You are on page 1of 124

STUDI PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT STUDI KASUS PADA LAZ PT.

SEMEN PADANG DAN LAZIS UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Disusun oleh : Dahlia Heryani 01312283

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN YOGYAKARTA 2005

STUDI PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT STUDI KASUS PADA LAZ PT. SEMEN PADANG DAN LAZIS UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Disusun oleh : Dahlia Heryani 01312283

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2005

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis
dengan sungguh-sungguh dan tidak ada bagian yang merupakan penjiplakan karya orang lain seperti yang dimaksud dalam buku pedoman penyusunsn skripsi

Program Studi Ekonomi Pembangunan FE UII. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyatan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sanksi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, September 2005 Penulis,

Dahlia Heryani

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

STUDI PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT STUDI KASUS PADA LAZ PT. SEMEN PADANG DAN LAZIS UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Nama Nomor Mahasiswa Program Studi

: Dahlia Heryani : : 01312083 Akuntansi

Yogyakarta, September 2005 Telah disetuji dan disahkan oleh Dosen Pembimbing,

(Drs. Arief Bachtiar, MSA, Ak)

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme Halaman Pengesahan Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran Abstrak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah 1.3. Tujuan dan Manfaat 1.4. Metode Penelitian 1.5. Teknik Pengumpulan Data 1.6. Teknik Analisa Data 1.7. Sistematika Penulisan

i iii iv v viii xi xii xiii

1 1 4 4 5 6 6 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Zakat 2.1.1. Pengertian Zakat

8 8 8

2.1.2. Landasan kewajiban zakat 2.1.3. Kedudukan hukum zakat 2.1.4. Muzakki dan mustahiq 2.1.5. Manfaat zakat dalam kehidupan masyarakat islam 2.2. Konsep Akuntansi Zakat 2.2.1. Sistem akuntansi untuk dana zakat 2.2.2. Sistem akuntansi untuk dana shodaqoh 2.2.3. Laporan keuangan komprehensif untuk zakat, infaq dan shodaqoh. 2.3. Lembaga Pengelola Zakat

9 11 12 14 15 18 33 39 47

BAB III TINJAUAN OBJEK PENELITIAN 3.1. Lembaga Amil Zakat (LAZ) PT. Semen Padang 3.1.1. Sejarah LAZ PT. Semen Padang 3.1.2. Visi dan Misi LAZ PT. Semen Padang 3.1.3. Aktivitas Kerja PT. Semen Padang 3.1.4. Struktur Organisasi PT. Semen Padang 3.1.5. Proses pengumpulan dana zakat, infaq dan shodaqoh LAZ PT. Semen Padang 3.1.6. Proses penyaluran dana zakat, Infaq dan shodaqoh LAZ PT. Semen Padang 3.1.7. Perlakuan Akuntansi dana zakat pada LAZ PT. Semen Padang 3.1.8. Audit terhadap laporan keuangan LAZ PT. Semen Padang

56 56 56 58 59 60

62

64

68 71

3.2. Lembaga amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh (LAZIS UII) 3.2.1.Sejarah dan perkembangannya 3.2.2. Struktur organisasi 3.2.3. Program kerja 3.2.4. Proses pengumpulan dana pada 3.2.5. Proses pendistribusian dan pendayagunaan zakat 3.2.6. Perlakuan akuntansi dana zakat 3.2.7. Audit terhadap laporan keuangan

72 72 74 77 77 79 82 86

BAB IV ANALISIS DATA 4.1. Organisasi dan aktivitas lembaga amil 4.2. Proses akuntansi lembaga amil 4.3. Perbandingan kedua lembaga amil dengan Standar AAOIFI

87 87 89 103

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan 5.2. Rekomendasi

104 104 107

REFERENSI

110

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. 2.2. 2.3. Klasifikasi Perkiraan untuk Dana Zakat dan Infaq Contoh Buku Harian Kas Dana Zakat dan Shodaqah Contoh Buku Besar Kas Untuk Dana Zakat dan Shodaqoh 19 22 23

DAFTAR GAMBAR

2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. 2.6.

Bukti Penerimaan Dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh Contoh Neraca Dana Zakat Contoh Laporan Penerimaan, Pengeluaran dan Perubahan Dana zakat Klasifikasi Akun Dana Shodaqoh Contoh Neraca Dana Shodaqoh Contoh Laporan Penerimaan, Pengeluaran dan Perubahan Dana Shodaqoh

24 31 32 34 37

38 41

2.7. 2.8.

Contoh Neraca Komprehensif Contoh Lap. Komprehensif Penerimaan, Pengeluaran dan Perubahan Dana

42 43 44

2.9. 2.10.

Contoh Lap. Perubahan Posisi Keuangan Contoh Catatan Atas Lap. Keuangan

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Siklus Akuntansi LAZ PT. SP dan LAZIS UII Neraca LAZ PT. Semen Padang Lap. Penerimaan dan Penggunaan Dana Zakat Lap. Penerimaan dan Penggunaan Dana Insha Lap. Arus Kas Catatan Atas Lap. Keuangan Lap. Keuangan Dana Zakat LAZIS UII Lap. Keuangan Dana Infaq/Shodaqoh LAZIS UII Lap. Keuangan Dana Pengelolaan LAZIS UII Lap. Keuangan Dana Jasa Giro LAZIS UII 110 111 112 113 114 115 120 130 138 144

ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji bentuk-bentuk rasionalisasi pengelolaan zakat di dua lembaga amil, yaitu LAZ PT. Semen Padang dan LAZIS UII. Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, zakat tidak hanya dimaknai secara teologis (ibadah) tetapi juga dimaknai secara sosial-ekonomi, yaitu sebagai mekanisme distribusi kekayaan. Dengan kata lain, zakat merupakan faktor utama dalam pemerataan harta benda dikalangan umat Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisa deskriptif dan komparatif antara kedua objek penelitian, yaitu penerapan laporan keuangan antara LAZIZ PT. Semen Padang dan LAZ UII Yogyakarta, yang meliputi analisis terhadap Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan dan Pelaporannya. Hal ini dilakukan karena sampai saat ini belum terdapat standar akuntansi untuk lembaga amil zakat yang dikelola secara mandiri. Dari hasil penelitian ini dapat diungkapkan bahwa sampai saat ini penerapan akuntasi di dalam lembaga amil zakat belum bisa diseragamkan. Masing-masing metode yang diterapkan memiliki kelebihan dan kelemahan.

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, dan tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar belakang Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat muslim Indonesia sebenarnya memiliki potensi stratejik yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan pendapatan, yaitu institusi Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam, dan secara kultural kewajiban zakat, berinfaq, dan sedekah di jalan Allah telah mengakar kuat dalam tradisi kehidupan masyarakat muslim. Secara substantif, zakat, infaq dan sedekah adalah bagian dari mekanisme keagamaan yang berintikan semangat pemerataan pendapatan. Dana zakat diambil dari harta orang yang berkelebihan dan disalurkan bagi orang yang kekurangan, namun zakat tidak dimaksudkan memiskinkan orang kaya. Hal ini disebabkan karena zakat diambil dari sebagian kecil hartanya dengan beberapa kriteria tertentu dari harta yang wajib dizakati. Oleh karena itu, alokasi dana zakat tidak bisa diberikan secara sembarangan dan hanya dapat disalurkan kepada kelompok masyarakat tertentu. Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu albarakatu keberkahan, al-namaa pertumbuhan, ath-thaharatu kesucian dan ashshalahu keberesan (Majma Lughah al-Arabiyyah, hlm 396)

Sedangkan secara istilah zakat berarti bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang duwajibkan Allah kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula (Ibid, hlm.396) Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Begitu mendasarnya sehingga perintah zakat dalam Al-Quran sering disertai dengan ancaman yang tegas. Zakat menempati rukun Islam ketiga setelah syahadat dan shalat. Dalam Al-Quran seringkali kata zakat dipakai bersamaan dengan kata shalat, yang menegaskan adanya kaitan komplementer antara ibadah shalat dan zakat. Jika shalat berdimensi vertikal ketuhanan. Maka zakat merupakan ibadah yang berdimensi horizontal-kemanusiaan. Potensi zakat di Indonesia bisa dikatakan luar biasa. Secara sistematis, minimal kita akan memperoleh angka sebesar Rp. 6,5 triliyun per tahun, belum lagi jika ditambah dengan infaq, shadaqah, wakaf. Namun pada kenyataannya saat ini baru terkumpul lebih kurang Rp. 150 miliar per tahun ( Republika, 2002 ). Itu artinya hanya 2,3%. Ternyata salah satu penyebabnya adalah faktor kepercayaan muzakki yang rendah terhadap organisasi pengelola zakat yang ada. Untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi, lembaga zakat harus menggunakan sistem pembukuan yang benar dan siap diaudit akuntan publik. Ini artinya standar akuntansi zakat mutlak diperlukan. Cuma masalahnya sekarang adalah sampai saat ini standar akuntansi zakat yang sah belum ada di indonesia. Oleh karena itu penilaian terhadap modal untuk menghitung zakat harus dilakukan berdasarkan Current Cost Accounting.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penerapan akuntansi zakat yang dilakukan oleh lembaga pengelolaan zakat. Tidak mungkin rasanya kewajiban zakat tersebut dapat diwujudkan dengan optimal tanpa adanya pengelolaan yang baik termasuk didalamnya pencatatan (fungsi akuntansi) yang menjamin terlaksananya prinsip keadilan terhadap pihak pihak yang terlibat baik oleh LAZ maupun BAZ. Sebagai objek penelitian, penulis akan meneliti mekanisme pengelolaan zakat dan sekaligus akan dilakukan analisis perbandingan antara kedua lembaga amil yaitu LAZ PT. Semen Padang dan LAZIZ UII Yogyakarta. Lembaga Amil Zakat ( LAZ ) PT. Semen Padang merupakan salah satu LAZ yang berada di Sumatra Barat dan memiliki cakupan yang luas dalam hal penerimaan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat. Lembaga ini berada dibawah naungan perusahaan BUMN PT. Semen Padang, dimana LAZ ini menghimpun dana zakat dari para karyawan sebesar 2,5 % dari penghasilan pokoknya. Ini merupakan dana potensial yang dapat digunakan untuk menekan tingkat kemiskinan khususnya di daerah Sumatra Barat. Sedangkan LAZIS UII Yogyakarta adalah salah satu lembaga pengelolaan zakat dibawah naungan Universitas Islam Indonesia yang juga menghimpun dana zakat dari para dosen dan karyawannya. Dari kedua objek penelitian diatas diketahui bahwa kedua lembaga ini memiliki kesamaan dalam hal sumber penghimpunan dana, yaitu samasama berasal dari zakat para karyawannya. Dari sini penulis akan menganalisis apakah kedua lembaga ini menerapkan sistim pencatatan dan pelaporan akuntansi yang sama, mengingat belum terbentuknya standar akuntansi untuk Lembaga pengelolaan zakat di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan akuntansi zakat yang diterapkan dalam LAZ PT. Semen Padang dan LAZIZ UII.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan meneliti penerapan akuntansi zakat pada LAZ PT. Semen Padang dan LAZIZ UII. 2. Untuk memberikan gambaran penerapan akuntansi Zakat di LAZ PT. Semen Padang dan LAZIZ UII 3. Untuk membandingkan penerapan akuntansi zakat mana yang lebih baik diantara LAZ PT. Semen Padang atau LAZIZ UII 4. Untuk menjelaskan prinsip prinsip akuntansi Zakat 5. Untuk lebih memperkenalkan akuntansi zakat di dunia akademis. Manfaat yang hendak penulis harapkan dari penelitian ini adalah : 1. Mampu memberikan pemahaman bagi penulis mengenai pengelolaan zakat pada LAZ/LAZIZ pada umumnya dan penerapan akuntansi zakat pada khususnya. 2. Mampu mengaplikasikan teoriteori sehubungan dengan pembiayaan dan memperbandingkannya dengan kondisi yang ada dalam pencapaian tujuan penelitian

3. Mampu memberikan tambahan pengetahuan mengenai akuntansi zakat serta penerapannya di dunia akademis serta lembaga pengelolaan zakat.

1.4. Metode penelitian Data yang dibutuhkan a) Data umum, meliputi :

1. Sejarah Lembaga Amil Zakat 2. Struktur organisasi lembaga amil dan deskripsi jabatan 3. Perkembangan lembaga / organisasi sejenis b) Data khusus, meliputi :

1. Laporan keuangan organisasi dan perlakuan akuntansinya 2. Berbagai pendapat para ahli / akademisi dan praktisi atas akuntansi dana zakat yang dikelola organisasi 1.5. Teknik Pengumpulan data 1. Studi Perpustakaan Dalam riset ini, penulis akan mencoba mendapatkan data data, informasi yang terkait dengan permasalahan penerapan akuntansi zakat pada lembaga pengelolaan zakat. Selain itu sebagai pembanding dan bahan referensi , penulis juga melakukan studi perpustakaan guna mendapatkan, mempelajari, dan menelaah literatur literatur, artikel artikel, internet dan bahan bacaan lainnya yang relevan dengan penelitian ini. 2. Studi lapangan / Observasi

Penulis akan melakukan wawancara dengan pihak pengelola zakat baik LAZ PT. Semen Padang maupun LAZIZ UII , selain meminta berbagai data yang berguna bagi penulis dalam menganalisa penerapan akuntansi zakat pada LAZ PT. Semen Padang dan LAZIZ UII.

1.6. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini digunakan analisa deskriptif dan komparatif antara kedua objek penelitian, yaitu penerapan laporan keuangan antara LAZIZ PT. Semen Padang dan LAZ UII Yogyakarta, yang meliputi analisis terhadap Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan dan Pelaporannya. Hal ini dilakukan karena sampai saat ini belum terdapat standar akuntansi untuk lembaga amil zakat yang dikelola secara mandiri.

1.7. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka Membahas mengenai berbagai topik yang relevan dengan penelitian ini, yang berasal dari studi perpustakaan, literatur-literatur, artikel. Internet, dan bacaan lainnya yang relevan dengan penelitian ini. BAB III Metode Penelitian

Membahas mengenai metode penelitian secara komprehensif, yang berisi data-data objek penelitian, yaitu data-data umum objek penelitian dan data-data khusus yang berupa proses dan laporan akuntansinya. BAB IV Analisis Data Membahas hasil dari penelitian yang meliputi analisis data dan analisis komparatif dari kedua objek penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran Memuat kesimpulan dan rekomendasi bagi kedua objek penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai landasan teori yang membahas

mengenai zakat secara umumnya dan perlakuan akuntansinya pada lembaga pengelolaan zakat. 2.1 Konsep Dasar Zakat 2.1.1 Pengertian Zakat Ditunjau dari segi bahas kata zakat merupakan kata dasar dari zaka yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri

(Qardhawi,1999:34). Menurut etimologi syari`at (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang orang yang berhak menerimanya. Didalam Al-Quran Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sejumlah 82 ayat. Dari sini disimpulkan secara deduktif bahwa zakat merupakan rukun Islam terpenting setelah shalat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai perlambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan seseorang dengan Tuhan, sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar sesama manusia. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apapun yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu akan mendapatkan pahala disis Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan ( QS. Al-Baqarah : 10 ) Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya , begitu pula supaya

mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat , dan itulah agama yang lurus ( QS. Al-Bayyinah: 5 ) Dari ayat diatas, dapat ditarik beberapa konklusi, Pertama, zakat adalah predikat untuk jenis barang tertentu yang harus dikeluarkan oleh umat Islam dan dibagi bagikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syari`at. Kedua, zakat merupakan konsekuensi logis dari prinsip harta milik dalam ajaran Islam yang fundamental, yakni haqqullah ( milik Allah yang dititipkan kepada manusia ) dalam rangka pemerataan kekayaan. Ketiga , zakat merupakan ibadah yang tidak hanya berkaitan dengan dimensi ketuhanan saja ( ghair mahdhah ), tetapi juga mencangkup dimensi sosialkemanusiaan yang kerap disebut ibadah maliyah ijtima`iyyah.

2.1.2 Landasan Kewajiban Zakat Zakat adalah rukun Islam ketiga yang diwajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah diwajibkannya puasa Ramadhan dan zakat Fitrah. Ayat-ayat zakat, shodaqah dan infaq yang turun di Makkah baru berupa anjuran dan penyampaiannya menggunakan metodologi pujian bagi yang melaksanakannya dan cacian atau teguran bagi yang meninggalkannya.

Landasan kewajiban zakat disebutkan dalam Al Qur'an, Sunnah dan Ijma Ulama.

1. AL QUR'AN Surat Al-Baqaraah ayat 43: Artinya: "Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan ruku'lah bersama dengan orang-orang yang ruku' ".

Surat At-Taubah ayat 103: Artinya: "Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan do'akanlah mereka karena sesungguhnya do'amu dapat memberikan ketenangan bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Surat Al An'aam ayat 141: Artinya: "Makanlah buahnya jika telah berbuah dan tunaikan haknya (kewajibannya) dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya)". 2. SUNNAH Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar: Artinya: "Islam dibangun atas lima rukun: Syahadat tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad saw utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat, menunaikan haji dan puasa Ramadhan". Hadist diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dari Ali ra: Artinya:

"Sesungguhnya Allah mewajibkan (zakat) atas orang-orang kaya dari umat Islam pada harta mereka dengan batas sesuai kecukupan fuqoro diantara mereka. Orangorang fakir tidak akan kekurangan pada saat mereka lapar atau tidak berbaju kecuali karena ulah orang-orang kaya diantar mereka. Ingatlah bahwa Allah akan menghisab mereka dengan keras dan mengadzab mereka dengan pedih". 3. IJMA Ulama baik salaf (klasik) maupun khalaf (kontemporer) telah sepakat akan kewajiban zakat dan bagi yang mengingkarinya berarti telah kafir dari Islam.

2.1.3

Kedudukan Hukum Zakat

Dalam akhir abad kedua puluh ini, bersamaan dengan kebangkitan kembali umat Islam diberbagai sektor kehidupan, ajaran zakat juga menjadi salah satu sektor yang

mulai digali dari berbagai dimensinya. Meningkatnya kesejahteraan umat Islam memberikan harapan baru dalam mengaktualisasikan zakat. Apalagi kebangkitan ekonomi di dunia barat khususnya yang didasari pemikiran kapitalistik telah menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan ini seperti;kesenjangan dalam kehidupan sosial ekonomi.

Gerakan kesadaran membayar perlu zakat diiringi oleh dukungan dari masyarakat dan juga pemerintah. Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dengan Keputusan mentri Agama (KMA) No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 dan keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Dalam Bab II pasal 5 UU tersebut dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan :

1) Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai tuntunan agama. 2) Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.

2.1.4

Muzakki dan Mustahik Zakat

Muzakki atau pembayar zakat adalah orang yang hartanya dikenakan kewajiban zakat. Seorang pembayar zakat disyaratkan harus seorang muslim dan tidak disyaratkan

baligh atau berakal menurut pendapat ulama jumhur. Sedangkan Mustahik adalah kelompok orang yang berhak menerima zakat. Sesuai dengan firman Allah SWT :

Sesungguhnya zakat zakat itu hanya disalurkan untuk orang orang fakir, orangorang miskin, penguruspengurus zakat, para muallaf, memerdekakan budak. Orang orang berutang, fi sabilillah dan orangorang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah . sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana ( Q.S At- Taubah:60)

1. Fakir

Yaitu sekelompok masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya ( primer ). Sedangkan ulam berpendapat fakir adalh orang yang tidak memiliki nisab zakat

2. Miskin

Kelompok masyarakat yang memiliki kurang biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri., keluarga serta orang lain yang berada dalam tanggungannya. Ada ulama yang berpendapat orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta sama sekali.

3. Amil ( Pengurus Zakat )

Adalah pihak yang diangkat pemerintah atau masyarakat untuk menangani urusan pemungutan zakat dari sumbernya dan menyalurkannya kepada yang membutuhkan.

4. Muallaf

Yaitu kelompok masyarakat dari orang orang yang baru memeluk Islam yang diberikan Zakat untuk membujuk hati mereka untuk tetap dalam Islam atau memantapkan keimanan mereka.

5. Membebaskan orang dari perbudakan

Hamba sahaya yang diberikan zakat unutk memerdekakan diri mereka dari perbudakan.

6. Yang dililit utang ( ghamirin )

Mereka adalah kelompok masyarakat yang dibebani utang pribadi dan tidak memiliki harta untuk melunasinya atau orang yang menanggung pembayaran diyat pembunuhan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan atau orang yang menanggung utang tertentu.

7. Kegiatan dijalan Allah

Jihad dijalan Allah SWT dan kegiatan sejenisnya dalam rangka dakwah.

8. Musafir

Musafir yang jauh dari negrinya dan telah menutup semua sumber rezekinya.

2.1.5

Manfaat Zakat Dalam Kehidupan Masyarakat Islam

Beberapa manfaat dan hikmah zakat menurut Heri Sudarsono dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (2003) dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) Menghindari kesenjangan sosial antara aghniya dan dhu`afa 2) Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat 3) Menjadi unsur penting dalam mewujudkan keseimbangan dalam distribusi harta (social distribution) dan keseimbangan tanggungjawab individu dalam masyarakat 4) Menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsip prinsip : ummatn wahidan (umat yang satu), musawah (persamaan derajat), ukhwah islamiyah (persaudaraan islam) dan tafakul ijti`ma (tanggung jawab bersama) 5) Dapat mensucikan diri (pribadi) dari kotoran dosa, memurnikan jiwa dan menumbuhkan akhlaq mulia dan mengikis sifat bakhil (kikir) 6) Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi dan fungsi sosial ekonomi atau pemerataan karunia Allah dan juga merupakan perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan, dan pengikat persatuan ummat dan bangsa sebagai pengikat bathin antara golongan kaya dengan yang miskin dan sebagai penimbun jurang pemisah antara golongan yang kuat dengan yang lemah.

2.2

Konsep Akuntansi Zakat

Potensi zakat di Indonesia bisa dikatakan luar biasa. Secara sistematis, minimal kita akan memperoleh angka sebesar Rp. 6,5 triliyun per tahun, belum lagi jika ditambah dengan infiq, shadaqah, wakaf. Namun pada kenyataannya saat ini baru terkumpul lebih kurang Rp. 150 miliar per tahun (Republika, 2002). Itu artinya hanya 2,3%. Ternyata salah satu penyebabnya adalah faktor kepercayaan muzakki yang rendah terhadap organisasi pengelola zakat yang ada.

Kemunculan lembaga keuangan Islam

khususnya Lembaga Pengelolaan

Zakat sebagai organisasi yang relatif baru menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensional seperti telah dikenal selama ini.

Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses Lembaga Pengelolaan Zakat dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam. Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta audit terhadap laporan keuangan tersebut. Untuk bisa disahkan sebagai organisasi resmi, lembaga zakat harus menggunakan sistem pembukuan yang benar dan siap diaudit akuntan publik. Ini artinya standar akuntansi zakat mutlak diperlukan.

Sayangnya, sampai saat ini belum terdapat standar akuntansi zakat untuk lembaga pengelola zakat. Namun berdasarkan tesis yang dibuat oleh Anies said M. Basalamah,MBA,Ak., yang berjudul AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ DAN

SHODAQOH : Pembukuan dan Pelaporannya (1995), dapat dijadikan acuan dalam membuat laporan keuangan zakat. Riset yang dilakukan oleh Anies Basalamah ini mengenai pengumpulan, pendistribusian dan pelaporan zakat dan shodaqoh di empat negara, yaitu Kanada, Indonesia, Pakistan dan Amerika Serikat.

Anies Basalamah mengklasifikasikan donasi yang dikumpulkan dalam Lembaga Amil Zakat menjadi tiga bentuk, yaitu :

1. Shodaqoh yang tidak dimaksudkan oleh pemberinya untuk tujuan tertentu. Shodaqoh jenis ini merupakan dana yang tidak terbatas (unrestricted funds). Artinya, dana ini dapat digunakan untuk siapa saja selain kedelapan asnaf, baik muslim maupun non muslim. 2. Shodaqoh yang dimaksudkan oleh pemberinya untuk diberikan dengan tujuan tertentu atau diberikan kepada penerima tertentu 3. Zakat, yang dapat digolongkan sebagai dana yang terbatas penggunaannya (restricted funds )karena ia dibatasi oleh siapa atau dari sumber mana zakat ini berasal dan kepada siapa saja zakat ini disalurkan.

Selanjutnya, Anies Basalamah membagi sistem akuntansi dan pelaporan untuk LAZ menjadi dua bagian, yaitu untuk dana yang terbatas (restricted funds) yaitu zakat dan infaq , dan untuk dana yang tidak terbatas (unrestricted funds), yaitu dana shodaqoh.

2.2.1 Sistem Akuntansi Untuk Dana Yang Terbatas ( Zakat Dan Infaq ) Anis Basalamah dalam bukunya Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqah : Pembukuan dan Pelaporannya (1995) , ia mengklasifikasikan perkiraan akun akun yang dipakai oleh Lembaga Amil Zakat (tabel 2.1). Meskipun demikian bukan berarti akun akun yang dipakai lembaga amil hanya sebatas yang disebutkan dalam tabel 2.1, masing masing Amil yang merasa memerlukan akun lainnya dapat menambahkan sesuai dengan organisasi yang bersangkutan.

TABEL 2.1 KLASIFIKASI PERKIRAAN UNTUK DANA ZAKAT DAN INFAQ


AKTIVA LANCAR Kas dan Bank Persediaan Barang Biaya Dibayar Dimuka Perlengkapan Kantor AKTIVA TETAP Tanah Bangunan Aktiva Tetap Lainnya KEWAJIBAN KEWAJIBAN Hutang Dagang Biaya Biaya Yang Belum Dibayar Hutang Jangka Panjang Ynga Jatuh Tempo Hutang Jangka Pendek Lainnya Hutang Jangka Panjang SALDO DANA ZAKAT Infaq Zakat untuk Pihak Tertentu Zakat Lainnya Transfer dari Dana Shodaqah Untuk Umum PENGELUARAN Fakir dan Miskin Gaji dan Upah Muallaf Membebaskan Budak Ghorimin Dijalan Allah Ibnu Sabil Biaya Administrasi Peralatan dan Perlengkapan Kantor Tujuan Khusus ( Bea Siswa, Mesjid , dsb )

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, 1995:32)

penjelasan mengenai masing masing akun tersebut serta latar belakangnya akan dijelaskan sebagai berikut : AKTIVA LANCAR

Kas dan Bank Yang dimaksud dengan kas dalam akuntansi adalah bukan hanya alat pembayaran yang sah (uang) saja, akan tetapi juga mencangkup simpanan di Bank, serta cek yang diterima. Untuk organisasi ZIS, kas adalah demikian penting karena beberapa jenis Zakat dibayar secara tunai. Oleh karena itu, pengelolan kas bagi organisasi ZIS adalah sangat penting dan melaporkan saldonya menjadi keharusan. Penggunaan Buku Harian Kas untuk Dana Zakat dapat digunakan dengan memakai buku harian yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan ataupun khusus, yaitu untuk buku harian kas penerimaan dipisahkan dari buku harian kas pengeluaran. Contoh buku harian penerimaan untuk dana zakat dan shodaqoh tampak pada tabel 2.2. Dari Buku Harian Kas tersebut, selanjutnya dibuat Buku Besar Kas dan Bank yang merekapitulasikan penerimaan dan pengeluaran kas. Buku besar ini biasanya ditulis, atau dalam istilah akuntansinya diposting secara berkala. Contoh dari Buku Besar Kas Untuk Dana Zakat dapat dilihat pada tabel 2.3. Untuk mendukung agar dalam Buku Kas tersebut dapat dipisahkan antara dana dari zakat, Infaq dan shodaqah, maka ini merupakan keharusan bagi lembaga ZIS untuk membuat bukti penerimaan yang memisahkan ketiga kategori tersebut. Tanpa pemisahan seperti itu maka akan sangat sulit untuk memisahkan apakah dana yang dibayarkan kepada seseorang berasal dari Zakat, Infaq ataukah Shodaqah. Akibatnya ada pengeluaran yang dananya diperoleh dari zakat yang mungkin menurut syariah tidak diperkenankan. Gambar 2.1 merupakan contoh bukti penerimaan kas yang memisahkan ketiga kategori dana tersebut.

GAMBAR 2.1 CONTOH BUKTI PENERIMAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH


YAYASAN AMANAH Jl. Shinta 1 Perum T. Mandala Depok 16455 TANDA TERIMA ZAKAT / INFAQ / SHODAQOH *) Telah terima dari Bp./ibu/sdr .................................. Untuk pembayaran Zakat / Infaq / Shodaqoh *) dengan perincian : Zakat Rp. _______________ Infaq _______________ Shodaqoh _______________ Jazakallahu khairan. Semoga ibadah Bp./Ibu/Sdr. Diterima oleh Allah SWT. Amin. Yang menyerahkan. Yang menerima.

( ____________ )

( ____________ )

*) Coret yang tidak perlu

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, 1995:32)

Biaya Dibayar Dimuka Yang dimaksud dengan biaya dibayar dimuka disini adalah bukan pembayaran kepada penerima zakat ataupun shodaqoh, melainkan pembayaran dimuka untuk barang/jasa yang akan dikonsumsi dimasa mendatang, seperti misalnya sewa kantor yang diterima dimuka.

Perlengkapan Kantor

Dalam surat At taubah:60 disebutkan bahwa lembaga Amil dapat menggunakan sebagian dari harta zakat yang dikumpulkan untuk menbiayai keperluan administrasi zakat, termasuk didalamnya peralatan dan perlengkapan kantor.

AKTIVA TETAP Tanah Fenomena yang umum dijumpai di Indonesia dalam kaitannya dengan organisasi keagamaan atau organisasi sosial lainnya adalah bahwa pendirinya menyediakan tanah atau bangunannya untuk digunakan dalam melaksanakan kegiatan kegiatan organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian organisasi ZIS tidak perlu melakukan pembukuan dan didalam neraca tidak perlu dicantumkan nilainya. Meskipun demikian, dalam hal tanah donasi (waqaf), dalam prinsip akuntansi yang lazim menghendaki agar aktiva tetap tersebut harus dibukukan sesuai dengan nilai pasar atau nilai taksirannya. Apabila organisasi ZIS membeli tanah sendiri, maka harga beli tanah tersebut harus dicantumkan dalam neraca organisasi.

Bangunan Sama halnya dengan tanah, setiap bangunan yang diwaqafkan juga harus dinilai berdasarkan nilai wajarnya. Aktiva tetap tersebut harus dikapitalisasikan dan penyusutannya harus dilakukan setiap akhir periode. Aktiva Tetap Lainnya

Akun ini menunjukkan setiap jenis aktiva tetap lainnya yang tidak disebutkan diatas, seperti kendaraan bermotor. Apabila suatu organisasi memiliki beberapa aktiva tetap, maka organisasi tersebut dapat mengurutkannya satu persatu.

KEWAJIBAN YANG HARUS DIBAYAR Hutang Dagang Hutang dagang dalam organisasi ZIS hanya mungkin timbul apabila organisasi ini membeli sesuatu dari pihak ketiga secara kredit, misalnya membeli perlengkapan kantor secara kredit. Apabila transaksi ini tidak ada, maka perkiraan (akun) hutang dagang tidak perlu dicantumkan.

Biaya Biaya yang Belum Dibayarkan Kadangkadang pada akhir periode pelaporan, beberapa biaya belum dibayarkan sehingga menjadi kewajiban bagi suatu organisasi, termasuk ZIS. Contoh biaya ini adalah gaji pegawai, listrik, air, telepon sewa, dan pos lainnya yang umumnya dibayarkan pada awal bulan. Artinya apabila laporan disusun per 31 Desember, maka pospos yang pembayarannya dilakukan pada awal bulan Januari tahun berikutnya, secara otomatis per 31 Desember akan menjadi Hutang.

Hutang Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Anis Basalamah, tidak ditemukan adanya organisasi ZIS yang memiliki hutang jangka panjang, namun tidak tertutup kemungkinan adanya hutang semacam ini. Sebagai contoh, misalnya organisasi ZIS membeli rumah secara angsuran yang akan digunakan sebagai kantor untuk periode selama sepuluh tahun. Dalam hal demikian, maka pada dasarnya yayasan tersebut memiliki hutang jangka panjang yang nilainya setiap tahun disesuaikan dengan laporan yang diterima dari Bank.

Hutang Jangka Pendek Lainnya Pos Hutang Jangka Pendek Lainnya ini diperlukan apabila terdapat klasifikasi hutang yang tidak termasuk dalam klasifikasi sebagaimana yang diuraikan diatas. Apabila pos pos diatas telah tercukupi, maka pos ini dengan sendirinya tidak diperlukan lagi.

SALDO DANA ZAKAT Infaq Dalam laporan keuangan untuk dana zakat, seluruh infaq harus dilaporkan sesuai dengan tujuan umum dari pembatasan tersebut, misalnya untuk beasiswa, pendirian mesjid atau untuk korban bencana alam. Jumlah dari seluruh infaq ini nantinya akan digabung dan dilaporkan bersamasama dengan laporan keuangan untuk dana yang berasal dari zakat.

Dana Zakat Zakat merupakan dana yang sangat dibatasi penggunaannya. Dalam surat At- Taubah:60 dan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari membatasi dari mana Zakat tersebut

harus dikumpulkan dan kepada siapa dana tersebut akan disalurkan. Hadist riwayat Imam Bukhari tersebut membatasi bahwa zakat hanya berasal dari dan didistribusikan hanya kepada orang orang Islam saja. Sedangkan dalam surat At- Taubah : 60 membatasi dari orangorang Islam tersebut, siapa saja boleh merasakan zakat tersebut.

PENERIMAAN Penerimaan untuk dana zakat dapat berasal dari beberapa sumber : 1. Zakat yang dibayarkan oleh mereka yang wajib untuk membayarkannya 2. Infaq yang dibayarkan seseorang atau organisasi untuk diberikan kepada pihak pihak tertentu yang telah dimengerti pihak Amil organisasi ZIS maupun oleh donaturnya. 3. Transfer dari dana shodaqoh ke dana zakat apabila pada suatu periode dirasakan penerima zakat masih memerlukan dana yang tidak sedikit sedangkan penerimaan dari zakat tidak mencukupi, maka dana shodaqah dapat ditransfer untuk digunakan dalam dana zakat. Selain itu apabila organisasi ZIS beranggapan bahwa pengadaan suatu aktiva tidak dapat ditolerir jika menggunakan dana zakat, maka dengan adanya transfer dari dana shodaqah ke dana zakat dapat mengatasi persoalan semacam itu. 4. Bunga Bank. Penerimaan ini diperoleh apabila organisasi ZIS menyimpan

uangnya dibank. Sebagaimana diketahui, agama Islam melarang pemeluknya untuk melakukan riba. Sebagian ulama menyebutkan bunga bank sebagai riba. Namun beberapa ahli hukum Islam kontemporer berpendapat bahwa membagikan bunga kepada fakir dan miskin adalah boleh, sedangkan bagi penabungnya

dilarang untuk memakan hasil bunga tersebut. Dengan menerapkan teori ini kedalan organisasi ZIS, karena tujuan organisasi ini adalah untuk

mendistribusikan dana kepada fakir miskin, maka bunga bank dapat pula dianggap sebagai salah satu sumber penerimaan organisasi ZIS dan digolongkan sebagai dana shodaqah.

PENGELUARAN Para Penerima Zakat Sebagaimana dinyatakan dalam surat At- Taubah : 60, zakat didistribusikan kepada fakir dan miskin, pengurus (Amil), untuk mereka yang baru memeluk agama Islam (Muallaf) , untuk memerdekakan mereka yang diperbudak, untuk yang terlilit hutang (Gharim), untuk yang dijalan Allah ( Fi sabilillah ), serta untuk musafir. Khusus untuk gaji dan upah yang diterima Amil, maka akun yang mencatat transaksi ini harus dipisahkan. Hal ini disebabkan karena UndangUndang Perpajakan menghendakai agar pemberi kerja memungut pajak seluruh karyawannya setiap kali pembayaran gaji dan upah.

Biaya yang Berkaitan Dengan Pengelolan ZIS Biaya pengelolaan ZIS mencangkup seluruh biaya yang diperlukan untuk

mengadministrasikan zakat, termasuk segala biaya yang berkaitan dengan kepengurusan seperti biaya listrik, air telepon, sewa ruangan dan lainnya yang diperlukan agar organisasi ZIS dapat berfungsi mengumpulkan dan mendistribusikan Zakat, Infaq dan Shodaqah.

Kategori Untuk Masing masing jenis Infaq Pospos untuk masingmasing jenis Infaq tergantung pada ada atau tidaknya Infaq tersebut. Apabila ada, maka masingmasing jenis Infaq akan memiliki satu akun seperti akun Bea Siswa, Pembangunan Mesjid , Publikasi, Bantuan Bencana Alam, dan seterusnya.

CONTOH LAPORAN KEUANGAN DANA ZAKAT Kepengurusan zakat dan infaq dapat diganbungkan dalam satu Dana Zakat yang memiliki pembukuan tersendiri. Bentuk laporan keuangan dana zakat terdiri dari Neraca dan Laporan Penerimaan, Pengeluaran dan Perubahan Dana sebagaimana tampak pada gambar 2.2 dan 2.3 berikut ini.

2.2.2

Sistem Akuntansi Untuk Dana Yang Tidak Dibatasi Penggunaannya (SHODAQOH)

Klasifikasi perkiraan untuk zakat dan Infaq sebagaimana yang tampak pada tabel 2.1 , juga dapat diterapkan untuk dana yang penggunaannya tidak terbatas (shodaqah). Meskipun demikian, terdapat beberapa akun lain yang harus ditambahkan dalam dana shodaqah ini sehingga dapat mencangkup seluruh aktivitas organisasi ZIS yang berkaitan dengan dana shodaqah yang tidak terbatas pendistribusiannya. Pada gambar 2.4 menunjukkan klasifikasi akun untuk Dana Shodaqoh. Beberapa akun telah dibahas sebelumnya dalam pembahasan mengenai dana zakat. Penjelasan mengenai akun lainnya tampak sebagai berikut.

AKTIVA LANCAR Piutang Dagang Akun piutang dagang ini akan dibuat untuk mempertanggung jawabkan aktivitas organisasi ZIS yang meminjamkan modal kerja kepada para pedagang kecil untuk aktivitas usaha para pedagang tersebut. Aktivitas pinjam meminjam ini hanya dapat dibenarkan apabila dananya berasal dari shodaqah yang tidak dibatasi pendistribusiannya. Hal ini disebabkan karena dana zakat tidak bisa digunakan untuk transaksi bisnis. Hal lain yang perlu ditegakan adalah, bahwa piutang ini dapat diberikan kepada siapa saja, baik muslim maupun mereka yang belum memeluk Islam.

GAMBAR 2.4 KLASIFIKASI AKUN UNTUK DANA SHODAQOH


AKTIVA LANCAR Kas dan Bank Klasifikasi akun untuk dana shodaqah Piutang Dagang Piutang Lain- lain- manajemen, Pendiri, Pegawai Persediaan barang Biaya dibayar Dimuka Perlengkapan Kantor AKTIVA TETAP Kendaraan Tanah Bangunan Aktiva Tetap Lainnya KEWAJIBAN KEWAJIBAN Hutang Dagang Biaya biaya yang Belum Dibayarkan Hutang Jangka Panjang yang Jatuh tempo Hutang Jangka Pendek Lainnya Hutang Jangka Panjang SALDO DANA SHADAQAH Shodaqah PENERIMAAN Sumbangan Muslim Sumbangan Umum Penghasilan Bunga Dan Deviden PENGELUARAN Di Jalan Allah ( fisabilillah ) Bea Siswa Publikasi Beban Listrik Beban Telepon Beban Sewa Kantor Peralatan Kantor Biaya Perjalanan

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, 1995:32)

Biaya biaya yang Berkaitan Dengan Pelaksanaan kantor Akun ini berkaitan dengan biaya biaya yang diperlukan agar organisasi ZIS dapat mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, infaq dan shadaqah tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai biaya amil ataupun fisabilillah .

AKTIVA TETAP Kendaraan Biaya kepemilikan kendaraan harus dipertanggung jawabkan dalam Dana Shodaqah, karena sangat sulit untuk membenarkan kendaraan untuk dipertanggung jawabkan dalam dana zakat karena tidak satupun dari delapan kategori penerima zakat yang berkaitan dengan kendaraan.

PENERIMAAN Dalam dana shodaqah ini tidak ada pembatasan mengenai sumber penerimaan shodaqah, baik muslim atau non muslim, perorangan maupun organisasi. Namun, perlu dikelompokkan penerimaan yang berasal dari donatur muslim dengan Umum, termasuk didalamnya sumbangan dari pemerintah atau organisasi lain.

PENGELUARAN Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengeluaran Dana shodaqah ini dapat berupa apa saja, sepanjang pengeluaran tersebut tidak bertentangan dengan hukum Allah. Hal ini berarti pula bahwa kedelapan asnaf dapat pula menerima shodaqah ini. Oleh sebab itu,

pengeluaran pengeluaran seperti biaya perjalanan, pajak, beban umum, dan biaya administrasi lainnya dapat dikelompokkan kedalam pengeluaran dana shodaqah. Karena para penerima zakat juga berhak menerima dana shodaqah, maka dalam dana shodaqah ini terdapat akun yang bernama Transfer ke Dana Zakat yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran dana zakat. Bentuk laporan keuangan untuk dana shodaqah tampak pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6

2.2.3

Laporan Keuangan Komprehensif Untuk Zakat, Infaq dan Shodaqah Aktivitas organisasi LIZ dapat dibagi menjadi dua akuntansi dana, yaitu Dana

Zakat dan Infaq, serta Dana Shodaqoh yang mencangkup aktivitas Shodaqohyang tidak dibatasi penggunaannya (pendistribusiannya). Meskipun demikian, sebagai satu kesatuan,

organisasi ZIS harus menyiapkan satu laporan keuangan komprehensif (menyeluruh) yang menggabungkan aktivitas dan laporan keuangan keduan dana tersebut. Laporan ini terdiri dari Neraca, Laporan Penerimaan, Pengeluaran dan Perubahan Dana, Keuangan. Neraca dan Laporan Penerimaan, Pengeluaran dan Perubahan Dana untuk organisasi ZIS ini merupakan penggabungan dari kedua dana tersebut, yaitu Dana Zakat dan Dana Shodaqoh. Sedangkan Laporan Perubahan Posisi Keuangan dan Catatan Atas Laporan Keuangan perlu ditambahkan sehingga menjadi laporan keuangan yang menyeluruh yang menggambarkan kondisi keuangan organisasi ZIS. Laporan Perubahan Posisi Keuangan dimaksudkan untuk menjelaskan perubahanperubahan yang tejadi dalam kas dan sejenisnya sebagaimana yang digambarkan di dalam Neraca. Catatan Atas Laporan Keuangan adalah penjelasan yang dilampirkan bersamasama dengan laporan keuangan dan menjadi bagian tak terpisahkan dengan komponen laporan keuangan lainnya. Dalam catatan ini menjelaskan mengenai kebijakan kebijakan akuntansi dan prosedur yang diterapkan oleh organisasi yang bersangkutan sehingga memperoleh angkaangka dalam laporan keuangan tersebut. Untuk menyesuaikan dengan prinsip akuntansi yang lazim, maka bentuk laporan keuangan komprehensif untuk organisasi ZIS tampak pada gambar 2.7 sampai 2.10 Laporan Perubahan Posisi Keuangan, serta Catatan Atas Laporan

GAMBAR 2.10 CONTOH LAPORAN KEUANGAN YAYASAN AMANAH CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN CATATAN 1 KEBIJAKAN KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG PENTING Basis Akuntansi Laporan keuangan yayasan Amanah disusun sesuai dengan harga pokok historis yang dimodifikasi untuk disesuaikan dengan Syariah. Laporan keuangan Yayasan Amanah ini meliputi dana yang berasal dari Shodaqoh, zakat serta Infaq. Dana yang berasal dari Shodaqoh dipertanggung jawabkan tersendiri dengan nama Dana Shodaqoh, sedangkan dana yang berasal dari Zakat dan Infaq pelaporannya digabung menjadi satu dengan nama Dana Zakat.

Piutang Dagang Piutang dagang yang tampak dalam Neraca bukan disebabkan Yayasan Amanah menjual produk, melainkan karena memberikan pinjaman kepada para pedagang kecil sebagai modal kerja mereka. Pinjaman ini dananya diperoleh hanya dari dana Shodaqoh, dan diberikan khusus bagi mereka yang Amil anggap tidak mampu. Yaitu, penilaiannya didasarkan pada ketidak mampuan mereka. Meskipun demikian, mereka tetap diharapkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut yang dapat menunjukkan keberhasilan mereka. Persediaan Akun persediaan digunakan untuk mengekomodasikan para pembayar zakat, Infaq dan shodaqoh yang memberikan bantuan dalam bentuk natura. Dengan demikian, akun ini pada prinsipnya merupakan jumlah barang yang akan dijual dan juga jumlah barang yang siap dibagi kepada mereka yang berhak menerimanya. Nilai persediaan yang tercantum dalam Neraca adalah nilai taksiran harga jual pada waktu barang barang tersebut diterima dari para pemberi zakat, Infaq dan shodaqoh.

CATATAN 2 URAIAN MENGENAI DANA Aktiva, kewajiban, dan saldo saldo dana dipertanggung jawabkan dengan menggunakan empat dana yang masing masing terpisah dimana masing masing jumlah debit dan kreditnya sama. Dari keempat entitas akuntansi dan pelaoran tersebut dikelompokkan menjadi Dana Zakat dan Dana Shodaqoh. Uraian dari keempat dana tersebut adalah sebagai berikut : Dana Shodaqoh

Dana Shodaqoh ini digunakan untuk mempertanggung jawabkan setiap kegiatan yang tidak ada pembatasannya menurut Syariah. Karena tidak ada pembatasan yang demikian maka danaini dapat digunakan atau dibagikan kepada mereka yang menurut Syariah diperkenankan ntuk menerima zakat. Meskipun demikian, akun yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan kantor Yayasan Amanah tidak dilaporkan didalam dana Shodaqoh ini, melainkan dilaporkan dalam dana Zakat. Dana Zakat Dana zakat ini mencangkup tiga dana yang tujuan distribusinya telah ditentukan, yaitu Zakat Khusus yang oleh pembayarnya disebutkan untuk orang orang tertentu yang juga merupakan penerima zakat menurut Syariah, Zakat Lainnya yang oleh pembayarnya tidak disebutkan untuk orang orang tertentu tetapi tetap merupakan penerima zakat menurut syariah, dan Infaq. Zakat merupakan kewajiban sedangkan Infaq bukan merupakan suatu kewajiban, tetapi merupakan kebaikan para pemberinya. Infaq ini olh pemberinya biasanya disebutkan untu siapa saja dana ini harus diberikan. Selama ini yang dilakukan Yayasan Amanah adalah memberikan beasiswa kepada para yatim dan Piatu serta yang tergolong fakir dan miskin.

CATATAN 3 AKTIVA TETAP Aktiva tetap yang dibeli dicatat berdasarkan harga belinya, sedangkan aktiva tetap dari pemberian ( donasi ) atau waqaf dinilai berdasarkan taksiran harga pasarnya pada saat aktiva tersebut diterima.

2.3 Lembaga Pengelola Zakat

Secara

sosial,

zakat

berfungsi

sebagai

lembaga

jaminan

sosial

(Qardhawi,1987:879). Lewat istitusi zakat kelompok lemah dan kekurangan tidak lagi merasa khawatir terhadap kelangsungan hidupnya, karena substansi zakat merupakan mekanisme yang menjamin kelangsungan hidup mereka di tengah masyarakat, sehingga mereka merasa hidup di tengah masyarakat manusia yang beradab, memiliki nurani, kepedulian dan tradisi saling menolong.

Secara ekonomi, zakat dapat berfungsi sebagai salah satu instrumen untuk mengentaskan kemiskinan, pemerataan pendapatan dan mempersempit kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin.

Sedangkan secara polotis , zakat dapat mempengaruhi kemampuan sebuah komunitas politik (negara) dalam melangsunkan hidupnya. Dengan implikasi sosial dan ekonomi diatas, maka zakat dapat membentuk integrasi sosial yang kokoh serta

memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat. Dua kondisi terakhir ini sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup suatu negara.

Ada semacam kesalahan persepsi dikalangan umat Islam di dalam masalah pendistribusian zakat, yaitu oleh karena zakat termasuk masalah ibadah, maka pendistribusiannya bisa dilakukan secara individual. Padahal kalau dimengerti, munculnya pendapat bahwa zakat itu bertumpu kepada orang yang wajib mengeluarkan secara individual, sebenarnya kondisi masyarakat Islam pada saat itu sedang mengalami krisis kepemimpinan.

Dalam konteks ini, para ulama mengkhawatirkan jika pengelolaan zakat diserahkan kepada pemerintah atau pada lembaga yang dibentuk pemerintah secara langsung, maka besar kemungkinan dana zakat dapat diselewengkan oleh merekan dan tidak dimanfaatkan secara optimal untuk mengatasi problem sosial seperti kemiskinan dan pengangguran.

Berpijak pada surat At Taubah ayat 60 dan 103 serta hadist Mu`adzibn Jabal tentang distribusi zakat dan beberapa tugas berkenaan dengan zakat, maka dapat digarisbawahi bahwa sistim pengelolaan zakat harus dilembagakan. Pendapat ini juga diungkapkan Yusuf Qardhawi dalam bukunya Musykilat al-faqr wa Kaif A`alajaha alIslam. Menurutnya, kalau setiap umat islam berpegang pada syariah maka pengeluaran zakat harus dibayarkan sepenuhnya kepada amil, meskipun kredibilitasnya diragukan. Pendapat ini sesuai denagn sabda nabi melalui riwayat Jabir ibn Atik yang menerangkan : Jika mereka ( amil ) adil maka pujilah mereka. Dan jika mereka curang maka

merekalah yang memikul dosanya. Kesempurnaan zakat tergantung pada keridhaan mereka

Menurut Yusuf Qardhawi, ada banyak alasan mengapa pendistribusian zakat harus dilakukan melalui lembaga, yaitu :

1. Menjamin ketaatan pembayaran 2. Menghilangkan rasa rikuh dan canggung yang mungkin dialami oleh mustahiq ketika berhubungan dengan muzakki (orang yang berzakat) 3. Untuk mengefisienkan dan mengefektifkan pengalokasian dana zakat 4. Alasan caesoropapisme yang menyatakan ketidakterpisahan antara agama dan negara , karena zakat juga termasuk urusan negara

Dalam rangka mengelola dan memperdayakan potensi zakat sebagai sebuah kekuatan ekonomi masyarakat, maka keberadaan institusi zakat sebagai lembaga publik yang ada ditengah masyarakat menjadi sangat penting.

Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan UndangUndang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan Keputusan Mentri Agama ( KMA ) No. 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang Undang No. 38 tahun 1999 dan Keputusan Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D / 291 tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.

Undang Undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab III pasal 6 dan pasal 7 menyatakan bahwa lembaga pengelolaan zakat terdiri dari dua macam,

yaitu Badan Amil Zakat ( BAZ ) yang dibentk oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat ( LAZ ) yang dibentuk masyarakat.

Pengelolaan dari kedua jenis Organisasi Pengeloalaan Zakat ( OPZ ) di atas haruslah bersifat ( www.imz.com ):

1.

Independen Dengan dikelola secara independen, artinya lembaga ini tidak mempunyai ketergantungan kepada orang-orang tertentu atau lembaga lain. Lembaga yang demikian akan lebih leluasa untuk memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat donatur.

2.

Netral Karena didanai oleh masyarakat, berarti lembaga ini adalah milik masyarakat, sehingga dalam menjalankan aktivitasnya lembaga tidak boleh hanya menguntungkan golongan tertentu saja (harus berdiri di atas semua golongan). Karena jika tidak, maka tindakan itu telah menyakiti hati donatur yang berasal dari golongan lain. Sebagai akibatnya, dapat dipastikan lembaga akan ditinggalkan sebagian donatur potensialnya.

3.

Tidak Berpolitik (praktis) Lembaga jangan sampai terjebak dalam kegiatan politik praktis. Hal ini perlu dilakukan agar donatur dari partai lain yakin bahwa dana itu tidak digunakan untuk kepentingan partai politik.

4.

TidakDiskriminasi Kekayaan dan kemiskinan bersifat universal. Di manapun, kapanpun,

dan siapapun dapat menjadi kaya atau miskin. Karena itu dalam menyalurkan dananya, lembaga tidak boleh mendasarkan pada perbedaan suku atau golongan, tetapi selalu menggunakan parameterparameter yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, baik secara syari'ah maupun secara manajemen.

Lembaga Amil Zakat sendiri dalam Bab III mengenai pengukuhan Lembaga Amil Zakat, yaitu dalam pasal 21 menyatakan bahwa pengukuhan Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh pemerintah. Selanjutnya dalam pasal 22 dijelaskan bahwa Lembaga Amil Zakat dapat dikukuhkan setelah memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. b. c. d. e.

Berbadan hukum Memiliki data muzzaki dan mustahiq Memiliki program kerja Memiliki pembukuan Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit

Selain itu pada Bab IV pasal 31 tentang pelaporan, dinyatakan bahwa baik Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat (BAZ) harus memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya. Sedangkan sistem pengelolaan LAZ sendiri harus memiliki berbagai unsur dalam menciptakan pengelolaan yang lebih baik (www.imz.com) :

a. Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika semua kebijakan dan ketentuan

dibuat aturan mainnya secara jelas dan tertulis. Sehingga keberlangsungan lembaga tidak bergantung kepada figur seseorang, tetapi kepada sistem. b. Manajemen terbuka Karena OPZ tergolong lembaga publik, maka sudah selayaknya jika menerapkan manajemen terbuka. Maksudnya, ada hubungan timbal balik antara amil zakat selaku pengelola dengan masyarakat. Dengan ini maka akan terjadi sistem kontrol yang melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu sendiri. c. Mempunyai rencana kerja (activity plan) Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi lapangan dan kemampuan sumber daya lembaga. Dengan dimilikinya rencana kerja, maka aktivitas OPZ akan terarah. Bahkan dapat dikatakan, dengan dimilikinya rencana kerja yang baik, itu berarti 50% target telah tercapai. d. Memiliki Komite Penyaluran (lending committee) Agar dana dapat tersalur kepada yang benar-benar berhak, maka harus ada suatu mekanisme sehingga tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satunya adalah dibentuknya Komite Penyaluran. Tugas dari komite ini adalah melakukan penyeleksian terhadap setiap penyaluran dana yang akan dilakukan. Apakah dana benar-benar disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syari'ah, prioritas dan kebijakan lembaga. e. Memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan Sebagai sebuah lembaga publik yang mengelola dana masyarakat, OPZ harus memiliki sistem akuntansi dan manajemen keuangan yang baik. Manfaatnya antara lain:

1. Akuntabilitas dan transparansi lebih mudah dilakukan, karena berbagai laporan keuangan dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan tepat waktu 2. Keamanan dana relatif lebih terjamin, karena terdapat system kontrol yang jelas. Semua transaksi relatif akan lebih mudah ditelusuri. 3. Efisiensi dan efektivitas relatif lebih mudah dilakukan. f. Diaudit Sebagai bagian dari penerapan prinsip transparansi, diauditnya OPZ sudah menjadi keniscayaan. Baik oleh auditor internal maupun eksternal. Auditor internal diwakili oleh Komisi Pengawas atau internal auditor. Sedangkan auditor eksternal dapat diwakili oleh Kantor Akuntan Publik atau lembaga audit independen lainnya.

Ruang lingkup audit meliputi :

1. Aspek keuangan 2. Aspek kinerja lainnya (efisiensi dan efektivitas) 3. Pelaksanaan prinsip-prinsip syari'ah Islam 4. Penerapan peraturan perundang-undangan g. Publikasi Semua yang telah dilakukan harus disampaikan kepada publik, sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan transparannya pengelola. Hal-hal yang perlu dipublikasikan antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan, nama-nama penerima bantuan, dan lain sebagainya.

h. Perbaikan terus-menerus (continous improvement) Hal yang tidak boleh dilupakan adalah dilakukannya peningkatan dan perbaikan secara terus-menerus tanpa henti. Karena dunia terus berubah.

Berdasarkan

gambaran diatas, dapat diketahui bahwa keberhasilan

pengelolaan dana zakat sangat tergantung pada institusi yang ada dan proses pemanfaatan dari dana zakat itu sendiri beserta pengawasannya. Karena dua hal tersebut akan mempengaruhi , menggerakkan, dan mengkoordinasi warga masyarakat dalam menyalurkan zakat mereka.

Dampak positif dari terpenuhinya hal diatas akan berakses pada peningkatan kesejahteraan dan pemerataan pendapatan disuatu masyarakat. Dan apabila kondisi ini dapat diciptakan dan dipertahankan maka ketahanan ekonomi masyarakan akan segera terwujud.

BAB III TINJAUAN OBJEK PENELITIAN Pada bab ini akan membahas mengenai informasi secara komprehensif mengenai objek penelitian, yaitu Lembaga Amil Zakat PT. Semen Padang (LAZ PT.SP) dan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqah UII (LAZIS UII). Didalamnya berisi datadata umum yang meliputi sejarah, aktivitas dan struktur organisasi masing-masing lembaga amil, selain itu juga berisi tentang data-data khusus yaitu prosedur penerimaan dan penyaluran dana zakat, infaq dan shodaqah, dan perlakuan akuntansi yang ada di dalam lembaga ini.

3.1. 3.1.1.

Lembaga Amil Zakat PT. SEMEN PADANG Sejarah Lembaga Amil Zakat ( LAZ ) PT. Semen Padang Sebelum dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat ( LAZ ), Lembaga ini

terlebih dahulu bernama Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah ( BAZIS) PT. Semen Padang. BAZIS ini didirikan atas prakarsa beberapa orang karyawan PT. Semen

Padang yang melihat kondisi perekonomian masyarakat Lubuk Kilangan, tempat dimana PT. Semen Padang berdiri dan mendirikan berbagai aktivitas operasi perusahaan. Kondisi masyarakat yang relatif miskin dan bisa dikatakan berada di bawah garis kemiskinan membuat beberapa orang karyawan tersebut berinisiatif untuk mengumpulkan dana zakat, selain infaq, dan juga sadaqah dari para karyawan PT. Semen Padang untuk kemudian disalurkan/didistribusikan kepada masyarakat yang berada disekitar komplek pabrik. Pada awalnya, zakat dikenakan kepada para karyawan dalam bentuk partisipatif. Artinya hanya karyawan yang memiliki keinginan berzakat saja yang menyalurkannya, tanpa ada unsur paksaan maupun instruksi dari manajemen puncak untuk melaksanakan kewajiban zakat tersebut. Tetapi, setelah badan ini resmi didirikan dengan nama Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah ( BAZIS) PT. Semen Padang pada tahun 1995, penghasilan yang diterima oleh karyawan PT. Semen Padang langsung dipotong sebesar 2,5 % dari total penghasilan pokok yang diterima. Selain itu, pengumpulan zakat ini juga sebagai bentuk partisipasi sosial perusahaan dalam membangun daerah Lubuk Kilangan pada khususnya dan masyarakat Sumatra Barat pada umumnya. Kemudian setelah disahkannya UndangUndang No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, maka pada tahun 2000 BAZIS PT. Semen Padang berganti nama menjadi Lembaga Amil Zakat ( LAZ ) PT. Semen Padang dengan fungsi yang tidak jauh berbada dengan apa yang sudah dilaksanakan sewaktu masih bernama BAZIS dulu. LAZ Semen Padang merupakan salah satu lembaga pengelolaan zakat yang dikelola secara profesional dan menggunakan manajemen yang cukup baik.

Keberadaan LAZ Semen Padang merupakan wujud dan keinginan muslim/muslimat PT. Semen Padang, dari pimpinan sampai pada semua karyawan untuk mengamalkan ajaran Islam dengan sungguhsungguh. Berdasarkan wawancara awal dengan salah satu karyawan LAZ Semen Padang, besarnya dana zakat yang terkumpul setiap bulannya mencapai 98 120 juta setiap bulannya yang berasal dari gaji karyawan PT Semen Padang yang dipungut sebesar 2,5 % dari gaji pokok setiap karyawan PT. Semen Padang. Ini merupakan dana potensial yang dapat digunakan untuk menekan tingkat kemiskinan khususnya di daerah Sumatra Barat. Maksud dan tujuan LAZ Semen Padang adalah ikut serta membantu pemerintah dalam rangka pembangunan nasional khususnya dalam bidang keagamaan dan sosial. Untuk mencapai maksud dan tujuannya, LAZ Semen Padang melakukan usahausaha menyelenggarakan pengamalan Ibadah Zakat umat Islam dengan amanah, transparan, dan optimal dalam bentuk pengumpulan/ pemungutan zakat dari para Muzakki, pengelolaan dan pemberdayaan dana zakat tersebut kepada fakir miskin dan fisabilillah sesuai dengan tuntutan yang ditetapkan ajaran agama Islam.

3.1.2. Visi dan Misi LAZ PT. Semen Padang Visi dari LAZ PT. Semen Padang adalah : MENJADI LEMBAGA PENGHUBUNG TALI SILATURRAHMI DENGAN MEMPERERAT HUBUNGAN ANTARA MUZAKKI DAN MUSTAHIQ

Sedangkan Misi dari LAZ PT. Semen Padang adalah : 1. Membangun mentalitas dan produktifitas masyarakat Islam

2. Mengoptimalkan penerimaan dan penyaluran dana zakat bagi masyarakat 3. Mensosialisasikan dan mengkampanyekan signifikansi zakat bagi pengembangan ekonomi umat

3.1.3 . Aktivitas Kerja LAZ PT. Semen Padang Berbagai aktivitas ataupun program yang dijalankan oleh LAZ PT. Semen Padang dibagi kedalam dua kategori yaitu : 1. Program harian / umum Program ini secara rutin dijalankan LAZ dalam memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat akan dana zakat yang telah dikumpulkan sesuai dengan kriteria / syarat penerima zakat yang telah ada (asnaf). Asnaf ini dikumpulkan dan kemudian dicatat sesuai golongannya. Status sebagai asnaf ditetapkan oleh LAZ setelah dipenuhinya hal hal dibawah ini : a. Surat keterangan miskin oleh calon asnaf. b. Tim lapangan melihat kondisi calon asnaf, apakah memang berhak menerima dana zakat (termasuk kedalam kriteria asnaf) atau tidak. 2. Program Khusus A. Bantuan biaya pendidikan atau beasiswa (untuk tingkat Sekolah Dasar sampai pada Perguruan Tinggi). Bantuan ini diberikan satu bulan sekali dan sampai sekarang sudah kurang lebih 400 orang anak yang menerima dana zakat untuk pendidikan.

B. Bantuan untuk orang jompo Bantuan zakat ini diberikan dalam jangka waktu dua bulan sekali, dan pada saat dana tersebut diberikan juga diadakan ceramah agama untuk masyarakat dimana orangorang jompo tersebut berdomosili. Sampai saat ini sudah sekitar 200 orang jompo yang menerima dana zakat dari LAZ PT. Semen Padang. C. Pengobatan Rumah Sakit Dana zakat ini hanya dikeluarkan utuk pembelian obat diluar sebesar maksimal 35 % dari total pengobatan pada umumnya. Dan jumlah tanggungan pengobatan ini bisa saja melebihi 35 % dengan melihat kondisi kondisi yang ada dilapangan.

3.1.4 . Struktur Organisasi LAZ PT Semen Padang Struktur organisasi LAZ PT Semen Padang dikepalai oleh seorang ketua umum yang mengkoordinir seluruh kegiatan lembaga yang diamanatkan kepada koordinator pelaksana harian, sekretaris, dan bendahara. Sekretaris membawahi pekerjaan dibidang umum, yakni masalah administrasi dan kesehatan. Fungsi keuangan yang dikepalai oleh bendahara dibantu oleh bagian administrasi dan kasir. Selain itu, koordinator lapangan juga dibentuk dalam rangka investigasi dengan bantuan oleh beberapa tim. Dan secara keseluruhan masingmasing bidang melaporkan tugasnya pada koordinator pelaksana harian untuk dipertanggungjawabkan pada ketua umum.

3.1.5 .

Proses Pengumpulan Dana Zakat Oleh LAZ PT. Semen Padang Sesuai dengan tugas pokok dari Lembaga Amil Zakat yaitu mengumpulkan,

mendistribusikan, dan mendayagunakan sesuai dengan ketentuan agama, maka peranan

akuntansi sangat berkaitan dengan proses pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan serta pembuatan laporan keuangan oleh lembaga amil zakat itu sendiri dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat umum, khususnya kepada para muzakki yang telah mempercayakan Lembaga Amil dalam mengelola zakat yang disalurkan. Berdasarkan pasal 12 ayat 1 No. 38 tahun 1999 mengenai pengumpulan zakat, dikatakan bahwa pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki, sedangkan pada ayat 2 masih dipasal yang sama dinyatakan bahwa LAZ dapat bekerjasama dengan Bank dalam proses pengumpulan zakat harta muzakki di Bank atas permintaan muzakki. Zakat yang dikumpulkan oleh LAZ PT Semen Padang berasal dari penghasilan pribadi karyawan PT Semen Padang, selain infaq dan shadaqah serta bunga yang didapatkan akibat penggunaan jasa perbankan. Proses pangumpulan dana zakat dari Bank BNI 46 ke bank Mandiri Cabang Indarung, kemudian ditransfer lagi ke Bank Nagari dan masuk ke kas LAZ PT Semen Padang. Zakat yang diterima setiap bulannya tidak langsung dalam jumlah keseluruhan zakat yang dipotong, tapi dicicil per bulannya dan dibuatkan cash flow penerimaan dana zakat perbulan. Kas yang diterima oleh LAZ PT Semen Padang diterima dengan mencairkan cek ke Bank Mandiri , baru disetor ke Bank Nagari. Hal ini bisa terjadi akibat persoalan yang sedang mengganggu PT Semen Padang saat ini, sehingga cek diterbitkan oleh pihak Semen Padang. Transfer dari bank Mandiri ke Bank Nagari tidak bisa dilakukan

seperti biasa cek yang dikeluarkan harus di-kliring terlebih dahulu baru kemudian dimasukkan kedalam rekening LAZ Bank Mandiri. Pemotongan zakat dari penghasilan karyawan dilakukan apabila karyawan tersebut mempunyai penghasilan diatas Rp. 750.000,- dan dipotong sebesar 2,5 % dari panghasilannya tersebut. Secara garis besar, dana zakat LAZ PT Semen Padang terdiri dari dua pos , yaitu : Pos I : Dana Zakat Yaitu dana yang berasal dari zakat profesi dari masing masing karyawan PT Semen Padang, yang dipungut sebesar 2,5 % setiap bulannya. Dana ini merupakan dana khusus yang disalurkan kepada asnaf delapan, baik secara lepas maupun pinjaman. Pos II : Dana Infaq dan Shadaqah ( Dana Insha ) Yaitu dana yang berasal dari Infaq dan Shadaqah yang terdiri atas : bunga tabungan, Infaq dan Shadaqah yang dikhususkan.

Penyalurannya dilakukan untuk kondisi darurat.

Dengan demikian dana yang terkumpul pada Laz PT. Semen Padang adalah dana zakat dan dana insha. Akan tetapi yang paling menonjol pengelolaannya adalah dana zakat karena dana ini yang paling besar jumlahnya dibandingkan dana insha., sehingga dana zakatlah yang lebih diprioritaskan dalam pengelolaannya maupun penyalurannya. Sementara dana insha digunakan untuk kondisi kondisi darurat yang alokasinya untuk membantu karyawan.

3.1.6. Proses Penyaluran Dana Zakat, Infaq dan Shodaqah Oleh LAZ PT. Semen Padang Pada bab V Undang-Undang No. 38 tahun 1999 mengenai pendayagunaan zakat, yaitu pasal 16, dikatakan bahwa hasil pengumpulan zakat didayagunakan sesuai dengan ketentuan agama. Selanjutnya pada ayat 2 disebutkan, pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan pada skala prioritas kebutukan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif. Ini artinya pendistribusian zakat haruslah dilakukan pada pihak yang berhak menerima zakat, yaitu 8 golongan asnaf. LAZ PT Semen Padang sudah memenuhi kewajiban pendistribusian hasil pengumpulan zakat dengan menyalurkan zakat tersebut sesuai dengan kriteria syariah tersebut. Pendistribusian zakat pada LAZ PT Semen Padang dilakukan dengan menyerahkan zakat kepada 8 kelompok asnaf sesuai dengan syariah agama, yaitu santunan kepada fakir (terdiri dari jompo rutin, dan insidentil, perbaikan pondok, pengobatan, serta bantuan insidentil transport / biaya hidup), santunan miskin, amil operasi, santunan mualaf, santunan kemerdekaan, (merupakan santunan yang diberikan untuk membebaskan mustahiq zakat dari belenggu kesulitan hidup yang membutuhkan dana cukup besar seperti biaya yang berkaitan dengan pengobatan insidentil), santunan orang berutang, santunan fisabilillah (seperti membantu pengurus membangun sarana dan prasarana mesjid dan musholla, yayasan islam, dan seluruh kegiatan umat yang bersifat memperjuangkan dan menjalankan agama Islam), dan santunan ibnu sabil.

Untuk meyakinkan bahwa penyaluran dana zakat tersebut memang diserahkan pada yang berhak, maka setelah asnaf mendaftarkan diri untuk menerima dana zakat, tim lapangan LAZ PT Semen Padang memang terlebih dahulu memeriksa kondisi perekonomian calon asnaf tersebut. Pendistribusian dana zakat dilakukan dengan terlebih dahulu membuat anggaran pengeluaran untuk masingmasing asnaf. Anggaran ini dibuat berdasarkan pengalaman masa lalu, yaitu dengan membuat anggaran yang serupa untuk bulan yang sama pada tahun yang berbeda. Misalnya, anggaran pengeluaran zakat untuk bulan Oktober 2004, dihitung berdasarkan anggaran bulan Oktober 2003, dengan pertimbangan dilihat kelompok asnaf mana yang biasanya membutuhkan anggaran yang lebih besar. Anggaran ini bersifat fleksibel, artinya bisa saja lebih besar atau lebih kecil dibandingkan pengeluaran sesungguhnya. Hal ini terjadi akibat ketidakmungkinan dalam memproyeksi kebutuhan dana zakat untuk asnaf disetiap bulannya. Oleh karena itu, yang terpenting kiranya bagi LAZ PT Semen Padang adalah membuat Laporan Kas harian yang berisi dana yang tersedia setiap harinya dikurangi dengan penyaluran dana untuk masing masing asnaf. Laporan ini dibuat oleh kasir dengan diketahui oleh koordinator keuangan. Laporan harian kas inilah yang dijadikan dasar oleh LAZ PT Semen Padang dalam membuat Rekapitulasi Penyaluran Bantuan. Penyaluran zakat pada asnaf oleh LAZ PT Semen Padang dilakukan dengan dua cara : 1. Melalui jasa Bank

Hal ini dilakukan apabila penyaluran dana zakat tersebut berjumlah lebih dari Rp. 500.000,- ( lima ratus ribu rupiah ). Dalam hal ini LAZ PT Semen Padang memberikan slip penarikan Bank Nagari pada asnaf yang berhak menerima dana zakat tersebut. 2. Langsung dikantor LAZ PT Semen Padang Hal ini dilakukan apabila penyaluran dana zakat berjumlah kurang dari Rp. 500.000,- ( lima ratus ribu rupiah ) Bentuk Laporan Kas Harian penyaluran dana zakat pada LAZ PT Semen Padang adalah sebagai berikut :

GAMBAR 3.2. CONTOH LAPORAN KAS HARIAN


LAZ PT. SEMEN PADANG LAPORAN KAS HARIAN Tanggal ............. Dana Tersedia : Saldo Awal 1) Tambahan kas 2) Sisa panjar rutin via Bank Jumlah

xxx xxx xxx+ xxx+ xxx

Penyaluran Bantuan/Pengeluaran : 1. Fakir 2. Miskin 3. Amil/Operasional

xxx xxx xxx

4. 5. 6. 7. 8.

Muallaf Pemerdeka Berhutang Fisabilillah Ibnu Sabil Jumlah Saldo Akhir

xxx xxx xxx xxx xxx+ (xxx) xxx Padang, ..........2003

Diketahui :

( Ko. Keuangan )

( Kasir )

3.1.7. Perlakuan Akuntansi Dana Zakat Pada LAZ PT. Semen Padang Proses penyusunan laporan keuangan sendiri tidak bisa terlepas dari proses pengumpulan bukti seperti Buku Bank/laporan giro, Bukti pembayaran, Bukti Penerimaan, dan lainnya kemudian bukti-bukti tersebut dicatat didalam jurnal dan buku besar,dan barulah dibuat laporan keuangannya. Sampai saat ini pencatatan

akuntansi pada LAZ PT. SP masih dilakukan secara manual. Ini disebabkan karena belum tersedianya software yang tepat dengan pengelola dana zakat yang dilakukan oleh lembaga amil zakat. Penerimaan dana zakat dicatat setelah pihak pengurus LAZ PT Semen Padang menerima dana zakat yang telah dicairkan dengan cek pada Bank Mandiri setiap bulannya, baru kemudian dibuatkan laporan berapa dana zakat yang diterima setiap

bulannya dengan laporan cash flow per bulan. Seperti yang telah disinggung pada awal, bahwa penerimaan dana zakat dari para karyawan LAZ PT Semen Padang tidaklah seluruhnya diberikan oleh PT Semen Padang, tetapi dengan cara menyicil. Sehingga laporan cash flow penerimaan dana zakat perbulan biasanya diterima penuh setelah dua bulan. Proses pencatatan siklus akuntansi pada LAZ PT Semen Padang dimulai pada saat penarikan dana zakat oleh asnaf. Pencatatan ini dilakukan pada sebuah buku harian khusus atau jurnal yang berisi informasi mengenai : 1. Tanggal penarikan dana zakat 2. Nama penerima dana zakat 3. Golongan asnaf yang menerima dana zakat 4. Alamat asnaf 5. Tanda tangan asnaf 6. Jumlah dana yang diterima oleh asnaf Baru kemudian dana zakat yang diserahkan kepada asnaf, sesuai dengan jumlah dana zakat yang diterima (apakah dana zakat langsung diserahkan oleh kasir atau diambil melalui Bank dengan memberikan slip penarikan oleh kasir kepada asnaf) Kemudian jurnal tersebut diklasifikasikan sesuai dengan golongan asnaf per harinya. Baru setelah itu, dibuatkan laporan kas harian oleh kasir. Catatan harian yang ada dalam buku harian tersebut kemudian dibuat ringkasannya dalam bentuk laporan penyerahan dana zakat per golongan asnaf perbulannya. Setelah laporan penyaluran dana zakat ini selesai, barulah kemudian disiapkan rekapitulasi penyaluran dan penerimaan bantuan LAZ PT Semen Padang.

Jika rekapitulasi ini telah lengkap, maka pengurus LAZ PT Semen Padang kemudian membuat laporan penerimaan dan penyaluran dana zakat. Masing-masing laporan ini dibuat per bulannya sebelum akhirnya dijadikan laporan pertahun. Laporan per bulan maupun laporan pertahun dibuat dalam bentuk yang sama. Sehingga bisa disimpulkan bahwa laporan penyaluran dana zakat per bulan merupakan kumpulan laporan kas harian. Dari laporan penyaluran dana zakat dibuatkan rekapitulasi sebelum akhirnya dijadikan laporan penerimaan dan penyaluran zakat yang dibuat laporannya dalam bentuk perbulan maupun per tahun. Secara garis besar, siklus akuntansi yang dilakukan oleh LAZ PT. SP dapat dilihat pada lampiran 1. Bentuk laporan keuangan yang disajikan oleh LAZ PT. Semen Padang adalah : A. Laporan Perubahan Posisi Keuangan ( Neraca ) Laporan ini berisi informasi posisi keuangan LAZ PT. Semen Padang yang mencangkup nilai aktiva dan pasiva lembaga. Aktiva terdiri dari dua sumber, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Sedangkan untuk sisi pasiva, terdiri atas hutang LAZ PT. Semen Padang dan dana zakat dan insha. Bentuk laporan ini dapat dilihat pada lampiran 2. B. Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Zakat Laporan ini berisi informasi jumlah dana zakat yang terkumpul dari para karyawan PT. Semen Padang dan informasi mengenai penggunaan sumberdaya khususnya dana zakat dalam pelaksanaan program atau jasa. Laporan ini diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi dalam satu periode, menilai kemampuan dan kesinambungan organisasi dalam memberikan jasa, khususnya kepada kedelapan

asnaf dan mempertanggung jawabkannya kepada para masyarakat umum. Bentuk dari laporan ini dapat dilihat pada lampiran 3 C. Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Infaq dan Shodaqah ( Insha ) Laporan ini berisi informasi mengenai sumber sumber penerimaan dana Infaq dan Shodaqoh dari para karyawan dan juga penerimaan jasa bank, serta penyalurannya untuk kegiatankegiatan sosial diluar pengeluaran asnaf delapan. Bentuk dari laporan ini dapat dilihat pada lampiran 4 D. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam satu periode tertentu. laporan ini terbagi menjadi 3, yaitu Laporan Arus Kas dari aktivitas Operasi, Investasi dan Pendanaan. Namun laporan arus kas yang dibuat oleh LAZ. PT.SP hanya dibuat laporan arus kas dari aktivitas operasi, ini dikarenakan oleh LAZ. PT.SP tidak terlibat dalam aktivitas pendanaan maupun investasi terhadap dana zakat infaq dan shodaqoh. Bentuk laporan ini dapat dilihat pada lampiran 5 E. Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan adalah penjelasan yang dilampirkan bersama-sama dengan laporan keuangan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan komponen laporan lainnya. Dalam catatan ini menjelaskan mengenai kebijakan kebijakan akuntansi dan prosedur yang diterapkan manajemen amil sehingga memperoleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut. Laporan ini dapat berwujud kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk laporan ini dapat dilihat pada lampiran 6

3.1.8 Audit Terhadap Laporan Keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan oleh LAZ PT Semen Padang, diaudit oleh akuntan publik setiap tahunnya. Auditor independen mengaudit Neraca, Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana Zakat dan Dana Insha, dan Laporan Arus Kas per 31 Desember. Audit yang dilakukan meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh pengurus, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Sejauh ini, berdasarkan hasil audit yang dilakukan akuntan publik, laporan keuangan yang dibuat oleh LAZ PT Semen Padang, disajikan secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan LAZ PT Semen Padang per 31 Desember, penerimaan dan penggunaan Dana Zakat dan Dana Insha, serta laporan arus kas tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

3.2

Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqah UII

3.2.1. Sejarah dan Perkembangan Universitas Islam Indonesia, sebagai sebuah perguruan tinggi Islam tertua di Indonesia, mulai memikirkan adanya potensi zakat internal yang besar sejak tahun 2000-an. Gagasan Rektor UII saat itu, Prof. H. Zaini Dahlan, MA untuk mendorong adanya optimalisasi dana zakat dilingkungan UII merupakan dorongan semangat yang luar biasa. Sebagai sebuah lembaga yang mewadahi ratusan karyawan, baik tenaga edukatif maupun administratif, UII mempunyai kekuatan zakat yang sangat potensial untuk dikelola dengan baik. Hasil pengumpulan zakat, infaq dan shodaqah dari

individu-individu di lingkungan UII ditambah dengan zakat dari luar UII memiliki surplus dana 15 milyar, maka penerimaan dana ZIS dari sumber tersebut adalah Rp. 375.000.000,- belum lagi ditambah dengan potensi dana ZIS yang diperoleh dari luar UII. UII mulai menerima penerimaan zakat dari dosen dan karyawan UII sejak diterbitkannya SK Rektor UII No. 1724/Rek./30/BAU/XI/2001 tanggal 30 November 2001 tentang informasi pemotongan gaji untuk zakat 2,5% bagi dosen dan karyawan yang telah memenuhi nisab. Namun peraturan ini mulai diberlakukan mulai bulan Januari 2002. besar harapn dan idealisme yang tertanam dalam pikiran dan diharapkan menjadi kenyataan, bahwa UII mampu membuktikan dirinya sebagai rahmatan lilalamin sesuai dengan visi dan misinya , setidaknya dengan adanya pengumpulan zakat dan pendistribusian yang tepat sasaran bagi usaha transformasi umat kearah kehidupan yang lebih baik. Pada tanggal 24 Januari 2002, diadakan sarasehan Zakat, Infaq dan Shodaqah (Sebuah KontruksiPemahaman) yang diselenggarakan oleh LPPAI UII, dan dari pertemuan tersebut beberapa peserta yang semuanya pegawai UII sangat setuju dan tidak merasa keberatan dengan didirikannya LAZIS UII. Namun dengan terbitnya SK Rektor tersebut tidak sedikit menimbulkan pertanyaan bahkan keberatan di beberapa kalangan lingkungan UII. Dengan berjalannya waktu, pada akhirnya pada bulan Oktober 2002, kepengurusan LAZIS UII dipimpin oleh IR. H. Supriyanta,M.Si dengan dibantu 2 orang stafnya yaitu Zuhri AN, S Psi dan fathurrahmi. Programprogram mulai dijalankan, walaupun pada saat itu bisa dikatakan masih sangat rendah. Awal Januari

2004, pengelola LAZIS UII telah berjumlah 7 orang yang terbagi dalam 3 Divisi kerja, yaitu Divisi Fund-raising dan Marketing Research, Divisi Administrasi Keuangan dan Kultur Organisasi dan terakhir Divisi Pendistribusian dan pendayagunaan. Meskipun jumlah pengelola masih terbatas, namun dalam setiap kegiatannya LAZIS UII selalu meibatkan sukarelawan dari beberapa Lembaga dakwah Kampus (LDK) dilingkungan UII sehingga kegiatan-kegiatan LAZIS masih bisa terlaksana.

3.2.2. Struktur Organisasi LAZIS UII Struktur organisasi LAZIS UII dikepalai oleh seorang Direktur yang diawasi oleh DPS dan DPPM. Dalam melaksanakan tugas kesehariannya, direktur dibantu oleh 3 Divisi, yaitu : 1. Divisi I Fund-raising dan Marketing Research. Tugas dari Divisi ini adalah mengurus pengumpulan dana, baik dana zakat, Infaq dan Shodaqoh dan juga dana kemanusiaan. Divisi ini juga mengurus Press Release kegiatan dan program melalui Pamflet, spanduk, media masa dan juga mengadakan seminar dan pelatihan mengenai zakat. 2. Divisi II Administrasi, Keuangan dan Kultur Organisasi Divisi ini bertugas mengurus administrasi LAZIS, yang meliputi administrasi dokumen, pegawai, data muzzaki dan mustahiq dan mengurus inventaris peralatan kantor.dalam melaksanakan tugasnya, divisi ini dibantu oleh 4 staff bagian, yaitu kasir yang mengurus keuangan, akuntansi yang melakukan pencatatan akuntansi organisasi yang dimulai sejak penjurnalan sampai dengan pembuatan laporan keuangan, Personalia dan Sekretaris yang mengelola administrasi, mengelola

inventaris peralatan kantor dan membuat notulen rapat, dan Bus UII yang mengurus masalah transportasi antar kampus UII. 3. Divisi III Pendistribusian dan Pendayagunaan Divisi ini mengurusi masalah penyaluran dana bantuan kepada para mustahiq sekaligus mengurus masalah peningkatan kualitas SDM mustahiq dengan memberikan pelatihan sesuai dengan potensi desanya tersebut. Divisi ini membagi menjadi 3 fokus, yaitu, Pendidikan, Pemberdayaan dan Sosial, Dakwah dan Kemanusiaan.

3.2.3. Program Kerja LAZIS UII Sampai saat ini, LAZIS UII membagi programnya menjadi 3 fokus, yaitu : 1. Pendidikan.

Bantuan pendidikan diberikan dalam bentuk bantuan Beasiswa bagi duafa yang berprestasi. Beasiswa ini diberikan sebagian besar berdasarkan rekomendasi dari para muzakki terutama para dosen dan karyawan UII. Bantuan pendidikan ini juga diberikan dalam bentuk pelatihan kerja bagi siswa kurang mampu setelah menyelesaikan SMU tetapi tidak melanjutkan keperguruan tinggi. 2. Pemberdayaan. merupakan proram yang bertujuan meningkatkan kualitas SDM mustahiq atau suatu desa. Bantuan pemberdayaan diberikan berupa bantuan modal dan pelatihan sesuai dengan potensi individu atau suatu desa. Contohnya, selama ini LAZIS UII telah melakukan pemberdayaan susu kemasan di dusun Turgo-Sleman. 3. Sosial, Dakwah dan Kemanusiaan. Program ini merupakan program bantuan kemanusiaan, seperti bantuan bencana alam maupun bantuan bagi mustahiq yang sakit.

3.2.4.

Proses Pengumpulan Dana Oleh LAZ LAZIS UII melakukan pengumpulan dana yang berasal dari 4 pos, yaitu:

1. Dana Zakat Jenis dana ini terdiri dari Dana Zakat Internal dan Dana Zakat Eksternal. Zakat Internal merupakan dana zakat yang berasal dari pemotongan gaji dosen dan karyawan UII yang bersedia menyalurkan dana zakatnya melalui lembaga ini, yaitu

sebesar 2,5% dari gaji pokok yang diterima. Divisi I (Bagian Keuangan) menerima zakat Internal melalui jasa Bank BNI Syariah, dan Bank memberikan bukti Buku Bank/Laporan Giro rangkap 3 yang akan didistribusikan untuk Kasir, bagian Akuntansi dan yang satunya diarsipkan. Sedangkan Dana Zakat Eksternal berasal dari penyaluran zakat dari muzakki yang berasal di luar lingkungan UII. 2. Dana Infaq dan Shodaqoh Dana ini merupakan derma harta (infaq) atau harta benda (Shodqaoh) secara sukarela dijalan Allah dengan tujuan beribadah di jalan Allah SWT. Divisi I yang menerima sumbangan ini mencatatnya dalam Bukti Penerimaan (BPN) dan kemudian diberikan kekasir beserta uangnya. BPN yang dibuat rangkap 4 yang diberikan kepada Muzakki, arsip Divisi I, untuk bagian Akuntansi, dan terakhir untuk arsip di kasir. LAZIS UII juga mengelola penerimaan yang berasal dari kotak infaq yang diletakkan disetiap kampus UII. Pada periode tertentu isi kotak ini kemudian diambil dan dihitung nominalnya dengan disaksikan oleh manajemen lokasi letak kotak berada. Kemudian, pengelola kotak infaq mencatat lembar tanda terima 2 rangkap dengan distribusi untuk manajemen lokasi kotak infaq dan untuk pengelola kotak infaq untuk diberikan kepada kasir. 3. Dana Pengelola (Operasional) Merupakan dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan (operasi) kantor LAZIS sehari-hari. 4. Dana Jasa Giro/Danayang Dilarang Syariah Merupakan dana pasif yang diperoleh LAZIS UII yang berasal dari bunga Bank Mandiri, dimana sebelum LAZIS UII menggunakan jasa Bank BNI Syariah,

lembaga ini menyimpan dana zakat di Bank Mandiri. Jasa Bank Mandiri digunakan sampai pada bulan oktober 2002akhir tahun 2003 dengan menyisakan sebagian dari jumlah dana yang tersimpan di Bank Mandiri.

3.2.5.

Proses Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat Pendistribusian dana zakat, Infaq dan Shodaqoh pada LAZIS UII dilakukan

dengan membagi penggunaan dana menjadi 4 bagian. 1. Penggunaan Berdasarkan Program. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, LAZIS UII membagi programnya menjadi 3 bagian, yaitu Pendidikan, Pemberdayaan, dan Sosial, Dakwah dan Kemanusiaan. Divisi III membuat proposal penggunaan dana yang diberikan kepada direktur untuk diverifikasi bersama Divisi II untuk pertimbangan anggaran dan selanjutnya memperoleh otorisasi. Kemudian Divisi II membuat DPU (Daftar Penggunaan Uang) yang nantinya akan dilaporkan ke kasir. Kasir kemudian menerima DPU dan mencatatnya dalam BPY (Bukti Pembayaran) 3 rangkap. Setelah menerima uang dari kasir, Divisi III mulai mendistribusikan dana ZIS sesuai dengan proposal yang diajukan. Divisi III kemudian membuat Laporan Penggunaan Dana (LPD) rangkap 2 yang diberikan kepada direktur dan arsip Divisi III, dan direktur melakukan verifikasi kelebihan atau kekurangan dana. LPD kemudian dicek ulang oleh kasir, apabila kelebihan dana, maka sisanya dikembalikan kepada kasir dengan membuat Bukti Penerimaan (BPN) rangkap 3, yaitu untuk arsip, Divisi III dan bagian akuntansi. Jika ternyata terdapat kekurangan

dana, maka kasir akan menggantinya dan membuat Bukti Pembayaran (BPY) rangkap 3. bagian akuntansi kemudian mencatatat penerimaan atau pengeluaran tersebut kedalam jurnal dan buku besar. 2. Penggunaan Berdasarkan Permohonan Dana ini diberikan bagi para pemohon bantuan yang mengajukan proposal kepada LAZIS UII. Apabila permohonan kurang dari Rp 1.000.000,- Divisi II beserta Divisi III melakukan verifikasi terhadap proposal yang diajukan apakah layak atau tidak. Kemudian membuat Surat Perintah Membayar ( SPM) rangkap 2 untuk kasir dan sebagai arsip Divisi III. Kasir kemudian memberikan dana uang kepada Divisi III dan mencatatnya dalam BPY rangkap 3 yaitu untuk pemohon, bagian akuntansi dan sebagai arsip. Apabila permohonan bantuan lebih dari Rp 1.000.000,- Divisi III yang telah melakukan verifikasi bersama Divisi II mengajukan proposal tersebut kepada direktur untuk dilakukan otorisasi. Divisi III kemudian membuat SPM rangkap 2 untuk kasir dan arsip. Berdasarkan SPM tersebut, kasir mencatat dalam BPY rangakp 3 untuk pemohon, bagian akuntansi dan arsip. Bagian akuntansi mencatat pengeluaran dana pemohon kedalam jurnal dan buku besar. 3. Penggunaan Untuk Kegiatan Operasional Pos ini diadakan untuk mengantisipasi penggunaan dana zakat (khususnya bagi Amil) yang terlalu besar. Tiap-tiap Divisi membuat Daftar Kebutuhan dan setelah memperoleh persetujuan dari direktur daftar ini diberikan kepada kasir. Kasir kemudian mencatatnya dalam BPY rangkap 3 yaitu untuk Divisi yang

membutuhkan, bagian akuntansi dan arsip. Bagian akuntansi mencatt BPY kedalam jurnal dan buku besar.

4. Penggunaan Untuk Penggajian Bagian Personalia mencatat jam hadir karyawan pada Buku jam Hadir (BJH) termasuk didalamnya aktivitas diluar kantor dalam rangka menjalankan tugas lembaga. Daftar ini kemudian diberikan kepada Sekretaris dan membuat Daftar Gaji per orang (DG) dan Rekapitulasi Daftar Gaji keseluruhan (RDG) masingmasing rangkap 2 untuk selanjutnya dimintakan otorisasi kepada Direktur, dan diserahkan kepada kasir dan kasir. Kasir membuat Bukti Pembayaran (BPY) dan Lembar Rincian Gaji (LRG) rangkap 3 untuk penerima (karyawan), bagian akuntansi dan Arsip. BPY, RG dan RDG kemudian digunakan bagian akuntansi sebagai bahan untuk membuat Jurnal dan Buku Besar. 3.2.6. Perlakuan Akuntansi Dana Zakat Pada LAZIS UII Dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai lembaga amil zakat, LAZIS UII tidak bisa lepas dengan proses pencatatan setiap transaksi, karena pada dasarnya dana yang dikumpulkan lembaga ini bukan merupakan milik lembaga amil, tetapi merupakan titipan para muzakki yang harus disalurkan sesuai dengan ketentuan syariah yang berlaku. Untuk itu lembaga amil wajib melaporkan kinerja dan posisi keuangannya sebagai tanggungjawabnya terhadap para muzakki dan masyarakat. Laporan keuangan yang dibuat harus dibuat secara periodik dan disajikan secara transparan dan wajar. Siklus akuntansi yang dilakukan oleh LAZIS UII dimulai dari pengumpulan bukti-bukti seperti BPY (Bukti Pembayaran), BPN ( Bukti Penerimaan), dan Buku

Bank/Laporan Giro, dan kemudian dibuat dalam jurnal dan Buku besar baru kemudian bisa dibuat laporan keuangan untuk masing-masing jenis dana. Kemudian dibuat laporan konsolidasi yang merupakan laporan gabungan dari keseluruhan jenis laporan keuangan untuk mengetahui laporan LAZIS UII secara keseluruhan. Siklus akuntansi yang dilakukan oleh LAZIS UII dapat dilihat pada lampiran 1. Jenis-jenis laporan keuangan yang dibuat LAZIS UII adalah Neraca, Laporan Perubahan Dana Termanfaatkan, Laporan Arus Kas, Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Masing-masing laporan tersebut dibuat untuk masing-masing dana yang dikelola oleh lembaga ini ditambah dengan adanya laporan konsolidasi yang merupakan gabungan laporan masing-masing dana. Laporan keuangan yang dibuat LAZIS UII diterbitkan dengan periode Bulanan, 3 bulanan, Semesteran, dan Tahunan. Laporan keuangan Bulanan ditujukan untuk masyarakat umum melalui selebaran dan juga melalui e-mail para muzakki. Laporan 3 bulanan bertujuan sebagai evaluasi kinerja pengelola yang meliputi sirkulasi dana yang terkumpul dan juga laporan mengenai disiplin kerja manajemen selama ini. Laporan Semesteran ditujukan untuk Rektorat dan PR II dan juga diterbitkan melalui UII News. Sedangkan laporan tahunan merupakan laporan komprehensif LAZIS UII yang menginformasikan seluruh jumlah dana dan penyalurannya selama 1 tahun penuh, sekaligus sebagai evaluasi lembaga amil terhadap kinerjanya. Penjelasan masingmasing laporannya sebagai berikut : 1. Neraca Laporan ini berisi informasi posisi keuangan LAZIS UII yang mencangkup nilai aktiva dan pasiva lembaga atau dengan kata lain antara kekayaan organisasi di satu

sisi dengan kewajiban dan modalnya disisi yang lain. Tujuan disusunnya Neraca ini adalah untuk menyediakan informasi posisi keuangan yang meliputi penilaian kemampuan organisasi dalam memberikan jasa dan untuk menilai likuiditas , fleksibilitas keuangan dan kemampuannya memenuhi kewajiban dan kebutuhan pendanaan eksternalnya sebagai lembaga yang menjembatani antara muzakki dan mustahiq.

2. Laporan Sumber Penerimaan dan Penyaluran Dana Laporan Sumber Penerimaan dan Penyaluran Dana Zakat mencerminkan kinerja organisasi dalam kemampuannya menarik dana (fund-raising) dalam jumlah dan jenis yang tertentu serta kemampuannya dalam mendistribusikan dana secara tepat sasaran, sehingga tujuan pengumpulan zakat dapat terlaksana secara efektif. Laporan ini bisa digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan tanggung jawab pengelola dalam suatu periode tertentu. 3. Laporan Perubahan Dana Termanfaatkan Akuntansi dana menghendaki adanya pelaporan yang jelas dari setiap transaksi keuangannya. Selain dimunculkan dilaporan Neraca, juga harus dilaporkan dalam laporan aktivitas, Laporan Dana Termanfaatkan dibuat untuk mengakomodasi hal tersebut. Laporan Dana Termanfaatkan setiap saat dapat mengalami perubahan, seiring dengan aktivitas lembaga amil. Perubahan ini harus dilaporkan dengan cepat. 4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas pada periode tertentu. LAZIS UII melaporkan laporan arus kasnya berdasarkan 3 aktivitas, yaitu Laporan Arus Kas dari aktivitas Operasi, dari aktivitas Investasi dan dari aktivitas Pendanaan. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan ini merupakan penjelasan yang dilampirkan bersama-sama dengan laporan keuangan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan komponen laporan lainnya. Dalam catatan ini menjelaskan mengenai kebijakan kebijakan akuntansi dan prosedur yang diterapkan manajemen amil sehingga memperoleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut. Laporan ini dapat bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Bentuk laporan keuangan masing-masing dana dapat dilihat pada lampiran 7, lampiran 8, lampiran 9, dan lampiran 10. Masing-masing laporan (Neraca, sumber dan penggunaan dana, arus kas, dan perubahan dana termanfaatkan) untuk tiap-tiap dana yang dikelola (Zakat, Infaq dan Shodaqoh, Pengalola dan Jasa Giro) digabungkan dalam laporan konsolidasi untuk mengetahui laporan LAZIS UII secara keseluruhan. Prinsip-prinsip laporan konsolidasi adalah : 1. Penggabungan Yaitu menggabungkan akun-akun yang ada dimasing-masing jenis dana. Akun yang sejenis akan digabungkan menjadi satu dan untuk akun yang tidak sejenis disajikan semua dilaporan konsolidasi. 2. Eliminasi

Yaitu mengeliminir (menghapus) setiap transaksi antar dana. Setiap transaksi antar dana yang satu dengan yang lain, misalnya Dana Pengelola memakai Dana zakat, didalam penyusunan laporan konsolidasi harus dihapus. Bentuk laporan konsolidasi ini dapat dilihat pada lampiran 11.

3.2.7. Audit Terhadap Laporan Keuangan Sampai saat ini laporan keuangan yang disajikan LAZIS UII belum pernah diaudit oleh auditor Independent. Audit yang dilakukan hanyalah bersifat Internal yang dilakukan oleh Divisi II dalam struktur organisasi LAZIS UII. Ini disebabkan karena lembaga ini masih tergolong baru, dan masih belum terdapat standar akuntansi yang mengatur tentang akuntansi zakat. Audit Internal terhadap penilaian posisi keuangan dan kinerja lembaga amil ini dilakukan 3 bulan sekali.

BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini akan dilakukan analisis komparasi terhadap data-data yang telah diperoleh dari kedua objek penelitian, baik data umum berupa struktur organisasi dan kegiatan operasionalnya, juga data khusus yaitu laporan keuangan masing-masing lembaga amil dengan kesesuaiannya terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang meliputi Pengakuan, Pengukuran, Penyajian dan Pengungkapan. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan terdapat beberapa perbedaan yang ada di dalam aktivitas dan badan kedua lembaga amil ini. Berikut akan dibahas perbedaan masing-masing lembaga amil yang dilihat dari 2 aspek, yaitu dari segi organisasi dan aktivitasnnya, dan dari segi proses akuntansi yang dilakukan kedua lembaga amil ini.

4.1 Organisasi dan Aktivitas Lembaga Amil Dibandingkan dengan struktur organisasi LAZ PT. SP yang masih bersifat umum, LAZIS UII telah membagi aktivitasnya sesuai dengan divisi yang dikelolanya, sehingga kegiatan lembaga yang djalankan lebih efektif dan efisien. Struktur organisasi LAZ PT. SP dinilai kurang efektif dimana masih terdapat penggandaan fungsi atau tugas, seperti dalam koordinasi pelaksanaan harian terdapat bagian

keuangan (Adm dan Kasir) sedangkan struktur organisasi lembaga sudah memiliki divisi Bendahara. Sebaiknya pengelolaan keuangan dijadikan menjadi satu divisi. LAZ PT. SP sampai saat ini belum memiliki divisi penyaluran. Divisi ini bertugas khusus mengurus masalah pengelolaan penyaluran dana dari LAZ PT. SP kepada para mustahiq. Selama ini para calon mustahiq atau mustahiq yang menerima bantuan dari lembaga ini langsung mengurus ke bagian kasir. Sehingga dapat dipastikan apakah dana benar-benar sudah disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syari'ah, prioritas dan kebijakan lembaga. Dari segi sumber pengumpulan dana yang dilakukan kedua lembaga amil ini terdapat perbedaan, dimana LAZ PT. SP hanya mengelola dana yang berasal dari 2 pos penerimaan, yaitu dari Zakat Internal, kemudian dari Infaq dan Shodaqoh karyawan PT. Semen Padang, sehingga proses pendistribusian zakat seringkali hanya terbatas pada kebutuhan konsumtif saja bukan pada kebutuhan produktif yang lebih dianjurkan. Sedangkan LAZIS UII memiliki 4 pos penerimaan yang berasal dari dana Zakat Internal dan Eksternal, dana Infaq dan Shodaqoh, Dana Operasional, dan Dana Jasa Giro. Dana yang disalurkan tidak hanya berupa dana konsumtif tetapi juga dana produktif sekaligus pembinaan dari LAZIS UII sehingga memacu mustahiq untuk mau berusaha mengembangkan usahanya. Proses penyaluran dana bantuan yang dilakukan kedua lembaga ini juga berbeda. LAZ PT. SP cenderung memberikan dana konsumtif kepada asnaf delapan, sedangkan LAZIS UII memberikan bantuan baik dana konsumtif maupun bantuan produktif berupa pembinaan terhadap suatu desa sesuai dengan potensi desa tersebut.

4.2 Proses Akuntansi Lembaga Amil Perbedaan yang ada di kedua lembaga ini juga terlihat pada proses akuntansi yang dilakukan, khususnya dalam hal perlakuan akuntansi keuangannya. Tujuan utama akuntansi keuangan lembaga amil zakat adalah untuk menyajikan laporan keuangan yang layak sebagai bahan informasi pada pihak yang berkepentingan. Pemerintah selaku pemberi izin operasional membutuhkan laporan keuangan zakat, sebagai bahan pertimbangan dalam pengawasan dan pembinaan. Akuntan publik, sebagai lembaga profesional dibidang audit berkepentingan untuk memberikan pernyataan tentang kinerja keuangan, sehingga akan semakin meningkatkan performance lembaga zakat. Namun yang paling berkepentingan langsung terhadap penerbitan laporan keuangan LAZ adalah masyarakat itu sendiri, khususnya para muzakki, karena mereka berhubungan langsung dengan Amil zakat (Muhammad Ridwan, 2004). Sesuai dengan tugas pokok dari Lembaga Amil Zakat yaitu mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan sesuai dengan ketentuan agama, maka peranan akuntansi sangat berkaitan dengan proses pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan serta pembuatan laporan keuangan oleh lembaga amil zakat itu sendiri dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada

masyarakat umum, khususnya kepada para muzakki yang telah mempercayakan Lembaga Amil dalam mengelola zakat yang disalurkan. Proses pencatatan siklus akuntansi pada LAZ PT Semen Padang dimulai pada saat penarikan dana zakat oleh asnaf. Pencatatan ini dilakukan pada sebuah buku harian khusus atau jurnal, kemudian diklasifikasikan sesuai dengan golongan asnaf

dalam Laporan kas harian, dan diringkas lagi dalam Laporan penyerahan dana zakat dan direkap dalam Rekapitulasi Penyaluran dan penerimaan dana zakat. Berdasarkan laporan rekapitulasi ini, baru dibuat laporan keuangan LAZ PT. SP secara keseluruhan. Siklus ini dinilai terlalu rumit dan panjang, sebaiknya LAZ PT. SP menggunakan dokumen-dokumen seperti yang telah diterapkan dalam manajemen LAZIS UII. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa Bukti Penerimaan, Bukti Pengeluaran, dan bukti-bukti lainnya sehingga memudahkan dalam penggolongan dana dan aktivitasnya. LAZ PT. SP setiap bulannya membuat laporan komprehensif yang berisikan informasi keuangan lembaga secara keseluruhan, dan pada akhir tahun dibuat laporan pertanggungjawaban terhadap dana yang dikelola selama periode satu tahun penuh. Lain halnya dengan LAZIS UII, lembaga amil ini membuat laporan keuangan untuk masing-masing jenis dana yang dikelola oleh lembaga ini ditambah dengan adanya laporan konsolidasi yang merupakan gabungan dari laporan masing-masing dana. Manajemen LAZ secara berkala harus menerbitkan laporan keuangannya . Laporan ini menjadi sangat strategis dalam rangka meningkatkan kepercayaan para calon muzakki. Keyakinan mereka terhadap LAZ dapat dibangun melalui laporan keuangan yang benar. Laporan keuangan yang dibuat oleh lembaga amil zakat haruslah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu sesuai dengan prinsip akuntansi, Pengakuan, pengukuran, Pengungkapan dan Penyajian. 1. Pengakuan Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi elemen laporan keuangan serta kriteria pengakuan. Pengakuan dilakukan dengan

menyatakan pos tersebut baik dalam kata kata maupun dalam jumlah rupiah tertentu dan mencantumkannya dalam Neraca. Pengakuan menjelaskan pencatatan elemen-elemen dasar dari suatu laporan keuangan, termasuk didalamnya penjelasan tentang waktu, pengakuan keuntungan atau kerugian organisasi. Pengakuan akuntansi terhadap dana zakat yang dilakukan oleh LAZIS PT. Semen Padang dan LAZ UII dilakukan berdasarkan nilai dasar tunai (Cash basis) dimana pencatatan dilakukan pada saat kas diterima dan pada saat kas dikeluarkan. Metode cash basis ini dilakukan atas dasar pengertian bahwa dana zakat yang dikumpulkan diakui secara langsung sebagai harta lembaga amil zakat. Dana yang masuk dalam LAZ bukan merupakan pendapatan, oleh karena itu pengertian dana zakat tidak dapat dikategorikan sebagai sumber dana sehingga tidak akan muncul pendapatan maupun beban bagi LAZ. 2. Pengukuran Pengukuran adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk mengakui dan memasukkan setiap elemen laporan keuangan ke dalam Neraca. Perhitungan dana zakat yang dikumpulkan oleh LAZIS PT. Semen Padang dan LAZ UII didasarkan atas ketentuan syariah yang mengatur mengenai perhitungan nishab zakat. Disini kedua jenis LAZ ini menggunakan perhitungan zakat profesi yang berupa uang atau gaji sebesar 2,5 % dari gaji kotor karyawannya. Penerimaan dari zakat diterima melalui jasa Bank dan bagian akuntansi melakukan penjurnalan berdasarkan bukti transaksi dan membuat Buku Besar. Semua kegiatan bagian akuntansi masih dilakukan secara manual. Ini disebabkan karena belum tersedianya software yang cocok untuk akuntansi dana zakat. Selain itu standar

akuntansi zakat masih belum ada baik standar dari IAI maupun standar Internasional. Berdasarkan laporan keuangan yang disajikan LAZ PT.SP, nilai saldo dana zakat, infaq dan shodaqah yang diterima oleh lembaga ini sudah sesuai dengan laporan Auditor Independen. Sedangkan LAZIS UII sampai saat ini

belum melakukan pengauditan melalui auditor Independent, tetapi audit yang dilakukan masih dilakukan auditor Internal (Bagian Akuntansi) 3. Pengungkapan dan Penyajian Pengungkapan berarti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha (Anis Chairiri,Imam Ghozali, 2003). Dengan demikian LAZ harus menyajikan informasi yang jelas, lengkap dan menggambarkan secara tepat mengenai kejadian ekonomi yang mempengaruhi posisi keuangan LAZ. Tujuan pengungkapan laporan keuangan adalah untuk memberikan laporan kepada pihak eksternal. Pengungkapan ini akan bermanfaat dalam mengevaluasi prestasi ( performance) organisasi dalam satu periode, serta menggambarkan

pertanggungjawaban LAZ dalam mengelola sumberdaya yang telah dihasilkan selama periode tertentu.

dan prestasi kinerja

Pengungkapan yang dikemukakan dalam laporan keuangan kedua LAZ ini tampak dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Laporan ini berisi penjelasan yang dilampirkan bersama-sama dengan laporan keuangan. Dalam catatan ini menjelaskan mengenai kebijakan kebijakan akuntansi dan prosedur yang diterapkan manajemen amil sehingga memperoleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut.

Sedangkan Penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh LAZ PT. Semen Padang dan LAZIS UII sebagai suatu badan zakat meliputi:

a. Neraca Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan amil zakat antara kekayaan organisasi disatu sisi dengan kewajiban dan modal disisi yang lainnya. Tujuan disusunnya Neraca dalam LAZ adalah untuk menyediakan informasi mengenai jumlah kekayaan di sisi aktiva dan kewajiban beserta modal di sisi pasiva. Dengan laporan ini, para pihak yang berkepentingan dapat membaca kondisi keuangan secara umum. Kedua lembaga amil ini telah melaporkan posisi keuangannya dengan Neraca sesuai dengan periodenya.

b. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana LAZ PT.SP dan LAZIS UII membuat Laporan Sumber dan Penggunaan Dana, yang didalamnya menyajikan arus dana masuk dan pendistribusian dana, baik dana zakat, infaq dan shodaqoh maupun dana kemanusiaan lainnya. Laporan ini mencerminkan kinerja organisasi terutama kemampuannya menarik dana dalam jumlah dan jenis yang banyak serta kemampuannya dalam mendistribusikan dana secara tepat sasaran, sehingga tujuan zakat dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Kegunaan laporan ini meliputi : 1. Untuk mengevaluasi kinerja organisasi secara khusus, yakni pada setiap bidang. Bidang pengumpulan dan pendistribusian dana akan sangat mudah dievaluasi.

2. Untuk menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dalam memberikan pelayanan. 3. Untuk menilai tanggungjawab dan kinerja manajemen

c. Laporan Arus kas Laporan Arus kas merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kas masuk dan kas keluar pada satu periode tertentu. Laporan arus kas dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Arus Kas dari aktivitas operasi Menggambarkan arus kas masuk dan keluar dari aktivitas utama organisasi . Laporan ini merupakan indikator yang menentukan apakah operasi LAZ menghasilkan arus kas yang cukup untuk memelihara kemampuan organisasi tanpa harus mengandalakan pendanaan dari luar. Contoh arus kas utama operasi antara lain : penerimaan dari zakat, infaq dan shadaqah serta sumber lainnya. Sedangkan pengeluaran kas digunakan untuk fakir miskin, belanja organisasi dan personalia (amil), dan lain lain. Sejauh ini LAZ PT.SP dan LAZIS UII telah membuat laporan arus kas sesuai dengan ketentuan akuntansi yang berlaku umum. 2. Arus kas dari aktivitas investasi Laporan ini menggambarkan arus kas masuk dan kas keluar sehubungan dengan sumber daya organisasi yang bertujuan untuk menghasilkan

pendapatan dan arus kas masa depan, contohnya, pembayaran kas untuk pembelian aktiva tetap, pengeluaran kas untuk penanaman investasi pada

perusahaan lain, penerimaan kas dari penjualan aktiva tetap, penerimaan kas dari bagi hasil investasi maupun simpanan. 3. Arus kas dari aktivitas pendanaan Laporan ini menggambarkan arus kas yang masuk dan keluar dari sumber pendanaan jangka panjang, seperti penerimaan kas dari pembiayaan jangka panjang serta pembayaran angsurannya. Laporan Arus kas yang disajikan oleh LAZ PT. SP hanya berisikan arus kas dari aktivitas Operasi. Ini disebabkan karena LAZ PT. SP tidak terlibat dalam aktivitas pendanaan maupun investasi terhadap dana zakat infaq dan shodaqoh. Sedangkan LAZIS UII. Membuat laporan arus kas dari seluruh aktivitas, yaitu dari aktivitas Operasi, Investasi dan Pendanaan.

d. Laporan Perubahan Dana Termanfaatkan Akuntansi dana menghendaki adanya pelaporan yang jelas dari setiap transaksi keuangannya. Selain dimunculkan dilaporan Neraca, juga harus harus dibuat laporan tambahan yang dapat menjelaskan angka-angka yang tersaji dalam Neraca. Laporan Dana Termanfaatkan dibuat untuk mengakomodasi hal tersebut. Laporan Dana Termanfaatkan setiap saat dapat mengalami perubahan, seiring dengan aktivitas lembaga amil. Perubahan ini harus dilaporkan dengan cepat. Untuk laporan perubahan dana termanfaatkan ini hanya dilakukan oleh LAZIS UII, sedangkan LAZ PT. Semen Padang tidak membuat laporan ini.

e. Catatan atas laporan keuangan

Laporan ini berisi tentang rincian aktivitas LAZ yang berfungsi memberikan penjelasan tentang laporan keuangan. Laporan ini dapat berwujud kualitatif maupun kuantitatif. Baik LAZIS UII maupun LAZ PT. SP telah membuat catatan atas laporan Keuangannya secara periodik sebagai bagian dari komponen laporan keuangannya. Sejauh ini LAZ PT. SP menerbitkan laporan keuangannya secara bulanan dan tahunan, sedangkan LAZIS UII menerbitkan pertanggung jawaban keuangannya setiap bulanan, 3 bulanan, semesteran dan tahunan. Laporan pertanggungjawaban ini dipublikasikan kepada masyarakat umum dan para muzakki yang telah mempercayakan Lembaga Amil dalam mengelola zakat yang disalurkan dalam rangka meningkatkan kepercayaan para calon muzakki. LAZIS UII selalu membuat laporan konsolidasi terhadap dana yang dikelolanya. Laporan ini merupakan penggabungan dari seluruh laporan keuangan yang terdiri dari Neraca, sumber dan penggunaan dana, arus kas, dan perubahan dana termanfaatkan untuk tiap-tiap dana yang dikelola (Zakat, Infaq dan Shodaqoh, Pengelola dan Jasa Giro) LAZ PT.SP selama ini tidak melakukan konsolidasi terhadap dana yang dikelolanya. Setiap tahunnya laporan keuangan yang dibuat LAZ PT.SP diaudit oleh auditor independent untuk menilai kewajaran kesesuaiannya terhadap prinsip akuntansi yang berlaku umum. Audit yang dilakukan meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh pengurus, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Sejauh ini, berdasarkan hasil audit yang dilakukan akuntan publik, laporan keuangan yang dibuat oleh LAZ PT Semen Padang,

disajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan audit yang dilakukan LAZIS UII masih bersifat internal yang dilakukan oleh Divisi II . Ini disebabkan karena lembaga ini masih tergolong baru, dan masih belum terdapat standar akuntansi yang mengatur tentang akuntansi zakat. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem pelaporan dana yang dikelola lembaga amil belum dapat diseragamkan. Disini masih terdapat kelebihan dan kelemahan dari sistem pelaporan yang diterapkan masing-masing lembaga amil. Dari segi struktur organisasi, LAZIS UII bisa dikatakan lebih baik dibandingkan dengan LAZ PT. SP. Di dalam struktur organisasi LAZIS UII terdapat pembagian divisi yang tegas sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. Lain halnya dengan LAZ PT. SP, di dalam struktur organisasinya masih terdapat penggandaan fungsi, yaitu fungsi bendahara dengan fungsi keuangan pada koordinator pelaksana harian. Sebaiknya dibuat suatu departemen atau divisi yang khusus mengatur masalah keuangan, sehingga aktivitas administrasi keuangannya dapat dilakukan secara cepat. Selain itu LAZ PT. SP belum memiliki divisi penyaluran yang bertugas khusus mengurus masalah pengelolaan penyaluran dana dari Laz PT. SP kepada para mustahiq. Selama ini para calon mustahiq atau mustahiq yang menerima bantuan dari lembaga ini langsung mengurus ke bagian kasir. Sehingga dapat dipastikan apakah dana benar-benar sudah disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syari'ah, prioritas dan kebijakan lembaga. Dari segi pendistribusian dana yang dilakukan kedua lembaga ini, mengingat jumlah dana zakat yang dikelola lembaga ini cukup besar, akan lebih baik lagi apabila LAZ PT. SP memberikan bantuan dana produktif dan pembinaan tidak hanya terpaku pada pemberian dana konsumtif.

Sebagai lembaga yang menerapkan prinsip syariah, seharusnya kedua lembaga amil ini tidak menerima penerimaan Bunga ( Riba) dari Bank komersial. Ini tentu saja menyalahi prinsip syariah yang mengharamkan prinsip Riba. Selama ini dana Riba yang diterima oleh kedua lembaga amil ini digunakan untuk membiayai beban administrasi Bank dan beban pajak bunga Bank. Sebaiknya dana yang dikelola disimpan di Bank Syariah yang tidak menerapkan Riba. Secara garis besar sistem yang dipakai LAZIS UII lebih baik dibandingkan dengan LAZ PT. SP, namun masih diragukan akuntabilitas laporan keuangannya karena sampai saat ini laporan keuangan yang dibuat oleh LAZIS UII belum diaudit oleh auditor Independent. Sebaiknya LAZIS UII sebagai lembaga yang dipercaya para muzakki untuk mengelola dana zakat, lembaga ini mulai melakukan audit untuk membuktikan kepada masyarakat umum kewajaran laporan keuangannya, khususnya kepada para muzakki dalam rangka meningkatkan kepercayaan terhadap lembaga amil. Ikhtisar dari uraian perbedaan kedua lembaga ini yang telah dijelaskan dimuka dapat dilihat pada tabel 4.1. Sedangkan kelemahan dan kelebihan masing-masing lembaga amil ini, baik dalam hal struktur organisasi, aktivitas maupun proses akuntansinya, secara garis besar dapat dilihat pada tabel 4.2.

TABEL 4.1 TABEL PERBANDINGAN LAZ PT.SP DAN LAZIS UII Perbandingan 1. Struktur Organisasi Penerimaan Dana Pendistribusian Dana Penerbitan Lap. Keuangan Audit Lap. Keu Lap. Konsolidasi LAZ PT. SP Masih bersifat umum, terdapat penggandaan divisi 2 Pos Konsumtif LAZIS UII Tedapat pembagian divisi dan tugas secara jelas 4 Pos Konsumtif dan Produktif

2. 3.

4.

Bulanan dan Tahunan

Bulanan, 3 Bulanan, Semesteran dan tahunan Tidak ada Ada Neraca Lap. Sumber dan Penggunaan dana LapPerubahan Dana Termanfaatkan Lap. Arus Kas Catatan atas lap. Keuangan

5. 6. 7.

Ada Tidak ada

Laporan Keuangan Neraca Lap. Sumber dan Penggunaan dana zakat Lap. Sumber dan Penggunaan dana Insha Lap. Arus Kas Catatan atas lap. Keuangan

4.3 Perbandingan Kedua Lembaga Amil Terhadap Standar Internasional AAOIFI

Sampai saat ini masih belum ada suatu standar akuntansi keuangan untuk lembaga amil zakat yang dikelola secara mandiri. Yang ada hanyalah standar Internasional AAOIFI (Accounting and Auditing Organization For slamic Financial Institutions) . Namun sejauh ini, standar ini hanya mengatur mengenai perhitungan zakat bagi organisasi perbankan khususnya Bank Syariah, yaitu berapa besarnya zakat yang harus dikeluarkan Bank Syariah terhadap keseluruhan dana yang dikelolanya. Tentu saja standar ini tidak dapat digunakan oleh lembaga amil mandiri, karena secara garis besar lembaga ini mengelola dan mempertanggung jawabkan dana yang dititipkan oleh muzakki kepada yang berhak menerimanya. Kedua lembaga ini tentu saja tidak dikenakan zakat, karena lembaga mandiri ini termasuk golongan asnaf yang berhak menerima zakat (Amil) dimana 1/8 bagian dari zakat yang diperoleh merupakan hak Amil yang akan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pengumpulan zakat, infaq dan shodaqoh.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bab ini memuat kesimpulan terhadap analisis komparasi yang telah dilakukan, sekaligus memberikan saran atau rekomendasi kepada pihak yang terkait.

5.1

KESIMPULAN 1. Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental. Zakat bukan sekedar kebaikan hati orang kaya terhadap orang miskin, melainkan zakat adalah hak Tuhan dan hak orang miskin yang terdapat dalam harta si kaya. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, zakat tidak hanya dimaknai secara teologis (ibadah) tetapi juga dimaknai secara sosial-ekonomi, yaitu sebagai mekanisme distribusi kekayaan. Dengan kata lain, zakat merupakan faktor utama dalam pemerataan harta benda dikalangan umat Islam. 2. Terdapat perbedaan pengelolaan dana pada kedua lembaga amil ini, dimana LAZ PT. SP hanya mengelola dana yang berasal dari 2 pos penerimaan, yaitu dari Zakat Internal, dan dari Infaq dan Shodaqoh karyawan PT. Semen Padang, sehingga proses pendistribusian zakat seringkali hanya terbatas pada kebutuhan konsumtif saja. Sedangkan LAZIS UII memiliki 4 pos penerimaan yang berasal dari dana Zakat Internal dan Eksternal, dana Infaq dan Shodaqoh, Dana Operasional, dan Dana Jasa Giro. Dana yang disalurkan tidak hanya berupa dana konsumtif tetapi juga dana produktif sekaligus pembinaan dari LAZIS UII sehingga memacu mustahiq untuk mau berusaha mengembangkan usahanya. 3. Pengakuan akuntansi terhadap dana zakat yang dilakukan oleh LAZIS PT. Semen Padang dan LAZ UII dilakukan berdasarkan nilai dasar tunai (Cash basis) dimana pencatatan dilakukan pada saat kas diterima dan pada saat kas dikeluarkan.

Pengukuran dana zakat yang dikumpulkan oleh LAZIS PT. Semen Padang dan LAZ UII didasarkan atas ketentuan syariah yang mengatur mengenai perhitungan nishab zakat, menggunakan perhitungan zakat profesi yang berupa uang atau gaji sebesar 2,5 % dari gaji kotor karyawannya. Pengungkapan dilakukan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan yang menjelaskan mengenai kebijakan akuntansi dan prosedur yang diterapkan manajemen amil sehingga memperoleh angkaangka dalam laporan keuangan. Dan untuk Penyajian laporan keuangannya antara LAZ PT. SP dengan LAZIS UII tidak jauh berbeda, dimana laporan keuangannya terdiri dari: Neraca, Laporan Penerimaan dan Penggunaan Dana, Laporan Dana Termanfaatkan, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Namun LAZ PT. SP tidak membuat Laporan Dana Termanfaatkan. 4. Bentuk pertanggungjawaban keuangan lembaga amil belum bisa diseragamkan karena sampai saat ini belum ada suatu standar akuntansi untuk lembaga amil zakat yang dikelola oleh lembaga mandiri. Proses pencatatan transaksi yang dilakukan masih dilakukan secara manual, ini disebabkan belum adanya software yang cocok dengan akuntansi zakat 5. Laporan keuangan tahunan LAZ PT. SP sudah diaudit oleh auditor independent setiap tahunnya, sehingga sejauh ini berdasarkan hasil audit yang dilakukan akuntan publik, laporan keuangan yang dibuat oleh LAZ PT Semen Padang, telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan LAZIS UII sampai saat ini belum melakukan audit oleh audit independent. Selama ini audit masih dilakukan oleh Divisi II yang mengatur masalah administrasi keuangan.

6. Kelemahan LAZ PT. Semen Padang terletak pada struktur organisasinya dimana masih terdapat penggandaan fungsi organisasi selain itu lembaga ini belum memiliki divisi penyaluran yang berfungsi untuk memastikan apakah dana benarbenar disalurkan kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan syari'ah, prioritas dan kebijakan lembaga. Pendistribusian dana masih bersifat konsumtif, siklus akuntansi yang terlalu rumit dan panjang dan sampai saat ini masih menerima penerimaan berupa bunga (Riba) dari bank yang sangat bertentangan dengan prinsip Syariah. Kelebihannya adalah sebagai bagian dari penerapan prinsip transparansinya, laporan keuangan lembaga ini sudah diaudit oleh auditor Independent. Kelebihan LAZIS UII ada pada pembagian divisi pada struktur organisasi yang jelas dan tegas, distribusi dana yang didominasi oleh dana produktif bukan hanya dana konsumtif, dan siklus akuntansi yang tidak rumit. Sedangkan kelemahan LAZIS UII terletak pada belum dilakukannya audit eksternal oleh auditor Independent sehingga akuntabilitas laporan keuangannya masih dapat dipertanyakan. 5.2. SARAN 1. Lembaga amil yang berfokus pada aktivitas pengembangan umat, membutuhkan tenaga akuntansi yang handal dan terampil sebagai media dalam penilaian profesionalitas dan akuntabilitas lembaga amil bukan hanya dalam pelaksanaan tugas pencatatan sehari-hari, tetapi juga dalam proses pengembangan lembaga supaya mampu mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan sembari meningkatkan perekonomian umat melalui lembaga amil zakat seperti LAZ PT. SP dan LAZIS UII. Oleh karena itu perlu kiranya diadakan suatu pelatihan bagi

para tenaga keuangan atau akuntansi dijajaran kepengurusan lembaga amil, bahkan bukan tidak mungkin bagi lembaga amil melakukan perekrutan sumber daya baru dari luar agar tercipta berbagai inovasi dan perbaikan sistem yang telah ada sebelumnya. 2. Standar akuntansi zakat mutlak diperlukan karena standar akuntansi menjadi kunci sukses Lembaga Pengelolaan Zakat dalam melayani masyarakat di sekitarnya sehingga, lembaga ini harus dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam. Akuntabilitas organisasi pengelola zakat ditunjukkan dengan laporan keuangan serta audit terhadap laporan keuangan tersebut. Lembaga zakat harus menggunakan sistem pembukuan yang benar dan siap diaudit akuntan publik, sehingga sebaiknya IAI sebagai lembaga akuntan Indonesia membuat suatu standar akuntansi untuk lembaga amil yang dikelola secara mandiri. 3. Pengadaan perangkat lunak (software) akuntansi, bisa dijadikan salah satu pertimbangan dalam melaksanakan tugas-tugas lembaga amil. Software ini memudahkan pekerjaan bagian akuntansi dalam mencatat setiap transaksi yang terjadi. Dengan adanya bantuan software akuntansi zakat maka informasi mengenai posisi keuangan lembaga amil dapat dihasilkan dengan cepat. 4. LAZ PT. Semen Padang sebagai lembaga amil yang selama ini telah dipercaya untuk mengelola dana Zakat, Infaq dan Shodaqoh khususnya dari para karyawan PT. Semen Padang sebaiknya mulai melakukan perombakan struktur organisasi yang lebih efektif dan efisien sehingga tidak lagi muncul penggandaan fungsi organisasi seperti yang selama ini terjadi. Kemudian membuat suatu divisi

penyaluran bantuan yang berfungsi khusus untuk mengurus masalah pengelolaan penyaluran dana dari Laz PT. SP kepada para mustahiq. Mengingat jumlah dana zakat dan Insha yang selama ini cukup banyak terkumpul, lembaga ini sebaiknya mulai memberikan bantuan produktif dan pembinaan terhadap para mustahiq maupun suatu desa sesuai dengan potensinya sehingga bantuan yang disalurkan tidak hanya selalu berupa dana konsumtif. Siklus akuntansi yang dipakai lembaga ini juga sebaiknya mulai dirubah, karena selama ini dinilai terlalu rumit dan panjang. Sebaiknya LAZ PT. SP mulai menggunakan sistem seperti yang diterapkan LAZIS UII yaitu dengan menggunakan dokumen-dokumen berupa Bukti Pembayaran atau Bukti Penerimaan sehingga memudahkan bagian akuntansi dalam proses pembukuan dan pengauditan. 5. Untuk LAZIS UIII akan lebih baik lagi apabila lembaga ini mulai melakukan pemeriksaan oleh auditor independent sebagai bagian dari penerapan prinsip transparansi dan untuk menilai akuntabilitas dan kewajaran laporan keuangan yang telah dibuat.

TABEL 2.2 CONTOH BUKU HARIAN KAS DANA ZAKAT DAN DANA SHODAQOH

Tgl

Akun yang Didebet Fakir Miskin Muallaf

Dana Zakat Budak Hutang Amil Fi Sabilillah Ibnu Sabil Mesjid

Dana Shodaqah Bea Siswa Lain - Lainnya

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, (1995:32)

TABEL 2.3 CONTOH BUKU BESAR KAS UNTUK DANA ZAKAT DAN DANA SHODAQAH

Tanggal

Keterangan Zakat

Debet Shodaqah Zakat

Kredit Shodaqah Zakat

Saldo Shodaqah

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya (1995:32)

GAMBAR 2.2 CONTOH LAPORAN KEUANGAN DANA ZAKAT


Yayasan Amanah Neraca Dana Zakat ( Rp. 000 ) per 31 Desember 1993 Zakat Khusus AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Bank Persediaan Biaya Dibayar Dimuka Perlengkapan Kantor Total Aktiva Lancar Aktiva Tetap Tanah Bangunan Total Aktiva Tetap TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN DAN SALDO DANA ZAKAT Hutang Hutang Lancar Hutang Gaji TOTAL HUTANG Saldo Dana TOTAL KEWAJIBAN DAN SALDO DANA Zakat Lainnya Infaq Total Dana Zakat

250 525 775 0 775

1.520 2.220 275 350 4.365 285.000 478.000 763.000 767.365

720 11.100 11.820 0 11.820

2.490 13.845 275 350 16.960 285.000 478.000 763.000 779.960

498 498 277 775

750 1.450 2.200 765.165 767.365

250 250 11.570 11.820

1.498 1.450 2.948 777.012 779.960

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya (1995:32)

GAMBAR 2.3 CONTOH LAPORAN KEUANGAN DANA ZAKAT


Yayasan Amanah Laporan Penerimaan, Pengeluaran dan Perubahan Dalam Dana zakt Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Desember 1993

Zakat Khusus Total Penerimaan Pengeluaran Fakir Dan Miskin Gaji dan Upah Muallaf Ghorimin Fi Sabilillah Ibnu Sabil Biaya Kantor Peralatan Kantor Perlengkapan Kantor Bea Siswa Pembangunan Mesjid Total Pengeluaran surplus ( Defisit ) Transfer dari Dana Sdq Saldo Awal Dana Zakat Saldo Akhir Dana Zakat 130.700 30.000 17.475 1.250 25.830 82.825 1.030 8.750 1.450 925 169.535 (38.835) 2.100 801.900 765.165

Zakat Lainnya 5.000 5.000 5.000 277 277

Infaq 90.250 55.000 24.500 79.500 10.750 820 11.570

Total Dana Zakat 225.950 35.000 17.475 1.250 25.830 82.825 1.030 8.750 1.450 925 55.000 24.500 254.035 (28.085) 2.100 802.997 777.012

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya (1995:32)

GAMBAR 2.5 CONTOH LAPORAN KEUANGAN DANA SHODAQOH


Yayasan Amanah Neraca Dana Shodaqoh ( Rp. 000) per 31 Desember 1993

AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Bank Persediaan Biaya Dibayar Dimuka Total Aktiva Lancar Aktiva Tetap Kendaraan Total Aktiva Tetap TOTAL AKTIVA KEWAJIBAN DAN SALDO DANA SHODAQOH Hutang Hutang Lancar Total Hutang Saldo Dana Shodaqoh TOTAL KEWAJIBAN DAN SALDO DANA SHODAQOH

2.290 2.095 1.235 5.620

24.500 24.500 30.120

525 525 29.595 30.120

Catatan :

Banyaknya kolom dalam laporan keuangan untuk dana zakat ini sangat tergatung pada adatidaknya subsidi tertentu yang harus dilaporkan secara terpisah sebagaimana yang tampak pada laporan keuamgan beberapa responden dalam riset penulis.

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, (1995:32)

GAMBAR 2.6 CONTOH LAPORAN PENERIMAAN, PENGELUARAN DAN PERUBAHAN DALAM DANA SHODAQOH UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR PADA 31 DESEMBER 1993
Yayasan Amanah Laporan Penerimaan , Pengeluaran dan Perubahan Dalam Dana Shodaqoh Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Desember 1993 PENERIMAAN Sumbangan - Muslim Sumbangan - Umum Bunga Bank Penghasilan Deviden TOTAL PENERIMAAN PENGELUARAN Fisabilillah Publikasi Bea Siswa Biaya Umum Lainnya TOTAL PENGELUARAN SURPLUS ( DEFISIT ) Transfer ke Dana Shodaqoh Saldo Awal Dana Shodaqoh Saldo Akhir Dana Shodaqoh

65.295 29.475 112 388 95.270 24.500 125 42.310 1.695 68.630 26.640 2.100 24.540 5.055 29.595

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, (1995:32)

GAMBAR 2.7 CONTOH NERACA KOMPREHENSIF YAYASAN AMANAH


Yayasan Amanah Neraca Komparatif ( Rp. 000 ) per 31 Desember 1992 dan 1993

Dana shodaqah AKTIVA Aktiva Lancar Kas dan Bank Persediaan Biaya Dibayar Dimuka Perlengkapan kantor Total Aktiva Lancar Aktiva Tetap Kendaraan Tanah Bangunan Total Aktiva Tetap TOTAL AKTIVA

31 Desember 1993 Zakat Zakat khusus Lainnya

Infaq

Total Dana

31 Desember 1992 Dana Seluruh Dana Shodaqah

2.290 2.095 1.235 5.625 24.500 24.500 30.120

250 525 775 0 775

1.520 2.220 275 350 4.365 285.000 478.000 763.000 767.365

720 11.100 11.820 0 11.820

4.780 15.940 1.510 350 22.580 24.500 285.000 478.000 787.500 810.080

2.800 2.830 625 6.255 0 6.255

3.802 15.545 14.220 12.885 46.452 285.000 478.000 763.000 809.452

KEWAJIBAN DAN SALDO DANA ZAKAT Hutang Hutang Lancar 525 Hutang Gaji Total Hutang 525 29.595 Saldo Dana TOTAL KEWAJIBAN DAN SALDO DANA 30.120

498 498 277 775

750 1.450 2.200 765.165 767.365

250 250 11.570 11.820

2.023 1.450 3.473 806.607 810.080

1.200 1.200 5.055 6.255

1.200 200 1.400 808.052 809.452

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh :

Pembukuan dan Pelaporannya, (1995:32)

GAMBAR 2.8 CONTOH LAPORAN PENERIMAAN, PENGELUARAN DAN PERUBAHAN DANA YAYASAN AMANAH
Yayasan Amanah Laporan Penerimaan , Pengeluaran Dan Perubahan Dalam Dana Zakat Untuk Peride yang Berakhir pada 31 Desember 1992 dan 1993 31 Desember 1993 Zakat Zakat Khusus Lainnya 5.000 5.000 5.000 130.700 130.700 30.000 17.475 1.250 25.830 82.825 1.030 8.750 31 Desember 1992 Dana Seluruh Shodaqah Dana 35.145 28.000 87 400 63.632 19.475 265.530 28.000 87 400 294.017 21.600 14.500 950 755 116.475 925 470

Dana Shodaqah PENERIMAAN Sumbangan - Muslim Sumbangan - Umum Bunga Bank Penghasilan Deviden TOTAL PENERIMAAN PENGELUARAN Fakir dan Miskin Gaji dan Upah Muallaf Ghorimin Fi Sabilillah Ibnu Sabil Biaya Kantor 65.295 29.475 112 388 95.270 24.500 -

Infaq

Total Dana 291.245 29.475 112 388 321.220 35.000 17.475 1.250 25.830 107.825 1.030 8.750

90.250 90.250 -

Peralatan Kantor Perlengkapan Kantor Bea Siswa Pembangunan Mesjid Publikasi Biaya Umum Lainnya TOTAL PENGELUARAN SURPLUS ( DEFISIT ) Transfer Antar Dana SALDO AWAL DANA SALDO AKHIR DANA

42.310 125 1.695 68.630 26.640 (2.100) 5.055 29.595

5.000 0 277 277

1.450 925 169.535 (38.835) 2.100 801.900 765.165

55.000 24.500 125 79.500 10.750 820 11.570

1.450 925 97.310 24.500 252 1.695 322.665 (1.445) 802.997 806.607

35.950 225 460 56.110 7.522 (3.500) 1.033 5.055

1.125 835 78.900 19.525 225 460 256.745 37.272 770.780 808.052

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, 1995:32)

GAMBAR 2.9 CONTOH LAPORAN PERUBAHAN POSISI KEUANGAN ORGANISASI ZIS


Yayasan Amanah Laporan Perubahan Posisi Keuangan Untuk Periode yang Berakhir pada 31 Desember 1992 dan 1993 31 Desember 1993 Dana Zakat Zakat Infaq Total Dana Shodaqoh Khusus Lainnya ARUS KAS DARI KEGIATAN OPERASI Surplus ( Defisit ) ( Kenaikan ) Penurunan dalam : Persediaan Biaya Dibaya Dimuka Perlengkapan Kantor ( Kenaikan ) Penurunan dalam : Hutang Dagang Hutang Gaji Kas Netto Dari Keg. Operasi ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI Pembelian Aktiva Tetap KAS YANG DIGUNAKAN DALAM KEG. INVESTASI ARUS KAS DARI KEGIATAN INVESTASI Transfer Antar Dana

31 Desember 1992 Dana Seluruh Shodaqoh Dana

26.640 735 (610) (675) 26.090

0 (548) 498 (50)

(38.835) 9.898 13.220 12.535 750 1.250 1.082

10.750 (10.480) 250 520

(1.445) (395) 12.710 12.353 823 1.250 25.478

7.522 (380) 515 828 8.485

37.272 (4.650) 3.950 (6.535) 2.090 (2.405) 29.722

24.500 24.500

24.500 24.500

16.800 16.800

(2.100)

2.100

(3.500)

Kenaikan ( Penurunan ) Kas Saldo Awal Kas SALDO AKHIR KAS

(510) 2.800 2.290

(50) 300 250

1.018 502 1.520

520 200 720

978 3.802 4.780

4.985 725 5.710

12.922 2.760 15.682

Sumber : Diadaptasi dari Anis Basalamah . Akuntansi Zakat, Infaq dan Shodaqoh : Pembukuan dan Pelaporannya, 1995:32)

You might also like