You are on page 1of 25

BAB 1 TINJAUAN TEORI KONJUNGTIVITIS 1.1 Tinjauan Medis 1.1.

1 Pengertian Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva atau mata merah atau pink eye ( Darlina, Vera; 1996; 103 ) Konjungtivitis adalah radang konjungtiva, merupakan penyakit mata paling umum di dunia, bervariasi dari hiperemia ringan dengan berair mata sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental ( Vaughan, Daniel; 2000; 99 ) 1.1.2 Etiologi 1. Bakteri patogen Stafilokokus, streptokokus, corynebacterium diphteriae, pseudomonas aeruginosa, Neiseria gonorhoea, dan Haemophilus influenzae 2. Virus Adenovirus, Herpes Simplek, Herpes Zoster, Klamidia, New Castle, Pikorna, Enterovirus 3. Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen 4. Berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal 1.1.3 Fisiologi Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina, lantas dengan serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Bila sebuah bayangan tertangkap mata, maka berkas-bekas cahaya benda yang dilihat menembus kornea, aques humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktuk optius menuju otak sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk.

1.1.4

Patofisiologi Infeksi bakteri, virus, jamur Radang konjungtiva (konjungtivitis)

Rasa tidak enak (ngeres)

Kotoran purulen Kelopak bengkak Fotofobia Kemunduran visus Penurunan ketajaman penglihatan

Lakrimasi Kemerahan Nyeri Risiko tinggi cedera Kurang pengetahuan

Ansietas

Gangguan sensori perseptual

Keterangan : Infeksi bakteri, virus, jamur, alergi dan sebagainya dapat menyebabkan radang pada konjungtiva (konjungtivitis) sehingga akan menimbulkan rasa tidak enak (ngeres) pada mata. Kotoran seperti air yang mukopurulenta dan mata akan mengeluarkan air mata (lakrimasi). Hal ini menyebabkan kelopak mata menjadi bengkak dan kemerahan sehingga timbul rasa nyeri. Di samping itu terjadi fotofobia oleh karena pembengkakan kelopak mata akibat iritasi akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan sehingga akan berakibat ansietas pada penderita, gangguan dalam penerimaan sensori perseptual. Selain itu tidak tahunya dalam perawatan kebersihan dapat memacu penyebaran penyakit akibat kurang pengetahuan yang dimilikinya. 1.1.5 Klasifikasi 1. Konjungtivitis Alergi Konjungtivitis alergi adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap setiap bahan yang dapat bersifat alergen (debu, tepung sari, obat, dan lain-lain) Konjungtivitis alergi dapat timbul sebagai akibat reaksi terhadap alergen yang lokal maupun sistemik. 2. Konjungtivitis Adenovirus

Konjungtivitis adenovirus adalah suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus jenis tertentu. Misal : Keratokonjungtivitis epidemi, demam faringo konjungtiva 3. Konjungtivitis angular Konjungtivitis angular adalah suatu radang konjungtiva yang mengenai konjungtiva bulbi di fisura palpebra pada kantus internus dan eksternus Disebabkan oleh Moraxella (diplobasi), mungkin juga disebabkan oleh stafilokokus 4. Konjungtivitis Atopi Konjungtivitis atopi adalah suatu peradangan konjungtiva yang dapat ditemukan pada orang-orang yang mempunyai stigma atopi seperti dermatitis atopi dan asma bronkial 5. Konjungtivitis Difteri Konjungtivitis difteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan Korinebakteium difteri dan disertai gambaran khas berupa pembentukan membran pada konjungtiva tarsal 6. Konjungtivitis Folikular Konjungtivitis folikular adalah peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan folikel 7. Konjungtivitis Gonore Konjungtivitis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekret purulen yang disebabkan oleh kuman Neiseria Gonorhoea 8. Konjungtivitis Katarak Konjungtivitis katarak adalah infeksi konjugtiva dengan gejala khas berupa peradangan katarak pada membran mukosa konjungtiva 9. Konjungtivitis Digneus Konjungtivitis digneus adalah peradangan konjungtiva yang menahun, sering berulang-ulang 1.1.6 Manifestasi Klinis 1. Hiperemi konjungtiva bulbi ( infeksi konjungtiva ) 2. Lakrimasi 3. Eksudat 4. Pseudoptosis akibat kelopak membengkak 5. Kemosisi, hipertrofi papil, folikel, membran psedomembran, granulasi fikteri 6. Mata seperti adanya benda asing

7. Adenopati pseurikular 8. Pada konjungtivitis virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva 1.1.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan sediaan langsung dengna pewarnaan gram atau Giemsa 2. Kultur virus 3. Sel inklusi intranuklear 1.1.8 Penatalaksanaan 1. Tetes mata antibiotika siang hari, malam, salep 2. Penggunaan handuk sendiri-sendiri 3. Menggunakan tissue bukan sapu tangan dan dibuang setelah pemakaian satu kali 4. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak di kelopak mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin 5. Fotofobia dapat diatasi dengan memakai kaca mata gelap 6. Pemakaian topeng seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan, karena akan memberikan lingkugan yang baik untuk perbanyakan mikroorganisme 1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan 1.2.1 Pengkajian 1. Tanyakan adanya riwayat penyakit mata, pembedahan atau trauma mata 2. Tanyakan penggunaan obat tetes; jenis, jumlah, frekuensi dan lama penggunaan 3. Tanyakan adanya kotoran mata, nyeri pada daerah mata, nyeri kepala 4. Tanyakan adanya riwayat konjungtivitis sebelumnya; sifatnya, ada hubungan dengan alergi, musim/cuaca 5. Tanyakn tempat tinggal, jumlah penghuni dalam satu rumah dan adanya yang menderita dari salah satu keluarga 1.2.1.1 Anamnesa

1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik

1. Aktivitas/istirahat Tanda : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan 2. Makanan/cairan Tanda : anoreksia 3. Neurosensori Tanda : Gangguan perifer, 4. Nyeri/kenyamanan Tanda : ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala, rasa tidak enak/ngeres 1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan ketegangan, vasospasme a. Batasan Karakteristik Komunikasi ( verbal atau kode ) dari pemberi gambaran nyeri 2. Data Objektif Perilaku melindungi, protektif Memfokuskan pada diri sendiri Penyempitan fokus ( perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak sosial, kerusakan proses pikir ) Perilaku distraksi ( merintih, menangis, mondar-mandir, mencari orang lain dan/atau aktivitas, gelisah ) Wajah tampak menahan nyeri ( mata tak bersemangat, "tampak terpukul", gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis ) Perubahan pada tonus otot (dapat berkisar dari malas, sampai kaku) Respons autonomik tidak terlihat pada nyeri stabil kronis (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi, pupil, dilatasi, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan) b. Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang c. Kriteria Hasil : 1. Data Subjektif penglihatan fotofobia, (kabur/tak konjungtiva jelas), dan sinar sklera terang merah, menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap, penglihatan peningkatan air mata

1.2.2.1 Nyeri ( akut/kronis ) berhubungan dengan peradangan pada konjungtiva,

1. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang 2. Klien tidak menyeringai kesakitan 3. TTV normal d. 1. Intervensi : Mengobservasi tingkat nyeri klien R : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya 2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya R : Dengan menjelaskan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri 3. Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah, meringis R : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung dialami 4. Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang R : Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi ketidaknyamanan 5. Ajarkan klien dalam perawatan dan cara kebersihan untuk mencegah penularan penyakit seperti memakai handuk sendiri- sendiri atau barang pakai lainnya R : Pemberian informasi sebagai pengetahuan dalam mengurangi penularan yang lebih lanjut dari penyakit tersebut 6. mata R : Sebagai terapi untuk mengurangi nyeri dan sebagai proses penyembuhan 7. Ajarkan klien untuk mengikuti terapi pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara benar R : Sebagai pematuhan terhadap terapi dan pengobatan serta berpartisipasi dalam memebantu proses penyembuhan 1.2.2.2 Gangguan sensori perseptual ; penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indra, adanya proses peradangan, adanya sekret pada kornea a. Batasan Karakteristik 1. Mayor ( harus terdapat ) Tidak akuratnya interpretasi terhadap stimulus lingkungan dan/atau perubahan negatif dalam jumlah atau pola dari stimulus yang masuk Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat tetes

2. Minor ( mungkin terdapat ) Disorientasi waktu dan tempat Disorientasi orang Perubahan kemampuan dalam pemecahan masalah Perubahan pola komunikasi dan perilaku Gelisah Melaporkan halusinasi dengar dan lihat Ketakutan Ansietas Apatis Peka rangsang b. Tujuan : Sensori perseptual penglihatan kembali adekuat c. Kriteria Hasil : 2. Klien menyatakan adanya penurunan gejala kelebihan beban sensori 3. Klien mampu menghilangkan faktor-faktor risiko d. Intervensi : 1. 2. Tentukan ketajaman penglihatan Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih lanjut R : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi (disorientasi) R : terbangun dalam lingkungan yang tidak adekuat dan mengalami keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung 3. 4. Observasi penglihatan kabur dan iritasi Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata untuk R : Gangguan penglihatan / iritasi dapat terjadi secara bertahap membantu mengurangi silau pada mata R : Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada fobia 5. Anjurkan klien membersihkan kotoran mata tiap hari seperti membasuh dengan air hangat atau saputangan R : Membatu mengurangi ketidaknyamanan 6. mata R : Menambah beban sensori pada penglihatan 7. 8. Kolaborasi dengan dokter dalam pilihan intervensi medis Anjurkan pasien agar tidak menggaruk mata R : Membantu masalah denagn tindakan medis Anjurkan klien tidak membaca atau memaksa memfokuskan

R : menggaruk mata dapat memperparah kondisi mata 1.2.2.3 Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, progniosisi dan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif a. Batasan karakteristik : 1. Mayor : Menyatakan kurangnya pengetahuan atau ketrampilan/ meminta informasi Mengekspresikan persepsi yang tidak akurat terhadap kondisi kesehatannya Menampilkan secara tidak tepat perilaku sehat yang diinginkan atau yang sudah ditentukan 2. Minor : Kurang integrasi rencana tindakan ke dalam kegiatan sehari-hari Menunjukkan/ mengekspresikan gangguan psikologi Tujuan : Peningkatan pemahaman tentang kondisi/ prognosis dan aturan terapeutik secara optimal Kriteria hasil : Individu akan : Berpartisipasi dalam proses balajar Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan b. Intervensi : 1. Evaluasi tipe/ derajat dari gangguan persepsi sensori R : defisit mempengaruhi pilihanmetode pengajaran dan isi/ kompleksitas instruksi 2. Diskusikan keadaan pathologis yang khusus dan kekuatan pada individu R : membantu membangun harapan yang realistis dan meningkatkan pemahanterhadap keadaan dan kebutuhan saat ini 3. Anjurkan pada pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat dll. R : Aktivitas yang menyebabkan mata lelah / tegang dan dapat meningkatkan TIO 4. Dorong aktivitas penglih seperti mendengar radio, berbincang-bincang

R : Memberikan masukan sensasi, mempertahankan rasa normalitas, melalui waktu lebih mudah bila tak mampu menggunakan penglihatan secara penuh 5. Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kacamata gelap bila keluar/ dalam ruangan terang R : Mencegah cedera kecelekaan pada mata 1.2.2.4 Potensial cedera / trauma berhubungna dengan ketajaman penglihatan menurun a. Tujuan : Tidak terjadi cedera / trauma b. Kriteria hasil : 4. Klien menyatakan tidak adanya faktor-faktor potensial yang berbahaya 5. Klien melaporkan kegiatan kegiatan yang aman di rumah c. Intervensi : 1. Batasi aktivitas yang berlebihan seperti membaca atau melihat terlalu dekat R : meminimalkan cedera 2. licin R : Mencegah terjadinya risiko cedera 3. Berikan posisi nyaman pada pasien seperti tidur terlentang beraktivitas 4. Anjurkan klien untuk memodifikasi lingkungan R : Menghindari terjadinya kecelakaan / trauma R : Kenyamanan tersebut akan membuat pasien lebih aman untuk Pertahankan keamanan lingkungan seperti menghindari lantai

BAB 2 TINJAUAN KASUS 2.1 Pengkajian 1. Identitas 1.1 Identitas Pasien Nama Umur Agama Jenis Kelamin Status Marital Pendidikan Pekerjaan Suku Bangsa Alamat Tanggal Pengkajian Diagnosa Medis : : : : : : : : : : : Tn. H 25 tahun Kristen laki laki kawin PT Karyawan Swasta Jawa Kediri 30 November 2011 jam 9.35 WIB Konjungtivitis No.Reg. : 256176

1.2 Identitas Penanggung Jawab Nama Penanggung Alamat No. Telp Nomor Kartu Identitas Jenis Kelamin Pekerjaan 2. Riwayat Kesehatan 2.1 Keluhan Utama Pasien mengatakan mata kiri seperti kemasukan pasir, ngeres, bengkak, warna merah, mengganjal dan nyeri, skala nyeri 5. 2.2 Riwayat Penyakit Sekarang : Tn. H : Kediri ::: Laki - laki : Karyawan Swasta Hubungan dengan Pasien : -

Sejak kemarin pasien merasa mata kiri gatal, pada malam harinya mulai bengkak dan merah. Pagi pada tanggal 30 november 2011 pukul 09.00 wib pasien periksa ke Poliklinik mata RS Baptis Kediri, dan di Diagnosa konjungtivitis. 2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu Pasien pernah mengalami konjungtivitis 2 tahun yang lalu 2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti hepatitis, kusta, TBC dan penyakit keturunan seperti penyakit DM, HT, Jantung ataupun Asma Genogram :

25

= Laki-laki = Perempuan
25

= Pasien = Tinggal Serumah

X X

= Meninggal = Hubungan Pernikahan = Hubungan Keturunan

2.5 Riwayat Sosiokultural Sosial Kultural : Hubungan pasien dengan keluarganya baik : Pasien berasal dari jawa dan hidup di lingkungan jawa

2.6 Review Pola Sehat Sakit Pasien kadang-kadang berolahraga bila ada waktu luang, pasien selalu makan tepat waktu.

2.7 Pola Fungsi Kesehatan Gordon 1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Di Rumah : Pasien merasa kesehatan itu penting. Pasien kadang-kadang berolahraga dan pergi ke dokter bila sakit. Di Rumah Sakit : Pasien patuh pada instruksi dokter dan perawat serta meminum obat yang di berikan tepat waktu 2. Pola Nutrisi Metabolik Di Rumah : Pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur, pasien menghabiskan satu porsi penuh tiap makan. Minum air putih 6 - 7 gelas Di Rumah Sakit : Selama dirawat di Poliklinik RS Baptis Kediri pasien belum makan 3. Pola Eliminasi Di Rumah : BAB = 1 hari sekali BAK = 6-7 kali/hari Di Rumah Sakit : BAK = belum BAK selama di rawat BAB = pasien belum BAB selama dirawat 4. Pola Aktivitas dan Latihan Di Rumah : Pasien bekerja sebagai karyawan di Instansi swasta. Di Rumah Sakit : Pasien hanya bisa duduk diam saat menunggu untuk diperiksa. 5. Pola Kognitif dan Persepsi Di Rumah : Pasien mempunyai pemikiran yang logis dan mengenal lingkungan Di Rumah Sakit : Pasien mempunyai pemikiran yang logis dan mengetahui kondisi penyakitnya 6. Pola Persepsi Konsep Diri
1. Citra Tubuh : Tn. H menganggap tubuhnya sehat, hanya saja matanya

tersa agak nyeri


2. Ideal Diri : Tn. H menginginkan menjadi karyawan yang sejahtera dan

menjadi Kepala Keluarga yang bertanggung jawab.


3. Harga Diri : Tn. H merasa bangga atas semua hal yang sudah dicapai,

tentang keberhasilannya dan tentang pekerjaannya yang masih di jalani sampai sekarang.
4. Peran Diri : Tn. H adalah seorang suami yang memberi nafkah pada

keluarga 7. Identitas Diri : Tn. H adalah seorang suami yang bertanggung jawab

8. Pola Tidur dan Istiahat Di Rumah : Pasien tidur 8 10 jam sehari, tidak ada gangguan tidur Di Rumah Sakit : Pasien tidak istirahat saat di Rumah Sakit 9. Pola Peran Hubungan Di Rumah : Pasien berperan sebagai kepala keluarga dan ayah/suami dengan baik Di Rumah Sakit : Selama di Rumah Sakit keputusan tetap diambil sendiri oleh Tn. A 10. Pola Seksual Reproduksi Di Rumah : Pasien sudah mempunyai anak, melakukan aktivitas seksual secara normal Di Rumah Sakit : Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seksual 11. Pola Toleransi Stress Koping Di Rumah : Pasien dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik Di Rumah Sakit : Pasien terlihat tetap tenang dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik 12. Pola Nilai Kepercayaan Di Rumah : Pasien beragama islam dan rajin beribadah 5 waktu sehari Di Rumah Sakit : Pasien berdoa di dalam hati 3. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum KU baik, kesadaran komposmentis, memakai kacamata, pasien sering mengusap mata dengan tisu 2. Tanda Vital Tensi / TD Respirasi Nadi Suhu 3. Kepala Inspeksi Palpasi 4. Mata Inspeksi 5. Hidung Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada lesi, tidak ada polip : Simetris, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak ada odema tidak terdapat lesi, sklera putih, reflek pupil terhadap cahaya baik. : Rambut warna hitam, lurus, kulit kepala bersih, tidak ada lesi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan : 120 / 80 mmHg : 20 kali / menit : 80 kali / menit : 37 5C

Palpasi 6. Telinga Inspeksi

: Tidak ada nyeri tekan : Simetris, tidak ada lesi, ada serumen, telinga kanan bengkak

dan warna merah. Pemeriksaan : Tidak ada gangguan pendengaran 7. Mulut Inspeksi 8. Leher Inspeksi Palpasi a. b. : Simetris, tidak ada lesi, bersih : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid Ketiak : Tidak terkaji Pemeriksaan Thorax / Dada : :bentuk dada normal tidak terdapat pigeon chest, barrel chest, pergerakan dada kanan dan kiri saat inspirasi dan ekspirasi bergerak bersama. Palpasi Auskultasi Perkusi c. Palpasi Perkusi Auskultasi 10. Abdomen Inspeksi Pallpasi Perkusi : Tidak ada acites, tidak ada lesi. : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa : Suara tympani. : Tidak ada nyeri tekan atau massa. : Tidak ada suara tambahan seperti hipersonor. : vesikuler, tidak ada suara tambahan seperti wheezing, rhonci Jantung : : Tidak tampak pulsasi Iktus kordis. : Ictus cordis pada ICS V linea midclavicula kiri. : Pekak : S1 dan S2 tunggal tidak ada mur-mur jantung. Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran tonsil, terdapat karies gigi, mukosa bibir lembab

9. Dada dan Punggung

Inspeksi

Auskultasi : Bising usus 6 kali/menit 11. Ekstremitas 5 5 MMT 5 5 Keterangan : 5 : beban maksimal 4 : beban minimal

3 : ada kontraksi, dapat melawan gravitasi 2 : ada kontraksi, ada gerakan, tidak dapat melawan gravitasi 1 : hanya ada kontraksi 0 : tidak ada kontraksi 12. Genetalia Tidak terkaji 13. Anus Tidak terkaji 4. Data Penunjang (Pemeriksaan Diagnostik) Tidak dilakukan pemeriksaan diagnostik 5. Data Tambahan (Penatalaksanaan) 5.1 Pelaksanaan / Therapi : a. Polidex 2 tetes 1 kali sekali b. Amoxcicillin 500 mg QID c. Alletral tetes mata TID di mata kiri d. Alletral salep mata 0 0 1 e. Asam Mefenamat TID 5.2 Harapan klien / keluarga sehubungan dengan penyakitnya : Pasien berharap mata kirinya cepat sembuh sehingga dapat melakukan aktifitas seperti biasa.

Kediri, 30 November 2011 Mahasiswa

Anastasi Widyo Retno

2.2 ANALISA DATA Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg: 256176 Masalah DATA DS : Pasien mengeluh mata kiri terasa nyeri, skala nyeri 5 DO : Mata kiri pasien bengkak Sklera dan konjungtiva merah Terdapat kotoran purulen Pasien sering mengusap mata kiri dengan tisu TTV : TD : 120/90mmhg N: 88x/mnt S : 368 C , P : 20x/mnt Fotofobia Kemunduran visus DS : Pasien pandangan dan buram DO : Diagnosa konjungtivitis Terdapat kotoran purulen medis Gangguan sensori perseptual mengatakan tidak jelas Penurunan ketajaman penglihatan Gangguan Sensori Perseptual Kelopak bengkak Kotoran purulen Nyeri Kemerahan Lakrimasi Radang konjungtiva ETIOLOGI Infeksi bakteri, virus, jamur Keperawatan / Kolaboratif Nyeri

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama Umur No 1. : Tn. H : 25 tahun Tanggal 30-11-2011 Diagnosa Keperawatan / Kolaboratif Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada konjungtiva ditandai dengan pasien mengeluh mata kiri terasa nyeri, skala nyeri 5, mata kiri pasien bengkak, sklera dan konjungtiva merah, terdapat kotoran purulen, pasien sering mengusap mata kiri dengan tisu, TTV : TD : 120/90mmHg, N : 88x/mnt, S : 368 C , P: 20x/mnt 2. 30-11-2011 Gangguan sensori perseptual berhubungan dengan adanya proses peradangan ditandai dengan pasien mengatakan pandangan tidak jelas dan buram, diagnosa medis purulen konjungtivitis, terdapat kotoran

No Reg: 256176

2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg: 256176 No 1 DIAGNOSA TUJUAN 1. INTERVNSI Mengobservasi tingkat RASIONAL nyeri 1. Mengetahui dalam selanjutnya 2. Dengan 2. Pasien nyeri 3. Observasi adanya tanda-tanda dirasakan Pasien tidak ketidaknyamanan non verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh gelisah, meringis 4. Anjurkan untuk beristirahat 4. Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi Menjelaskan sebab dan akibat akibat nyeri pada klien serta keluarganya menjelaskan nyeri sebab dan klien diharapkan tingkat nyeri klien KEPERAWATAN Gangguan nyaman nyeri Setelah dilakukan tindakan berhubungan peradangan konjungtiva dengan keperawatan selama 1 x 24 pada jam nyeri hilang dengan atau kriteria ditandai berkurang 1. yang 2. 3.

klien

menentukan

tindakan

dengan pasien mengeluh hasil: mata kiri terasa nyeri, skala nyeri 5, mata kiri pasien bengkak, konjungtiva pasien sering sklera dan merah, mengusap mengungkapkan

berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri 3. Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung dialami

berkurang atau hilang menyeringai kesakitan TTV normal

terdapat kotoran purulen, mata kiri dengan tisu, TTV : TD : 120/90mmHg, N :

88x/mnt, S : 368 C 20x/mnt

, P:

dalam ruangan yang tenang 5. Ajarkan klien dalam perawatan

ketidaknyamanan 5. Pemberian pengetahuan informasi dalam sebagai mengurangi

dan cara kebersihan untuk mencegah penularan penyakit seperti memakai handuk sendiri- sendiri atau barang pakai lainnya 6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat tetes mata dan pengurang nyeri

penularan yang lebih lanjut dari penyakit tersebut 6. Sebagai terapi untuk mengurangi nyeri dan sebagai proses penyembuhan 7. Sebagai pematuhan terhadap terapi

7.

Anjurkan klien untuk mengikuti

dan pengobatan serta berpartisipasi dalam memebantu proses penyembuhan

terapi pengobatan yang dianjurkan oleh dokter secara benar

NO

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI

RASIONAL

TTD

Gangguan

sensori

perseptual Setelah

dilakukan

1. 2. gejala lebih

Tentuka Observa lanjut

1. Kebutuhan

individu

dan

berhubungan dengan adanya proses tindakan keperawatan peradangan ditandai dengan pasien selama 1 x 24 jam mengatakan pandangan tidak jelas sensori dan buram, diagnosa erdapat konjungtivitis, purulen kotoran adekuat kriteria hasil: 1. Klien mengatakan adanya penurunan gejala 2. Pasien faktor risiko kelebihan mampu beban sensori menghilangkan faktor perseptual dengan medis penglihatan kembali

n ketajaman penglihatan si tanda-tanda dan gejala(disorientasi)

pilihan intervensi bervariasi 2. Terbangun dalam lingkungan yang tidak adekuat dan dapat penglihatan / mengalami penglihatan mengakibatkan bingung 3. Gangguan keterbatasan

3. dan iritasi 4. n untuk 5. n klien kotoran mata pasien menggunakan

Observa

iritasi dapat terjadi secara bertahap 4. Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada fobia

si pada penglihatan kabur

Anjurka untuk kaca mata 5. Membantu ketidaknyamanan mengurangi membantu Anjurka membersihkan tiap hari 6. Menambah beban sensori pada penglihatan

mengurangi silau pada mata

seperti membasuh dengan

2.5 TINDAKAN KEPERWATAN Nama Umur No Reg : Tn. H : 25 tahun : 256176 Tindakan keperawatan 1. Mengobservasi tingkat nyeri pasien 2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya 3. Mengobservasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan gelisah, meringis 4. Menganjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang 5. Mengajarkan klien dalam perawatan dan cara kebersihan untuk mencegah penularan penyakit seperti memakai handuk sendiri- sendiri atau barang pakai lainnya 6. Memberikan alletral tetes mata 2 tetes di mata kiri 7. Menganjurkan mengikuti terapi pasien pengobatan untuk yang non verbal misalnya ; eksprsi wajah, posisi tubuh Tanda Tangan 1. 30-11-2011 10.00

No Tanggal/jam

dianjurkan oleh dokter secara benar 2 30-11-2011 10.10 2. 1. Menentukan ketajaman penglihatan Mengobservasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih lanjut (disorientasi) 3. 4. kaca mata Observasi penglihatan kabur dan iritasi Menganjurkan pasien untuk selalu menggunakan untuk membantu

. 5.

mengurangi silau pada mata Menganjurkan klien membersihkan kotoran mata tiap hari seperti membasuh dengan air hangat atau saputangan 6. Menganjurkan klien tidak membaca atau memaksa memfokuskan mata 7. Polidex, Memberikan Amoxcicillin 500 mg, Alletral tetes mata di mata kiri, Alletral salep mata, Asam mefenamat untuk di minum di rumah 8. Menganjurkan pasien supaya tidak menggaruk mata.

2.6 EVALUASI Nama : Tn. H Umur : 25 tahun No Reg: 256176 No 1. No Diagnosa 1. Tanggal/jam 30 -11-2011 10.20 O: Wajah pasien rileks Skala nyeri 2 TTV : S : 360C P : 20 x/menit N : 80 x/menit TD : 120/90 mmHg A : Tujuan tercapai sebagian P:Intervensi dihentikan pasien pulang 2 2 30-11-2011 10.20 S: Pasien mengatakan S : Evaluasi Pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 4 Tanda Tangan

pandangan sudah agak jelas dan buram berkurang O: Pasien tidak menggaruk mata Pasien memakai tisu untuk mengusap mata A: Tujuan tercapai sebagian P:Intervensi dihentikan pasien pulang

DAFTAR PUSTAKA

Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC. Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.

You might also like