You are on page 1of 2

MATA KULIAH MENYIMAK EKSTENSIF Dalam kurikulum SMA khususnya mengenai standar kompetensi dan kompetensi dasar dikatakan

bahwa ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. Mendengarkan Berbicara Membaca Menulis.
Komprehensi Komprehensi Lisan Tulis Ekspresi Ekspresi Lisan Tulis

Hubungan menyimak dengan berbicara 1. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena itu, contoh atau model yang disimak serta direkam oleh sang anak sangat penting dalam penguasaan kecakapan berbicara. 2. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temua (misalnya kehidupan desa><kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide-ide mereka. 3. Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa dirumah dan dalam masyarakat tempatnya hidup; misalnya: ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan polapola kalimat. 4. Anak yang lebih muda lebih dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit tinimbang kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya. 5. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang. 6. Bunyi atau suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian katakata sang anak. Oleh karena itu, sang anak akan tertolong kalau mereka mendengarkan/menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain. 7. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya sang anak mempergunakan bahasa yang didengarnya. Hubungan menyimak dengan membaca 1. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan sang anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali. 2. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan di sekolah. Perlu dicatat misalnya bahwa anak yang cacat dalam membaca haruslah meneruskan pelajarannya di kelas yang lebih tinggi dengan lebih banyak melalui menyimak tinimbang melalui membaca.

3. Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading comprehension), namun anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap menyimpan/memakai/menguasai sejumlah fakta yang mereka dengan. 4. Oleh karena itu, para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi, agar hasil pengajaran itu baik. 5. Kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik. 6. Bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya, korelasi antara kosa kata baca dan kosa kata simak (reading vocabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih. 7. Pembeda-bedaan atau diskriminasi pendengaran yang jelek sering kali dihubungkan dengan membaca yang tidak efektif dan mungkin merupakan suatu faktor pendukung atau faktor tambahan dalam ketidakmampuan dalam membaca (poor reading). 8. Menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ida utama yang diajukan oleh si pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci.

You might also like