You are on page 1of 5

SEJARAH RINGKAS NABI MUHAMMAD SAW SEJAK LAHIR SAMPAI WAFAT Nabi Muhammad SAW lahir di kota Makkah

h dalam keadaan yatim, pada hari Senin 12 Robiul Awwal tahun Gajah (20 April 571 M), yaitu 2 bulan sebelum Abdulloh ayahnya meninggal dunia ketika pulang dagang dari negri Syam. Ayahnya hanya mewariskan 5 ekor unta dan seorang budak Ummu Aiman. Disebut tahun gajah karena bersamaan dengan datangnya pasukan Nasroni dengan menunggang gajah yang dipimpin oleh Abrahah, gubernur Abbesinia yang berkuasa di Yaman. Mereka datang ke Makkah untuk menghancurkan Kabah. Silsilah Nabi Muhammad SAW. Dari ayah : Nabi Muhammad SAW bin Abdulloh bin Abdul Mutollib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoi bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luai bin Gholib bin Fihr (Quroisy) bin Malik bin Nadhir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhor bin Nizar bin Maad bin Adnan (keturunan Nabi Ismail AS). Silsilah dari ibu : Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhroh bin Kilab bin Murroh. Silsilah ibu dan ayah Nabi SAW bertemu pada Kilab bin Murroh. Usia balita. Sesuai kebiasaan waktu itu di kota Makkah setiap bayi yang baru lahir dititipkan ke sebuah dusun untuk mencegah penyakit kota, maka Nabi SAW diserahkan kepada seorang wanita dusun yang bernama Halimatus Sadiyah dari Bani Saad (suku Hawazin) untuk disusui dan diasuh selama 5 tahun. Kemudian diasuh Ibunya Aminah dari Bani Zuhroh sekitar 2 tahun. Di usia 6 tahun ibunya meninggal. Maka diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib yang sudah berusia 80 tahun. Dan 2 tahun kemudian kakeknya meninggal, lalu beliau SAW diasuh oleh pamannya Abu Tholib. Usia 12 Tahun. Nabi Muhammad SAW ikut dengan pamannya Abu Tholib berdagang ke negri Syam. Ketika sampai di kota Bushro, di selatan Syam, mereka bertemu dengan pendeta Nasrani yang bernama Bukhoiro. Ia melihat pada diri Muhammad SAW ada tanda-tanda kenabian, sesuai yang tersebut dalam kitab sucinya. Maka ia menasihati Abu Tholib agar waspada dan lebih menjaga Nabi Muhammad SAW. Karena jika umat Yahudi mengetahui tanda-tanda kenabian Muhammad SAW, mereka akan berbuat jahat kepadanya. Maka Abu Tholib segera membawanya pulang ke Makkah. Usia 15-16 tahun. Terjadi perang suku Quroisy dan Qois di Makkah pada bulan Zulqodah. Yang disebut dengan Harbul Fijar (perang yang merusak kesucian), yaitu kesucian Makkah dan kesucian bulan Zulqodah. Nabi Muhammad SAW turut aktif dalam perang ini membantu para pamannya. Usia 17-24 Tahun. Nabi Muhammad SAW hidup mandiri, mengingat pamannya Abu Tholib sudah tua. Beliau memberikan hasil usaha dari menggembala kambing kepada pamannya. Dan karena kejujurannya beliau dipercaya oleh seorang janda kaya yang bernama Khodijah untuk membawa barang dagangan ke negri Syam. Dalam perjalanan beliau ditemani seorang budak wanita Maisaroh. Budak itu selalu memperhatikan prilaku Nabi Muhammad SAW sangat santun selama berdagang. Sehingga sesampainya di Makkah diceritakanlah kesantunan Nabi SAW kepada Khodijah. Karena kagum atas budi pekertinya, maka Khodijah jatuh cinta kepada Nabi Muhammad SAW. Usia 25 Tahun. Nabi Muhammad SAW dilamar oleh Siti Khodijah binti Khuwailid yang berusia 40 tahun, ia adalah seorang putri bangsawan, dermawan dan sangat solehah, sehingga kaum Quroisy memberi gelar at-Thohiroh (wanita yang suci). Sebelumnya ia menikah dengan bangsawan Quroisy Abu Halah. Setelah menjanda ia sering dilamar para tokoh Quroisy, namun selalu ditolak. Akhirnya melalui utusannya ia melamar Nabi Muhammad SAW. Setelah kedua pihak setuju maka mereka melangsungkan pernikahan. Kemudian setelah 25 tahun berkeluarga, Siti Khodijah wafat. Usia 35 Tahun. Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi hakim untuk mencegah peperangan di Makkah yang disebabkan percekcokan antara pemuka Quroisy memperebutkan siapa yang berhak mengangkat Hajar Aswad ketempat semula, setelah bergotong royong memperbaiki Kabah. Maka setelah sepakat menunjuk Nabi SAW menjadi hakim. Beliau SAW menghamparkan sehelai kain di tanah dan meletakkan Hajar Aswad ke atas kain itu, kemudian beliau meminta kepada setiap pemuka Quroisy memegang sisi-sisi kain itu dan bersama-sama mengangkatnya. Lalu Hajar Aswad ditaruh ke tempat semula oleh beliau sendiri. Sehingga terhindarlah percekcokan itu. Nabi Muhammad SAW terkenal jujur dan amanah, ia diberi gelar al-Amiin (orang yang terpercaya). Selama hidupnya beliau tidak pernah menyembah berhala. Dan juga ia seorang Ummi (tidak dapat membaca dan menulis). Namun demikian pada diri Nabi Muhammad SAW terdapat sifat-sifat pemimpin, seperti : kecerdasan, kelembutan dan ketegasan. Beliau juga sering ber-Uzlah (menyendiri) di gua Hiro yang terletak di Jabal Nur 3 KM sebelah utara kota Makkah. Usia 40 tahun (mendapat wahyu pertama). Nabi Muhammad SAW lebih sering ber-Uzlah dibanding sebelumnya untuk bertahannuts/beribadah. Pada bulan Romadhon ia membawa bekal lebih banyak untuk bertahannuts. Dan malam 17 Romadhon tahun ke-41 dari Aamul fiel (16 agustus 610 M) di gua Hiro ia didatangi oleh malaikat Jibril AS yang membawa selembar surat, kemudian memerintahkan Nabi SAW untuk membacanya. Jibril berkata Iqro (bacalah) dengan terperanjat beliau menjawab aku tidak dapat membaca, kemudian Jibril memeluk Nabi SAW sampai beliau terasa sesak nafas, lalu dilepas kembali dan mengulangi perintahnya. Tetapi Nabi SAW tetap menjawab aku tidak bisa membaca. Demikian sampai 3 kali, barulah Jibril AS menuntunnya : Bacalah dengan nama Tuhanmu yang maha pencipta. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu sangat Mulia. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan manusia yang tidak diketahuinya. ( Al-Alaq : 1-5). (TAHUN KE 1 4 KENABIAN) Kesaksian pendeta Nasroni. Setelah mendengar cerita Nabi Muhammad SAW tentang pengalamannya di gua Hiro, siti Khodijah segera mengajak suaminya itu menemui sepupunya Waroqoh bin Naufal seorang pendeta Nasroni yang telah memahami kitab Injil. Setelah mendengar cerita semuanya maka Waroqoh berkata QuddusQuddus Maha Suci Ia. Demi ALLAH wahai Muhammad SAW anak saudaraku, itu adalah rahasia besar yang pernah diturunkan ALLAH kepada nabi Musa AS. Wahai kiranya aku masih muda dan kuat, semoga aku masih hidup, aku dapat melihat ketika kamu di usir oleh kaummu. Maka aku akan menolongmu sekuat tenagaku. Setelah Waroqoh menjelaskan tanda-tanda kenabian Muhammad SAW menurut Taurat dan Injil, maka bergembiralah Siti Khodijah,

dan Nabi Muhammad SAW kembali tenang. Perintah berdakwah. Nabi Muhammad SAW kembali bertahanuts di gua dengan penuh kecemasan. Datanglah malaikat Jibril AS namun Nabi SAW menggigil ketakutan dan pulang ke rumahnya serta minta diselimuti oleh isterinya. Dalam keadaan seperti itu Jibril AS mendatanginya untuk menyampaikan wahyu yang kedua berupa perintah awal untuk berdakwah (QS. Al-Muddattsir : 1-7). Dakwah secara diam-diam. Karena perintah berdakwah sudah turun kepadanya, dan hal ini sangat berdampak besar, maka Rosul SAW memulai dakwahnya kepada keluarga dan kerabatnya secara diam-diam. Dengan demikian Islampun mulai tersiar di kalangan keluarga Rosul SAW seperti : 1. Khodijah (dari kaum wanita). 2. Abu Bakar (dari kaum pria dewasa). 3. Ali bin Abi Tholib (dari kalangan anak-anak). 4. Zaid bin Haritsah dan 5. Ummu Aiman (dari kalangan budak). Kemudian merekapun secara diam-diam mulai menyeru kerabat mereka untuk beriman kepada Allah SWT, sehingga dalam waktu singkat yang beriman kepada Allah SWT mencapai 39 orang. Dan kemudian mereka disebut as-Sabiquunal aw-Waluun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam). Dakwah secara terang-terangan dan rintangan dari kaum Quroisy Selama 3 tahun Rosul SAW melaksanakan Dakwatul Afrod (menyeru perorangan), maka turunlah perintah untuk berdakwah secara terang-terangan (QS. Al-Hijr : 94). Ketika Rosul SAW memulai dakwah secara terang-terangan dengan mengumpulkan kaumnya di bukit Shofa. Timbullah kebencian dan permusuhan dari para tokoh Quroisy seperti : Abu Lahab (paman Nabi SAW) menghasut kaum laki-laki, dan Ummu Jamiel (isterinya Abu Lahab) menghasut kaum wanita, dan Abu Jahal menghasut kaum pemuda. Berbagai macam cara mereka menghalangi dakwah Nabi. Sehingga turunlah wahyu Allah SWT yang mengutuk Abu Lahab dan isterinya Ummu Jamiel (QS. Al-Lahab : 1-5). Perbuatan-perbuatan jahat kaum Quroisy terhadap Nabi SAW : 1. Menyebarkan fitnah untuk menjelek-jelekkan dan memojokkan Nabi Muhammad SAW. 2. Membuat hasutan-hasutan agar orang-orang menjauhi Nabi Muhammad SAW. 3. Mendatangi dan mengancam Abu Tholib paman Nabi SAW. Pembelaan Abu Tholib. Walaupun tantangan pertama datang dari salah satu pamannya, dan kaum Quroisy terus memusuhinya. Tapi mereka tetap tidak bisa melakukan gangguan fisik kepada Rosul SAW, karena paman beliau Abu Tholib dan keluarganya Bani Hasyim memiliki kedudukan tinggi dalam tradisi Quroisy. Sehingga mereka membujuk Abu Tholib menyuruh Nabi SAW menghentikan dakwahnya. Maka Abu Tholib meminta Nabi SAW untuk menjaga nama baik keluarga besarnya. Namun Nabi SAW menolak ucapan pamannya : Demi ALLAH wahai pamanku, sekalipun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perintah ini, tidaklah aku melakukannya, hingga ALLAH menampakkan agama-Nya atau aku binasa. Setelah itu pergilah ia meninggalkan pamannya. Namun Abu Tholib karena salut dengan jawaban keponakannya itu, dipanggillah beliau dan berkata Pergilah hai anakku, katakanlah apa yang kamu mau. Demi ALLAH aku tidak akan menyerahkan engkau, karena alasan apapun selama-lamanya. Nabi Muhammad SAW akan ditukar dengan pemuda tampan Pada suatu hari datang lagi para tokoh Quroisy kepada Abu Tholib dengan membawa seorang lelaki tampan Amrah bin Al-Walid yang usianya sebaya dengan Nabi SAW. Mereka berkata : Hai Abu Tholib, Muhammad saya tukar dengan pemuda ini dan serahkan Muhammad kepadaku untuk saya bunuh! Kalau menolak, kalian berdua akan kami bunuh. Mendengar ancaman itu Abu Tholib menjawab dengan lantang : Hai orang kasar, silahkan dan berbuatlah sekehendak hatimu, aku tidak takut. Beberapa hari kemudian Abu Tholib mengundang dan meminta keluarganya dari Bani Hasyim dan Bani Mutholib supaya ikut menjaga Nabi SAW. Para Sahabat Nabi SAW yang disiksa oleh kaum kafir Quroisy Setelah gagal membujuk Abu Tholib, maka para kaum Quroisy yang membenci Nabi SAW mulai melakukan siksaan fisik terhadap kaum Muslimin, seperti yang dialami oleh : 1. Bilal bin Rabah al-Habsyi (budak Umayyah). 2. Hamamah (ibunya Bilal). 3. Yasir dan putranya Amar 4. Kahattab bin Aris. 5. Ummu Ubais. 6. Zinnirah, Abu Fukaihah. 7. An-Nadyah. 8. Amar bin Furaihah. 9. Khabab bin al-Arat (seorang budak). 10. Mushab bin Umair (seorang pemuda tampan). Mereka menerima siksaan di luar prikemanusiaan dengan berbagai macam cara, seperti pukulan, cambukan, tidak diberi makan dan minum. Bahkan Bilal bin Rabah dijemur dengan badan telanjang di panas terik matahari sambil ditelentangkan di atas pasir dan ditindih batu besar yang panas. Abu Jahal melarang Nabi SAW beribadah di Baitullah Pada suatu hari Abu Jahal melihat Nabi SAW pergi ke Baitullah, maka dengan sombongnya ia melarang beliau pergi ke Baitullah. Abu Jahal mengancam Nabi dengan perkataan : Hai Muhammad apakah engkau marah kepadaku, apakah engkau tidak tahu bahwa aku seorang hartawan dan memiliki sahabat yang banyak ? apakah engkau tidak takut padaku ?, namun Nabi SAW tetap diam saja, sehingga turunlah wahyu yang mengutuk ucapan Abu Jahal tersebut (QS. Al-Alaq : 6-14). Abu Jahal hendak melempar batu besar ke kepala Rosulullah SAW Abu Jahal mengumpulkan para tokoh Quroisy, dia menjelek-jelekkan Nabi SAW, dan bersumpah akan melemparkan batu besar ke atas kepala Nabi SAW ketika sujud di Baitullah. Keesokan harinya Abu Jahal dengan batu besar menunggu Nabi SAW di atas Baitullah. Kemudian ketika Nabi SAW sujud Abu Jahal segera mengangkat

batu untuk ditimpakan kepada Nabi SAW. Namun ketika itu juga Allah menolong Nabi SAW, Abu Jahal lari tunggang langgang membatalkan niat jahatnya itu, karena kelihatannya ada unta yang sangat besar mau menyerang dirinya. Nabi Muhammad SAW dikeroyok dan disiksa Pada suatu hari di sekitar Baitullah, Nabi Muhammad SAW dikerubuti dan dipukuli, ditarik ke sana kemari dijadikan seperti mainan. Rambut dan janggutnya ditarik sangat keras sampai tercabut. Kejadian ini didengar oleh Abu Bakar, lalu ia lari menuju Baitullah untuk menolong Nabi Muhammad SAW. Ketika melihat Nabi diperlakukan seperti mainan, Abu Bakar berteriak: Celakalah kamu semua! Apakah kalian akan membunuh orang yang berkata Tuhanku hanyalah Allah padahal dia datang dengan bukti-bukti yang benar dari Tuhan kalian. Namun setelah mendengar teriakan Abu Bakar, mereka mengerubuti dan memukuli Abu Bakar serta menarik rambut dan janggutnya, sehingga banyak yang tercabut. Abu Bakar tidak dapat melawan, ia berdiri menutupi Nabi sambil menangis dan mengulang-ulang teriakan seperti tadi. Lalu Nabi SAW berkata : Biarkanlah mereka hai Abu Bakar! Demi Allah, aku diutus untuk menghabisi orang-orang kafir. Dan setelah mendengar ucapan Nabi itu, mereka melepaskan Nabi dan bubar semuanya meninggalkan Nabi Muhammad SAW. (TAHUN KE 5 6 KENABIAN) Hijrah ke Habsyah yang pertama. Karena merasa sayang dan kasihan kepada para pengikutnya yang selalu disiksa, maka Rosul SAW memberi izin para sahabatnya untuk berhijrah ke Habsyah, (Ethiopia) yang mayoritas penduduknya beragama Nasroni. Hijrah ini diikuti oleh 10 orang laki-laki dan 5 orang wanita, di antaranya ialah Utsman bin Affan dan isterinya Ruqoyyah. Mereka berangkat diam-diam karena takut dihalangi oleh kafir Quroisy. Setelah 3 bulan di Habsyah, mereka kembali ke Makkah membawa kesan yang sangat baik. Ditolaknya negosiasi pertama dan kedua. Bermacam cara menghentikan dakwah Nabi SAW tidak berhasil, kaum kafir Quroisy mengutus Uqbah bin Walid untuk bernegosiasi kepada Rosul dengan memberi tawaran yang menggiurkan, namun ditolak oleh Rosul SAW. Mendengar usaha negosiasi pertama ditolak maka dilakukanlah negosiasi kedua dengan tawaran agar Muslimin beribadah secara bergiliran. Hari ini menyembah berhala dan besoknya menyembah Allah. Maka dengan tegas Nabi SAW kembali menolak tawaran kafir Quroisy itu dengan membaca surat Al-Kaafiruun : 1-6. Karena negosiasi kedua juga ditolak, mereka semakin gencar melakukan gangguan fisik kepada Rosul SAW. Dua pemuka Quroisy masuk Islam pada tahun ke-5 Kenabian, mereka adalah Umar bin Khottob yang terkenal keras, tegas dan jujur, dan Hamzah bin Abdul Mutholib paman Nabi SAW dari ayah. Maka semakin gigihlah dakwah umat Islam dan mulai berani melawan jika dihina berlebihan oleh orang-orang kafir Quroisy. (TAHUN KE 7 - 9 KENABIAN) Hijrah ke Habsyah yang kedua. Nabi SAW mendengar berita tentang rencana embargo oleh kafir Quroisy terhadap umat Islam, beliau memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habsyah yang kedua. Maka berangkatlah 73 orang laki-laki dan 11 orang wanita yang dipimpin oleh Jafar bin Abi Tholib. Namun perjalan mereka diketahui oleh kafir Quroisy dan segera mengutus dua pemuda ahli diplomasi yaitu Amr bin Ash dan Amarah bin Walid untuk menemui raja Habsyah Najasyi dengan membawa hadiah dan meminta agar mengembalikan orang-orang Islam itu ke Makkah. Tapi Najasyi tidak mau menyerahkan begitu saja, bahkan memanggil Jafar untuk menjelaskan kebenaran Islam. Kemudian Jafar menjawab dengan jelas dan tegas sehingga membuat Najasyi terkesan terhadap Islam, maka ia mengizinkan Jafar dan rombongannya tinggal di Habsyah. Najasyipun langsung memerintahkan pulang kedua delegasi Quroisy tersebut dan membawa pulang kembali hadiah-hadiah yang mereka bawa untuk Najasyi. Maka Nabi SAW yang sedang dalam pemboikotan, mendapat wahyu tentang kebaikan raja Habsyah terhadap umat Islam (QS. Al-Maidah : 82). Pemboikotan/embargo terhadap keluarga Nabi. Pada tahun ke-7 Kenabian (616 M) kaum kafir Quroisy sepakat melakukan embargo terhadap Nabi dan keluarganya dari Bani Hasyim. Mereka membuat piagam khusus yang digantung di Kabah, piagam itu berisikan antara lain melarang siapapun mengadakan hubungan dengan Nabi dan keluarganya dalam bentuk apapun. Piagam tersebut habis masa berlakunya jika Bani hasyim dengan sukarela menyerahkan Nabi untuk dibunuh. Maka akibat dari embargo ini berbagai penderitaan dirasakan oleh Nabi dan keluarganya, namun tidak setitikpun hati Bani Hasyim mau menyerahkan Nabi SAW kepada kafir Quroisy. Dan untuk menyambung hidup mereka hanya makan daun yang terdapat di sekitar Syiib Abu Tholib tempat mereka diboikot. Pemboikotan ini terjadi selama 3 tahun. (TAHUN KE 10 KENABIAN) Berakhirnya embargo/pemboikotan. Beberapa tokoh Quroisy dari Bani Mutholib yang masih memiliki rasa kasihan dan hati nurani mengusulkan agar embargo itu diakhiri, di antaranya yaitu : Zuhair bin Umayyah, Hisyam bin Amr, Mutim Adi (Naufal), Abu Bakhtari bin Hisyam, dan Zamah bin Al-Aswad. Kemudian Nabi SAW mengetahui bahwa piagam yang digantung di Kabah telah dimakan rayap, hal ini sebagai suatu tanda bahwa embargo akan berakhir. Setelah dilihat ternyata piagam itu benar-benar dimakan rayap dan langsung dirobek oleh pemuka Quroisy tersebut. Maka habislah masa embargo, Nabi SAW dan seluruh keluarga besarnya bebas dengan penuh rasa syukur. Tahun Kesedihan. Setelah Nabi SAW keluar dari embargo, terjadilah musibah yang menyedihkan hati belau, yaitu meninggalnya isteri beliau Siti Khodijah dan beberapa bulan kemudian disusul pamannya Abu Tholib juga meninggal. Beliau menamakan tahun ini tahun kesedihan (Aamul Huzni). Menikah lagi. Nabi Muhammad SAW menikah dengan seorang janda Saudah binti Zamah. Dan beberapa bulan kemudian beliau menikah lagi dengan Aisyah binti Abu Bakar yang masih berumur 9 tahun. Namun pernikahan ini hanya bersifat memperkuat kekeluargaan, karena Nabi SAW baru menggaulinya ketika Aisyah berusia 15 tahun (setelah hijrah ke Madinah). Hijrah ke Thoif. Kaum kafir Quroisy semakin gencar meneror Rosulullah SAW, karena mereka tahu Khodijah dan

Abu Tholib yang selama ini membantu dakwah Rosul telah tiada. Maka Rosul SAW mengajak zaid bin Haritsah hijrah ke Thoif dan berdakwah di sana yang dihuni oleh Bani Tsaqif. Namun di Thoif Rosul SAW mendapat perlakuan lebih kejam dibandingkan kekejaman di kota Makkah. Beliau dilempari dengan batu sampai tubuhnya penuh dengan luka dan darah. Nabi berdoa kepada Allah SWT dengan penuh rasa bersalah karena tidak berhasil berdakwah di negri Thoif, dalam doanya tidak satu katapun yang menyalahi atau mengutuk perlakuan penduduk Thoif terhadap dirinya, beliau hanya memohon ampunan dan petunjuk kepada Allah SWT. Maka Rosul SAW kembali ke kota Makkah, dan di pertengahan jalan malaikat penjaga gunung minta izin kepada Rosul SAW untuk menjatuhkan dua bukit di sekitar Thoif ke tengah-tengah penduduk yang ingkar itu. Tapi Rosul SAW menjawab : Jangan, aku berharap anak cucu dari mereka nanti kaum penyembah Allah. Lalu Nabi berdoa Ya ALLAH berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak tahu. (TAHUN KE 11 KENABIAN) Isro dan Miroj. Pada malam tanggal 27 Rojab, Nabi Muhammad SAW (berusia 52 tahun) diperintah oleh Allah SWT melaksanakan Isro (perjalanan dari Masjidil Haram Makkah ke Masjidil Aqsho Palestina) dan Miroj (perjalanan naik ke Sidrotul Muntaha). Perjalanan ini hanya berlangsung selama 3 jam saja, dilakukan dalam keadaan sadar dengan ruh dan jasad. Nabi Muhammad SAW berhadapan langsung dengan Allah SWT pencipta alam semesta dan yang menciptakan dirinya. Beliau mendapat perintah sholat 5 waktu untuk dirinya dan kaum Muslimin. Nabi Muhammad SAW berdakwah kepada kabilah Arab Nabi SAW mensyiarkan agama Islam kepada para kabilah Arab yang datang dari luar kota Makkah pada setiap musim Haji. Namun dakwah beliau dihalangi oleh Musailamah al-Kazzab dari Bani Hanifah yang mengaku sebagai nabi. Namun demikian halangan tidak terlalu berarti sehingga banyak juga yang menerima dakwah Nabi SAW, di antaranya kabilah dari Yastrib/Madinah yang sebelumnya memang sering mendengar tanda-tanda kedatangan Rosul terakhir dari para pendeta Yahudi, sehingga agama Islam diterima dengan baik di sana. Mereka terdiri dari suku : Bani Qoinuqo, Bani Nadlier dan Bani Quroidzoh. Setelah menyatakan diri masuk Islam mereka kembali ke Yastrib dan menyebarkan ajaran Islam di sana, sehingga kemuliaan Nabi Muhammad SAW dan agama Islam terkenal di sana. (TAHUN KE 12 KENABIAN) Baiat Aqobah pertama Setelah banyak kabilah Arab dari Yastrib yang menyatakan masuk Islam sehingga banyak penduduk Yastrib yang telah mengenal agama Islam. Maka pada musim haji tahun berikutnya datang 12 orang laki-laki dari Yastrib berkumpul menemui Nabi SAW di Aqobah, mereka berkumpul untuk masuk Islam dan dibaiat langsung oleh Nabi SAW. Isi Baiatul (perjanjian) Aqobah yaitu : 1. Hendaklah kamu menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya dengan suatu apapun. 2. Janganlah kamu mencuri. 3. Janganlah kamu berzinah. 4. Janganlah kamu membunuh anak-anak. 5. Janganlah kamu berdusta dan berbuat kedustaan. 6. Janganlah kamu menolah perkara yang baik. 7. Hendaklah kamu mengikuti perintah Allah, baik di waktu susah atau senang. 8. Hendaklah kamu mengikuti perintah Allah, baik dalam keadaan terpaksa atau tidak. 9. Jangan kamu merebut suatu perkara dari yang ahlinya. 10. Hendaklah kamu mengatakan kebenaran di mana saja kamu berada. 11. Janganlah kamu takut atau cemas dalam mengerjakan agama Allah terhadap orang yang mencela. Ketika mereka akan kembali ke Yastrib, Nabi SAW mengutus Mushab bin Umair pergi bersama mereka untuk mengajar tentang ajaran Islam kepada penduduk Yastrib. (TAHUN KE-13 KENABIAN) Baiat Aqobah Kedua : 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita dari Yastrib bersama Mushab bin Umair yang telah bertugas selama setahun di sana datang ke Makkah menemui Nabi Muhammad SAW di Aqobah untuk melakukan baiat. Baiatul Aqobah ini dilakukan seperti baiat pada tahun sebelumnya, dan paman Nabi SAW Abbas bin Abdul Mutholib juga mengikuti baiat ini. Hijrah Ke Yastrib Karena semakin banyak penduduk Yastrib/Madinah yang menyatakan diri masuk Islam, dan kedatangan para sahabat Nabi yang berhijrah ke Yastrib disambut baik di sana, maka kaum kafir Quroisy berpendapat Bahwa ancaman dari Islam semakin besar. Maka disusunlah rencana membunuh Nabi. Tapi Allah Yang Maha Pengasih segera memerintahkan beliau Hijrah ke Yastrib. Namun para pemuda Quroisy dari berbagai kepala suku telah mengepung rumah Nabi SAW. Maka ketika akan berangkat hijrah, beliau membaca surat Yasiin ayat 9. Dan dengan pertolongan Allah SWT para pemuda Quroisy yang akan membunuh Nabi itu tertidur dan tidak mengetahui Nabi telah keluar dari rumahnya. Beliau berangkat bersama sahabatnya Abu Bakar As-Shiddiq kemudian bersembunyi di gua Tsur. Setelah sadar kaum Quroisy itu langsung memasuki rumah Rosul, tapi mereka hanya mendapati Ali bin Abi Tholib yang masih remaja tidur di tempat tidur Rosul SAW. Dilakukanlah pencarian ke setiap sudut kota dan akhirnya sampai ke gua Tsur. Sehingga Abu Bakar merasa cemas dan takut, maka Nabi SAW menghiburnya : Janganlah takut, Allah Bersama kita. Berkat pertolangan Allah yang menciptakan sarang laba-laba dan burung merpati dengan telurnya di pintu gua, sehingga kaum Quroisy mengira Tidak mungkin orang masuk ke gua tanpa merusak sarang laba-laba dan merpati itu. Maka selamatlah Rosul SAW dan Abu Bakar RA dari kejaran orangorang kafir Quroisy tersebut.

Para sahabat yang menyertai Nabi ketika hijrah : 1. Abu Bakar Siddiq, menemani Nabi Muhammad SAW selama perjalanan dan selama di dalam gua Tsur sampai 3 hari 3 malam, serta menemaninya hijrah sampai tiba di Yastrib. 2. Ali bin Abi Tholib, diperintahkan oleh Nabi SAW untuk tidur di tempat tidur beliau agar orang-orang kafir Quroisy yang mengepung rumahnya tidak curiga dengan kepergiannya. 3. Abdullah bin Abu Bakar, ia memata-matai rencana jahat kaum kafir Quroisy. Semua informasi yang didapat langsung disampaikan kepada Nabi dan ayahnya di gua Tsur ketika tengah malam. 4. Asma binti Abu Bakar, selalu menyiapkan perbekalan yang dibutuhkan oleh Nabi SAW dan ayahnya, baik selama di gua Tsur maupun selama perjalanan ke Yastrib. 5. Amir bin Fuhairah, bujang Abu Bakar sebagai pengembala kambing, ia dengan kambing-kambingnya selalu mengikuti Abdullah bin Abu bakar setiap menemui Nabi dan ayahnya di gua Tsur, agar setiap jejak kaki Abdullah terhapus dengan jejak kambing. 6. Abdullah bin Uraiqith, seorang penunjuk jalan yang sangat mahir, ditugaskan menyertai perjalanan Nabi SAW menuju Yastrib/Madinah. Dia selalu mengambil jalan yang jarang dilalui oleh orang-orang yaitu melalui tepi Laut Merah. Mendirikan Masjid Quba Pada hari Senin 12 Robiul Awal (24 September 622 M) Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar Siddiq RA sampai di Quba 10 KM selatan Yastrib (pada saat inilah dihitung awal tahun Hijriyah oleh Kholifah Umar bin Khotob). Selama 4 hari Nabi berdiam di sana dan mendirikan Masjid Quba, di dalam Al-Quran disebut dengan Masjid yang didirikan atas dasar taqwa. Di tengah perjalanan Nabi SAW bertemu dengan para sahabat yang lebih dulu berangkat, dan kemudian Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya mendirikan Sholat Jumat yang pertama kali yaitu tanggal 16 Robiul Awal tahun 1 Hijriah. Suka cita penyambutan penduduk Yastrib Menjelang sore hari sampailah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat lainnya di Tsaniatul Wada (pintu masuk kota Yastrib). Penduduk kota Yastrib/Madinah yang telah lama menunggu kedatangan Nabi SAW langsung menyambut kedatangan beliau dengan meriah dan suka cita yang sangat mendalam, mereka melantunkan sebuah syair/qosidah (nyanyian) khusus untuk Nabi SAW yang diiringin dengan irama rebana : Telah terbit bulan purnama atas kita semua. Dari Tsaniyatul Wada. Wajiblah bagi kita bersyukur, selagi ada yang mengajak kita kepada Allah. Wahai yang diutus kepada kami. Kamu datang dengan urusan yang harus kami taati. Menentukan tempat tinggal Rosulullah SAW Ketika Nabi Muhammad SAW sudah memasuki kota Madinah, hampir semua penduduk Madinah menawarkan tempat tinggal untuk Nabi Muhammad SAW. Maka atas kehendak Allah SWT Nabi menunggangi unta untuk menentukan rumah siapa yang akan didiaminya, di mana unta itu berhenti di situlah Nabi SAW bertempat tinggal. Maka unta itu berhenti di depan rumah Ayyub Al-Anshori. Dan Nabi SAW pun tinggal di rumah itu. (TAHUN PERTAMA HIJRIYAH) Langkah-langkah dan kebijakan Rosul SAW di Yastrib 1. Nabi Muhammad SAW membeli tanah milik Sahl dan Suhail bin Amr, dan membangun Masjid pertama di Madinah, yang dikenal Masjid Nabawi. Di masjid inilah tempat Nabi Muhammad SAW menyampaikan kebijakankebijakannya kepada para sahabatnya. 2. Mempersaudarakan orang-orang Makkah yang hijrah ke Madinah (Muhajirin) dengan penduduk asli Madinah (Anshor). Pada waktu itu yang dipersaudarakan ada 100 orang dari Muhajirin dan 50 orang dari Anshor. Maka dengan persaudaraan ini umat Islam semakin kuat dan mampu membangun negri yang bermartabat. 3. Membuat hukum kedaulatan dan perjanjian dengan bangsa Yahudi, yaitu : Setiap golongan memiliki haq yang sama serta kebebasan dalam menjalankan syariat agamnya masing-masing dengan saling menghormati satu sama lain (toleransi). Setiap golongan wajib menjaga utuhnya kedaulatan Madinah serta siap menjadi pembela jika terjadi ancaman musuh dari luar kota. Mereka menjadikan Madinah sebagai Madinatul Harom atau kota suci yang harus terpelihara kesuciannya. 4. Nabi Muhammad SAW meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan masyarakat Islam yang kokoh, baik segi politik, ekonomi maupun sosial yang bersumber dari Allah, yaitu Al-Quran dan Sunnah/Hadits. Langkah-langkah Rosulullah SAW tersebut disambut gembira oleh penduduk Madinah yang beragama Yahudi, Islam, dan agama lainnya. Mereka berusaha melaksanakan seruan Nabi SAW, karena masing-masing pemeluk agama itu merasa tidak terganggu olek pemeluk lainnya dalam melaksanakan agamanya masing-masing sebab mereka saling hormat menghormati. Bahkan karena terharunya dengan ajaran Islam yang baik ini banyak para penganut Yahudi yang memeluk agama Islam, salah seorang di antaranya Abdullah bin Salam seorang Yahudi dari Bani Qoinuqo. Padahal sebelum mengenal Islam, penduduk Madinah selalu diwarnai perang saudara antara suku Aus dengan suku Khazraj. Dan inilah bukti bahwa Islam menentang segala permusuhan. Izin berperang untuk membela diri : Izin berperang (untuk membela diri). Pada pertengahan tahun pertama hijriyah ini Allah SWT memberikan izin berperang sebagai pembelaan diri atas kejahatan orang-orang kafir (QS. Al-Haj : 39-40). Telah terjadi puluhan kali perang selama Rosul SAW masih hidup. Adapun perang yang diikuti Rosul SAW disebut dengan perang Ghozwah, dan yang tidak diikuti Rosul SAW disebut perang Sariyah yang terjadi sebanyak 47 kali.

You might also like