh fungsi dan perkembangan kota tersebut. Biasanya proporsi jumlah pekerjaan di area pusat kota berbanding jumlah keseluruhan perjalanan dalam kota menurun perlahan dengan meningkatnya ukuran kota. Perjalanan terbesar yang menuju pusat kota berasal dari daerah-daerah permukiman yang paling dekat pusat kota, sedangkan proporsi perjalanan dengan angkutan pribadi pada daerah diluar pusat kota meningkat dengan menurunnya pelayanan angkutan umum di daerah tersebut. C. Bangkitan Perjalanan Hobbs, (1995) menyatakan perjalanan dengan aneka angkutan dan atau aneka maksud perjalanan disederhanakan menjadi perjalanan yang ditandai dengan satu jenis angkutan dan satu maksud dengan mengabaikan tahap-tahap antara pemberhentian untuk maksud sekunder. Perjalanan sering kali dianggap sebagai produksi dari suatu guna lahan dan tertarik oleh guna lahan lainnya. Sekitar tiga perempat dari semua perjalanan berbasis dari rumah tinggal, yaitu perjalanan yang berangkat dan berakhir di rumah. Perjalanan yang berbasis bukan dari rumah terutama adalah perjalanan antar tata guna lahan penarik, misalnya dari tempat kerja menuju restoran, dari tempat belanja ke gedung bioskop, dari kantor ke dokter atau rumah sakit dan lain-lain. Bangkitan perjalanan yang terjadi merupakan perkiraan jumlah pergerakan

25

yang tertarik kesuatu tata guna lahan atau zona dimana merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu-lintas per satuan waktu. Bangkitan perjalanan mencakup tentang perjalanan yang meninggalkan suatu lokasi dan perjalanan yang menuju lokasi tersebut. Representasi sederhana bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan dapat diperlihatkan dalam Gambar 3.1 (Tamin, O, Z., 1997).

Origin (Asal Tujuan)

Destinatiaon (Tujuan/tarikan)

Gambar 3.1. Bangkitan dan Tarikan Lalu-lintas Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Jumlah lalu-lintas bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab lalu-lintas ialah kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan berhubungan dan mengangkut barang kebutuhannya. Bangkitan dan tarikan lalu lintas mencakup (Tamin, O.Z., 2000) : 1. Lalu lintas yang meninggalkan lokasi 2. Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi, Gambar 3.1. D. Pemodelan Transportasi Perkiraan jumlah perjalanan yang tertarik menuju suatu zona tujuan atau

26

dengan kata lain perjalanan yang datang ke suatu lokasi tata guna lahan adalah sangat penting mengingat perkiraan jumlah tarikan perjalanan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan sistim transportasi di masa yang akan datang. Perkiraan jumlah tarikan perjalanan ini dapat dibuat suatu model dan pada umumnya model ini memperkirakan jumlah total perjalanan yang tertarik sesuai dengan maksud dan tujuan berdasarkan karakteristik tata guna lahan dan sosial ekonomi dari setiap tempat (zona) yang menjadi tarikan lalu-lintas (Morlock, 1988). Beberapa model utama yang sering digunakan, yaitu model grafis dan model matematis. Model grafis adalah model yang menggunakan gambar, warna, dan bentuk sebagai media penyampaian informasi mengenai keadaan yang sebenarnya (realita). Model grafis sangat diperlukan, khususnya untuk transportasi, karena kita perlu mengilustrasikan terjadinya pergerakan arah dan besarnya) yang terjadi yang beroperasi secara spasial (ruang). Model matematis menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media dalam usaha mencerminkan realita (Tamin, 2000). Penelitian tentang model perencanaan transportasi selalu dilandasi oleh empat tahapan yang berkesinambungan yang disebut four steps model sebagai berikut (Tamin, 2000): a. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) b. Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution c. Model Pemilihan Moda (Modal Split) d. Model Pemilihan Rute (Trip Assignment)

27

Dari keempat tahap tersebut, yang merupakan tahap paling awal adalah trip generation atau bangkitan pergerakan yang terdiri dari trip production (produksi pergerakan) dan trip attraction (tarikan pergerakan). Salah satu cara untuk menghasilkan model tarikan pergerakan adalah menggunakan teknik analisa regresi. Teknik analisa regresi merupakan adalah suatu teknik berdasar metode statistik, yang dapat digunakan untuk menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik untuk melihat bagaimana dua variabel (Simple Regresi) atau lebih (Multiple Regresi) saling berkait. (Tamin, 2000). E. Model Bangkitan Perjalanan 1. Definisi Dasar Model Bangkitan Perjalanan Bangkitan Perjalanan (Trip Generation) adalah diambil dari istilah asing yang terdiri dari 2 suku kata, yaitu trip dan generation. Trip artinya perjalanan yang menurut Morlok (1985) perjalanan didefinisikan sebagai pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan. Generation berasal dari kata dasar to generate (= verb = kata kerja) yang artinya

membangkitkan, sehingga generation diartikan sebagai bangkitan. Jadi trip generation atau bangkitan perjalanan artinya jumlah pergerakan atau perjalanan yang dilakukan/dibangkitkan dari suatu zona atau kawasan tertentu. Meskipun pergerakan sering diartikan dengan pergerakan pulang pergi, dalam ilmu transportasi biasanya analisis keduanya harus dipisahkan. Kawasan yang menghasilkan atau memproduksi perjalanan adalah kawasan perumahan (household zone), sedangkan kawasan yang

28

cenderung untuk menarik perjalanan adalah kawasan perkantoran, pertokoan, pendidikan, dan tempat rekreasi. Definisi dasar yang berhubungan dengan model bangkitan adalah sebagai berikut : a. Perjalanan Dalam ilmu transportasi, analisis pergerakan pulang dan perjalanan pergi harus dipisahkan. Pergerakan satu arah dari zona asal ke zona tujuan, termasuk termasuk pergerakan perjalanan kaki. Apabila secara kebetulan berhenti dalam suatu pergerakan, maka tidak dianggap sebagai tujuan perjalanan. Meskipun perubahan rute terpaksa dilakukan. b. Pergerakan berbasis rumah Merupakan pergerakan yang salah satu zona (asal atau tujuan ) atau kedua-duanya (asal dan tujuan adalah rumah). c. Pergarakan berbasis non rumah
Pergerakan yang berbasis bukan rumah merupakan perjalanan yang berasal dari tempat selain rumah antara lain pergerakan antara tempat kerjadan toko, pergerakan bisnis antara dua tempat kerja.

d. Bangkitan pergerakan Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan yang berbasis bukan rumah. e. Tarikan pergerakan Digunakan untuk suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan tujuan bukan rumah atau pergerakan

29

yang tertarik oleh pergerakan yang berbasis bukan rumah. f. Tahapan bangkitan pergerakan Digunakan untuk menetapkan besarnya bangkitan pergerakan yang dihasilkan oleh rumah tangga (baik untuk pergerakan yang berbasis rumah maupun berbasis bukan rumah) pada selang waktu tertentu (per jam atau per hari). 2. Klasifikasi Pergerakan a. Berdasarkan tujuan pergerakan Untuk pergerakan berbasis rumah terdapat lima kategori tujuan pergerakan yang sering dipergunakan yaitu pergerakan ke tempat kerja, pergerakan ke sekolah, pergerakan ke tempat belanja, pergerakan untuk kepentingan sosial dan lain sebagainya. b. Berdasarkan waktu Pergerakan biasanya dikelompokkan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat bervariasi sepanjang hari. c. Berdasarkan jenis orang Prilaku pergerakan seseorang tergantung dari keadaan sosial ekonominya, yaitu pendapatan, tingkat pemilikan kendaraan serta ukuran dan struktur rumah tangga. F. Perjalanan dan Bepergian Menurut Abler et.al (1972) dalam Warpani (1990), kalau kita berbicara masalah bepergian, tekanan utama adalah pada hubungan antara tempat asal dan

30

dan tujuan, sedangkan bila kita bicara masalah perjalanan kita memperhatikan lintasan, alat angkut (kendaraan), kecepatan dan semua yang terjadi atau kita lihat sepanjang. Sedangkan perjalanan dilakukan dengan tujuan menikmati kegiatan perjalanan itu sendiri atau karena ada maksud tertentu, unsur kegiatan jasa angkutan selain tentu saja ada unsur bepergian di dalamnya. Dengan demikian, bepergian dan perjalanan dipandang berbeda, bepergian dinyatakan dalam kekerapan dilakukan, sedangkan perjalanan dinyatakan dalam biaya, waktu, jarak, lintasan dan peristiwa serta kegairahan yang diperoleh sepanjang jalan. G. Pola Tata Guna Lahan Perkotaan Pola tata guna lahan perkotaan memiliki ciri dan struktur yang berbeda dengan tata guna lahan pedesaan (Jayadinata. JT, 1999). Perbedaan dalam struktur pengembangan perkotaan memiliki konsekuensi terhadap permintaan dan penyediaan jasa transportasi. Untuk menganalisis struktur perkotaan dan distribusi kegiatan dalam ruang serta untuk memahami pola kebutuhan transportasi sekarang dan masa yang akan datang maka teori pola tata guna lahan perkotaan dapat dibedakan dalam beberapa teori. Antara lain Teori Jalur Sepusat atau Teori Konsentrik (consentric zone theory), Teori Sektor (sector theory) dan Teori Pusat Lipat Ganda (multiple nuclei concept) dan Teori Poros. H. Lahan dan Transportasi Persoalan transportasi dalam kaitannya dengan pertumbuhan wilayah perkotaan pada dasarnya dapat diindikasikan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu: 1. 2. Meningkatnya pertumbuhan dan sebaran penduduk pada kawasan perkotaan. Meningkatnya kegiatan sosial-ekonomi yang ada di dalamnya.

31

3.

Perkembangan dan perubahan guna lahan. Interaksi yang terjadi antara ketiga aspek tersebut dipresentasikan dalam wujud arus pergerakan, baik dalam bentuk lalu lintas orang maupun lalu lintas barang. Menurut Manheim (1979) di dalam kaitannya dengan perlakuan atau intervensi terhadap sistem transportasi, terdapat 3 (tiga) demensi perubahan secara kritis mempengaruhi sistem transportasi, yaitu: a. Perubahan dalam sistem permintaan transportasi, seperti pertumbuhan dan populasi, peningkatan pendapatan serta perubahan guna lahan akan mempengaruhi permintaan terhadap jasa transportasi, baik jumlah permintaan ataupun perubahan sebaran permintaan pada kerangka ruang atau waktu; b. Perubahan pada kemajuan tehnologi, seperti adanya kemajuan teknologi angkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan angkutan (kecepatan, kenyamanan, keamanan dan lain sebagainya), serta penghematan energi; c. Perubahan tata nilai dalam pengambilan keputusan transportasi. Sebagai suatu sistem, tentunya interaksi antar elemen ruang akan saling mempengaruhi secara dinamis. Berbagai tindak perlakuan terhadap sistem kegiatan akan saling mempengaruhi sistem transportasi, demikian pula berlaku sebaliknya. Selanjutnya, dalam usaha mempelajari dan menganalisis sistem transportasi

dan kaitannya dengan sistem kegiatan, Manhein (1979), menyatakan adanya 3 (tiga) unsur yang saling berinteraksi yaitu sistem kegiatan (activity system), sistem

32

transportasi (transportation system) dan sistem pergerakan (flow). Interaksi antar ketiga unsur tersebut akan saling mempengaruhi, dalam arti setiap

perlakuan/intervensi pada salah satu unsur akan mempengaruhi unsur yang lain. Lebih jauh Vaughan (1978), menyatakan bahwa interaksi antar unsur tersebut tidak saja mempengaruhi besaran kegiatan unsur, akan tetapi juga akan mempengaruhi pola struktur ruang geografis yang akan terjadi. Karenanya dalam usaha untuk mempelajari dan menganalisis sistem transportasi suatu wilayah atau kawasan, pada dasarnya harus selalu mengacu kepada pola dan karakteristik pertumbuhan wilayah serta berbagai aspek yang ada di dalamnya, baik karakteristik penduduk, karakteristik kegiatan sosio-ekonomi, ataupun

karakteristik guna lahannya serta sistem transportasinya. Kasus pertumbuhan wilayah perkotaan pada dasarnya ditujukan oleh meningkatnya aktivitas kota serta perkembangan fisik kota. Salah satu dampak yang sangat dirasakan, diindikasikan oleh adanya pertumbuhan arus pergerakan kendaraan yang sangat pesat pada setiap ruas jalan yang ada. Sebagai contoh implikasi dari adanya peningkatan arus kendaraan pada sebagian ruas jalan yang ada di kawasan perkotaan adalah terhadap peningkatan kebutuhan prasarana sarana transportasi yang memadai, khususnya untuk melayani interaksi antar pusat pelayanan yang ada pergerakan menerus. I. Pola Jalan Sebagai Indikator Morfologi Kota Yunus HS (1999), pola jalan di kota merupakan salah satu unsur dari morfologi kota. Pola jalan sangat mempengaruhi pola keruangan kota, ada 3 (tiga) di kawasan perkotaan, bahkan interaksi arus

33

tipe sistem pola jalan yang dikenal, yaitu: pola jalan yang tidak teratur (irregular system), pola jalan radial konsentris (radial concentric system) dan pola jalan bersudut siku atau grid (rectangular of grid system). J. Perkembangan Fisik Kota Menurut Yunus HS (1999), meningkatnya jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan kehidupan dalam aspek politik, perekonomian, sosial budaya dan teknologi telah mengakibatkan meningkatnya kegiatan penduduk perkotaan yang akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan ruang perkotaan yang besar. Oleh karena ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka peningkatan kebutuhan ruang untuk tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota. Gejala pengambil alihan non urban oleh penggunaan lahan urban di daerah pinggiran kota disebut invasion. Proses perembetan kenampakan fisik perkotaan ke arah keluar disebut dengan urban sprawl. Secara garis besar proses perluasan areal perkotaan (urban sprawl) dibedakan menjadi concentric development/low density continous development, ribbon development/lineair development/axial development, leap frog development/checker board developent. K. Pengertian Satatistik Statistik adalah kumpulan data dalam bentuk angka maupun bukan angka yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau diagram yang menggambarkan atau berkaitan dengan suatu masalah tertentu.

34

Statistika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan metode, teknik atau cara mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginterprestasikan data untuk disajikan secara lengkap dalam bentuk yang mudah dipahami

penggunannya. Statistik adalah sebagai alat pengolah data angka. Stasistik dapat juga diartikan sebagai metode/asas-asas guna mengerjakan/memanipulasi data kuantitatif agar angka berbicara. Statistik dapat berguna dalam penyusunan model, perumusan hipotesis, pengembangan alat pengambil data, penyusunan rancangan penelitian, penentuan sampel, dan analisis data, yang kemudian data tersebut diinterpretasikan sehingga bermakna.

L. Regresi Linear
Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel dependen. 1. Variabel Respon disebut juga variabel dependent yaitu variabel yang keberadaannya diperngaruhi oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan Y. 2. Variabel Prediktor disebut juga variabel independent yaitu variabel yang

bebas (tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya) dan dinotasikan dengan X. Secara umum regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu dengan satu buah variabel bebas dan satu buah variabel terikat; dan regresi linear berganda dengan beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat.

35

Analisis regresi linear merupakan metode statistik yang paling jamak dipergunakan dalam penelitian-penelitian sosial, terutama penelitian ekonomi. Program komputer yang paling banyak digunakan adalah SPSS (Statistical Package For Service Solutions). M. Pendekatan Analisis Ada dua pendekatan analisis yang dipakai dalam mengestimasi kebutuhan perjalanan pada tahap bangkitan perjalanan ini. Kedua pendekatan ini mempunyai ketergantungan dengan basisi perjalanan yang ditinjau dan akhirnya dengan metode apa yang akan digunakan untuk analisis 1. Pendekatan Agregat Merupakan pendekatan yang dilakukan secara menyeluruh (total) dengan memahami atribut-atribut Zona, baik zona asal atau tujuan seperti social ekonomi suatu zona, penduduk zona, perkembangan wilayah dan pola tata guna lahan sebuah zona. Kalau dikaitkan dengan basis perjalanan, berarti pendekatan cara ini kita lakukan apabila perjalanannya berbasis zona. 2. Pendekatan Disagregat Merupakan pendekatan yang dilakukan per individu dengan memahami langsung atribut-atribut elemen yang lebih kecil seperti: faktor-faktor yang berpengaruh menimbulkaan perjalanan tetapi melekat pada diri orang yang melakukan perjalanan (trip maker) atau manusia di antaranya, pendapatan pelaku perjalanan, jumlah kendaraan yang ia punyai, struktur dan ukuran rumah tangga di mana dia berdiam, dan lain-lain. Oleh karena itu kita memahami atribut-atribut manusia, maka

36

pendekatan ini sangat erat kaitannya dengan basis perjalanan rumah (home base trip) dengan beranggapan bahwa setiap individu pelaku perjalanan akan mengawali perjalanan selalu dari rumah yang berlokasi pada zona-zona permukiman dengan maksud perjalanan tertentu sesuai dengan aktivitasnya.

37

IV LANDASAN TEORI
A. Regresi Linear Berganda (Multiple Linear) Analisis regresi linear berganda sebenarnya sama dengan analisis regresi linear sederhana, hanya variabel bebasnya lebih dari satu buah. Perkiraan terbaik untuk parameter hubungan matematis yang ditunjukkan dua variabel atau lebih adalah dengan metode analisis regresi. Metode ini menghasilkan suatu persamaan pendekatan untuk meramalkan total jumlah bangkitan perjalanan yang dapat digunakan sebagai alat prakiraan perjalanan umumnya adalah: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + .... + bn Xn. ........................................................... (4.1) Keterangan : Y X a b = variabel bebas, = variabel-variabel (peubah) bebas, = konstanta (intersept) dan = koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas. Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara serempak dengan menggunakan F hitung. Signifikansi ditentukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel atau melihat signifikansi pada output SPSS. Dalam beberapa kasus dapat terjadi bahwa secara simultan (serempak) beberapa variabel mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi secara parsial tidak. Penggunaan metode analisis regresi linear berganda memerlukan asumsi klasik yang secara statistik harus dipenuhi. Asumsi klasik tersebut meliputi asumsi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan asumsi yang akan dating. Persamaan

38

linearitas. Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah 1) koefisien determinasi; 2) Uji F dan 3 ) uji t. Persamaan regresi sebaiknya dilakukan di akhir analisis karena interpretasi terhadap persamaan regresi akan lebih akurat jika telah diketahui signifikansinya. Koefisien determinasi sebaiknya menggunakan adjusted R Square dan jika bernilai negatif maka uji F dan uji t tidak dapat dilakukan. B. Uji model regresi Uji model regresi sebaiknya dilakukan dengan dua macam, yaitu : a. Uji serentak Uji serentak merupakan uji terhadap nilai-nilai koefisien regresi (b) secara bersama-sama dengan hipotesa H0 H1 : i = 2 = = p = 0 : Minimal ada 1 yang tidak sama dengan nol (0)

Statistik uji yang dipakai untuk melakukan uji serentak ini adalah statistik uji F b. Uji individu Jika hasil pada uji serentak menunjukkan bahwa H0 ditolak, maka perlu dilakukan uji individu dengan hipotesa : H0 H1 : : i=0 i0

Untuk pengujian ini digunakan statistik uji t.

39

C. Analisa Varians Uji T, Uji f dan Koefisien Determinasi (R2) 1. Analisis Varians Analisis varians (analysis of variance, ANOVA) adalah suatu metode analisis statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi. Dalam literatur Indonesia metode ini dikenal dengan berbagai nama lain, seperti analisis ragam, sidik ragam, dan analisis variansi. Ia merupakan pengembangan dari masalah Behrens-Fisher, sehingga uji-F juga dipakai dalam pengambilan keputusan. Analisis varians secara statistika dipahami sebagai suatu teknik untuk menganalisa variasi sekelompok set data dan menyajikannya dalam ukuran-ukuran parameter tertentu yang bersifat kuantitatif (Walpole, R., E., (1985). Secara umum, analisis varians menguji dua varians (atau ragam) berdasarkan hipotesis nol bahwa kedua varians itu sama. Varians pertama adalah varians antarcontoh (among samples) dan varians kedua adalah varians di dalam masing-masing contoh (within samples). Dengan ide semacam ini, analisis varians dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama dengan uji-t untuk dua rerata (mean). Supaya sahih (valid) dalam menafsirkan hasilnya, analisis varians menggantungkan diri pada empat asumsi yang harus dipenuhi dalam perancangan percobaan: 1. Data berdistribusi normal, karena pengujiannya menggunakan uji FSnedecor

40

2. Varians atau ragamnya homogen, dikenal sebagai homoskedastisitas, karena hanya digunakan satu penduga (estimate) untuk varians dalam contoh 3. Masing-masing contoh saling bebas, yang harus dapat diatur dengan perancangan percobaan yang tepat 4. Komponen-komponen menjumlah). Analisis varians relatif mudah dimodifikasi dan dapat dikembangkan untuk berbagai bentuk percobaan yang lebih rumit. Selain itu, analisis ini juga masih memiliki keterkaitan dengan analisis regresi. Akibatnya, penggunaannya sangat luas di berbagai bidang, mulai dari eksperimen laboratorium kemasyarakatan. Analisis varians umumnya digunakan untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok atau lebih data dimana data tersebut menggambarkan suatu karakteristik dari populasi atau sampel yang berbeda. Salah satu kegunaan dari analisis varians banyak dijumpai dalam analisis regresi. Dalam analisis regresi, nilai-nilai hasil prediksi yang dihasilkan dari perhitungan koefisien-koefisien prediktor perlu diuji ketepatannya dengan data hasil pengamatan di lapangan. Dengan menggunakan analisis varians, ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara nilai prediksi dan data pengamatan akan mudah dilihat. Menurut klasifikasinya, analisis varians dapat dibedakan menjadi dua hingga eksperimen periklanan, psikologi, dan dalam modelnya bersifat aditif (saling

41

yaitu analisis varians satu arah (one way classification) dan analisis varians dua arah (two way classification). Menurut kuantitas datanya, analisis varians dapat dibedakan menjadi analisis berdasarkan sampel dan analisis berdasarkan populasi. Persamaan dasar varians berdasarkan sampel seperti dalam persamaan 4.4. sedangkan persamaan berdasarkan populasi seperti dalam persamaan 4.5. V(S1,S2) V(S1,S2)   ................................................................... (4.2) .................................................................... (4.3)

Keterangan V(S1, S2) n x 2. Uji T Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Salah satu kegunaan yang paling baik dari uji T dalam analisis regresi adalah pendugaan parameter sampel terhadap populasi. Jika suatu sampel memiliki ukuran terlalu kecil (n < 30) dibandingkan dengan populasinya, maka uji T dapat digunakan untuk melihat apakah suatu parameter layak ditaksir terhadap populasinya atau tidak. Dalam uji T dikenal adanya distribusi T, dimana nilai T dirumuskan seperti persamaan (4.4). = Varians antara set data S1 dan S2 = jumlah data = data variabel

42

 Keterangan : X

............................................................................... (4.4)

= nilai rata-rata sampel = nilai rata-rata populasi = standar deviasi dari populasi

S n 3. Uji F

= standar deviasi sampel = jumlah anggota sampel

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam beberapa penggunaan ststistik, uji F sering kali dipakai untuk mengukur independensi ataupun variabelitas antar kelompok data eksperimen. Karena uji F banyak dipakai dalam analisis varian dimana suatu eksperimen atau penelitian hendak diukur. Dalam uji regresi, uji F juga berguna terutama untuk melihat standarisasi nilai koefisien satu atau lebih variabel praduga hasil dari sampel. Dengan uji F, suatu koefisien dapat dilihat apakah dapat dianggap mendekati nilai eksperimen atau penelitian atau tidak dengan melihat dua hal yaitu varians antar data dan residu antar data ekspektasi dengan

43

eksperimentasi. Persamaan dasar dari nilai F adalah seperti dalam persamaan 4.7 sebagai berikut ini :  Keterangan : U, V v1, v2 = = nilai kelompok data yang diajukan drajat kebebasan untuk kelompok data U dan V ................................................................................ (4.5)

4. Koefisien Determinasi, R2 Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain Koefisien ini dinyatakan dalam %, yang menyata-kan kontribusi regresi, secara fisik adalah akibat prediktor, terhadap variasi total variabel respon, yaitu Y. Makin besar nilai R2, makin besar pula kontri-busi atau peranan prediktor terhadap variasi respon. Biasanya model regresi dengan nilai R2 sebesar 70% atau lebih dianggap cukup baik, meskipun tidak selalu. Rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut :

44

R2 !

JK Regresi JK Total

(Y  Y )
i

i !1 n

......................................................... (4.6)

(Yi  Y ) 2
i !1

D. Hipotesis Hipotesis statistik didefinisikan sebagai pernyataan matematis tentang parameter populasi yang akan diuji sejauhmana suatu data sampel mendukung kebenaran hipotesis tersebut. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Ada dua rumusan hipotesis, yaitu: hipotesis null (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Tujuan pengujian hipotesis adalah menolak H0 , jika hal ini berhasil, maka peneliti akan mengatakan ... berhasil menolak hipotesis (H0) yang mengatakan.... Jika pengujian ini gagal, maka meneliti akan mengatakan ... gagal menolak hipotesis (H0 ) yang mengatakan... Secara umum ada tiga bentuk hipotesis: 1. Hipotesis dua pihak (two tailed) H0 : H1 : = 0 0

2. Hipotesis sepihak (kanan) H0 : H1 : > 0 0

3. Hipotesis sepihak (kiri) H0 : H1 : < 0 0

45

Beberapa catatan: 1. Perumusan hipotesis harus didukung oleh landasan teoritis yang tepat sehingga kebenaran hipotesis dapat dipertanggung jawabkan. Contoh korelasi antara pendapatan dan pengeluaran harus ditentukan berdasarkan teori/substansi. 2. Dianjurkan peneliti berusaha memilih hipotesis sepihak karena

menunjukkan kedalaman pengetahuan peneliti terhadap permasalahan yang akan diselesaikan. 3. Hipotesis dua pihak hanyalah dipakai jika peneliti kurang yakin tentang nilai parameter yang diharapkan 4. Benar atau salahnya hipotesis tidak akan pernah diketahui dengan pasti kecuali bila kita memeriksa seluruh populasi. Oleh karena itu kita mengambil sampel random dari populasi tersebut dan menggunakan informasi yang dikandung sampel itu untuk memutuskan apakah hipotesis tersebut kemungkinan besar benar atau salah. Bukti data dari sampel yang tidak konsisten dengan hipotesis membawa kita pada penolakan hipotesis tersebut, demikian juga sebaliknya. Perlu ditegaskan bahwa penerimaan suatu hipotesis statistik adalah merupakan akibat dari ketidakcukupan bukti untuk menolaknya, dan tidak berimplikasi bahwa hipotesis itu benar. 5. Secara umum, pengujian hipotesis dibedakan 2, pengujian hipotesis komparatif dan asosiasi. Pengujian hipotesis komparasi berkaitan dengan pengujian perbedaan (difference) mean antara dua kelompok atau lebih. Pengujian hipotesis asosiasi berkaitan dengan menguji antara dua variabel.

46

E. Populasi Dan Sampel Populasi adalah keseluruhan pengamatan atau obyek yang menjadi perhatian sedangkan Sample adalah bagian dari populasi yang menjadi perhatian. Populasi dan sample masing-masing mempunyai karakteristik yang dapat diukur atau dihitung. Karakteristik untuk populasi disebut parameter dan untuk sample disebut statistik. Populasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Populasi orang atau individu adalah keseluruhan orang atau individu (dapat pula berupa benda-benda) yang menjadi obyek perhatian. b. Populasi data adalah populasi yang terdiri atas keseluruhan karakteristik yang menjadi obyek perhatian. Sample juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu : a. Sampel orang atau individu adalah sampel yang terdiri atas orang-orang (dapat pula berupa benda-benda) yang merupakan bagian dari populasinya yang menjadi obyek perhatian. b. Sampel data adalah sebagaian karakteristik dari suatu populasi yang menjadi obyek perhatian. Meskipun populasi merupakan gambaran yang ideal, tetapi sangat jarang penelitian dilakukan memakai populasi. Pada umumnya yang dipakai adalah sample. Ada beberapa alasan mengapa penelitian dilakukan menggunakan sample: 1. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan data lebih singkat. 2. Biaya lebih murah. 3. Data yang diperoleh justru lebih akurat.

47

4. Dengan statistika inferensia dapat dilakukan generalisasi. F. Cara Mengumpulkan Data Untuk memperoleh data yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya, data harus dikumpulkan dengan cara dan proses yang benar. Terdapat beberapa cara atau teknik untuk mengumpulkan data yaitu : 1. Wawancara (interview) yaitu cara untuk mengumpulkan data dengan mengadakan tatap muka secara langsung. Wawancara harus dilakukan dengan memakai suatu pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Ada dua jenis wawancara yaitu wawancara berstruktur (structured interview) dan wawancara takberstruktur (unstructured interview). Wawancara

berstruktur adalah wawancara yang jenis dan urutan dari sejumlah pertanyaannya sudah disusun sebelumnya, sedangkan wawancara

takberstruktur adalah wawancara yang tidak secara ketat ditentukan sebelumnya. Wawancara takberstruktur lebih fleksibel karena pertanyaannya dapat dikembangkan meskipun harus tetap pada pencapaian sasaran yang telah ditentukan. Ciri-ciri pertanyaan yang baik adalah : 1. Sesuai dengan masalah atau tujuan penelitian. 2. Jelas dan tidak meragukan. 3. Tidak menggiring pada jawaban tertentu. 4. Sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman orang yang diwawancarai. 5. Pertanyaan tidak boleh yang bersifat pribadi.

48

Kelebihan dari wawancara adalah data yang diperlukan langsung diperoleh sehingga lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Kekurangannya adalah tidak dapat dilakukan dalam skala besar dan sulit memperoleh keterangan yang sifatnya pribadi. 2. Kuesioner (angket) adalah cara mengumpulkan data dengan mengirim atau menggunakan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan. Kelebihannya adalah dapat dilakukan dalam skala besar, biayanya lebih murah dan dapat memperoleh jawaban yang sifatnya pribadi. Kelemahannya adalah jawaban bisa tidak akurat, bisa jadi tidak semua pertanyaan terjawab bahkan tidak semua lembar jawaban dikembalikan. 3. Observasi (pengamatan) adalah cara mengumpulkan data dengan mengamati obyek penelitian atau kejadian baik berupa manusia, benda mati maupun gejala alam. Data yang diperoleh adalah untuk mengetahui sikap dan perilaku manusia, benda mati atau gejala alam. Kebaikan dari observasi adalah data yang dieroleh lebih dapat dipercaya. Kelemahannya adalah bisa terjadi kesalahan interpretasi terhadap kejadian yang diamati. 4. Tes dan Skala Obyektif adalah cara mengumpulkan data dengan memberikan tes kepada obyek yang diteliti. Cara ini banyak dilakukan pada tes psikologi untuk mengukur karakteristik kepribadian seseorang. Beberapa contoh tes skala obyektif yaitu : 1. Tes kecerdasan dan bakat. 2. Tes kepribadian.

49

3. Tes sikap. 4. Tes tentang nilai. 5. Tes prestasi belajar, dsb. 5. Metode proyektif adalah cara mengumpulkan data dengan mengamati atau menganalisis suatu obyek melalui ekspresi luar dari obyek tersebut dalam bentuk karya lukisan atau tulisan. Metode ini dipakai dalam psikologi untuk mengetahui sikap, emosi dan kepribadian seseorang. Kelemahan dari metode ini adalah obyek yang sama dapat disimpulkan berbeda oleh pengamat yang berbeda.

50

V. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian y Lokasi penelitian Lokasi Penelitian berada di Kota Kendari tepatnya di fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada di Kota Kendari yang dinilai menimbulkan tarikan yang besar seperti Rumah Sakit Umum Negeri dan Swasta di antaranya RSUP Provinsi Sulawesi Tenggara, RS. Bhayangkara, RS Santa Anna serta RS. Dr. R. Ismoyo. . Adapun alasan memilih ke empat Rumah Sakit tersebut adalah : 1. RSU Provinsi Sultra diambil sebagai sampel karena tarikan yang terjadi di Rumah Sakit tersebut diyakini sangat besar, serta RSUP ini akan pindah lokasi ke Kecamatan Baruga dimana armada Angkutan Kota ditrayek tersebut sangat kurang, jadi diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu tinjauan untuk mengetahui seberapa besar tambahan Angkutan Kota yang harus ditetapkan untuk melayani pergerakan ke RSUP baru. 2. RS Santa Anna diambil sebagai sampel karena Rumah Sakit ini merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta yang cukup besar yang ada di Kota kendari yang mana tarikan yang terjadi di Rumah Sakit ini dinilai akan menimbulkan tarikan yang besar. 3. RS dr. R. Ismoyo diambil sebagai sampel karena Rumah Sakit ini merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta yang cukup besar dengan

51

fasilitias yang lengkap sehingga dinilai akan menimbulkan tarikan yang besar. 4. RS Bhayangkara diambil sebagai sampel karena Rumah Sakit ini dinilai menimbulkan tarikan yang besar dan trayek yang melayani ke Rumah Sakit ini dinilai kurang. y Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Nopember sampai dengan bulan Januari, Proposal dikerjakan selama 3 Minggu, Pengumpulan data

dilaksankan selama 2 minggu dengan rincian selama 1 minggu pengumpulan data primer dan 1 minggu pengumpulan data sekunder selama 1 munggu pula. Data primer dan data sekunder dianalisis selama 2 minggu sampai pelaksanaan seminar hasil. Dan perbaikan hasil selama 1 minggu sampai dengan pelaksanaan ujian akhir. B. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitan ini adalah Jumlah Tarikan yang terjadi dalam hal ini adalah masyarakat yang berkunjung ke Rumah Sakit yang ada di Kota kendari. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus atau sampling jenuh (non Probability Sampling). C. Sumber Data y Data Primer Data primer adalah jumlah tarikan yang terjadi data diambil dengan melakukan survey tarikan yang terjadi di fasilitas kesehatan yang diteliti selama 3 hari dalam satu minggu (Senin, Jumat dan Minggu).

52

Data Sekunder Data sekunder diambil dengan meminta langsung ke pihak-pihak yang berwenang di Rumah Sakit yang diteliti, dan pihak-pihak lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Kendari dan mengambil lewat internet, adapun data-data Sekunder yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Jumlah pasien/bulan (orang) 2. Jumlah pegawai (orang) 3. Jumlah Dokter Spesialis (orang) 4. Jumlah Dokter Umum (orang) 5. Jumlah Dokter Gigi (orang) 6. Jumlah Perawat (orang) 7. Kapasitas ruang rawat inap kelas I (pasien), 8. Kapasitas ruang rawat inap kelas II (pasien), 9. Kapasitas ruang rawat inap kelas III (pasien), 10. Kapasitas ruang rawat inap VIP (pasien), 11. Jumlah Ruang Rawat Inap Klas I(Ruangan) 12. Jumlah Ruang Rawat Inap Klas II(Ruangan) 13. Jumlah Ruang Rawat Inap Klas III(Ruangan) 14. Jumlah Ruang Rawat Inap VIP (Ruangan) 15. Luas bangunan (m2) 16. Luas lahan parkir (m2 )

53

17. Jumlah Penduduk Kota Kendari 18. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Kendari 19. Data Geografis Kota Kendari D. Teknik Pengumpulan Data Pengambilan data tarikan dilakukan dengan melakukan survey selama tiga hari dalam satu minggu dengan memperhatikan hari kerja yaitu hari senin, hari pendek yaitu hari jumat, dan hari akhir minggu yaitu hari minggu. Survey dilakukan selama 12 jam dari pukul 06.00 18.00. Pengambilan data-data pendukung di peroleh dari pihak-pihak yang berwenang di Rumah Sakit yang di teliti dan instansi-instansi terkait dalam penelitian ini. E. Variabel Penelitian 1. Variabel Terikat (Y) adalah Jumlah Tarikan ke fasilitas kesehatan pada jam puncak. 2. Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah : (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (X6) (X7) (X8) : Jumlah pasien/bulan (orang) : Jumlah pegawai (orang) : Jumlah Dokter Spesialis (orang) : Jumlah Dokter Umum (orang) : Jumlah Dokter Gigi (orang) : Jumlah Perawat (orang) : Kapasitas ruang rawat inap kelas I (pasien), : Kapasitas ruang rawat inap kelas II (pasien),

54

(X9) (X10) (X11) (X12) X13 X14 X15 X16 F.

: Kapasitas ruang rawat inap kelas III (pasien), : Kapasitas ruang rawat inap VIP (pasien), : Jumlah Ruang Rawat Inap Klas I(Ruangan) : Jumlah Ruang Rawat Inap Klas II(Ruangan) : Jumlah Ruang Rawat Inap Klas III(Ruangan) : Jumlah Ruang Rawat Inap VIP (Ruangan) : Luas bangunan (m2) : Luas lahan parkir (m2 )

Teknik Analisis Data Analisa data untuk mengetahui model besarnya tarikan perjalanan ke

fasilitas kesehatan adalah sebagai berikut: a. Analisa Regresi Multilinier. Analisa regresi digunakan untuk melihat hubungan antar variabel bebas dan tak bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel tak bebas adalah jumlah tarikan yang terjadi ke Fasilitas Kesehatan. Sedangkan yang termasuk kandidat variabel bebas dapat berupa Jumlah pasien/bulan (orang), Jumlah pegawai (orang), Luas Bangunan (m2 ), Kapasitas ruang inap Klas (I, II, III, VIP) (Orang), . Data-data yang sudah ada diolah dengan menggunakan Regresi Linear berganda dengan menggunakan bantuan Program SPSS. b. Analisa Varians Analisa varians digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara model yang dihasilkan dengan data yang didapatkan

55

dari hasil pengamatan. Analisis ini memiliki makna yang berlawanan dengan uji Chi kuadrat. Analisis data untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya tarikan yang terjadi ke fasilitas Kesehatan adalah sebagai berikut a. Uji t Uji t dapat digunakan untuk melihat apakah suatu parameter layak ditaksir terhadap populasinya atau tidak. b. Uji F uji F dirgunakan terutama untuk melihat standarisasi nilai koefisien satu atau lebih variabel praduga hasil dari sampel. c. Uji Determinasi R2 Uji determinsi di gunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara 2 variabel. G. Definisi Operasional Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan memiliki batasan dalam pengertian dan ukuruan-ukuran: 1. Jumlah tarikan adalah jumlah orang yang datang ke fasilitas kesehatan baik sebagai pasien ataupun untuk menjenguk dan sekedar mengambil obat yang diukur dalam satuan orang.. 2. Jumlah Pasien per Bulannya adalah jumlah Orang yang berobat menginap di Rumah Sakit tiap Bulan yang diukur dalam satuan orang. 3. Jumlah pegawai adalah jumlah keseluruhan pekerja yang ada di lingkup Rumah Sakit/Puskesmas yang diukur dalam satuan orang

56

4. Luas bangunan adalah luas keseluruhan bangunan dan tanah Rumah Sakit yang diukur dalam satuan m2. 5. Kapaistas Ruang rawat Inap Kelas III adalah kemampuan ruangan menampung pasien ekonomi menegah ke bawah yang diukur dalam satuan pasien. 6. Kapaistas Ruang rawat Inap Kelas II adalah kemampuan ruangan menampung pasien ekonomi menegah yang diukur dalam satuan pasien. 7. Kapaistas Ruang rawat Inap Kelas I adalah kemampuan ruangan menampung pasien ekonomi menegah keatas yang diukur dalam satuan pasien. 8. Kapaistas Ruang rawat Inap VIP adalah kemampuan ruangan

menampung pasien ekonomi menegah ke atas yang diukur dalam satuan pasien. 9. Luas Lahan Parkir adalah luas lahan kosong Rumah Sakit dan Pusmesas yang di pakai untuk menampung kendaraan yang diukur dalam satuan m2. H. Konsep Operasional Tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengenali latar belakang permasalahan pada daerah studi. Beberapa permasalahan dikelompokkan menjadi

permasalahan utama dan permasalahan skunder. 2. Selanjutnya, dirumuskan tujuan-tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini. Butir- butir tujuan harus mencerminkan permasalahan yang ingin dijawab dari dilaksanakannya penelitian ini.

57

3. Untuk membantu memahami pola kerja dan cara berfikir penelitian ini, diambil beberapa metode dan pendekatan penelitian yang didasarkan pada berbagai kajian pustaka yang ada. pengematan dan pustaka dan metode yang berkaitan dengan analisis data seperti regresi linier berbasis zona dan uji statistik inferensi lainnya. 4. Selanjutnya adalah proses pengumpulan data. Data yang dikumpulkan adalah data-data sekunder dan data primer. 5. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data pengamatan dan data sekunder untuk mendapatkan hasil-hasil yang dapat menjawab tujuantujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. 6. Langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan mengenai model tarikan yang terjadi ke fasilitas kesehatan dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

58

Bagan Alir Penelitian

PERJALANAN ORANG DALAM KOTA

KE FASILITAS UMUM

KE FASILITAS KESEHATAN

KE FASILITAS PENDIDIKAN

KE FASILITAS EKONOMI

PENDEKATAN PENELITIAN

AGREGAT / ZOANA

DISAGREGAT / RUMAH TANGGA

DEPENDEN VARIABEL

INDEPENDEN VARIABEL

Y = JUMLAH TARIKAN

X1 = X2 = X3 = X4 = X5 = X6 = X7 = X8 = X9 = X10 = X11 = X12 = X13 = X14 = X15 = X16 =

JUMLAH PASIEN/HARI (Orang) JUMLAH PEGAWAI(Orang) JUMLAH DOKTER SPESIALIS (Orang) JUMLAH DOKTER UMUM (Orang) JUMLAH DOKTER GIGI (Orang) JUMLAH PERAWAT (Orang) KAP. RUANG RAWAT INAP KLAS I(Ruang) KAP. RUANG RAWAT INAP KELAS II (Ruang) KAP. RUANG RAWAT INAP KELAS III (Ruang) KAP. RUANG RAWAT INAP VIP (Ruang) JUMLAH RUANG RAWAT INAP KLAS I (Ruang) JUMLAH RUANG RAWAT INAP KLAS II (Ruang) JUMLAH RUANG RAWAT INAP KLAS III (Ruang) JUMLAH RUANG RAWAT INAP VIP(Ruang) LUAS BANGUNAN (m2) LUAS LAHAN PARKIR (m2)

VALIDASI MODEL

MODEL TERPILIH

Gambar 5.1 Bagan Alir Penelitian

You might also like