You are on page 1of 16

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Perencanaan1 Rencana jangka panjang yang berjangka waktu paling lama lima tahun memuat isu-isu strategis bisnis yang meliputi antara lain penentuan bisnis apa yang perlu dikembangkan ke depan, di mana basis pemasaran, berapa besar potensi permintaan pada masing-masing wilayah basis dan perkiraan prospek distribusi permintaan pada sub-wilayah pasar. Hasil akhir dari perencanaan jangka panjang ini adalah rencana agregat (agregate plan). Rencana agregat memuat perkiraan target produksi atau omset penjualan tahun per tahun sampai tahun ke lima dengan memperhatikan potensi sumber daya produksi yang tersedia atau dapat disediakan dalam jangka panjang. Dalam perencanaan agregat, satuan produk akhir yang dihasilkan belum diidentifikasi satu per satu tetapi dinyatakan sebagai kelompok produk (product-groups). Rencana jangka menengah yang berjangka waktu paling lama satu tahun sering dikenal sebagai rencana kerja tahunan memuat omset tahunan yang

2.1.

merupakan terjemahan jangka panajang ke dalam rencana operasional. Perencanaan ini meliputi penguraian product group menjadi satuan-satuan produk akhir (individual product end) yang disusun ke dalam rencana induk produksi (master production schedule atau MPS). Rencana induk produksi adalah suatu daftar yang memuat jumlah masig-masing produk akhir yang akan dihasilkan per time-bucket. Time bucket biasanya dinyatakan dalam mingguan sepanjang rentang/jangkauan waktu perencanaan (time horizon) yang lamanya 6-12 bulan. Jadwal induk produksi disusun dengan memperhatikan potensi permintaan dan potensi kapasitas. Potensi kapasitas dievaluasi dengan menggunakan teknik rough-cut capacity planning (RCCP). Berdasarkan jadwal induk produksi kemudian disusun jadwal perakitan produk akhir (final assembly schedule) dan rencana kebutuhan bahan (material requirements plan atau MRP).
1

Sinulingga, Sukaria. 2009. Perencanaan dan Pengendalian Proses. Yogyakarta : Graha Ilmu

Rencana kebutuhan bahan (material requirements planning) disusun dengan menguraikan produk akhir pada jadwal induk produksi kepada kebutuhan part dan komponen berdasarkan bill of materials (BOM) dari produk tersebut. Bill of materials menjelaskan struktur/hirarkis komponen dan part yang membentuk produk akhir. Bill of materials menjelaskan bagaimana produk akhir disusun dari komponen-komponennya yang berjenjang. Dengan demikian hasil penguraian ini ialah sebuah daftar panjang tentang part/komponen apa yang harus sudah selesai dibuat, berapa banyak harus dibuat, dan kapan harus sudah selesai dibuat sehingga jadwal perakitan produk akhir dapat terdukung. Sebelum daftar panjang ini difinalkan, kebutuhan bersih masing-masing part dan komponen dihitung dengan mengurangi jumlah part atau komponen yang sebelumnya sudah tersedia di gudang. Kemudian rencana kebutuhan kapasitas untuk pembuatan masing-masing part dan komponen dihitung dengan bantuan bill of capacity. Daftar panjang kebutuhan bahan kemudian diuraikan lebih lanjut menjadi rencana eksekusi. Penyusunan rencana eksekusi merupakan tahap akhir perencanaan. Rencana operasi eksekusi berisikan jadwal dari perintah-perintah kerja di lantai pabrik dan jadwal pengadaan bahan. Berdasarkan rencana ini eksekusi pembuatan part dan komponen di lantai pabrik dilakukan, dirakit, dan dikirim kepada pemesan sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah ditentukan. Perencanaan Operasional2 Data input yang dibutuhkan untuk perencanaan operasional meliputi antara lain yang terutama yaitu : 1. Struktur Produk Struktur produk (product structure tree) menjelaskan secara diagram bagaimana produk akhir yang akan diproduksi disusun dari komponenkomponennya. Struktur produk pada umumnya dibuat oleh Bagian Desain dan Rekayasa. Contoh struktur produk dapat dilihat pada Gambar 2.1.

2.2.

Sinulingga, Sukaria. 2008. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta : Graha Ilmu

Gambar 2.1. Struktur Produk

2.

Bill of materials Seperti halnya struktur produk, bill of materials juga menunjukkan bagaimana produk akhir dibentuk atau disusun dari komponen-komponennya. Perbedaannya ialah bill of materials tidak ditampilkan dalam diagram tetapi dalam bentuk file sehingga dapat mencakup informasi yang lebih lengkap tentang produk yang akan dibuat. Ada beberapa format data yang ditampilkan dalam bill of materials antara lain adalah single-level bill, indented bill, summarized bill, single-level where used bill dan indented where-used bill. a. Single-Level Bill of Materials Single-Level Bill of Materials adalah sebuah file yang memperlihatkan hubungan antara produk akhir di setiap part, komponen dan sub-assembly yang bersifat langsung seperti terlihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Single-level Bill of Materials SINGLE LEVEL BILL OF MATERIALS Product Code Product Name Stock No Item No. Description A SA-1 SA-2 P-1 P-2 P-3 P-4

Quantity 1 1 2 2 2 2 2

Unit Each Each Each Each Each Each Each

Source Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured

Stock No.

b. Indented Bill of Materials Berbeda dengan single-level bill of materials yang menempatkan setiap part, komponen, dan sub-assembly seakan-akan berada dalam satu level, indented bill of materials menunjukkan setiap item pada levelnya masingmasing sesuai dengan tahapan proses pembuatan seperti terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Indented Bill of Materials INDENTED BILL OF MATERIALS Product Code Product Name Stock No Level 0 A 1 SA-1 SA-2 P-1 P-2 P-4 SA-2 P-1 P-2 P-3 2 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 Each Each Each Each Each Each Each Each Each Each Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Description Quantity Unit Source Stock No.

c. Summarized Bill of Materials Summarized bill of materials mirip dengan indented bill of materials kecuali pada summarized bill of materials menjumlahkan semua kebutuhan item tersebut. Format summarized bill of materials dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Summarized Bill of Materials SUMMARIZED LEVEL BILL OF MATERIALS Product Code Product Name Stock No Level 0 A 1 SA-1 SA-2 P-1 P-2 P-4 P-3 2 3 Description Quantity 1 1 2 1 2 2 2 2 Unit Each Each Each Each Each Each Each Source Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Manufactured Stock No.

Single-level where used, indented where used dan summarized where used bill of materials report merupakan daftar semua sub-assembly, part, dan komponen yang dibuat untuk kepentingan engineering change (perubahan pada bill of materials) sehubungan dengan masalah yang ditemukan dalam proses operasi di lantai pabrik atau perubahan desain yang harus dilakukan sehubungan dengan perubahan keinginan pelanggan. 3. Rute Produksi (Production Routing) Production routing adalah sebuah file yang berisikan data-data engineering dari ptoduk yang akan dibuat yang meliputi nomor urut proses setiap part dan komponen, nama stasiun kerja, waktu setup (setup time), waktu operasi (running time), waktu pemindahan antar stasiun kerja (move time) dan lainlain. Data dalam file ini digunakan untuk menghitung kebutuhan kapasitas dalam mengeksekusi rencana jadwal induk produksi dari produk yang akan dibuat.

4.

Work Center Capacity File Work center capacity file berisikan data setiap stasiun kerja yang terkait dengan proses operasi pembuatan produk dan seluruh komponen

penyusunnya seperti terlihat dalam bill of materials. 5. Master Production Schedule Misalkan berdasarkan hasil peramalan Bagian Pemasaran tentang besarnya permintaan pasar terhadap produk FP yang akan diproduksi dan kemudian pengujian terhadap potensi sumber daya produksi disepakati bahwa Master Production Schedule (jadwal induk produksi) produk FP dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Jadwal Induk Produksi JADWAL INDUK PRODUKSI Produk FP .. MINGGU .. .. 40 50 41 50 42 50 43 75 44 75 .. .. Total 2400

Jadwal induk produksi tersebut menyatakan bahwa dalam minggu ke 40, 41, 42, 43, dan 44 jumlah produk FP yang selesai dan siap diproduksi dan dikirim ke gudang distribusi masing-masing sebanyak 50, 50, 50, 75, dan 75 unit. Peta Kerja3 Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis yang jelas. Dengan menggunakan peta-peta kerja ini dapat melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh benda kerja dari mulai masuk ke pabrik yang berbentuk bahan baku, kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya, seperti: transportasi operasi, pemeriksaan dan perakitan, sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk lengkap atau produk setengah jadi.

2.3.

Sutalaksana, Z. Iftikar. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Institut Teknologi Bandung

Apabila kita melakukan studi yang seksama terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan kita dalam usaha memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang mungkin dilakukan, antara lain yaitu kita bisa menghilangkan operasi-operasi yang tidak perlu, menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya, menemukan suatu urutanurutan kerja/proses produksi yang lebih baik, menentukan mesin yang lebih ekonomis, menghilangkan waktu menunggu antara operasi dan sebagainya. Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Dengan demikian, peta ini merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan, sehingga mempermudah dalam perencanaan perbaikan kerja.

2.3.1. Lambang-lambang yang digunakan Menurut cacatan sejarah, peta-peta kerja yang ada sekarang ini dikembangkan oleh Gilberth. Pada saat itu, untuk membuat suatu peta kerja, Gilberth mengusulkan 40 buah lambang yang bisa dipakai. Kemudian pada tahun berikutnya, jumlah lambang-lambang tersebut disederhanakan, sehingga hanya ada 4 macam, yaitu : 1. Operasi Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, termasuk mengambil dan memberi informasi pada suatu keadaan. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses. Dan biasanya terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja. Contohnya pekerjaan mengerut kayu dengan mesin serut, pekerjaan mengeraskan logam,dan pekerjaan mencetak bakso. Dalam praktiknya, lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan aktivitas administrasi. Misalnya aktivitas perencanaan dan perhitungan. 2. Inspeksi (Pemeriksaan) Suatu kegiatan inspeksi atau pemeriksaan terjadi apabila suatu obyek diperiksa baik pemeriksaan pada segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau

membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan ke arah menjadi suatu barang jadi. Contohnya

pemeriksaan yaitu kegiatan memeriksa warna, kegiatan menghitung jumlah benda yang diterima dari hasil pembelian, dan kegiatan meneliti dimensi benda kerja dengan menggunakan alat ukur. 3. Transportasi Suatu kegiatan transportasi terjadi bila material atau benda kerja yang dianalisa bergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian dari suatu operasi kerja. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari suatu operasi atau yang disebabkan oleh pekerja pada tempat kerja sewaktu operasi atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan kegiatan transportasi. Contoh kegiatan transpotasi yaitu benda kerja di angkut dari mesin pencetakan bakso ke wadah pengukusan dan suatu obyek dipindahkan dari lantai bawah ke lantai atas. 4. Menunggu (Delay) Proses menunggu terjadi apabila material benda kerja, operator atau fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu dan kegiatan menunggu bukan bagia dari proses produksi, misalnya menunggu pada proses peendinginan. Kegiatan ini biasanya berlangsung sementara, dimana obyek terpaksa menunggu atau ditinggalkan sementara sampai suatu saat diperlukan kembali. Contoh menunggu yaitu obyek menunggu untuk diproses atau diperiksa dan juga bahan menunggu untuk diangkut ke tempat lain. 5. Menyimpan (storage) Proses penyimpanan terjadi bila obyek disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Jika obyek itu akan kembali diambil, biasanya akan memerlukan prosedur perjanjian khusus. Prosedur perizinan dan lamanya waktu adalah dua hal yang membedakan antara kegiatan menyimpan dan menunggu. Contoh menyimpan yaitu dokumen atau arsip yang disimpan dalam brankas dan juga bahan baku, suplai, dan lain-lain disimpan dalam gudang.

6.

Aktivitas Gabungan Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan dan pada suatu tempat kerja. Contohnya yaitu pengurangan berat bakso pada timbangan yang dilakukan oleh seorang operator.

2.3.2. Jenis-jenis Peta Kerja Pada dasarnya, peta-peta kerja pada saat sekarang dibagi atas dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu : 1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja

keseluruhan Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Hubungan antara kedua macam kegiatan adalah untuk menyelesaikan suatu produk dierlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling berhubungan, dimana kelancaran proses produksi secara keseluruhan tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja. Yang termasuk peta kerja keseluruhan yaitu : a. Peta Proses Operasi Peta Proses Operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutanurutan operasi dan pemeriksaan, mulai dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasiinformasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Kegunaan Peta Proses Operasi : 1) Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya 2) Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku. 3) Sebagai alat untuk latihan kerja.

Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi : 1) Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya Peta Proses Operasi yang diikuti oleh identifikasi lain, seperti: nama

obyek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar. 2) Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses. 3) Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang

menunjukkan terjadinya perubahan proses. 4) Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi. 5) Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. b. Peta Aliran Proses Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutanurutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, suatu proses menunggu dan

penyimpanan

yang terjadi selama

atau prosedur

berlangsung, serta memuat informasi-informasi yang diperlukan untuk menganalisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan. Waktu biasanya dinyatakan dalam bentuk jam dan jarak perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter. Kegunaan Peta Aliran Proses : 1) Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari awal masuk dalam suatu proses sampai aktivitas terakhir. 2) Untuk memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses atau prosedur. 3) Untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.

4)

Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.

5)

Sebagai alat untuk mempermudah proses analisa untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau

ketidaksempurnaan. Ada beberapa prinsip yang perlu untuk bisa menggambarkan peta proses operasi dengan baik, antara lain : 1) Peta Aliran Proses mempunyai judul, dimana di bagian paling atas dari kertas ditulis kepalanya PETA ALIRAN PROSES, yang kemudian dikuti dengan pencatatan beberapa identifikasi seperti: nama obyek, nama pembuat peta, tanggal dipetakan cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar. 2) Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, yang menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses. 3) Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang

menunjukkan terjadinya perubahan proses. 4) Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi. 5) Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi. Agar diperoleh gambar peta operasi yang baik, produk yang biasanya paling banyak memerlukan operasi harus dipetakan terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan garis vertikal di sebelah kanan halaman kertas. c. Peta Proses Kelompok Kerja Peta Proses Kelompok Kerja merupakan hasil perkembangan dari suatu Peta Aliran Proses. Orang pertama yang memperkenalkan dan kemudian mengembangkannya adalah John A. Adridge. Peta ini bisa digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untuk melaksanakan pekerjaan tersebut

memerlukan kerjasama yang baik dari sekelompok pekerja, misalnya pekerjaan pergudangan, pemeliharaan atau pekerjaan-pekerjaan

pengangkutan material dan lain-lain. Kegunaan Peta Proses Kelompok Kerja Peta ini digunakan sebagai alat untuk menganalisa aktivitas suatu kelompok kerja. Tujuan utama yang harus dianalisa dari kelompok kerja adalah agar bisa meminimumkan waktu menunggu (delay). Dengan berkurangnya waktu menunggu berarti bisa mencapai tujuan lain, diantaranya: 1) 2) d. Bisa mengurangi ongkos produksi atau proses. Bisa mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses.

Diagram Aliran Peta Aliran Proses merupakan suatu peta yang memuat informasiinformasi relatif lengkap sehubungan dengan proses dalam suatu pabrik atau kantor, tetapi peta tersebut tidak menunjukkan gambar dari arah aliran selama bekerja. Diagram Aliran merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai dan gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi dalam Peta Aliran Proses. Aktivitas berarti pergerakan suatu material atau orang dari suatu tempat ke tempat berikutnya, dinyatakan dengan garis aliran dalam diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh arah anak panah kecil pada garis aliran tersebut. Kegunaan Diagram Aliran antara lain: 1) Lebih memperjelas suatu Peta Aliran Proses, karena lengkapnya informasi. 2) Menolong dalam perbaikan tata letak tempat kerja. 3) Dengan Diagram Aliran dapat menunjukkan dimana tempat-tempat penyimpanan, stasiun pemeriksaan dan tempat-tempat kerja

dilaksanakan dan juga dapat menunjukkan bagaimana arah gerakan berangkat-kembalinya suatu material atau seorang pekerja. Apabila dalam ruangan tersebut terjadi lintasan lebih dari satu orang atau barang, maka tiap lintasan dibedakan dengan warna bermacammacam. Atau apabila kita hanya menggambarkan lintasan untuk

seorang operator atau barang, maka perbedaan warna berarti menunjukkan perbedaan antara cara sekarang dengan cara yang diusulkan. 2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat Suatu kegiatan kerja dikatakan kegiatan kerja setempat apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja, yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Sedikit berbeda dengan peta-peta analisa kerja keseluruhan, maka peta-peta kerja untuk menganalisa kerja setempat akan digunakan untuk menganalisa dan memperbaiki proses kerja yang ada dalam suatu stasiun kerja, sehingga dicapai suatu keadaan ideal untuk itu. Yang termasuk peta-peta untuk menganalisa kerja setempat, yaitu: a. Peta Pekerja dan Mesin Peta Pekerja dan Mesin merupakan peta pertama yang termasuk kelompok kegiatan setempat. Peta pekerjaan dan mesin dapat dikatakan merupakan suatu grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin. Dengan demikian peta ini merupakan alat yang baik digunakan untuk mengurangi waktu menganggur. Kegunaan Peta Pekerja dan Mesin Informasi yang paling penting diperoleh melalui peta pekerja dan mesin adalah hubungan yang jelas antara waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang ditanganinya. Dengan informasi ini, kita mempunyai data yang baik untuk melakukan penyelidikan, penganalisaan, dan perbaikan suatu pusat kerja. Peningkatan efektivitas penggunaan dan perbaikan keseimbangan kerja tersebut dapat dilakukan, misalnya dengan cara : 1) 2) 3) Mengubah tata letak tempat kerja. Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja. Merancang kembali mesin dan peralataan.

b.

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Untuk mendapatkan gerakan-gerakan yang lebih terperinci, terutama unuk mengurangi gerakan-gerakan yang tidak perlu dan untuk mengatur gerakan sehingga diperoleh urutan yang terbaik, maka dilakukan studi gerakan, seperti peta tangan kiri dan tangan kanan yang merupakan suatu alat dari studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Kegunaan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Peta tangan kiri dan tangan kanan berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja. Sebagaimana peta-peta yang lain peta ini juga mempunyai kegunaan yang lebih khusus diantaranya : 1) Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan. 2) Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif. 3) Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.

2.4.

Pengukuran Waktu Jam Berhenti Sesuai dengan namanya maka pengukuran waktu ini dengan menggunakan

jam henti (stopwatch) sebagai alat utamanya. Cara ini merupakan cara yang paling banyak dikenal dan karenanya banyak dipakai.

2.4.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti/stop watch. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran, dan lain-lain.

Di bawah ini adalah sebagian langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat dicapai yaitu: 1. Penetapan tujuan pengukuran Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. 2. Melakukan penelitian pendahuluan Yang dicari-cari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada operator untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu suatu kondisi yang ada dapat dicari waktu yang pantas, artinya akan didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang

bersangkutan. 3. Memilih operator Operator yang dipilih untuk pengukuran waktu haruslah operator yang memenuhi beberapa kriteria, diantaranya berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Jika jumlah pekerja di tempat bersangkutan banyak maka jika kemampuan mereka dibandingkan maka akan terlihat perbandingan perbedaan diantaranya, yaitu dari yang berkemampuan rendah sampai tinggi. 4. Melatih operator Walaupun operator yang baik telah di dapat, kadang-kadang masih diperlukan pelatihan. Operator perlu dilatih terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator. 5. Mengurai pekerjaan atas elemen pekerjaan Pekerjaan dipecah menjadi elemen pekerjaan, yang merupakan gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen inilah yang diukur waktunya. Waktu siklusnya jumlah dari waktu setiap elemen ini.

6. Menyiapkan alat-alat pengukuran Alat-alat yang diperlukan antara lain stopwatch, lembar pengamatan, alat tulis, dan papan pengamatan.

Gambar 2.2. Stopwatch

You might also like