You are on page 1of 8

BAB 1 PENDAHULUAN

1. A.

Latar Belakang

Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar dan menengah dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengisyaratkan pentingnya kreativitas dalam mengembangkan pembelajaran. Alam adalah sumber belajar yang tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi, dikembangkan dan dijadikan media pembelajaran yang menarik bagi siswa didik. Alam mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tentang nilai-nilai, tentang kebaikan dan keburukan yang dikomunikasikan dengan bahasanya sendiri. Perkembangan teknologi informasi yang makin pesat telah menggeser pola perilaku anak yang lebih banyak dipengaruhi oleh media elektronik dibanding berelasi dengan alam lingkungannya. Magnet televisi, game komputer, bermain-main dengan handphone adalah keprihatinan mendalam yang terjadi pada anak-anak. Tanpa disadari, telah begitu banyak yang terlewati oleh anak dari kearipan alam dan lingkungan yang menjadi ruang hidup mereka. Makalah membahas tentang bagaimana kreativitas pembelajaran dan menumbuh kembangkan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak dengan alam sebagai media dan sumber belajarnya. Mengenalkan alam dan lingkungan, mengajarkan apa yang ada di dalamnya, mendidik siswa untuk mencintai dan menanamkan kesadaran untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab terhadap alam dan lingkungannya merupakan proses yang harus ditempuh secara bertahap dalam PLH. Strategi dan metode pembelajarannya sangat tergantung pada kebutuhan siswa dan karakeristik alam dan lingkungan dimana sekolah berada. Mendidik adalah proses panjang dan sistematis yang harus ditempuh untuk menjadikan seseorang menjadi manusia terdidik. Mendidik berbeda dengan mengajar yang dapat diartikan sebagai proses transfer ilmu pengetahuan kepada peserta ajar yang mengandalkan pada acuan kurikulum, silabus, SAP dan metode pembelajaran yang digunakan seorang pengajar. Mendidik mengandung makna dan tujuan yang lebih besar dan subsantif sebagai upaya perubahan tingkah laku dan moral atitude siswa didik ke arah yang lebih baik. Anak didik tidak hanya disiapkan agar siap bekerja, tapi juga bisa menjalani hidupnya secara nyata sampai mati. Anak didik haruslah berpikir dan pikirannya itu dapat berfungsi dalam hidup sehari-hari. Kebenaran adalah gagasan yang harus dapat berfungsi nyata dalam pengalaman praktis. John Dewey (1859 1952) Beberapa mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah yang selama ini dianggap mengandung nilai pendidikan perilaku misalnya Pendidikan Agama, Moral Pancasila, Ilmu Pengetahuan Sosial sejarah, dan muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pendidikan lingkungan hidup diarahkan pada pentingnya aspek sikap dan perilaku siswa didik untuk memahami pentingnya lingkungan bagi kehidupan serta bagaimana mencintai dan menjaga lingkungan menjadi suatu nilai yang tertanam dalam keseharian mereka. Secara formal,

pendidikan lingkungan menjadi salah satu alternative yang rasional untuk memasukkan pendidikan lingkungan ke dalam kurikulum. Hal ini ditegaskan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 1996 yang kemudian direvisi pada bulan Juni 2005. Penandatanganan MOU tersebut harus dihargai sebagai usaha untuk mengupayakan bagaimana kecintaan terhadap lingkungan dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan bagi siswa didik sejak usia dini pada pendidikan formal. Karena bagaimanapun, usaha sadar yang lebih terstruktur dan tersistem dalam suatu aturan formal dapat menjadi kekuatan bersama untuk mencapai tujuan pendidikan lingkungan selama pada tarap implementasinya dilakukan secara holistik dan berkesinambungan. 1. B. Rumusan maslah 1) 2) 3) Apa yang di maksud pendidikan lingkungan hidup ? Bagaimana proses yang harus ditempuh secara bertahap dalam PLH ? Bagaimakah lingkungan di jadikan sebagai sumber belajar ? 1. C. Tujuan 1) 2) 3) Untuk memperkenalkan kepada anak betapa pentingnya lingkungan Untuk mengajarkan tentang alam sekitar Untuk memperkenalkan lingkungan dapat di jadikan sebagai sumber belajar BAB 1I PEMBAHASAN

A. Mengapa Pendidikan Lingkungan Hidup? Alam sebagai sumber kehidupan manusia, menyimpan di dalamnya kearipan yang idak pernah habis untuk dipelajari sepanjang manusia hidup. Sayangnya, lingkungan dimana manusia tinggal selama ini hanya dijadikan objek eksploitasi oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupya. Kerusakan alam dan lingkungan lebih disebabkan oleh keserakahan manusia yang selalu berpikir nilai ekonomi dibanding memikirkan dampak yang diakibatkannya. Al-Quran sebagai sumber moral manusia dengan tegas telah menjelaskan posisi manusiaekologi. Allah SWT menasbihkan manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi (khalifatulah fil ardi) (Q.S. Albaqarah: 30) yang berkewajiban memakmurkan dan membudidayakannya (Q.S. Hud: 61), sekaligus melestarikan dan menjaga keseimbangan (equilibrium) lingkungan (Q.S.

Arrahman: 6-9). Agar peran mulia kekhalifahan bisa berfungsi optimal, dapat mencapai dimensi kualitatifnya yang tinggi, maka manusia (kita) niscaya dengan ikhlas pada saat yang bersamaan harus melibatkan dimensi kesediaan diri untuk menegakkan kebaktian/ibadah (abdullah). Di antaranya dengan memperlakukan lingkungan dengan penuh tanggung jawab. Karena dalam pandangan Ilahi, alam memiliki hak yang sama dengan manusia (Q.S. Al-Hijr: 86). Konsep ekologi modern menunjukkan ayat-ayat di atas adalah dasar dari proses regulasi alam bagi makhluk hidup. Terdapat pola hubungan kemanfaatan bagi hubungan timbal balik yaitu komponen biotik dan abiotik. Hubungan tanah (bumi), udara (langit), air tumbuhan dan segala yang hidup. Sangat jelas, sekali hak alam ini kita abaikan dan atau malah kita perlakukan dengan kebuasan tak terkendali demi memanjakan hasrat primitif, sudah menjadi sunatullah, pada ambang batas yang sudah tidak bisa ditolerir lagi alam pun akan melakukan perlawanan. Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam meraih keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup, juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. lbarat sebuah pelita dalam kegelapan malam, pendidikan lingkungan hadir sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan lingkungan. Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi yang telah rusak menjadi baik dalam waktu sekejap, melainkan membutuhkan waktu, proses dan sumber daya. Jika dipandang dari segi lingkungan maka kompetensi yang dimiliki oleh siswa setidaknya merupakan upaya sadar seseorang yang dilakukan untuk menerima pengetahuan dan mengubah sikapnya tentang kearifan lingkungan menjadi lebih baik. Cara pandang agama-agama dan cara pandang kearifan lokal tentang lingkungan hidup akan menjadi pondasi utama dari penerapan kompetensi tersebut. Dengan kata lain nilai-nilai agama akan menuntun pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang terepleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak tersebut.

Alam dan lingkungan adalah sumber daya yang pengelolaan dan pelestariannya harus di budidayakan sejak dini dengan menanamkan nilai nilai dan kesadaran untuk berprilaku arif terhadap alam

Perlindungan terhadap sumber daya alam merupakan pertanyaan dasar atas

eksistensi setiap orang dan seluruh umat manusia. Oleh karena itu sekolah mempunyai kewajiban untuk membangkitkan kepekaan dan kesadaran akan lingkungan pada anak didik, membuka wawasan dan mendidik mereka untuk berinteraksi dan bersikap dengan penuh tanggung jawab. Secara komprehensif, ada beberapa catatan yang harus diimplementasikan dalam pendidikan lingkungan antara lain: Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika) Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal; Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain; Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya; Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan; Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan; Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut; Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahuntahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan ingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup; Membantu peserta didik untuk menemukan (discover) gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan; Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.

Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first hand experience).

B. Alam dan Lingkungan Sebagai Media Belajar Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar dan menengah dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengisyaratkan pentingnya kreativitas dalam mengembangkan pembelajaran. Alam adalah sumber belajar yang tidak akan pernah habis untuk dieksplorasi, dikembangkan dan dijadikan media pembelajaran yang menarik bagi siswa didik. Alam mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tentang nilai-nilai, tentang kebaikan dan keburukan yang dikomunikasikan dengan bahasanya sendiri. Perkembangan teknologi informasi yang makin pesat telah menggeser pola perilaku anak yang lebih banyak dipengaruhi oleh media elektronik dibanding berelasi dengan alam lingkungannya. Magnet televisi, game komputer, bermain-main dengan handphone adalah keprihatinan mendalam yang terjadi pada anak-anak. Tanpa disadari, telah begitu banyak yang terlewati oleh anak dari kearipan alam dan lingkungan yang menjadi ruang hidup mereka. Mengenalkan alam dan lingkungan, mengajarkan apa yang ada di dalamnya, mendidik siswa untuk mencintai dan menanamkan kesadaran untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab terhadap alam dan lingkungannya merupakan proses yang harus ditempuh secara bertahap dalam PLH. Strategi dan metode pembelajarannya sangat tergantung pada kebutuhan siswa dan karakeristik alam dan lingkungan dimana sekolah berada.

Belajar di alam (Out bond) bagi siswa sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang mendekatkan siswa terhadap alam dan lingkungan. Kalau dilakukan sejak dini, bermain di alam ini merupakan pengalaman langsung yang akan terinternalisasi dan membentuk pribadi yang cinta terhadap lingkungan.

Melakukan pembelajaran di alam, tentunya tidak selalu harus mahal dengan mengunjungi tempat-tempat wisata alam, karena alam dan lingkungan di mana siswa didik berada adalah juga media pembelajaran. Misalnya, dimulai dengan lingkungan rumah dan sekolah, siswa dapat ditunjukkan berbagai masalah lingkungan serta bagaimana seharusnya mereka tinggal dan memelihara lingkungannya. Yang paling sederhana tentunya menanamkan pentingnya kebersihan dan penataan lingkungan baik rumah maupun sekolah menjadi tempat yang menyenangkan buat mereka. Untuk anak usia TK dan SD, minimal mereka diajarkan bagaimana cara membuang sampah sehingga tertanam suatu kebiasaan sampai dewasa tentang begitu pentingnya memelihara lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Demikian pula halnya implementasi pendidikan lingkungan bagi siswa di kelas lanjutan, disesuaikan dengan usia perkembangan, pendidikan lingkungan dapat dikembangkan dengan pengenalan dan pemahaman terhadap berbagai persoalan lingkungan dalam skala yang lebih besar. Pendidikan lingkungan sebagai pendidikan untuk menumbuhkan sikap baru terhadap komponen bumi seperti air, udara, hewan dan tumbuhan, menuntut pemikiran yang lain dan menyeluruh yang merupakan kebalikan cara berpikir yang lurus dan satu dimensi. Banyak aspek yang terintegrasi dalam pendidikan lingkungan hidup, di mana anak diajak belajar dengan alam sebagai sumber sekaligus media belajarnya. C. Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sepanjang relevan dengan komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan 1. a. Lingkungan alam

Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan sebagainya. Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses terjadinya. Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.

1. b.

Lingkungan sosial

Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial. Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini misalnya: 1. mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak tinggal. 2. mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah. 3. Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan sekolah. 4. Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah. 5. Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah. 6. Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan kecamatan. Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan anak. 1. c. Lingkungan budaya

Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anak dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang berkenan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Agar penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan rencana kegiatan atau program yang ada. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar anak.

BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan lingkungan hidup merupakan pendidikan yang membelajarkan siswa didik pada kearifan alam dan lingkungan. Kreativitas, strategi dan metode pembelajarannya harus senantiasa dikembangkan berdasarkan kebutuhan perkembangan siswa didik serta kondisi alam dan lingkungan di mana siswa berada. Mengenalkan alam dan lingkungan, mengajarkan apa yang ada di dalamnya, mendidik siswa untuk mencintai dan menanamkan kesadaran untuk menjadi manusia yang bertanggungjawab terhadap alam dan lingkungannya merupakan proses yang harus ditempuh secara bertahap dalam PLH. Strategi dan metode pembelajarannya sangat tergantung pada kebutuhan siswa dan karakeristik alam dan lingkungan dimana sekolah berada. Alam mengajarkan banyak hal tentang kehidupan, tentang nilai-nilai, tentang kebaikan dan keburukan yang dikomunikasikan dengan bahasanya sendiri. Melakukan pembelajaran di alam, tentunya tidak selalu harus mahal dengan mengunjungi tempat-tempat wisata alam, karena alam dan lingkungan di mana siswa didik berada adalah juga media pembelajaran.

You might also like