Professional Documents
Culture Documents
Sifatnya:
Manipulatif, bersifat dingin dan klurang menyentuh aspek pribadi dan mengabaikan
hubungan antar pribadi
Penekanannya:
Memusatkan pada perilaku sekarangh dan bukan kepada prilaku yang terjadi di masa lalu.
Konselornya:
Pemilihan tujuan lebih sering ditentukan oleh konselor.
<!--[if !supportLists]-->● <!--[endif]-->Tokoh
John Watson (1878 - 1958)
John Broades Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan
wafat di New York City pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di
University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi
berjudul "Animal Education". Watson dikenal sebagai ilmuwan yang banyak melakukan
penyelidikan tentang psikologi binatang.
Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan psikologi
komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus menjadi direktur
laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara tahun 1920-1945 ia meninggalkan
universitas dan bekerja dalam bidang psikologi konsumen.
John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat.
Karyanya yang paling dikenal adalah "Psychology as the Behaviourist view it" (1913).
Menurut Watson dalam beberapa karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif,
oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode
introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang
mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu, psikologi harus dibatasi dengan
ketat pada penyelidikan-penyelidikan tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun
banyak kritik terhadap pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap
dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode obyektif dalam
psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan
pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia percaya bahwa dengan
memberikan kondisioning tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat
seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat
ekstrim untuk mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: "Berikan kepada
saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu sesuai dengan
kehendak saya".
<!--[endif]-->Pengertian Teori
Teori behavioristik adalah teori yang menerapkan prinsip penguatan stimulus-
respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon
akan semakin kuat bila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan
positif dan penguatan negatif.
Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan
tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang
atau menghilang.
<!--[if !supportLists]-->● <!--[endif]-->Kerangka Berpikir Teori
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Pemberian bahan pembelajaran dalam bentuk
utuh kepada peserta didik
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Pemahaman oleh peserta didik dilakukan mandiri
oleh peserta didik. Jika ada yang kurang jelas baru ditanyakan kepada guru
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Hasil belajar segera disampaikan kepada peserta
didik
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->proses belajar harus mengikuti irama dari yang
belajar
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Materi pelajaran digunakan sistem modul
<!--[if !supportLists]-->● <!--[endif]-->Tokoh
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Edward Edward Lee thorndike
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Ivan Petrovich Palvov
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Burrhus Frederic Skinner
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Robert Gagne
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Elbert Bandura
<!--[if !supportLists]-->● <!--[endif]-->Aplikasi Teori
Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak
banyak memberikan ceramah, tetapi intruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik
dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-
bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera
diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan.
<!--[if !supportLists]-->● <!--[endif]-->Kekurangan
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan
metode ini
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Penerapan teori behavioristik yang salah dalam
suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter,
komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid.
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Murid berperan sebagai pendengar dalam proses
pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara
belajar yang efektif
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]-->Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh
para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan
siswa
<!--[if !supportLists]-->6. <!--[endif]-->Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
<!--[if !supportLists]-->● <!--[endif]-->Kelebihan
<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka
pada situasi dan kondisi belajar
<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Metode behavioristik ini sangat cocok untuk
memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi, daya
tahan, dan sebagainya.
<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Guru tidak banyak memberikan ceramah
sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan baru ditanyakan
kepada guru yang bersangkutan
<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-
anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa , suka mengulangi dan
harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
Cooperative colaborative
Effective communication
Information processing
Complex thinking
Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara social dalam
dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman. Pembentukan makna adalah
dialog antar pribadi.dalam hal ini pebelajar tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik
tetapi juga interaksi dengan pengalaman yang dimiliki oleh individu lain. Pembelajaran yang
sifatnya kooperatif (cooperative learning) ini muncul ketika siswa bekerja sama untuk
mencapai tujuan belajar yang diinginka oleh siswa. Pengelolaan kelas menurut cooperative
learning bertujuan membantu siswa untuk mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan
berinteraksi dengna siswa yang lain. Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan kelas yaitu: pengelompokan, semangar kooperatif dan penataan kelas. (Pranata,
http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.
Pengetahuan berjenjang tersebut dapat digambarkan seperti pada skema berikut:
Secara singkat teori Peaget dan Vygotsky dapat dikemukakan dalam table berikut ini.
Tabel 1 Piagetian and Vygotskyan Constructivism
Konstruktivistik Behavioristik
Pengtahuan adalah non-objective, bersifat Pengetahuan adalah objektif, pasti, dan
temporer, selalu berubah dan tidak tetap , tidak berubah. Pengetahuan telah
menentu. terstruktur dengan rapi.
Belajar adalah penyusunan pengetahuan Belajar adalah perolehan pengetahuan,
dari pengalaman konkrit, aktivitas sedangkan mengajar adalah memindahkan
kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. pengetahuan ke orang yang belajar.
Mengajar adalah menata lingkungan agar si
belajar termotivasi dalam menggali makna
seta menghargai ketidakmenentuan.
Si belajar akan memiliki pemahaman yang Si belajar akan memiliki pemahaman yang
berbeda terhadap pengetahuan tergantung sama terhadap pengetahuan yang diajarkan.
pada pengalamannya, dan perspektif yang Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar
dipakai dalam menginterpretasikannya. itulah yang harus dipahami oleh si belajar.
Mind berfungsi sebagai alat untuk Fungsi mind adalah menjiplak struktur
menginterpretasi peristiwa, objek, atau pengetahuan melalui proses berpikir yang
perspektif yang ada dalam dunia nyata dapat dianalisis dan dipilah sehingga
sehingga makna yang dihasilkan bersifat makna yang dihasilkan dari proses berpikir
unik dan individualistic. seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan.
Table 3
Pandangan Konstruktivistik dan Behavioristik tentang
Penataan Lingkungan Belajar
Konstruktivistik Behavioristik
Ketidakteraturan, ketidakpastian, Keteraturan, kepastian, ketertiban
kesemrawutan,
Si belajar harus bebas. Kebebasan menjadi Si belajar harus dihadapkan pada aturan-
unsure yang esensial dalam lingkungna aturan yang jelas dan ditetapkan lebih
belajar. dahulu secara ketat. Pembiasaan dan
disiplin menjadi sangat esensial.
Pembelajaran lebih banyak dikaitkan
dengan penegakan disiplin.
Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan Kegagalan atau ketidakmampuan dalam
atau ketidakmampuan dilihat sebagai penambahan pengetahuan dikategorikan
interpretasi yang berbeda yang perlu sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan
dihargai. keberhasilan atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang
pantas diberi hadiah.
Kebebasan dipandang sebagai penentu Ketaatan pada aturan dipandang sebagai
keberhasilan belajar. Si belajar adalah penentu keberhasilan belajar. Si belajar
subjek yang harus memapu menggunakan adalah objek yang harus berperilaku sesuai
kebebasan untuk melakukan pengaturan dengan aturan.
diri dalam belajar.
Control belajar dipegang oleh si belajar. Control belajar dipegang oleh system yang
berada di luar diri si belajar.
Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan
pada data primer dan bahan manipulatif pada buku teks dengan penekanan pada
dengan penekanan pada keterampilan keterampilan mengungkapkan kembali isi
berpikir kritis. buku teks.
Konstruktivistik Behavioristik
Evaluasi menekankan pada penyusunan Evaluasi menekankan pada respon pasif,
makna secara aktif yang melibatkan keterampilan secara terpisah, dan biasanya
keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan ‘paper and pencil test’
menggunakan masalah dalam konsteks
nyata.
Evaluasi yang menggali munculnya Evaluasi yang menuntu satu jawaban benar.
berpikir divergent, pemecahan ganda, Jawaban benar menunjukkan bahwa si-
bukan hanya satu jawaban benar belajar telah menyelesaikan tugas belajar.
Evaluasi merupakan bagian utuh dari Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian
belajar dengan cara memberikan tugas- terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan
tugas yang menuntut aktivitas belajar yang biasnaya dilakukan setelah kegiatan belajar
bermkana serta menerapkan apa yang dengan penekanan pada evaluasi
dipelajari dalam konteks nyata. evaluasi individual.
menekankan pad aketerampilan proses
dalam kelompok.
5. Penutup
Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengatasi beraneka ragam persoalan dalam
pembelajaran yang semakin rumit, maka pembelajaran behavioristik yang selama ini telah
digunakan selama bertahun-tahun, tampaknya tidak mampu lagi menjawab semua
persoalan pembelajaran, maka perlu mencari alternatif pembelajaran yang lebih mampu
mengatasi semua persoalan pembelajaran yang ada, salah satunya adalah pendekatan
konstruktivistik yang telah diuraikan. Pendekatan ini menghargai perbedaan, menghargai
keunikan invidu, menghargai keberagaman dalam menerima dan memaknai pengetahuan.
Alkitab seringkali menyebutkan berbagai cara Tuhan Yesus mengajar, ada khotbah
di bukit, berdialog dengan para ahli taurat di dalam bait Allah pada usia 12 tahun, berjalan
bersama dua orang murid ke Emaus, pada peristiwa perempuan yang melacurkan diri dan
banyak lagi, semua itu merupakan pembelajaran yang merupakan perwujudan dari
pembelajaran konstruktivistik. Pembelajaran yang membuat pebelajarnya membangun
maknanya sendiri, bukan mentranfer makna/pengetahuan.
reply
ririnmia wrote on Sep 25
roebyarto said
Yang dicari kok papany Rin..?
ya maksudnya suruh bantuuin baca whahahah
reply
ririnmia wrote on Sep 25
roebyarto said
Yaks... cari duit yang banyak ya...
ya biar bs jalan ke surabaya ya wahhaha
reply
ririnmia wrote on Sep 25
roebyarto said
Mau ikut...?
rencana bareng om Ferry
ke Jogja... jalan2..
sambil cari tante
hihihi....
wahhhh asik tuh pergi ngak ngajak2
reply
roebyarto wrote on Sep 25
agripzzz said
Hahaha... Tante yang mana tuh, Om?:-))
Tante yang cantik...
tante yang peduli ma keponakan yg cerewet kayak Avelin...
Ini buat om Ferry lho... hihihii..
reply
ririnmia wrote on Sep 25
Didalam mendidik bukannya kita harus mengenal dulu bagai mana karekter dari siswa tersebut mas
dimana kita harus tahu bagai mana cara agar mereka dapat dengan mudah menerima apa yang kita
ajarkan.
ya secara logika...., seperti dalam pengalaman rin dalam mengajar tari
gerakan ini mereka tak mampu, bagaia macaranya kita harus mebuat suatu kreasi agar mudah bagi
mereka melakukan apa yang kita ajarkan.
disinilah fungsi sebagai guru... berkreasi mencari dan terus mencari cara yang lebih mudah dimengerti
didalam pembelajaran.
Sepertinya rin menemukan guru yang memang bener2 kreatif dalam pembelajaran
so pastinya disini hehehehheheh
reply
smallnote wrote on Sep 25
roebyarto said
Tante yang cantik...
tante yang peduli ma keponakan yg cerewet kayak Avelin...
Ini buat om Ferry lho... hihihii..
Hahaha.... ga ikutan deh, Om...
reply
roebyarto wrote on Sep 25
ririnmia said
Didalam mendidik bukannya kita harus mengenal dulu bagai mana karekter dari siswa tersebut
masdimana kita harus tahu bagai mana cara agar mereka dapat dengan mudah menerima apa yang kita
ajarkan.ya secara logika...., seperti dalam pengalaman rin dalam mengajar tarigerakan ini mereka tak
mampu, bagaia macaranya kita harus mebuat suatu kreasi agar mudah bagi mereka melakukan apa
yang kita ajarkan.disinilah fungsi sebagai guru... berkreasi mencari dan terus mencari cara yang lebih
mudah dimengerti didalam pembelajaran.Sepertinya rin menemukan guru yang memang bener2 kreatif
dalam pembelajaranso pastinya disini hehehehheheh
Yaks...
setuju rin...
memang proses pembelajaran itu harus mengetahui kemampuan masing2 peserta didik, karena setiap
© 2008 Multiply, Inc. About · Blog · Terms · Privacy · Corp Info · Contact Us · Help
ALIRAN BEHAVIORISTIK
• Didirikan oleh JB Watson pada tahun 1913 di Amerika Seriat
• Me ne Anktativnigta Isn mtroesnpteakl stii dak nampak
• Pro se sS uabdjeakpttifa si gerakan-gerakan otot dan aktivitas kelenjar →
menjelaskan perilaku
• Proses psikologis = stimulus - respon
• Menekankan proses belajar + peran lingkungan dalam
menjelaskan perilaku
• Tingkah laku manusia merupakan hasil belajar yang sifatnya
mekanistis lewat proses perkuatan
• Kuncinya pengkondisian klasik (classical conditioning) dari
Pavlov
CLASSICAL CONDITIONING
(Ivan Petrovich Pavlov)
Subje k PPeanvelolitvia mn e: manajisnagn gkan stimulus suara dengan
makanan
Makanan akan keluar ke hadapan anjing setiap pavlov
menekan tombol
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di
Pembelajaran.
Behavioristik Konstruktivistik
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Keteraturan, <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Ketidakteraturan,
Behavioristik Konstruktivistik
<!--[if <!--[endif]-->Pembelajaran
!supportLists]-->
<!--[endif]-->Pembelajaran dan
<!--[if !supportLists]--> menekankan pada proses.
evaluasi menekankan pada hasil.
Dari keterangan diatas jelaslah bahwa ada penyakit turunan yang bersumber pada penerapan paradigma keteraturan yang menyebabkan
pembunuhan kreativitas si belajar. Karena si belajar dalam mengerjakan sesuatu selalu hanya untuk menuruti sistem yang ada di luar diri si
belajar, tanpa ada kebebasan sama sekali.
1.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Duduk manis
2.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Taat, patuh pada orang tua/ guru
3.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Rajin membantu orang tua
4.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Makan jangan sambil bicara
5.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Belajar jangan sambil bermain.
<!--[if !supportLists]--> 1. Siswa masuk harus jam 06.45 tepat, kalau terlambat pasti
<!--[endif]-->
mendapat hukuman apapun alasannya
<!--[if !supportLists]-->2. Siswa harus berpakaian seragam yang sesuai dengan ketentuan
<!--[endif]-->
pada hari itu, bila tidak siswa juga mendapat hukuman fisik maupun teror mental
oleh guru.
<!--[if !supportLists]--> 4. <!--[endif]--> Kebanyakan siswa takut bertanya kalau tidak diberi kesempatan
bertanya oleh guru. atau kadang-kadang guru mengembalikan pertanyaan
tersebut kepada siswa sehingga siswa sangat takuta untuk bertanya karena takut
kalau ditanya kembali oleh guru.
<!--[if !supportLists]--> 5. <!--[endif]--> Biasanya buku pegangan yang digunakan oleh siswa juga
diseragamkan, siswa juga tidak berani menggunakan buku opegangan lain
karena takut kalau tidak sesuai dan tidak keluar dalam ulangan harian maupun
ulangan umum.
<!--[if !supportLists]--> 6. <!--[endif]--> Dalam melaksanakan upacara bendera, siswa tanpa kecuali
harus mengikuti upacara bendera dan harus berbaris sesuai dengan kelasnya
masing-masing, kalau tidak mematuhi peraturan itu maka siswa tersebut
mendapat hukuman disiplin.
<!--[if !supportLists]--> 7. <!--[endif]--> Dalam melakukan ulangan umum atau ulangan harian waktu
yang digunakan siswa untuk mengerjakan juga disamakan baik untuk siswa yang
pandai maupun siswa yang kurang pandai.
<!--[if !supportLists]--> 8. <!--[endif]--> Siswa yang berbeda-beda harus menuntaskan target kurikulum
yang sama dan harus menguasai tujuan instruksional yang sama dari tujuan
yang telah ditentukan.
<!--[if !supportLists]--> 9. <!--[endif]--> Nilai dari ulangan siswa hanya menilai pengetahuan (kognetif)
saja , karena alat evaluasinya berupa test.
10.
<!--[if !supportLists]--> Anak yang nilainya bagus diberi reinforcement sedangkan anak
<!--[endif]-->
yang nilainya jelek banyak yang dimarahi atau dicaci maki oleh guru, atau
direndahkan di depan teman-temannya, sehingga siswa merasa benci dengan
pelajaran yang dimaksud.
PEMECAHAN PERSOALAN DI BAWAH INI SESUAI DENGAN NOMOR DISKRIPSI DI ATAS ANTARA LAIN ADALAH :
<!--[if !supportLists]--> 1. <!--[endif]--> Supaya kreativitas siswa tidak terbunuh karena pembiasaan
masuk tepat jam 06.45 adalah guru meneliti/ menanya siswa dengan ramah
tentang penyebab siswa terlambat, dengan demikian dalam diri siswa tidak
merasa takut kalau terlambat karena alasan yang tidak dibuat-buat atau karena
situasi sulit yang menyebabkan siswa itu terlambat, sehingga dalam mengikuti
pelajaranpun siswa tidak tertekan atau dibebani perasaan bersalah yang
mendorong siswa untuk tetap masuk kelas jika suatu saat terlambat.
<!--[if !supportLists]--> 2. <!--[endif]--> Jika ada siswa yang kebetulan pada hari itu tidak seragam
karena alasan yang tepat, contohnya akan mengikuti lomba PMR, lomba
Pramuka, Bola basket atau lomba-lomba yang lain, maka guru menanya siswa
dengan ramah penyebab ia tidak memakai seragam pada hari itu, kemudian
mempersilahkan masuk kelas dengan suasana yang bersahabat.
<!--[if !supportLists]--> 3. <!--[endif]-->Bila ada siswa yang tidak memeperhatikan ketika guru
menerangkan atau siswa berbicara sendiri, maka yang pertama dilakukan oleh
guru adalah instrospeksi diri, bagaimana cara penyampaian materinya “apa
kurang jelas” atau materi yang disampaikan memang kurang menarik bagi siswa,
jadi tidak bolehnlangsung mengultimatum siswa bahwa siswa tidak menurut dan
langsung diberi hukuman.
<!--[if !supportLists]--> 4. <!--[endif]--> Mestinya seorang guru selalu memberi waktu bagi siswa untuk
bertanya dan guru selalu menghargai walaupun pertanyaan siswa kurang baik
atau kurang berbobot, sehingga dalam diri siswa timbul semangat untuk selalu
bertanya tentang hal-hal yang kurang dimengerti siswa yang akhirnya akan dapat
menambah senang suasana belajar di kelas.
<!--[if !supportLists]-->5. <!--[endif]--> Mestinya sekolah tidak menyeragamkan buku pegangan bagi
siswa, karena suatu materi akan bertambah lengkap jika buku pegangan yang
digunakan semakin banyak, hal itu akan menguntungkan bagi wawasan
pendidikan siswa maupun bagi gurunya. Karena ada materi yang esensial yang
tidak terdapat di buku yang satu tetapi terdapat di buku yang lainnya.
<!--[if !supportLists]--> 6. <!--[endif]--> Bila ada siswa yang dalam mengikuti upacara bendera tidak
berbaris di kelasnya, maka guru sebaiknya membiarkan saja asalkan siswa tidak
ramai dan mengganggu siswa yang lain, hal itu dimasudkan agar siswa tidak
terbiasa diperlakukan dengan keras tentang kesalahan-kesalahan yang kecil
seperti itu dan siswa mengikutinya dengan senang hati, hal itu juga akan
mendorong siswa belajar dengan giat karena dalam diri siswa tidak mengalami
tekanan-tekanan.
dibedakan dengan anak-anak yang kurang pandai baik bobot ,jumlah soal
maupun alokasi waktunya dan tidak dibandingkan antara siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai, penilaiannya harus berdasarkan kompetensi
yang diraih oleh masing-masing siswa yang meliputi kognetif, afektif dan
psikomotornya.
<!--[if !supportLists]-->8. Seharusnya tujuan instruksional yang harus dicapai oleh siswa
<!--[endif]-->
yang pandai tidak sama dengan tujuan instruksional yang hasur dicapai oleh
siswa yang kurang pandai. Karena kalau disamakan yang terjadi adalah
kelihatannya target krukulum sudah terpenuhi tetapi hasilnya yang diraih oleh
siswa “tidak berarti sama sekali”, karena sebenarnya tidak terjadi perubahan pada diri siswa itu
sendiri.
<!--[if !supportLists]--> 9. <!--[endif]--> Seharusnya alat evaluasi yang digunakan oleh guru bukan
hanya berupa tes yang seolah-olah terpisah dengan materi pelajaran saat itu,
karena tes dilakukan dengan selisih waktu yang lama dengan pemberian materi
siswa, contohnya soal-soal UAN. Seharusnya dalam menilai suatu kegiatan harus lengkap
yaitu tentang pengetahuan, afektif, dan psikomotornya, mislnya dengan penilain
performance dan penilaian porto folio yang dilaksanakan dalam tenggang waktu
yang tidak terlalu lama dengan pemberian materi siswa, sehingga hasilnya
benar-benar dapat mengukur kompetensi siswa.
10.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]--> Untuk menilai anak yang pandai dan kurang pandai seharusnya
tidak dibandingkan satu dengan yang lain, tetapi yang dinilai adalah pencapaian
standart kompetensi oleh masing-masing siswa , sehingga siswa yang pandai
akan lebih cepat menguasai standart kompetensi yang dibebankannya
sedangkan anak yang kurang pandai akan menyelesaikan standart
kompetensinya sendiri, karena seharusnya anak-anak yang pandai, sedang dan
kurang “disendirikan “ dalam mengikuti materi pelajaran yang diberikan, karena target
kurikulum yang dibebankannya harus dibedakan. Dan nanti yang terjadi adalah
anak yang pandai akan berhsil memndapat sertifikat lulus dengan waktu yang
lebih pendek sedangkan anak yang kurang pandai akan mendapat sertifikat lulus
dengan waktu yang lebih lama.