You are on page 1of 2

Catatan

Jadikan Teman | Kirim Pesan

Hartos

Saya pensiunan geologist di sebuah perusahaan migas asing. Tadinya mau menjadi t.k.a. tetapi oleh boss diminta tetap bekerja di perusahaan yang sama, di Indonesia. Walaupun sering bekerja di lokasi pemboran, 24 jam sehari, saya tetap enjoy karena memang saya cinta dengan pekerjaan ini. Menjaga pemboran migas, siang-malam, memonitor feet by feet atau minute by minute. Dua anak saya sudah mandiri: Si sulung jadi dosen di universitas negeri di Jakarta, adiknya masih sekripsi juga di univ. negeri di Jakarta sambil mengelola bisnis fotografi. Biasanya setelah jam 21:00 rumah kami ramai karena anak-...

Busway TransJakarta: Konflik Horizontal


REP | 14 June 2011 | 08:11 118 0 Nihil Keberadaan busway sangat membantu banyak warga Jakarta termasuk saya walaupun pelayanannya masih jauh dari yang kami harapkan. Hampir setiap hari saya menggunakan layanan busway koridor 6, juruan Ragunan-Kuningan-Dukuhatas, naik dari halte Kementerian Pertanian atau SMK 57 di jalan Margastwa, sehingga saya sering menyaksikan kejadian-kejadian lucu maupun menyedihkan di dalam busway. Dalam bahasa politik, kejadian menyedihkan yang saya maksudkan adalah: karena layanan yang belum bagus busway ini sering menciptakan konflik horizontal. Konflik antar sesama penumpang, antara penumpang dan petugas di dalam bus atau dengan petugas di sebuah halte. Misalnya di pagi hari, terjadi penumpukan penumpang di beberapa halte sepanjang jalan Warungbuncit; karena sudah menunggu cukup lama, hampir 45 menit atau sejam, maka ada satu dua penumpang yang nekat masuk, ikut berhimpitan dengan penumpang lain. Akibatnya pintu busway agak sulit ditutup. Penumpang yang sudah berdiri (berhimpitan) tetap toleran, sambil beringsut-ingsut untuk memberi ruang kepada penumpang baru ini. Na, dalam keadaan seperti ini petugas busway yang biasanya berdiri di pintu depan sering marah dengan berkata keraskeras, memerintahkan agar penumpang turun kembali. Biasanya teriakan ini tidak digubris, maka pelan-2 buswa segera melaju. Masih banyak contoh-2 konflik horizontal lainnya yang mestinya tidak perlu terjadi kalau saja para pimpinan TransJakarta berkenan turun ke lapangan untuk menyaksikan keadaan yang sebenarnya. Jadi tidak hanya sekedar laporan. Kemarin sore ada kejadian lain. Di sebuah halte di jalan Rasuna Said, busway melaju ke arah Ragunan dalam keadaan penuh sesak; ketika berhenti ada seorang bapak yang nekat masuk bus lewat pintu belakang. Ketika pintu menutup dengan hentakan (mungkin sudah rusak) daun pintu bus menghantam punggung si bapak. Haduh! teriaknya. Masuk dikit dong! kata si bapak ini sambil memelototi seorang ibu yang berdiri agak di dalam bus. Tentu saja si ibu ini kaget dan

menjawab dengan nada tinggi He, kenapa anda melotot ke saya?. Karena si bapak mendebat dengan nada yang tidak kalah tinggi maka si ibu menjawab Saya kan sudah bergeser masuk, mestinya anda ngomong dong sama para penumpang yang berdiri di depan anda!. Tiba-2 seorang penumpang membungkuk, dan masuk lebih ke dalam bus untuk memberi ruang kepada bapak pemberani ini. Untung percekcokan segera terhenti setelah beberapa penumpang lain berkomentar Sudahlah, kita bersabar saja, ini kan karena TransJakarta tidak dapat memberikan pelayanan yang baik. Suasana kembali tenang. Walaupun saat itu di dalam busway penumpang saling berdesakan, mereka memahami. Ada penumpang berbisik Ini adalah angkutan terbaik diantara yang jelek-jelek; lalu ada yang menimpali Inilah angkutan ibu kota negara. Semoga para pimpinan TransJakarta berkenan untuk sering turun ke lapangan, memantau pelayanan sehingga dalam waktu mendatang TransJakarta dapat memberikan pelayanan sesuai yang diharapkan warga kota: Nyaman. Salam hangat. Pak Sugeng H.

You might also like