You are on page 1of 3

Peran Guru dalam Pembelajaran

Posted by zaenalkhayat pada Agustus 18, 2011 Profesionalisme sebagai dasar peningkatan kualitas pembelajaran Hal penting yang harus ditanamkan pada guru adalah menyadarkan dan meyakinkan bahwa guru adalah pekerjaan professional. Artinya tidak semua orang bisa jadi guru. Sebab mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karenya guru harus memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang cocok sesuai dengan minat, bakat dan taraf perkembangannya termasuk kemampuan memanfaatkan sumber dan media untuk menjamin efektivitas pembelajaran. Sebagai suatu profesi, guru harus memiliki tiga kompetensi, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi professional dan kompetensi social kemasyarakatan. Kompetensi pribadi artinya seorang guru harus dapat dijadikan model atau panutan sebagai orang yang digugu dan ditiru. Yang termasuk kompetensi ini antara lain kemampuan dan pengalaman keagamaan, berakhlakul karimah, sopan santun, toleran, demokratis, terbuka dll. Kompetensi professional, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan, antara lain: latar belakang pendidikan yang sesuai, menguasai landasan kependidikan (tujuan pendidikan baik secara nasional, institusional, kurikuler, dan tujuan pembelajaran), memahami psikologi pendidikan, kemampuan menguasai materi, kemampuan mengaplikasikan metodologi dan strategi pembelajaran, merancang dan memanfaatkan media dan sumber belajar, kemampuan menyusun program, mengevaluasi, memahami administrasi sekolah, dan kemampuan melakukan penelitian ilmiah. Kompetensi social berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan makhluk social. Contoh kompetensi social antara lain: kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dan bekerja sama baik dengan teman sejawat, atasan, dan masyarakat baiks secara individu maupun kelompok, serta memahami peran dan fungsi lembaga kemasyarakatan. Mengoptimalkan peran guru Meski kemajuan teknologi sangat dominan, akan tetapi peran guru akan tetap diperlukan. Hal ini karena guru memiliki peran yang tidak tergantikan oleh teknologi. Antara lain: 1. Guru sebagai sumber belajar Untuk mendukung peran ini, maka guru harus memiliki referensi yang lebih banyak, menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari, melakukan pemetaan materi pelajaran/materi inti, tambahan, dll 2. Guru sebagai fasilotator Sebagai fasilitator, guru harus memahami berbagai jenis, fungsi dan karakteristik media dan sumber belajar, memiliki ketrampilan merancang suatu media dan mengorganisasikan media dan berbagai sumber

belajar. Guru juga harus mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan siswa. 3. Guru sebagai pengelola Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer) guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang nyaman/kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. Fugnsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang kondusif. Pendelegasian dan pengaturan sumber hanyalah alat untuk mencapai apa yang harus diselesaikan. Tujuan akhirnya adalah membuat agar siswa dapat bekerja dan belajar bersama-sama. Harus diingat, pengorganisasian yang efektif hanya dapat dicapai manakala siswa dapat belajar secara individual, karena pada dasarnya tujuan yang ingin dicapai adalah siswa secara individual walaupun pengajar itu dilakukan secara klasikal. 4. Guru sebagai demonstrator Yaitu peran guru dalam mempertunjukkan segala sesuatu yang membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaian. Ada dua konteks guru sebagai demonstator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap yang terpuji dalam berbagai aspek kehidupan (guru sebagai sosok ideal, model dan teladan bagi siswa). Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan agar setiap materi lebih mudah dipahami. 5. Guru sebagai pembimbing Sebagai pembimbing, guru harus memahami bahwa siswa adala individu yang unik yang memiliki perbedaan-perbedaan baik dalam bakat, minat, kemampuan dsb. Perbedaan itulah yang menuntut agar guru mampu sebagai pembimbing. Agar guru dapat berperan sebagai pembimbing yang baik, maka, pertama, ia harus memahami karakter siswa yang sedang dibimbingnya. Kedua, memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan proses pembelajaran (proses memberikan bantuan/bimbingan) sesuai dengan karakter siswa. 6. Guru sebagai motivator Beberapa cara membangktikan motivasi siswa antara lain: memperjelas tujuan pembelajaran, membangkitkan minat, menciptakan susasana menyenangkan, memberi pujian, memberi nilai, memberi komentar terhadap hasil pekerjaan, menciptakan persaingan dalam kerja sama. 7. Guru sebagai evaluator Guru berperan sebagai pengumpul data tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan, baik keberhasilan siswa belajar maupun keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan. Perlunya perubahan paradigm tentang mengajar Bahwa pandangan mengajar yang hanya menyampaikan materi pengetahuan itu dianggap sudah tidak relevan lagi dengan keadaan. Hal inilah yang kemudian menuntut perlu adanya perubahan paradigm.

Pertama, siswa adalah manusia yang sedang dalam proses perkembangan yang membutuhkan orang dewasa (guru) yang dapat mengarahkan dan membimbingnya agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Adanya kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru. Karenaya guru dituntut lebih aktif mencari dan menyeleksi informasi yang dibutuhkan siswa. Guru tidak lagi memposisikan dirinya sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan informasi semata, tapi harus bertugas sebagai pengelola informasi untuk dimanfaatkan siswa itu sendiri. Kedua, ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan orang tidak mungkin menguasai setiap cabang kelimuan. Oleh karenanya belajar tidak hanya sekedar menghapal informasi, menghapal rumusrumus, akan tetapi bagaimana menggunakan informasi dan pengetahuan itu untuk mengasah kemampuan berpikir. Ketiga, anggapan siswa sebagai pribadi yang pasif yang perilakunya dapat ditentukan oleh lingkungan (sebagaimana aliran behaviorisme), telah banyak ditinggalkan. Orang sekarang lebih percaya bahwa manusia (siswa) adalah pribadi yang memiliki potensi (sebagaimana dikembangkan oleh aliran kognitif holistic). Potensi inilah yang akan menentukan perilaku manusia. Sehingga proses pendidikan bukan lagi memberikan stimulus, akan tetapi usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Disini siswa tidak lagi dianggap sebagai objek, tapi sebagai subjek belajar yang harus mencari dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa. Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistic, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan bahwa siswa akan semakin dipermudah mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, seperti bahan cetak, program TV, gambar, audio, dll, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peran guru dalam mengelola proses belajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dan me-manage berbagai sumber dan fasilitas untuk dipelajari siswa.

http://zaenalkhayat.wordpress.com/2011/08/18/peran-guru-dalam-pembelajaran/ diakses pada tanggal 17 februari 2012

You might also like