You are on page 1of 23

MAKALAH AUDIT INTERN BANK AUDIT KARTU KREDIT

DISUSUN OLEH : NOETTY AGUSTINA THRESNA MURTI AISYAH MEISHANTY BK 6B SORE

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2011

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Penulisan Seiring dengan perkembangan jaman, penggunaan uang secara

langsung sebagai alat pembayaran yang utama atas suatu transaksi jual beli mulai tergeser dengan dikeluarkannya suatu fasilitas perbankan yang dinamakan kartu kredit. Melalui kartu kredit, pihak pembeli tidak perlu membawa uang tunai untuk melakukan pembayaran dalam suatu transaksi jual beli, sehingga kartu kredit dianggap sebagai alat pembayaran praktis karena mudah untuk dibawa ke mana-mana. Dengan pesatnya penggunaan kartu kredit, banyak terjadi penyalahgunaan terhadap kartu kredit tersebut. Disamping itu, seringkali terjadi bahwa para pihak yang terlibat dalam penggunaan atau penerbitan bahkan pemakaian kartu kredit tidak selamanya melaksanakan prestasinya seperti yang diperjanjikan, baik karena kesengajaan maupun karena seribu satu alasan lainnya. Karena itu, kehadiran sektor hukum yang adil dan tegas untuk menata penggunaan kartu kredit tentu merupakan kebutuhan dunia bisnis yang nyata dalam praktek. Pasalnya, karena tentunya para pihak yang terlibat dalam hubungan dengan kartu kredit ini ingin agar kedudukannya terlindungi secara hukum, dengan hak dan kewajibannya yang masuk akal dan transparan.

B.

Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengertian Kartu Kredit dan istilah-istilah yang berhubungan dengan Kartu Kredit 2. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang Kartu Kredit 3. Analisis risiko yang mungkin terjadi pada Kartu Kredit 4. Pengertian Pengendalian Intern dan Aspek-Aspek

Pengendalian Intern yang dilakukan Bank 5. Tujuan dan Prosedur Audit 6. Kasus Pemalsuan Kartu kredit serta alternatif penyelesaiannya

C.

Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah : 1. Bagi penulis, merupakan bahan perbandingan antara ilmu yang didapat di pendidikan akademis yang bersifat teoritis dengan hal-hal yang bersifat praktek yang diterapkan dalam dunia perbankan. 2. Bagi pembaca, sebagai informasi untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya di bidang perauditan.

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Jenis aktiva produktif yang saat ini marak di Indonesia adalah kartu kredit yang biasanya dikeluarkan oleh bank devisa. Peran bank disini adalah menjembatani antara pembeli dan penjual agar transaksi segera berlangsung secara menguntungkan bagi kedua belah pihak. Untuk memenuhi kepentingan pembeli, bank menerbitkan kartu kredit yang akan dapat digunakan pembeli pada saat membeli barang atau jasa. Dengan demikian, pembeli atau pemegang kartu tidak perlu membawa uang tunai untuk pembayaran melainkan cukup dengan menunjukkan atau menyerahkan kartu kredit miliknya. Agar terbiasa dengan transaksi kartu kredit, auditor harus memahami terlebih dahulu pengertian dari istilah-istilah yang berhubungan dengan kartu kredit. Berikut ini istilah-istilah yang berhubungan dengan kasus kartu kredit yang akan dibahas pada makalah ini antara lain sebagai berikut : 1. Credit card atau kartu kredit adalah uang plastik yang diterbitkan oleh bank dengan nama Visa, Master atau yang lainnya, yang berfungsi sebagai alat bayar pengganti uang tunai.

2. Cardholder adalah pemegang kartu yang namanya tercetak pada kartu dan yang berhak menggunakannya untuk melakukan transaksi. 3. Merchant adalah tempat dimana cardholder (pemegang kartu) dapat melakukan transaksi dengan menggunakan kartu kredit sebagai alat bayar. 4. Card center adalah salah satu pusat laba (profit center) yang menerbitkan dan menangani transaksi kartu kredit seperti VISA, Master, dan lain-lain. 5. Issuer/Issuing Bank (penerbit kartu kredit) merupakan pihak yang menghasilkan atau menunjukkan, menerbitkan atau

mengeluarkan, dan menawarkan kartu kredit untuk diedarkan.

B. Ketentuan Bank Indonesia


Dalam ketentuan Bank Indonesia, dapat dibagi menjadi dua ketentuan antara lain : 1. Ketentuan Umum y Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang kewajiban lapor perkembangan usaha. Dalam Pasal 10 ayat (4), disebutkan bahwa Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang menjalankan usaha di bidang Anjak Piutang, Usaha Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen wajib melaporkan usahanya kepada Menteri Keuangan.

y Surat Edaran nomor SE-6310/M/1990 tanggal 12 September 1990 tentang laporan operasional dan laporan keuangan perusahaan pembiayaan serta tata cara penyampaiannya. y Surat Bank Indonesia nomor 15/1418/UPPB/PBD tentang penggunaan kartu kredit secara domestik dan kewajiban lapor perkembangan usaha. y Surat Bank Indonesia nomor 17/757/UPPB/PBD tentang penggunaan kartu kredit di luar negeri dan kewajiban lapor perkembangan usaha. 2. Ketentuan Intern Pedoman kerja intern bank yang mengatur kartu kredit dan card center, misalnya yang mengatur syarat-syarat dari penerbitan kartu kredit tersebut meliputi antara lain : y Perjanjian kerja sama dengan Visa atau Master Penerbit Kartu Kredit harus merupakan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang telah memperoleh izin dari Card International atau Visa International seperti Master dan Visa Card. Untuk itu, Bank (issuer) harus mengadakan perjanjian kerja sama dengan Visa atau Master karena kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank tersebut berfungsi sebagai alat pembayaran transaksi pada merchant dengan logo Visa Elektron atau transaksi pada mesin ATM dengan logo Plus. y Prosedur permohonan dan analisis kartu kredit Sebelum kartu kredit diterbitkan, penerbit harus menetapkan prosedur dari permohonan kartu kredit tersebut. Penerbit

harus menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pemegang kartu seperti mengisi aplikasi permohonan dilengkapi dengan data pribadi, data pekerjaan, data

penghasilan, dan data-data lainnya. Selanjutnya, penerbit harus memeriksa dan menganalisis apakah syarat-syarat dan ketentuan dari nasabah sudah terpenuhi dan permohonannya dapat disetujui atau tidak. y Ketentuan mengenai jangka waktu, tingkat bunga, dan provisi Sebelum kartu kredit diterbitkan, penerbit (issuer) harus menentukan tingkat bunga yang harus dipenuhi oleh nasabah yang akan membuat kartu kredit tersebut. Penerbit juga harus menentukan jangka waktu berlakunya kartu kredit atau jatuh tempo dari kartu kredit. Keterangan tentang jatuh tempo tersebut berfungsi sebagai petunjuk apakah kartu kredit tersebut masih berlaku atau tidak. Karena apabila sebuah kartu kredit dipergunakan melebih jatuh temponya, maka pihak merchant akan menolaknya untuk melakukan transaksi dengan pemegang kartu yang menggunakan kartu kredit tersebut. y Prosedur penyerahan kartu kredit Penerbit harus memperhatikan dan menentukan bagaimana proses penyerahan kartu kredit tersebut ketika sudah jadi. Penerbit harus mengetahui kurir (pesuruh) mana yang terpercaya dan sering mengantarkan sesuatu tepat waktu ke alamat yang sesuai. Kemudian, Penerbit (bank) akan

mengirimkan kartu kepada pemegang kartu kredit melalui kurir yang ditunjuk dengan suatu perjanjian khusus, pihak kurir akan memberikan bukti penerimaan kartu kepada bagian bank setelah kartu diterima oleh pemegang kartu kredit. y Prosedur penagihan bila bermasalah Penerbit harus memperhatikan dan menentukan bagaimana prosedur penagihan apabila kartu kredit yang diterbitkannya bermasalah di kemudian hari. Penerbit harus memberitahu terlebih dahulu kepada nasabah cardholder tentang prosedur penagihan yang akan digunakannya nanti apabila bermasalah. Penerbit bisa memberikan surat pemberitahuan, surat penagihan hingga tiga kali, dan dilanjutkan surat peringatan sampai tiga kali. Apabila tidak berhasil, penerbit (bank) dapat menggunakan jasa debt collector dengan catatan, yakni tidak memilih menggunakan kekerasan atau intimidasi yang bisa menyebabkan korban di pihak nasabah.

C. Analisis Risiko
Analisis risiko yang mungkin terjadi dalam penggunaan kartu kredit adalah sebagai berikut : 1. Tidak kembalinya dana yang telah dibayarkan kepada merchant atas transaksi yang dilakukan oleh cardholder. Risiko ini timbul karena memang cardholder tidak mampu mengembalikan kredit yang telah dinikmatinya.

2. Kecurangan atau kejahatan baik yang dilakukan oleh karyawan sendiri maupun oleh pihak luar termasuk merchant. 3. Kesalahan pencatatan transaksi yang dapat berakibat

terjadinya kesalahan perhitungan bunga atau bahkan tuntutan dari pihak luar (cardholder atau merchant). 4. Keterlambatan pemrosesan transaksi yang menyebabkan card center harus menanggung beban bunga sementara tagihan kepada cardholder tidak bisa dilakukan segera.

D. Pengendalian Internal
Menurut D. Hartanto, Pengendalian Intern dibedakan ke dalam arti sempit dan luas yaitu : a. Dalam arti sempit, Pengendalian Intern disamakan dengan Internal Check yang merupakan prosedur-prosedur mekanisme untuk memeriksa ketelitian dari data-data administrasi, seperti mencocokkan Vertikal. b. Dalam arti luas, Pengendalian Intern dapat disamakan dengan Manajemen Control , yaitu suatu sistem yang meliputi semua caracara yang digunakan oleh pimpinan perusahaan Dalam untuk penjumlahan Horizontal dengan penjumlahan

mengawasi/mengendalikan

perusahaan.

pengertian

Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi, formulirformulir dan prosedur pembukuan dan laporan (Administrasi), budget dan standart pemeriksaan intern dan sebagainya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Sistem Pengendalian Intern merupakan suatu Sistem yang terdiri dari berbagai macam unsur dengan tujuan untuk melindungi harta benda, meneliti ketetapan dan seberapa jauh dapat dipercayai data akuntansi, mendorong efisien operasi dan menunjang dipatuhinya kebijaksanaan Pimpinan. Sementara, tujuan dari pengendalian internal adalah sebagai berikut : 1. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku (Tujuan Kepatuhan). Tujuan Kepatuhan adalah untuk menjamin bahwa semua kegiatan usaha Bank telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah, otoritas pengawasan Bank maupun kebijakan, ketentuan, dan prosedur intern yang ditetapkan oleh Bank. 2. Tersedianya informasi keuangan dan manajemen yang benar, lengkap dan tepat waktu (Tujuan Informasi). Tujuan Informasi adalah untuk menyediakan laporan yang benar, lengkap, tepat waktu dan relevan yang diperlukan dalam rangka pengambilan keputusan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. 3. Efisiensi dan efektivitas dari kegiatan usaha Bank (Tujuan Operasional).

Tujuan Operasional dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan aset dan sumber daya lainnya dalam rangka melindungi Bank dari risiko kerugian. 4. Meningkatkan efektivitas budaya risiko (risk culture) pada organisasi secara menyeluruh (Tujuan Budaya Risiko). Tujuan Budaya Risiko dimaksudkan untuk mengidentifikasi kelemahan dan menilai penyimpangan secara dini dan menilai kembali kewajaran kebijakan dan prosedur yang ada di Bank secara berkesinambungan.

E. Aspek Pengendalian Intern (Internal Control)


Aspek pengendalian intern sebuah bank dalam penggunaan kartu kredit adalah sebagai berikut : 1. Harus ada kebijakan tertulis yang telah disetujui direksi mengenai transaksi kartu kredit. Kebijakan tersebut paling tidak harus memuat ketentuan mengenai limit pemberi persetujuan, ketentuan mengenai jangka waktu, tingkat bunga dan provisi, dan ketentuan mengenai jaminan. 2. Harus ada pemisahan tugas secara jelas antara petugas yang menganalisis, menyetujui pemberian fasilitas kartu kredit, yang melakukan penagihan, pencatatan transaksi dan

penyimpanan kartu kosong (blank card). 3. Harus ada aparat yang kompeten, mengetahui seluk-beluk kartu kredit, dan mampu memproses transaksi kartu kredit.

4. Harus dilakukan review secara berkala terhadap fasilitas kartu kredit yang sudah diberikan. 5. Blank card dan kartu yang telah selesai diproses tetapi belum dikirimkan kepada cardholder harus disimpan di tempat yang aman dari pencurian dan kebakaran (misalnya di dalam vault).

F. Tujuan dan Prosedur Audit


Mengingat jenis dan kapasitas transaksi yang ditangani, transaksi kartu kredit pada card center dapat diperlakukan sebagai sebuah bank. Oleh karena itu, sebagian besar dari transaksi card center dapat diperiksa dengan menggunakan prosedur pemeriksaan bank. Sedangkan prosedur pemeriksaan yang dituangkan disini hanya menyangkut transaksi khusus card center. Berikut ini adalah tujuan dan prosedur dari audit : a. Untuk memastikan adanya sistem dan prosedur yang efektif untuk transaksi kartu kredit. Pertama, lakukan evaluasi terhadap sistem dan prosedur yang ada dan perhatikan kekuatan dan kelemahannya. Lalu buat catatan mengenai perubahan yang diperlukan. Auditor dapat melakukan analisis di lapangan dengan melihat alur pelaksanaan kerja, menentukan titik kritis dan bagaimana unit kerja menutup titik kritis tersebut. Selanjutnya, buatlah perbandingan juga dengan Pedoman Prosedur Kerja yang berlaku. Kedua, lakukan review terhadap kebijakan kartu kredit yang telah disahkan oleh direksi khususnya mengenai limit, jangka waktu,

tingkat bunga, hadiah, dan sebagainya. Review ini diperlukan untuk meninjau apakah limit cukup wajar diputuskan oleh level manajemen tertentu, apakah perlu ditarik ke level lebih tinggi atau sebaliknya. Untuk itu, perlu dinilai apakah pelayanan dan keamanan berjalan wajar dan lancar. Selanjutnya, perlu dilakukan review tingkat bunga untuk membandingkan tingkat bunga dengan perhitungan biaya dana untuk mengetahui apakah tingkat bunga kreditnya cukup wajar. Dan perhatikan pula cara perhitungan bunga yang dilakukan oleh card center dan mengukur apakah perhitungan dan cara pemberian hadiah memberikan kontribusi positif atau hanya sekedar meningkatkan biaya saja. b. Untuk menyakinkan kebenaran informasi mengenai kewajiban masing-masing pemegang kartu. Langkah pertama, perlu dilakukan adanya pengamanan terhadap seluruh informasi yang mengenai cardholder khususnya daftar tagihan cardholder, jaminan, buku besar, dan buku pembantu pada awal pemeriksaan. Selanjutnya, dilakukan adanya

rekonsiliasi antara neraca percobaan dengan masing-masing buku besar dan sub buku besar serta billing statement masingmasing cardholder. Langkah berikutnya adalah dengan memilih sejumlah sampel dari neraca percobaan. Walaupun biasanya auditor menggunakan judgement sampling, tapi untuk mendapatkan sampel

representative digunakan statistical sampling. Setelah itu, auditor

harus mengirimkan konfirmasi langsung kepada cardholder yang telah dipilih dengan statistical sampling. Dan dilakukan juga konfirmasi untuk seluruh tagihan cardholder yang masuk kategori bermasalah. c. Untuk melihat sejauh mana perhatian manajemen terhadap kartu kredit bermasalah. Tahap pertama, lakukan review terhadap seluruh fasilitas kartu kredit yang tergolong bermasalah dengan meminta dan meneliti laporan-laporan yang dibuat oleh card center terhadap

permasalahan ini yang biasanya disampaikan ke manajemen. Kemudian bandingkan laporan tersebut dengan kondisinya oleh auditor dan lakukan penilaian apakah review berjalan baik atau tidak. Pada waktu melakukan review, auditor harus sudah memahami ketentuan mengenai kebijakan kartu kredit khususnya tentang limit komite kredit, tingkat bunga yang berlaku, dan ketentuanketentuan lainnya. Auditor harus melakukan identifikasi atas masalah-masalah utama yang muncul, misalnya apakah masalah ini mucul karena itikad buruk cardholder, kejahatan, kecerobohan atau ketidakmampuan menangani petugas card center dalam menangani masalah. Dari review tersebut, dapat dinilai lebih jauh apakah card center mematuhi kebijakan kartu kredit yang ditetapkan oleh direksi bank. d. Untuk mengetahui bahwa seluruh fasilitas kartu kredit dilengkapi dengan dokumentasi yang memperkuat posisi bank.

Auditor harus memeriksa kelengkapan dokumentasi kartu kredit seperti formulir aplikasi, persetujuan cardholder, tanda terima kartu, data pribadi cardholder dll. Auditor juga harus memastikan bahwa seluruh dokumen tersebut telah dilengkapi dengan benar seperti data pribadi cardholder, data penghasilan dan kewajiban lainnya, jaminan serta tanda tangan. e. Untuk menyakinkan bahwa fasilitas kartu kredit yang diberikan dilindungi oleh jaminan yang memadai. Auditor harus melakukan verifikasi terhadap seluruh jaminan yang ada. Jika perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fisik jaminan dan membandingkan hasilnya dengan catatan yang ada. f. Untuk menyakinkan bahwa keputusan pemberian fasilitas kartu kredit didasarkan pada informasi yang memadai dan dapat diandalkan. Dengan menggunakan seluruh sampel cardholder dan cardholder yang masuk klasifikasi, auditor dapat meminta file kredit dan melakukan review terhadap kelengkapan dan kebenaran file tersebut. File kredit paling tidak harus berisi formulir aplikasi, persetujuan cardholder, analisis ekonomis, dan seluruh

memorandum mengenai kartu kredit tersebut. Selain itu, auditor dapat membandingkan limit kredit yang diberikan dengan wewenang anggota komite kredit dan juga membandingkan nilai jaminan dengan limit kredit yang diberikan tadi. g. Untuk menyakinkan bahwa pemberian fasilitas kartu kredit sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku.

Dengan

menggunakan sampel

sebelumnya,

auditor

dapat

melakukan review terhadap proses pemberian fasilitas kartu kredit. Auditor harus memperhatikan apakah pemberian fasilitas kartu kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku seperti usia minimum dan penghasilan minimum, calon cardholder tidak termasuk daftar hitam, dll. Pada waktu melakukan review, pemeriksa harus sudah memahami ketentuan dan kebijakan kartu kredit khususnya tentang limit komite kredit dan ketentuan lainnya. h. Untuk memastikan bahwa penyerahan kartu kredit kepada pemegang kartu memperhatikan aspek kontrol. Melalui observasi dan wawancara, auditor harus memastikan bahwa kartu yang akan diserahkan tersimpan di dalam amlop tertutup yang juga berisi tempat kartu, cadholder agreement dan PIN (personal identification number). Auditor juga harus memeriksa bahwa setiap kartu yang diserahkan dilengkapi dengan tanda terima yang ditandatangani oleh cardholder dan memeriksa apakah pengiriman kartu yang menggunakan jasa kurir dilengkapi dengan tanda bukti pengiriman. i. Untuk memastikan bahwa pengadaan dan penatausahaan kartu dilaksanakan dengan memperhatikan aspek pengendalian. Auditor dapat memastikan bahwa pengadaan dan penyimpanan kartu dilakukan oleh bagian umum dan disimpan di dalam vault. Sedangkan penatausahaannya dilakukan oleh petugas atau bagian lain yang ditunjuk oleh manajer card center. Dan harus dipastikan

bahwa setiap pengeluaran kartu harus dengan persetujuan manajer operasi dan manajemen risiko. j. Untuk memastikan bahwa penunjukan merchant dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dilengkapi dengan dokumen yang memadai. Auditor harus memilih sejumlah sampel dari seluruh merchant yang ada. Lalu dilakukan penelitian untuk memastikan bahwa seluruh sampel merchant tersebut tidak masuk dalam daftar hitam. Selanjutnya, dilakukan review terhadap file masing-masing merchant mengenai kelengkapan dan kebenarannya. File

merchant paling tidak harus berisi merchant agreement, SIUP, fotokopi KTP, nomor rekening, dan lain-lain. k. Untuk memastikan bahwa pembukuan setiap transaksi kartu kredit didasarkan pada bukti-bukti yang lengkap dan dapat diandalkan. Auditor harus memilih sejumlah sampel bukti transaksi (sales draft, deposit transmittal, credit voucher, dan cash disbursement) dan periksa kelengkapan dan kebenaran pengisiannya.

Selanjutnya, dilakukan observasi dan wawancara dan pastikan bahwa sebelum membukukan transaksi dan melakukan

pembayaran kepada merchant, petugas melakukan pemeriksaan secara teliti terhadap seluruh bukti transaksi. Apabila terdapat ketidaklengkapan persyaratan, petugas harus menolak untuk melakukan pembayaran.

l. Untuk memastikan bahwa setiap pembayaran pemegang kartu dibukukan pada rekening yang benar pada waktu yang tepat. Pertama, auditor harus memilih sejumlah sampel kembali dari seluruh pembayaran yang dilakukan cardholder. Selanjutnya, memeriksa kebenaran dan kelengkapan pengisian slip setoran khususnya mengenai nama cardholder, nomor kartu, dan jumlah pembayaran. Kemudian, menelusuri setiap pembayaran yang dilakukan ke masing-masing rekening untuk memastikan bahwa pembayaran dibukukan ke rekening yang benar dan pada waktu yang tepat. Tahap yang terakhir adalah memeriksa setiap pendebetan Rekening Penampungan Setoran Cardholder untuk memastikan bahwa setiap pendebetan dibukukan pada rekening yang sesuai. m. Untuk memastikan bahwa terhadap seluruh tagihan pemegang kartu telah dibentuk cadangan penghapusan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Auditor dapat meminta hasil perhitungan bad debt ratio dan cadangan penghapusan tagihan kartu kredit yang telah dilakukan. Lalu, dapat dilakukan pengujian terhadap perhitungan tersebut. Klasifikasi tagihan harus diperhatikan kebenarannya apakah telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia atau tidak. Jika ada proses perhitungan yang tidak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, harus dibuat daftar untuk disampaikan terhadap hasil perhitungan yang dibuat card center.Dan hasil daftar perhitungan harus diserahkan kepada card center untuk meminta konfirmasi.

STUDI KASUS KARTU KREDIT

Bapak Rizal merupakan nasabah bank X dimana dia menjadi korban dari kasus pemalsuan kartu kredit. Memang pada awalnya, Bapak Rizal ditawarkan kartu kredit via telepon tetapi bapak Rizal menolak tawaran kartu kredit tersebut. Kemudian, pihak bank X menawarkan kembali kartu kredit tersebut via sms dan Bapak Rizal menolak kembali tawaran tersebut. Dari situ, timbul lah niat nakal pada oknum tertentu Bank X dengan cara memalsukan kartu kredit atas nama Bapak Rizal dan

menggunakannya hingga overlimit pada bulan kedua. Karena hal itu, pada akhir bulan kedua debt collector Bank X mendatangi rumah Bapak Rizal. Pada saat itu juga, Bapak Rizal terkejut dan membantah keras tentang apa yang dituduhkan kepadanya.

ANALISIS KASUS

Dari kasus ini, ketika debt collector mendatangi Bapak Rizal dimana Bapak Rizal terkejut karena dia tidak pernah mengiyakan tawaran kartu kredit tersebut, auditor melakukan tanya jawab dengan Bapak Rizal mengenai kartu kredit atas namanya. Selanjutnya, auditor mencari dan mengumpulkan informasi

mengenai kasus tersebut. Dari situ, diketahui adanya kerjasama antara pihak outsourcing, telemarketing, dan kurir pada Bank X. Dimana, telemarketing bertindak sebagai informan tentang data-data nasabah juga sebagai marketer yang menawarkan produk tersebut. Kemudian, dia mengisi form aplikasi kartu kredit tersebut atas nama Bapak Rizal disertai tanda tangan palsu dan langsung diproses lah kartu kredit tersebut oleh Outsourcing. Outsourcing dan

telemarketing langsung menyuruh kurir untuk berpura-pura mengantarkan kartu kredit tersebut kepada Bapak Rizal yang faktanya kartu tersebut digunakan oleh pihak kurir itu sendiri.

Dari kasus di atas, setelah audit melakukan verifikasi dan pemeriksaan, diperoleh kesimpulan bahwa ada 3 orang yang terlibat dalam kasus tersebut, antara lain pihak outsourcing, telemarketing atau marketer, dan kurir. Outsourcing bertugas sebagai pencatat data transaksi-transaksi nasabah dan memasukkan serta memproses data nasabah kartu kredit tersebut. Sementara, telemarketing disini bertindak sebagai informan tentang data-data nasabah juga sebagai

marketer yang menawarkan produk tersebut. Kemudian, pihak marketer mengisi form aplikasi kartu kredit tersebut atas nama Bapak Rizal disertai tanda tangan palsu. Selanjutnya, pihak terakhir yang terlibat adalah kurir (pesuruh). Dalam kasus ini, kurir merupakan pihak yang menggunakan kartu kredit palsu tersebut untuk melakukan transaksi pembelian.

Setelah diperoleh tiga pelaku dari kasus ini, kemudian ditetapkan sanksi-sanksi apa saja yang diberikan kepada mereka. Sanksi tersebut antara lain, Pihak outsourcing, telemarketing kartu kredit, dan kurir Bank X dipecat. Kemudian kasus tersebut diproses dan diserahkan kepada Polisi. Selain itu, pihak Bank juga menyita barang barang hasil transaksi pembelian yang dilakukan dengan

menggunakan kartu kredit tersebut.

PENUTUP

Dalam setiap Bank harus ada kebijakan tertulis yang disetujui oleh direksi mengenai transaksi kartu kredit. Dan sebaiknya dalam pembuatan kartu kredit harus ada jaminan agar dapat meminimalisir risiko tidak kembalinya dana atas transaksi yang dilakukan cardholder. Bank harus melakukan pembagian tugas secara jelas dan menentukan karyawan yang berkompeten yang mengetahui seluk beluk kartu kredit. Sehingga mencegah timbulnya kecurangan atau kejahatan yang dilakukan baik karyawan bank itu sendiri maupun merchant. Selain itu, Pihak audit harus melakukan pengawasan secara berkala dan sesuai prosedur, sehingga mencegah timbulnya kejahatan.

DAFTAR PUSTAKA

Tawaf, Tjukria P. 1997. Audit Intern Bank. Jakarta: Salemba Empat http://www.scribd.com/doc/11320626/-DefinisiPengendalian-Internal www.bi.go.id/biweb/utama/peraturan/lampiran-se-52203dpnp.pdf http://justice-for-indonesia.blogspot.com/ http://www.scribd.com/doc/22370900/Paper-TentangKartu-Kredit

You might also like