You are on page 1of 29

Tue sday , 13 July 201 0 06:1 6 Mengantisipasi serangan hama wereng Opini BINARI MANURUNG Sesungguhnya, serangga wereng

secara alami dapat ditemukan pada berbagai ekosistim yang ada di alam termasuk di areal persawahan. Hal itu terjadi karena wereng itu sendiri merupakan salah satu komponen

pembentuk jaringjaring makanan yang terdapat pada ekosistim pertanian. Yang menjadi masalah adalah ketika jumlah populasi wereng itu telah melampaui batas dari yang dapat ditoleransi oleh ekosistim persawahan. Dalam hal itu wereng tidak saja lagi hanya sebagai komponen ekosistim melainkan telah berubah menjadi hama pertanian. Pada kondisi jumlah individu yang berlimpah wereng akan mengisap lebih banyak cairan

tanaman padi dan hal itu akan menyebabkan tanaman padi menjadi layu dan akhirnya menjadi mati kekeringan seperti terbakar. Dan yang lebih berbahayanya lagi adalah ketika wereng juga berperan sebagai vektor (pembawa dan pemindah) berbagai jenis penyakit ataupun virus kepada tanaman. Wereng coklat misalnya dapat memindahkan virus rice grassy stunt dan rice ragged stunt. Virus ****rice grassy stunt akan menyebabkan

penyakit kerdil rumput pada padi sedangkan rice ragged stunt menyebabkan penyakti kerdil hampa. Sementara itu wereng hijau merupakan vektor dari penyakit tungro (habang) yang sangat berbahaya bagi tanaman padi. Serangan hama wereng akan mengakibatkan hasil panen menjadi berkurang bahkan dapat juga menyebabkan gagal panen. Gabah dari padi yang telah diserang wereng kualitasnya tergolong jelek. Dalam hal ini jika

gabahnya digiling akan menghasilkan beras yang pecahpecah atau butir yang tidak utuh. Dengan demikian menjadi kurang layak untuk dimakan. Pada keadaan seperti itu biasanya harga gabah akan menjadi turun alias anjlok. Itu berarti serangan hama wereng akan menyebabkan para petani menjadi rugi, sengsara ataupun menderita. Sehubungan dengan itu seberapapun luasnya suatu serangan hama wereng, hal itu

perlu diwaspadai dan diantisipasi serta perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius dari para birokrat, akademisi, masyarakat dan petani itu sendiri. Terlebih lagi mengingat petani kita sebahagian besar masih tergolong petani gurem. Mewaspadai serangan Hasil pengamatan lapangan dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan sampel wereng di Laboratorium Entomologi

Jurusan BiologiFMIPA Universitas Negeri Medan. Serangga wereng yang menyerang tanaman padi di Kabupaten Serdang Bedagai termasuk jenis wereng coklat (Nilaparvata lugens) dan beberapa jenis wereng hijau (Nephotettix spp.). Dari segi kelimpahan ataupun kerapatannya, populasi wereng coklat relatif lebih banyak ditemukan di lapangan. Sementara itu, berdasarkan tipenya, tipe wereng coklat

yang paling banyak ditemukan di persawahan adalah tipe makroptera yaitu serangga dewasa bersayap penuh. Kehadiran tipe ini perlu diwaspadai dan diantisipasi karena memberi petunjuk werengwereng telah siap untuk bermigrasi/berpind ah tempat menyerang/mengi nvasi tanaman padi lainnya, terutama padi yang masih berada pada fase pertumbuhan vegetatif. Dari pengamatan penulis, tanaman padi yang berada di kabupatan

Deliserdang yakni kabupaten yang berbatasan langsung dengan Serdangbedagai sebagian besar padinya masih berada pada fase pertumbuhan vegetatif. Itu berarti akan menjadi makanan yang empuk bagi wereng coklat yang akan bermigrasi. Itu berarti instansi terkait dan para petani yang ada di kabupaten tersebut harus lebih waspada dan perlu mengambil langkah-langkah yang strategis untuk mengantisipasi serangan dari wereng-wereng

yang bermigrasi. Maksudnya tidak lain agar petani yang tinggal di daerah tersebut tidak memiliki nasib yang sama dengan saudaranya yang tinggal di kabupaten Serdang Bedagai. Sesungguhnya telah banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah terlebih Departemen Pertanian Provinsi Sumatera Utara untuk mewaspadai dan mengantipasi serangan hama wereng di daerah ini. Sebut saja misalnya digelarnya

Sekolah Lapang Pengendali Hama Terpadu (SLPHT), Sekolah Lapang Iklim (SLI), perekrutan Tenaga Penyuluh di bidang Pengendalian Hama Penyakit, hadirnya Klinik Pertanian, adanya Regu Pengendali Hama-Brigadir Proteksi Tanaman Pangan dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, serangan hama wereng masih juga terjadi di provinsi ini, yang berarti seolah upayaupaya yang telah dilakukan itu tidak membuahkan hasil.

Catatan penulis menunjukkan, tahun 2006 yang lalu serangan itu terjadi di kabupaten Asahan dan Serdang Bedagai. Di Asahan serangan itu terjadi di Kec Air Putih dan Sei Balai, sedangkan di Serdang Bedagai terjadi di kecamatan Perbaungan dan Dolok Masihul. Pada tahun 2009 serangan hama wereng juga terjadi di kabupaten Labuhan Batu, yaitu di kecamatan Leidong dan Kualuh Hilir. Saat ini, di tahun 2010 serangan itu muncul lagi di

Serdang Bedagai, sehingga seolah penyakit tersebut telah menjadi penyakit tahunan ataupun endemik bagi Serdang Bedagai dan kabupaten yang berbatasan dengannya. Jika demikian halnya, siapa yang patut dipersalahkan dalam masalah ini? Diperlukan multidisiplin Berbicara mengenai mengapa serangan hama wereng senantiasa terjadi pada sistim pertanian kita, sesungguhnya hal itu dapat disebabkan oleh

sejumlah faktor. Faktor-faktor itu menurut hemat penulis adalah sebagaiberikut: Pertama, oola tanam yang kurang benar, tidak serentak dan tidak tepat waktu. Jika pola tanam berlangsung kurang benar, tidak serentak dan tidak tepat waktu, hal itu akan menyebabkan senantiasa tersedianya sumber daya pakan yang berlimpah bagi serangga di lapangan. Ketersediaan sumber pakan itu akan menyebabkan

kehadiran wereng di lapangan tidak putus-putusnya termasuk siklus hidupnya. Itu berarti serangga hama senantiasa ada tetap bertahan pada sistim persawahan kita. Pengamatan di lapangan menunjukkan pola tanam yang tidak serentak ini masih terjadi di kabupaten Serdang Bedagai. Antara desa Petuasan Hilir dan Petuasan Hulu misalnya, walaupun samasama berada di kec Pegajahan dan berbatasan langsung satu sama lainnya akan

tetapi pola tanamnya tidak serentak. Demikian juga halnya jika dibandingkan dengan pola tanam yang ada di desa Tualang di kec Perbaungan. Olehkarena itu, jika serangan hama wereng pada masa yang akan datang ingin diminimalisasi maka para petani kita masih harus disiplin lagi dalam hal pola tanam ini. Untuk itu peranan instansi terkait untuk mensosialisasikan peranan pola tanam yang benar dalam rangka meminimalisasi serangan hama

wereng kepada petani kita perlu lebih dioptimalkan lagi. Kedua, tidak menggunakan bibit berlabel. Di lapangan bibit tanaman yang digunakan para petani adalah varietas Cierang. Varietas ini sesungguhnya merupakan varietas yang tahan serangan hama wereng. Jika demikian mengapa tanaman padi yang ada di Serdang Bedagai itu tetap diserang hama? Hasil wawancara penulis dengan salah seorang petani yang juga seorang Kepling di

kec Perbaungan mengungkapkan, petani kita rupanya kurang disiplin menggunakan bibit berlabel. Para petani masih sering menggunakan bibit yang tidak berlabel, alias menggunakan benih tanaman yang berulangulang sehingga tanaman padi mereka menjadi tidak memiliki ketahanan terhadap hama. Sehubungan dengan itu, untuk periode tanam berikutnya petani kita masih harus lagi senantiasa diingatkan agar lebih disiplin

menggunakan bibit berlabel supaya padi mereka terhindar dari serangan hama wereng. Lagi-lagi peranan dari instansi terkait untuk meningkatkan pemahaman petani kita dalam hal ini masih sangat diharapkan. Ketiga, KKondisi Iklim dan Cuaca. Iklim dan cuaca yang baik, dalam hal ini panas dan kelembaban lahan yang tinggi akan sangat mendukung pertumbuhan populasi wereng di lapangan. Faktor lingkungan seperti itu sangat dibutuhkan

wereng untuk memperbanyak populasinya, apalagi pada kondisi dimana ketersediaan pakan serba melimpah. Kondisi panas yang terjadi sejak akhir April hingga awal bulan Juni 2010 yang lalu tentu sangat mendukung perkembangan embrio dan larva wereng di lapangan. Pada kondisi seperti itu masa siklus hidup wereng dari telur hingga dewasa (imago) menjadi dipersingkat. Dengan demikian dalam waktu singkat populasi

wereng akan banyak di lapangan dan siap menyerang tanaman padi. Keempat, Pergiliran Tanaman. Pergiliran tanaman dapat memotong siklus hidup hama. Itu artinya secara langsung dapat menurunkan kepadatan populasi serangga hama di lapangan. Jika demikian tanaman padi pada masa tanam berikutnya akan terhindar dari serangan hama wereng. Praktek pergiliran tanaman ini tampaknya kurang terlaksana dengan baik oleh

petani kita. Bahkan mereka masih enggan melakukan pergiliran tanaman. Hasil di lapangan menunjukkan, petani masih senantiasa hanya menanam padi pada lahan yang sama dari waktu ke waktu tanpa pernah diselingi oleh tanaman palawija. Kurang terlaksananya praktek pergiliran tanaman ini tentu saja ikut berkontribusi pada kejadian merebaknya serangan hama wereng di kecamatan Pegajahan tahun

ini. Lagi-lagi petani kita perlu dituntut untuk disiplin melakukan praktek pergiliran tanaman. Kelima, Monitoring dan Insektisida. Penggunaan insektisida untuk memerangi kehadiran wereng di lapangan sesungguhnya harus dilakukan dengan arif dan bijaksana. Mengapa demikian? Hal itu terjadi karena insektisida itu memiliki efek samping, misalnya membunuh organisma yang bukan sasaran

seperti berbagai organisma pemangsa (predator dan parasitoid) yang pada dasarnya juga turut memerangi wereng. Untuk efektifnya penggunaan insektisida ini petani juga harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam hal monitoring (penyimakan), yakni waktu penggunaan insektisida yang tepat berdasarkan kehadiran wereng di persawahan (jumlah individu yang hadir per rumpun padi). Pemahaman yang

baik akan masalah ini akan sangat turut berkontribusi dalam menghindari serangan yang dahsyat dari wereng. Menurut hemat penulis, jika petani yang ada di Kecamatan Pegajahan paham dalam melakukan monitoring ini dan melakukannya secara disiplin pada tanaman padi mereka maka tanaman mereka akan terhindar dari serangan wereng. Untuk itu, kedepan pemahaman petani akan pelaksanaan monitoring ini perlu ditingkatkan serta melakukannya

dengan displin sehingga padinya terhindar dari serangan hama yang parah. Untuk itu peranan dari Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian (PPL) sangat diharapkan. Keenam, pemusnahan singgang (sisa tanaman) ataupun tanggul-tanggul jerami. Pembiaran singgang-singgang (sisa tanaman) ataupun tanggultanggul jerami untuk waktu yang lama di persawahan turut berkontribusi terhadap serangan hama wereng pada padi yang ditanam pada masa

berikutnya. Singgang ataupun tanggul-tanggul jerami dalam hal ini dapat berperan sebagai sumber pakan dan tempat berlindung bagi wereng sehingga kehadirannya senantiasa ada pada persawahan. Hasil penelitian yang dilakukan penulis bersama tim menunjukkan singgang-singgang yang terdapat dipersawahan di Kabupaten Deli Serdang secara signifikan dapat mempertahankan kehadiran berbagai jenis serangga wereng dalam jumlah yang berlimpah Sehubungan

dengan itu, kedepan untuk meminimalisasi serangan hama wereng praktek pembiaran singgang-singgang ataupun tanggultanggul jerami harus dihindari, artinya secepat mungkin tanah persawahan harus diolah. Dengan melakukan multidisiplin yang telah diuraikan di atas, itu berarti petani kita telah senantiasa turut serta mewaspadai dan mengantisipasi serangan wereng setiap saat. Sebagai hasilnya, sawah mereka

akan terhindar dari serangan wereng yang sangat merugikan dan merekapun akan menjadi petani yang sejahtera. Semoga.
Penulis adalah Entomolog lulusan Univ. MartinLuther Halle-Wittenberg Jerman, Dosen BiologiFMIPA/Program Pascasarjana Pend. Biologi Unimed

You might also like