You are on page 1of 22

PETUNJUK TEKNIS

Pembibitan Tanaman Karet


(Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH)
Ahmad Subendi dan Budi Raharjo BPTP Sumatera Selatan
Report No. 52.STE.Final November, 2010

PREFACE The Merang REDD Pilot Project (MRPP) is a technical co-operation project (GTZ Project No. 2008.9233.1) jointly funded by the German Federal Ministry of Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ and by the Government of the Republic of Indonesia through the Ministry of Forestry (MoF). This report has been completed in accordance with the project Annual Work Plan (AWP) II 2010, in part fulfillment of Activity 3.4.3: Training on appropriate technology of the selected/introduced income generating activities and Activity 3.4: Develop alternative of income generating activities to reduce/avoid illegal practices (eg. Illegal logging, fire, etc) to achieve Result 3: Integrated fire management and illegal activity measures is applied through community participation and sustainable natural resources management to realize the project purpose, which is Protection and part rehabilitation of the last natural peat swamp forest in South Sumatra and its biodiversity through a KPHP management system and preparation for REDD mechanism and the project overall objective, which is Contribute to sustainable natural resource management, biodiversity protection and rehabilitation of degraded peat lands in South Sumatra The report has been prepared with financial assistance from the German Federal Ministry of Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) through GTZ. The opinions, views and recommendations expressed are those of the author and in no way reflect the official opinion of the BMU and/or GTZ. The report has been prepared by: Ahmad Subendi and Budi Raharjo from Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan The report is acknowledged and approved for circulation by the MRPP Management Unit

Palembang, November 2010

Dr Karl-Heinz Steinmann Team Leader

Djoko Setijono CD Specialist

DAFTAR ISI

Halaman I. II. PENDAHULUAN.. KEBUN BATANG BAWAH.... 1. Persiapan Lahan Pembibitan.. 2. Pengadaan Biji untuk Batang Bawah. 3. Bedengan Pengecambahan. 4. Pengecambahan.. 5. Pembibitan di Lapangan. 6. Pemeliharaan Pembibitan di Lapangan.. III. KEBUN BATANG ATAS (ENTRES) 1. Klon Anjuran Batang Bawah dan Batang Atas. 2. Pemilihan Lokasi 3. Persiapan Pembuatan Kebun Entres 4. Pemeliharaan Kebun Entres. 5. Pemupukan. 6. Pemanenan Entres.. 7. Mata Okulasi. IV. PENGADAAN BIBIT OKULASI. DAFTAR PUSTAKA 1 1 1 2 3 4 6 7 8 8 8 9 9 10 10 11 11 12

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Dosis Pemupukan Tanaman Karet di Pembibitan. Tabel 2. Jumlah Mata Entres dari Kebun seluas 1 ha. Tabel 3. Perbedaaan antara Okulasi Dini, Hijau dan Coklat 8 11 12

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.Pengolahan Tanah dengan Traktor Gambar 2.Pengolahan Tanah dengan Cangkul.. Gambar 3.Bentuk Persemaian Karet.. Gambar 4.Peletakan Biji di Persemaian.. Gambar 5.Penyiraman Persemaian Gambar 6.Biji Kecambar pada Stadia Kaki Cecak (a) dan Stadia Pancing (b). Gambar 7.Penanaman Bibit di Lapangan Gambar 8.Pemeliharaan Kebun Entres Gambar 9.Skema Pemotongan Entres. Gambar 10. Kesiapan Batang Bawah untuk Okulasi.......................................... Gambar 11.Pembuatan Jendela Okulasi............................................................. Gambar 12.Pembuatan Perisai Mata Okulasi..................................................... Gambar 13.Penempelan Perisai mata Okulasi................................................... Gambar 14.Pembalutan Perisai Mata Okulasi.................................................... Gambar 15.Pembukaan dan Pemeriksaan Okulasi.............................................. Gambar 16.Pencabutan dengan Menggunakan Cangkul..................................... 2 2 4 5 5 5 6 10 10 12 13 13 14 14 15 15

I.

PENDAHULUAN Tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit

yang baik perlu mempersiapkan adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dan biji-biji klon anjuran, sedangkan untuk batang atas berasal dari mata klon-klon anjuran. Untuk mendapatkan bibit yang bertmutu baik perlu mempersiapkan kebun batang bawah dan kebun batang atas (entres) yang dibangun sesuai dengan standart yang dianjurkan, mulai dari pemilihan lokasi sampai dengan pengelolaannya. Setelah membangun kebun batang bawah dan kebun batang atas (entres) dapat dilakukan okulasi dengan menempelkan mata dari satu tanaman sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan sifat unggul. Hasil okulasi akan diperoleh bahan tanam (bibit) karet unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum tinggi dan bibit dalam polybeg, namun yang sering digunakan oleh petani adalah bibit stum mata tidur dan bibit dalam polybeg. II. KEBUN BATANG BAWAH

1. Persiapan Lahan Pembibitan Lahan perlu disiapkan agar diperoleh bibit dengan perakaran yang baik dan lahan digunakan hendaknya relatife datar, mudah dijangkau, dekat sumber air, bukan daerah penyakit Jamur Akar Putih (JAP), untuk lahan yang miring > 3% dibuat teras gulud dan areal cukup luas. Pengolahan Tanah dengan traktor dapat dilakukan pada lahan yang relatife datar. Pengolahan dilakukan dengan dua kali bajak dengan waktu tiga minggu dan dua kali garu dengan selang waktu satu minggu dengan kedalaman olah 40-50 cm.

Gambar 1. Pengolahan tanah dengan traktor Pengolahan tanah dengan cara manual menggunakan cangkul biasa dilakukan pada lahan yang mempunyai kemiringan dan pada lahan pembibitan dengan skala kecil. Pengolahan tanah dengan cara manual dilakukan dengan kedalam olah 40-50 cm.

Gambar 2. Pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul. 2. Pengadaan Biji untuk Batang Bawah Benih untuk batang bawah berasal dari klon-klon anjuran untuk batang bawah seperti :GT1, PR 300, PR 228, AVROS 2037 dan LCB 1320. Biji diambil dari areal kebun yang berumur lebih dari 10 tahun.

Kebun biji harus bebas dari gulma, pembersihannya dapat dilakukan dengan cara kimiawi atau manual satu bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelumnya pengambilan biji harus dilakukan pembersihan biji yang ada di areal kebun. Rotasi pengumpulan biji pada satu areal paling lambat 2 hari sekali.

Pengujian kesegaran biji secara acak, yaitu diambil 100 butir biji karet dari satu karung goni, kemudian dipecah dengan palu atau batu untuk dinilai kesegarannya. Apabila belahan biji karet masih putih murni sampai kekuningkuningan dinilai baik, apabila berwarna kekuning-kuningan berminyak, kuning kecoklatan sampai hitam atau keriput dinilai jelek. Nilai kesegaran yang baik antara 70-90%.

Metode pemilihan biji karet dengan cara : (1) biji dilentingkan/dijatuhkan dari ketinggian 70-100 cm pada kotak kayu berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Apabila biji melenting keluar melewati dinding kotak, dinilai biji tersebut naik atau (2) (3) biji dipantulkan di atas lantai semen, jika memantul maka biji baik. Meredam biji di dalam air, apabila 2/3 bagian biji terendam, maka biji karet tersebut masih baik

3.

Bedeng Pengecambahan Membuat bedeng pengecambahan untuk tempat pengecambahan biji karet. Tanah untuk dasar pengecambahan bebas dari gulma, batu-batuan, gumpalan tanah dan sisa-sisa akar. Tepi bedengan diperkuat dengan papan atau bamboo, kemudian dihamparkan merata pasir sungai setebal 5 cm. Ukuran bedengan: lebar 1,20 m dan panjang 5 m tergantung keadaan tempat. Arah bedengan memanjang Utara-Selatan, diberi naungan dari daun alangalang atau rumbia. Tinggi tiang sebelah Timur 1,2 m dan sebelah Barat 0,90 m. Dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman.

Gambar 3. Bentuk persemaian karet 4. Pengecambahan Biji yang baru diterima harus segera dikecambahkan. Biji dibenam pada bedengan dengan bagian muka menghadap ke bawah dan punggungnya terlihat dipermukaan. Jarak antara biji 1 cm, sehingga 1 m bedengan memuat 1000 butir. Penyiraman dengan rotasi minimal 2 kali sehari guna menjaga kelembaban. Biji mulai berkecambah pada hari kelima, kemudian dipindahkan ke pembibitan lapangan. Biji yang berkecambah setalah hari ke 15 tidak dipakai (dibuang). Biji kecambah pada saat akar dalam stadia kaki cicak (bintang) atau stadia pancing segera dipindahkan ke pembibitan lapangan, jangan sampai keluar dari daun kepelnya.

Gambar 4. Peletakan biji di persemaian

Gambar 5. Penyiraman persemaian

Gambar 6. Biji kecambah pada stadia kaki cecak (a) dan standia pancing (b)

5. Pembibitan di Lapangan Setelah biji karet di tempat pengecambahan berkecambah (5-15 hari), perlu dipindah ke tempat pembibitan lapangan. Areal pembibitan lapangan diusahan pada tempat yang datar. Tanah pembibitan pada areal yang gembur, mengandung bahan organik tinggi, berpasir dan bebas dari jamur akar. Dekat dengan sumber air untuk memudahkan penyiraman. Pencangkulan tanah sedalam 40 cm, bisa dibuat dalam bentuk guludan atau bedengan besar denga tinggi 30 cm dan harus bersih dari sisa-sisa akar, batubatuan gumpalan tanah. Semakin dalam pencangkulan, maka akar tunggang yang terbentuk akan semakin besar dan mulus. Pembuatan bedengan besar dengan ukuran panjang 11-12 m dan lebar 4,5-5 m (tergantung keadaan tempat). Dalam setiap lebar bedengan 4,5-5 m, dibuat jalan selebar 1,5 m untuk memudahkan pemeliharaan dan pengontrolan tanaman. Ajir pembibitan lapangan dengan jarak 40 cm x 40 cm x 50 cm, jarak 50 cm untuk memudahkan pada waktu pelaksanaan okulasi. Pembibitan dengan cara di atas setiap hektarnya bisa ditanam sebanyak antara 65.000-73.000 tanaman, tergantung bentuk lokasi. Kebutuhan biji untuk junlah tersbut adalah sekitar 100.000-120.000 butir/ha. Satu hektar pembibitan menghasilkan bibit siap salur 35.000-36.000 bibit polybeg. Dengan rincian: 1) seleksi sampai dapat diokulasi 75%, 2) persentase okulasi jadi 80%, 3) bibit polybeg 90%.

Gambar 7. Penanaman bibit dilapangan 6. Pemeliharaan Pembibitan di Lapangan Penyiraman dua kali sehari. Penyiangan rumput/gulma pengganggu dengan rotasi satu kali sebulan. Pemupukan dengan dosis seperti yang tertera pada Tabel 2. Pengendalian hama/penyakit. Hama rayap diberantas dengan Basudin 10 G dan Diazinion 10 G yang ditaburkan atau dibenam sekitar keher akar. Untuk mencegah penyakit daun disemprot dengan Dithane M 45 atau dihembus dengan serbuk belerang. Okulasi pohon karet ubtuk memperoleh bahan tanam yang baik. (unggul) dilakukan secara Green Budding (okulasi hijau:umur bibit. 4-6 bulan) dan Brown Budding (okulasi coklat:umur bibit 8-18 bulan).

Tabel 1. Dosis pemupukan tanaman karet di pembibitan Waktu Pemupukan (bulan setelah tanam) 0 1 2 3 4 > 4 bulan sampai 3 bulan sebelum okulasi Jenis pupuk Kieserit atau Dolomit Urea SP KCl Kieserit Dolomit (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) Pupuk dasar dengan menggunakan Rock Phosphate (RP) sebanyak 1.200 kg/ha 90 225 225 225 450 110 280 280 280 550 45 90 90 90 180 45 90 90 90 180 67.5 135 135 135 270

III.

KEBUN BATANG ATAS (ENTRES)

1. Klon Anjuran untuk Batang Atas Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik dan dari kelompok koln anjuran.Klon-klon anjuran adalah klon-klon yang direkomendasikan untuk pertanaman komersial yang telah dilepas seperti : a. Klon Penghasil Lateks BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217 dan PB 260 b. Klon Penghasil Lateks Kayu BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112 dan IRR 118 c. Klon Penghasil Kayu IRR 70, IRR 71, IRR 72 dan IRR 78 2. Pemilihan Lokasi Lokasi untuk kebun entres mempunyai persyaratan sebagai berikut : a. Lahan tidak tergenang air b. Lahan kebun entres diusahakan pada tempat yang datar (kemiringan 0-10%) c. Tanahnya subur, bahan organik tinggi, bebas dari hama dan sumber penyakit

d. Dekat dengan sumber mata air untuk memudahkan penyiraman e. Dekat jalan dan emplasmen untuk memudahkan pengontrolan/pengangkutan 3. Persiapan Pembuatan Kebun Entres a. Pembuatan bedengan/petakan 5 m x 20 m, diantara bedengan dibuat jalan besar 150 cm termasuk parit, tiap bedengan/petak ditanam jenis klon. b. Jarak tanam 100 cm x 100 cm tiap bedengan berisi 5 x 20 batang = 100 batang. c. Lubang tanam berukuran 60 cm x 60 cm, 2-3 bulan sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam dipupuk dengan rock poshpat (RP). d. Penanaman dengan bibit dalam polybeg yang telah diokulasi dengan klon-klon anjuran. 4. Pemeliharaan Kebun Entres : a. Penunasan (wiwil), tunas liar perlu diwiwil sampai ketinggian 3 m dari tanah. b. Pemurnian klon, setelah tanaman mempunyai 3-4 payung perlu diadakan pemurnian klon Balai Penelitian. c. Penyiangan rumput/gulma dengan rotasi satu bulan sekali. d. Pemberantasan/pengendalian hama dan penyakit di kebun entres dilakukan sesuai dengan TBM karet yaitu : Penyakit daun diberantas dengan belerang, Dithane M 45, Copper Sandoz, Bayleton 250 EC dan Bayleton 1 dust. Penyakit jamur akar diberantas dengan Calixin 750 EC atau dengan penyiraman Bayleton 250 EC.

5. Pemupukan Tahun pertama, dosis Urea (10 gr/ph), TSP (15 gr/ph), KCl (10gr/ph) dan Dolomit (20 gr/ph). Pemupukan dilakukan 4 kali setahun.

Gambar 8. Pemeliharaan kebun entres 6. Pemanenan Entres Untuk tahun pertama dilakukan dengan cara memotong batang secara serong/miring pada ketinggian 30 cm di atas pertautan okulasi. Bekas potongan diolesi dengan TB 192. Pada tahun pertama ini diperoleh satu buah turus/batang entres. Pada tahun kedua, diperoleh dua turus/batang entres dipotong 10 cm di atas potongan yang dilakukan pada tahun pertama. Begitu pula untuk pemotongan-pemotongan selanjutnya sampai dengan pada tahun kelima. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

Gambar 9. Skema pemotongan entres

10

7. Mata Okulasi Dari satu meter batang/turus entres dapat diperoleh 10 mata okulasi. Jumlah mata okulasi yang dapat diperoleh dari satu hektar kebun entres dapat dilihat di bawah ini : Tabel 2. Jumlah mata entres dari kebun seluas satu hektar Tahun 1 2 3 4 5 Jumlah Panjang kayu entres/pohon (m) 1,5 6 4,5 4,5 4,5 18 Panjang kayu entres/ha (m) 15.000 30.000 45.000 45.000 45.000 180.000 Jumlah mata okulasi 150.000 300.000 450.000 450.000 450.000 1.800.000

Keterangan : kerapatan 10.000 pohon/ha Dari cara pemotongan dan laju pertumbuhan batang/turus entres dan jumlah mata okulasi tersebut di atas, maka dapat dihitung kebutuhan pohon enters untuk lahan pertanaman satu hektar, yaitu sebagai berikut : a. Kerapatan tanaman 550 pohon/ha (jarak tanam 6x3 m) b. Kebutuhan mata okulasi untuk lahan 1 ha = 550 x 110% x 110% x 130% = 865,15 mata okulasi, dibulatkan 865 mata okulasi/ha, yaitu populasi 550 pohon/ha ditambah 10% untuk sulaman, 10% mati dalam polybeg, keberhasilan okulasi 70%. Taksiran kebutuhan entres (865 mata okulasi: 10 mata okulasi/m) x 1,5 = 129, 75 m, dibulatkan menjadi 130 m. c. Rata-rata satu pohon entres diperoleh 1,5 m kayu enters. d. Jumlah pohon enters untuk 1 ha lahan pertanaman = 130 : 1,5 m = 86,7 pohon enters, dibulatkan menjadi 87 pohon

11

IV.

PENGADAAN BIBIT OKULASI Okulasi merupakan salah satu usaha perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan

cara menempelkan mata dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Hasil okulasi ini akan diperoleh bahan tanam (bibit) karet unggul seperti stum mata tidur, stum mini, stum tinggi dan bibit dalam polybag. Okulasi pada tanaman karet dapat dilakukan dengan cara okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat yang pada prinsipnya relatif sama, hanya perbedaannya terletak pada umur batang bawah dan batang atasnya dapat di lihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbedaan antara Okulasi Dini, Hijau dan Coklat Teknik Okulasi Umur Batang Bawah Dini Hijau Coklat 2-3 bulan 4-6 bulan 8-18 bulan Umur Batang Atas

3-4 minggu, garis tengah 0,5 cm, warna hijau muda 3-4 bulan, garis tengah 0,5-1 cm, earna hijau 1-2 tahun, garis tengah 2,5-4 cm, warna coklat

Dalam pelaksanaan okulasi terdapat enam tahapan utama yang harus diperhatikan yaitu kesiapan batang bawah, pembuatan jendela okulasi, penyiapan perisai mata okulasi, penempelan perisai okulasi, pembalutan dan pemeriksaan hasil okulasi yang dapat dilihat pada Gambar 10, 11, 12, 13, 14, 15. Gambar 10. Kesiapan Batang Bawah untuk Okulasi

Batang bawah siap okulasi mempunyai lilit batang 5-7 cm diukur pada 5 cm di atas tanah

Tanaman yang akan diokulasi payung daun teratasnya harus sudah tua

12

Batang bawah dibersihkan dengan menggunakan kain lap yang bersih

Persiaoan pembuatan jendela okulasi dengan dua buah irisan vertikal sejajar

Irirsan melintang di atas irirsan vertikal untuk bukaan jendela dari atas

Irirsan melintang di bawah irirsan vertikal untuk bukaan jendela dari bawah

Gambar 11. Pembuatan jendela okulasi

Pengambilan perisai mata Pengambilan perisai mata Melepas bagian kulit okulasi pada jendela okulasi pada jendela perisai mata okulasi dari bukaan atas bukaan bawah bagian kayunya

Perisai mata okulasi yang baik ditandai dengan titik putih yang menonjol pada bagian kulitnya (mata tidak berlubang)

Gambar 12. Pembuatan perisai mata okulasi

Gambar 13. Penempelan perisai mata okulasi


Pemasangan mata okulasi pada jendela bukaan atas Pemasangan mata okulasi pada jendela bukaan bawah Penutupan jendela okulasi

13

Gambar 14. Pembalutan perisai mata okulasi

Pembalutan jendela okulasi bukaan atas

Pembalutan jendela okulasi bukaan bawah

Gambar 15. Pembukaan dan pemeriksaan okulasi

Balutan plastik yang telah dibuka

Pemeriksaan hasil okulasi

Ikatan plastik yang menandakan okulasi berhasil

Hasil okulasi ini dapat dijadikan bibit stum mata tidur siap tanam, stum mata tidur yang baik adalah yang mempunyai akar tunggal dengan panjang 35-40 cm sehingga untuk

14

menghasilkan bibit dengan kondisi demikian diperlukan teknik pencabutan bibit yang baik yang dapat dilihat pada Gambar 16. berikut ini. Gambar 16. Pencabutan dengan menggunakan cangkul

Batang bawah yang telah diokulasi kemudian dipotong dan siap dibongkar dengan cangkul

Pembongkaran bibit okulasi dengan cangkul

Stum mata tidur siap tanam

Setelah menghasilkan bibit stum mata tidur ini, dapat dikembangkan beberapa jenis bibit lain seperti; bibit dalam polibag, bibit stum mini dan bibit stum tinggi. Keperluan bibit ini pada prinsipnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan menggunakan bibit stum mata tidur tersebut untuk ditanam dan dikembangkan di lapangan.

15

DAFTAR PUSTAKA Amy Palupy, K. 2006. Okulasi Bahan Tanam. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat. Indraty, S.I. 1990. Pemindahan Kecambah Karet Stadia Berdaun. Pusat Penelitian Perkebunan Getas. Dalam Prosiding Konferensi Nasional Karet. 1990. Palembang. Indonesia. Lasminingsih, M. 2006. Pembangunan Kebun Entres. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat. Gozali, D.A. dan Boerhendhy, I. 2006. Pembangunan Batang Bawah. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa dalam Saptabina Usahatani Karet Rakyat. Purwanta, H.J. dkk. 2008. Teknologi Budidaya Karet. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian.

16

Deutsche Gesellschaft fr Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH -German Technical Cooperation-

Merang REDD Pilot Project (MRPP), Jl. Jend. Sudirman No. 2837 KM 3,5 P.O. BOX 1229 Palembang 30129 South Sumatera Indonesia District Office: Kantor Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Jl. Kol. Wahid Udin No.254 Sekayu 30711 T: ++ 62 21 2358 7111 Ext.121 F: ++ 62 21 2358 7110 E: project@merang-redd.org I: www.merang-redd.org T: ++ 62 714 321 202 F: ++ 62 714 321 202 South Sumatera

You might also like