Professional Documents
Culture Documents
OLEH SALAMAH
I.Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu melakukan tindakan Amniotomi II.Tujuan Instruksional Khusus Setelah diberikan penjelasan tentang praktek asuhan kebidanan pada ibu hamil mahasiswa diharapkan : 1. Mahasiswa Amniotomi dapat mengetahui pengertian
2. Mahasiswa
dapat
mengetahui
keuntungan
tindakan amniotomi 3. Mahasiswa dapat mengetahui kerugian tindakan Amniotomi 4. Mahasiswa dapat mengetahui indikasi Amniotomi III.Mahasiswa mampu melakukan tindakan Amniotomi IV.Materi 1. Pengertian tindakan Amniotomi 2. Keuntungan tindakan Amniotomi 3. Kerugian tindakan Amniotomi 4. Indikasi Amniotomi 5. Cara melakukan tindakan Amniotomi IV.Metode : Metode pengajaran yang digunakan adalah praktek dilaboratorium V.Media Pembelajaran : Menggunakan laboratorium kebidanan, phantom VI.Kegiatan Belajar Mengajar N0 Kegiatan Dosen Kegiatan mahasiswa Waktu 1 Pendahuluan a. Memberikan salam pembuka a. Mahsiswa b. Memeriksa daftar hadir menjawab salam 5 c. Mengkomunikasikan pokok b. Mahsiswa Menit bahasan dan tujuan mendengar dan d. Menjelaskan kegiatan memperhatikan belajar mengajar 2 Kegiatan ini memberikan ceramah tentang : 1. Menjelaskan pengertian Mahasiswa mendengarkan dan 20 tindakan Amniotomi memperhatikan 2. Menjelaskan keuntungan
melakukan tindakan Amniotomi 3. Menjelaskan Kerugian melakukan tindakan Amniotomi 4. Menjelskan Indikasi Amniotomi 5. Menjelaskan cara melakukan tindakan Amniotomi 3 Evaluasi a. Mempersilahkan mahasisw untuk untuk bertanya b. Memberikan evaluasi secara lisan c. Menyimpulkan materi d. Mempersilahkan mahasiswa untuk untuk bertanya e. Memberikan evaluasi secara lisan f. Menyimpulkan materi
Menit
5 Menit
VIII. Referensi 1. Fitramaya, (Asuhan Ibu Bersalin),cetakan ketiga, Januari 2009.Yogyakarta. 2. Hanifa Wikajosastro 2002.Ilmu Kebidanan. Yaysan Bina pustaka sarwono Prawiharjo. 3. Syaefudin Abdul bari, Maternal Perinatal, tahun 2006 4. hellen Varney, Asuhan kebidanan, tahun 2004. 5. Seller,2000, Midwifery Vol I 6. Sweet BR, Mayes Midwifery, Bailiere tindal, London varney Midwifery.1997
MATERI AMNIOTOMI
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan sudah lengkap. Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat. (Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006 ) . Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan. Keuntungan tindakan Amniotomi 1. Untuk melakukan pengamatan ada tidaknya mekonium 2. Menentukan punctum maksimum DJJ akan lebih jelas. 3. Mempermudah perekaman pada saat memantau janin 4. Mempercepat proses persalinan karena mempercepat proses pembukaan
serviks
Kerugian tindakan Amniotomi 1. Dapat menimbulkan trauma pada kepala janin yang mengakibatkan kecacatan pada tulang kepala akibat dari tekanan deferensial meningkat. 2. Dapat menambah kompresi tali pusat akibat jumlah cairan amniotik berkurang. Indikasi Amniotomi 1. Pembukaan lengkap 2. Pada kasus solutio plasenta. Cara melakukan Amniotomi 1. Persiapan alat ; a. Bengkok b. Setengah kocker c. Sarung tangan satu pasang d. Kapas saflon % 2. Persiapan pasien a. Posisi dorsal rekumbent 3. Persiapan pelaksanaan a. Memberitahu tindakan b. Mendekatkan alat c. Memeriksa DJJ dan mencatat pada partograf d. Cuci tangan dan keringkan
e. Memakai sarung tangan pada dua tangan f. Melakukan periksa dalam dengan hati-hati diantara kontraksi. Meraba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan apakah kepala sudah masuk kedalam panggul dan memeriksa tali pusat atau bagian-bagian tubuh kecil janin tidak dipalpasi.bila selaput ketuban tidak teraba diantara kontraksi, tunggu sampai ada kontraksi berikutnya sehingga selaput ketuban terdorong kedepan sehingga mudah dipalpasi. g. Tangan kiri mengambil klem kocher disinfeksi tingkat tinggi atau steril dimasukan kedalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang berada didalam vagina sampai mencapai selaput ketuban. h. Dengan menggunakan tangan kiri tempatkan klem kocher disinfeksi tingkat tinggi atau steril dimasukan kedalam vagina menelusuri jari tangan kanan yang berada didalam vagina sampai mencapai selaput ketuban. i. Pegang ujung klem kocher diantara ujung jari tangan kanan pemeriksa kemudian menggerakan janin dengan lembut dan memecah selaput ketuban dengan cara menggosokan klem kocher secara lembut pada selaput ketuban. j. Kadang-kadang hal ini lebih mudah dikerjakan diantara kontraksi pada saat selaput ketuban tidak tegang.tujuannya adalah ketika selaput ketuban dipecah air ketuban tidak nyemprot. k. Biarkan air ketuban membasahi jari periksa.
l. Ambil klem kocher dengan menggunakan tangan kiri dan masukan ke dalam larutan klorin % untuk dekontaminasi. m. Jari tangan kanan pemeriksa tetap berada didalam vagina melakukan pemeriksaan adakah tali pusat atau bagian kecil janin yang teraba dan memeriksa penurunan kepala janin. n. Bila hasil pemeriksaan tidak tidak didapatkan adanya tali pusat atau bagian-bagian tubuh janin yang kecil dan hasil pemeriksaan *enurunan kepala sudah didapatkan, maka keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina. o. Lakukan pemeriksaan warna cairan ketuban adakah mekonium, darah, apakah jernih. p. Lakukan langkah-langkah gawat darurat apabila terdapat nekonium atau darah. q. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan kedalam larutan klorin %, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan biarkan terendam selama 10 menit. r. Cuci tangan s. Periksa DJJ t. Lakukan dokumentasi pda partograf tentang warna ketuban, kapan pecahnya ketuban, dan DJJ.
ketuban. 7. Pegang ujung klem di antara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dan dengan lembut gosokan klem pada selaput ketuban dan pecahkan. Catatan: Seringkali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban di antara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan. 8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan. 9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari bayi tidak teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali pusat dan bagianbagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksaan dengan lembut dari dalam vagina. 10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih banyak dari bercak bercampur darah yang normal). 11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 12. Cuci kedua tangan 13. Segera periksa ulang DJJ 14. Catat pada partograf waktu dilakukannya pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
MATERI
Episiotomi
Pada masa yang lalu, tindakan episiotomi di lakukan secara rutin terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomi (Enkim, Keirse, Renfew dan Nelson, 1995; Wooley, 1995). Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineumbagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada harihari pertama post partum.
Indikasi episiotomi
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin, maka persalinan harus segera di akhiri. 2. Persalinan pervaginam dengan penyulait, misalnya presbo, distosia bahu, akan dilakukan Ekstraksi forcep, Ekstraksi vacuum. 3. jaringan parut pada perineumataupun pada vagina. 4. Perineum kaku dan pendek. 5. Adanya ruptur yang membakat pada perineum. 6. Prematur untuk mengurangi tekanan pada kepala janin.
Cara Episiotomi
1. Persiapan a Peralatan: bak steril berisi kasa, gunting episiotomi, betadin, spuit 10 ml dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain 1% tanpa epineprin. Bila lidokain 1% tidak ada dan tersedia lidokain 2% maka buatlah lidokain tadi menjadi 1% dengan cara melarutkan 1 bagian lidokain 2% ditambah 1 bagian cairan garam fisiologis atau air destilasi
steril. Contoh: Larutan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air destilasi steril. b Pertimbangkan secara matang tujuan episiotomi. 2. Pelaksanaan a. Pemberian anastesi lokal 1) Penjelasan prosedur kepada pasien. 2) Cuci tangan. 3) Memakai sarung tangan. 4) Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa epinefrin. 5) Letakan 2 jari tangan kiri kedalam vagina diantara kepala janin dan perineum. 6) Masukkan jarum ditengsh fourchette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan dilakukan episiotomi. 7) Lakukan aspirasi (menarik batang penghisab spuit ) untuk memastikan jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Bila terdapat darah maka tariklah jarum dan tusukkan kembali pada daerah di dekatnya. Hal ini untuk menghindari kematian ibu karena lidokain yang disuntikan kedalam pembuluh darah dapat mengakibatkan kejang pada ibu. 8) Tarik jarum perlahan sambil mendorong lidokain. Suntikan maksimum 10 ml. Cabut jarumbila sudah kembali ke titik asal pada saat jarumditusukan. Kulit perineum akan terlihat dan teraba pada palpasi menggelembung disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomi. b. Prosedur episiotomi 1) Tindakan episiotomi dilakukan pada saat perineum menipis dan pucat, kepala janin sudah terlihat 3-4 cm saat kontraksi. Hal ini dimaksudkan untukmencegah terjadinya perdarahan. 2) Masukan 2 jari tangan kiri (jika penolong tidak kidal) kedalam vagina diantara kepala janin dan perineum. Kedua jari agak diregangkan dan sedikit melakukan tekanan kearah luar perineum dengan lembut. Tindakan ini dimaksudkan untuk melindungi kepala janin dari gunting dan membuat
episiotomi lebih mudah karena perineum menjsd rata. 3) Dengan gunting episiotomi desinfeksi tingkat tinggi atau steril, tempatkan gunting ditengah faurchette posterior dan posisi guting mengarah ke sudut yang diinginkan dengan episiotomi mediolateral atau lateral.Bila menginginkan medio lateral, tempatkan gunting ke arah menjauhi anus. 4) Gunting perineum dengan satu atau guntingan yang mantap sekitar 3-4 cm. Jangan menggunting secara sedikit dem sedikit. Hal ini akan mengakibatkan waktu penyembuhan luka lebih lama karena tepi luka tidak rata. 5) Gunting ke arah dalam vagina sekitar 2-3 cm. 6) Bila kepala janin belum lahir, maka lakukan penekanan dengan kasa desinfeksi tingkat tinggi pada luka perineum untuk mencegah terjadinya perdarahan. Kendalikan lahirnya kepala, bahu dan badan janin dengan hati-hati agar luka episiotomi tidak bertambah panjang. Setelah janin dan placenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah luka episiotomi, perineum, dan vagina bertambah panjang atau terdapat laserasi tambahan.
PENUNTUN BELAJAR EPISIOTOMI NO LANGKAH / TUGAS KASUS 1 2 Persiapan Tindakan 1. Pasien : Kassa steril Bethadine Gunting episiotomi Larutan klorin 0.5% 2. Petugas : Apron plastik, masker, kacamata pelindung Sarung tangan DTT/steril Alas kaki/sepatu boot karet Tindakan 3. 4. 5. Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan, dan bantulah ibu untuk rileks Lakukan teknik aseptik pada daerah perineum yang akan dilakukan episiotomi Ingatlah bahwa saat yang tebaik untuk memotong episiotomi ialah pada saat perineum sedang menipis dan pucat atau mengkilap. Kehilangan darah akan lebih besar jika anda memotong lebih cepat. Akan tetapi, jika anda memotong episiotomi atas indikasi kegawatan bayi, maka lakukan pemotongan kapan saja diperlukan untuk mempercepat kelahiran bayi. Setelah pemberian 10 cc anestesi lokal ambillah gunting episiotomi yang tajam dengan satu tangan. Letakkan kedua jari tangan lainnya di dalam vagina diantara gunting dan kepala bayi untuk mencegah luka pada kepala bayi secara tidak sengaja. Ujung mata gunting yang tumpul haruslah di dalam vagina. Mulailah pada titik tengah dari perineum dan miringkan gunting anda sebesar 45 derajat. Jika anda tidak kidal, potonglah ke arah bokong kanan ibu. Jika anda kidal, potonglah ke arah bokong kiri ibu. Buatlah episiotomi dengan satu atau dua potongan besar. Potongan yang kecil-kecil akan membuat pinggiran luka bergerigi dan akan membuat penjahitan lebih sulit dan penyembuhan luka lebih lama. Setelah selesai melakukan pemotongan, putarlah gunting 3 4 5
6.
7.
8.
9.
anda dan posisikan menghadap ke atas vagina. Dengan tangan anda lindungilah kepala bayi. Masukkan gunting yang telah dipakai tersebut dalam larutan klorin 0.5 % Tekanlah kain kassa ke daerah luka sementara ibu tersebut melanjutkan meneran bersamaan dengan datangnya kontraksi untuk mencegah kehilangan darah yang berkelanjutan. Jangan lupa menggunakan teknik steril yang baik. Jika anda mengangkat kassa tersebut dari luka, anda perlu mengambil kassa baru lain untuk menggantikannya. Hati-hati agar jangan sampai mencemari lika (infeksi) dengan sentuhan pada daerah tersebut oleh tangan anda yang bersarung, atau oleh kassa, kapas, kain atau alat. SKOR NILAI = NILAI X 100% 27 TANGGAL PARAF PEMBIMBING