Professional Documents
Culture Documents
Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin Topik Makalah : Dampak Kemiskinan Terhadap Perilaku Sosial Upaya Mengatasi Pengangguran Kelas : 1 KA 40 Tanggal Penyerahan Makalah : 24 November 2011 Tanggal Upload Makalah : 25 November 2011
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam tugas ini, saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain. Apabila terbukti benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.
Penyusun
NPM 11111093
Tanda Tangan
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang berisikan tentang DAMPAK KEMISKINAN TERHADAP PERILAKU SOSIAL. Makalah ini berisikan tentang informasi dampak kemiskinan terhadap perilaku sosial atau yang lebih khususnya membahas bagaimana cara agar bisa Mengatasi dampak kemiskinan. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hal tersebut. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bekasi,
Oktober 2011
DAFTAR ISI
Pernyataanii Kata Pengantar...................................................................................................................iii Daftar Isi............................................................................................................................iv Bab I . Pendahuluan 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Tujuan.............................................................................................................2 1.3 Sasaran............................................................................................................3 Bab II . Permasalahan 2.1 Kekuatan.........................................................................................................4 2.2 Kelemahan.......................................................................................................4 2.3 Peluang............................................................................................................4 2.4 Tantangan........................................................................................................5 Bab III .Kesimpulan dan Rekomemdasi 3.1 Kesimpulan.....................................................................................................6 3.2 Rekomendasi...................................................................................................6 Referensi...............................................................................................................7
iv
Pendapat saya juga dari setiap program tersebut harus mempunyai tujuan dan sasarannya sendiri. Tujuan dan sasaran disusun sebagai arahan yang teratur dari dampak yang ingin dimunculkan oleh program tersebut. Beberapa program seperti program-program penanggulangan kemiskinan membatasi dampak programnya pada golongan tertentu, dalam hal ini golongan miskin. Saya juga beranggapan bahwa pembatasan ini harus segera dilakukan melalui mekanisme program yang sedemikian rupa sehingga dampak dari tujuan dan sasaran dapat diarahkan pada golongan tertentu. Untuk tujuan tersebut, pemerintah harus menggunakan mekanisme targeting sebagai cara untuk melengkapi program agar dampak yang diinginkan dapat menjangkau golongan yang menjadi kelompok sasaran secara efektif. Dengan targeting, alokasi biaya akan lebih terarahkan pada tujuan, sehingga efektifitas program dapat ditingkatkan.
1.2. Tujuan
Pengentasan kemiskinan telah menjadi tujuan pembangunan yang
fundamentalsehingga menjadi sebuah alat ukur untuk menilai efektivitas berbagai jenis program pembangunan. Pertumbuhan ekonomi dapat menjadi instrumen yang sangat berpengaruhdalam penurunan kemiskinan pendapatan ( income poverty), sehingga dibutuhkan cara-cara yang tepat dalam mengkaji dampak kemiskinan terhadap pertumbuhan. Tujuan dariseminar ini adalah untuk mengajukan program baru bagi pemberantasan kemiskinan danmembahas aplikasinya pada kasus Indonesia tahun 90-an.Pendekatan awal yang digunakan memasukkan konsep elastisitas ke dalammetode evaluasi dampak sosial untuk mengkaji perbedaan pada kesejahteraan individudan sosial yang merupakan hasil dari proses pertumbuhan ekonomi. Aplikasinya padakasus Indonesia menunjukkan bahwa keberhasilan yang dicapai dalam pengentasankemiskinan pada periode 1993-2002 ternyata masih jauh di bawah angka yang mungkindapat dicapai jika menggunakan distributional neutrality . Kesimpulan ini meyakini pilihan akan standar kemiskinan diantara anggota kelas yang dapat dipisahkan. Pada periode 1999-2002 kami juga menemukan bahwa terdapat sejumlah kaum miskin yang berhasil mendapatkan keuntungan dari adanya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada periode tersebut, tapi tidak sebanding dengan kerugian yang dialami oleh sisanya.Terakhir, pergerakan dari komponen pembelanjaan pada periode yang samamenunjukkan bahwa lemahnya tingkat keberhasilan terutama disebabkan adanya perubahan pada pembelanjaan pangan.
1.3. Sasaran
Untuk memahami dampak kemiskinan yang terjadi di masyarakat maka untuk penelitian akan difokuskan ke masyarakat sekitar yang kurang mampu.
BAB 2 PERMASALAHAN
1.
Kekuatan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah
2. kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas
sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnya pun rendah
3. kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modal
2.
1.
Kelemahan Rendahnya Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), walaupun Program Pendidikan SembilanTahun telah dilaksanakan lebih dari 20 tahun Kurang berkembangnya ekonomi lokal, dimana potensi-potensi perekonomian belummampu dikembangkan untuk berkolaborasi dengan sub sistem pengolahan, serta pengembangan jalinan kemitraan yang diharapkan nantinya berdampak pada perluasan pemasaran dan peningkatan usahanya-
2.
3.
Kelemahan lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, berhubungan denganlemahnya dalam mengevaluasi secara komprehensif angka kemiskinan
4.
Peluang
5.
Tantangan/Hambatan
Adanya sisi ketertarikan yang sangat kuat dalam pemahaman masalah kemiskinan dan juga komitmen dalam haluan negara untuk meminimalisasinya (jika memang tidak bisa mengentaskan kemiskinan), maka rumusan hasil seminar nasional bertema: "Tantangan Penanggulangan Kemiskinan dalam Era Otonomi Daerah di Depkeu, 2 Juli lalu sangat menarik untuk disampaikan, yaitu: Pertama, upaya penanggulangan kemiskinan harus bersifat desentralistik, bottom-up dan juga local spesific. Artinya, penanggulangan kemiskinan harus dilaksanakan pemerintahmasyarakat lokal sesuai kondisi setempat dengan mengupayakan perluasan kesempatan kerja dan pemberdayaan ekonomi rakyat di tingkat akar rumput secara berkelanjutan dan komprehensif. Alasannya, merekalah yang lebih tahu potret kemiskinan di daerahnya dan ini menjadi "pekerjaan rumah" (PR) bagi mereka. Kedua, upaya penanggulangan kemiskinan dalam era Otonomi Daerah juga harus diikuti dengan perbaikan akses penduduk miskin terhadap faktor produksi. Untuk itu perlu ada: (1) kebijakan land-reform melalui Perda; (2) demokratisasi ekonomi rakyat dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan, yaitu sistem ekonomi yang lebih memihak pada sektor ekonomi rakyat melalui upaya pemberdayaan ekonomi penduduk miskin; (3) lembaga keuangan mikro untuk membiayai semua jenis usaha ekonomi rakyat; (4) partisipasi yang lebih proporsional bagi kaum wanita (jika perlu dengan sistem kuota) dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pemantauan ragam kegiatan penanggulangan kemiskinan. Adanya ragam variabel yang harus dikaji untuk mensukseskan pengentasan kemiskinan, maka wajar jika perekonomian global juga dituntut untuk dapat memberi gambaran yang spesifik atas hal komitmen pengentasan kemiskinan internasional dan inilah alasannya mengapa kemudian ditetapkan setiap 17 Oktober sebagai Hari Penghapusan Kemiskinan Internasional. Hal ini kemudian dipertegas pada Word Summit on Social Development Compenhagen 1995 (KTT dunia untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen) yang telah menggariskan berbagai hal upaya penghapusan kemiskinan, perluasan lapangan kerja yang produktif - padat karya, dan penciptaan integrasi sosial, yang menitikberatkan pada pembangunan berdimensi kerakyatan dan membuka peluang peningkatan kepedulian pemerintah, masyarakat - dunia usaha dalam upayanya menyelenggarakan pembangunan kesejahteraan sosial. Konsistensi terhadap acuan hasil KTT tersebut, salah satu arahan yang tidak bisa diremehkan adalah keterlibatan pemerintah. Salah satu aspek keterlibatan pada kasus ini adalah alokasi anggaran untuk pengentasan kemiskinan yang tidak lain adalah pos dalam APBN. RAPBN bukanlah hanya sekedar angka-angka rumit yang harus disusun secara politis tapi merupakan aktualisasi terhadap arah pembangunan ke depan, termasuk juga arahan bagi pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, penyusunannya mencerminkan adanya pilihanpilihan yang harus diambil pemerintah pada kondisi yang serba terbatas. Meski demikian, keterbatasan itu tidak harus mengebiri hak-hak hidup rakyat (miskin).
2. REKOMENDASI
1.
Rendahnya Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), walaupun Program Pendidikan SembilanTahun telah dilaksanakan lebih dari 20 tahun Kurang berkembangnya ekonomi lokal, dimana potensi-potensi perekonomian belummampu dikembangkan untuk berkolaborasi dengan sub sistem pengolahan, serta pengembangan jalinan kemitraan yang diharapkan nantinya berdampak pada perluasan pemasaran dan peningkatan usahanya-
2.
3.
Kelemahan lainnya dalam upaya penanggulangan kemiskinan, berhubungan denganlemahnya dalam mengevaluasi secara komprehensif angka kemiskinan