You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori selalu ada. Ada yang lebih mementingkan proses belajar, ada yang lebih mementingkan sistem informasi yang diolah daam proses belajar, dan lain-lain. Namun faktor-faktor lain diluar titik fokus itu seperti lingkungan juga selalu diperlukan untuk menjelaskan proses belajar. Pembelajaran menurut aliran kognitif, yang mana dalam pembelajaran kognitif menitik beratkan belajar aktif, belajar lewat interaksi social, belajar lewat pengalaman pribadi ini di kemukakan oleh jean piaget. Aliran kognitif berjalan dengan baik dan sekerang ini diterapkan seperti pada kurikulum berbasis tujuan pendidikan yang mana didalamnya mempunyai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi siswa di tuntut untuk aktif di dalam kelas ini merujuk pada pembelajaran menurut aliran kognitif yang menjadikan siswa dapat aktif di dalam proses pembelajaran karena di dalam pembelajarannya guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa di sini tidak menjadi objek pembelajaran akan tetapi siswa sebagai subjek dari pembelajaran Pembahasan ini sangat penting karena mengingat proses belajar yang terjadi didalam kelas berlangsung dalam proses komunikasi yang berisi pesan-pesan yang berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan keterampilan yang sering digunakan dalam sehari-hari. Proses pembelajaran dituntut untuk secara aktif berpartisipasi. Keaktifan berpartisipasi ini memberikan kesempatan yang luas mengembangkan potensi, bakat yang dimiliki oleh masing-masing siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana teori belajar kognitif memperhatikan aspek siswa dalam pembelajaran? 2. Bagaimana pendapat para ahli mengenai psikologi pembelajaran matematika aliran kognitif? 3. Bagimana aliran kognitif dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. 4. bagaumana siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah terutama pada guru dan siswa yang laen dalam mengembangankan ranah kognitif. C. Pembatasan Masalah Karena hasil yang diperoleh telah teridentifikasi cukup luas, maka perlu ditentukan pembatasan masalah. Dalam hal ini, penulis mebahas pada hal-hal yang pokok saja guna mempertegas sasaran yang akan dicapai, yaitu bagaimana hasil yang diperoleh dalam pembelajaran jika menerapkan teori belajar kognitif. D. Rumusan Masalah 1. Apa defenisi psikologi teori belajar kognitif? 2. Bagaimana konsep teori belajar kognitif? 3. Bagaimana hubungan psikologi teori belajar dengan proses pembelajaran? 4. Bagaimana aplikasi teori belajar kognitif? E. Tujuan Pembahasan 1. Memahami ciri dan konsep teori belajar psikologi kognitif. 2. Mampu mengakplikasikan teori belajar kognitif terhadap pembelajaran disekolah.

3. Mengetahui bagaimana cara menerapkan teori belajar kognitif dalam pendidikan. 4. Mendeskripsikan implikasi teori belajar kognitif. F. Manfaat Penulisan 1. Bagi Guru Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa sehingga guru dapat menerapkan secara aktif dan menyesuaikan cara / metode yang digunakan dalam pembelajaran sehingga memperoleh hasil yang maksimal. 2. Bagi Pembaca Sebagai bahan referensi.

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri. Dalam dunia pendidikan belajar merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar. Dimana melalui belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru atau melalui perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan. Teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pemikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang telah dipeorleh dan disimpan pikirannya secara efektif. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern ini berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses perfungsian kognisi, terutama unsur pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditentukan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi. Ciri ciri aliran belajar kognitif : 1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia. 2. Mementingkan peranan kognitif 3. Mementingkangkan kondisi waktu sekarang 4. Mementingkan oembentukan struktur kognitif 5. Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia 6. Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman) Sesuai dengan kriteria matematika maka belajar matematika lebih cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan tingkah laku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. Teori Teori Belajar Kognitif 1. Teori Piaget Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika ia masih kecil. Perkembangan skemata ini terus-menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran anak tersebut. Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitua similasi dan akomodasi. Asimilasi adalah pengintegrasian stimulus baru kedalam skemata yang telah

B.

terbentuk secara langsung. Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak lansung. Tahap perkembangan kognitif: Tahap Sensori Motor (sejak lahir sampai dengan 2 tahun) Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori(koordinasi alat indra). Tahap Pra Operasi (2 tahun sampai dengan 7 tahun) Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Operasi konkrit adalah berupa tindakan tindakan kognitif seperti mengklasifikasikan sekelompok objek, menata letak benda berdasarkan urutan tertentu dan membilang. Tahap Operasi Konkrit(7 tahun sampai dengan 11 tahun) Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep kekekalan, kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible. Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya) Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Kaitan antara teori belajar Piaget dengan penggunaan media pembelajaran matematika ini adalah pada tahap operasi konkrit dimana siswa tidak akan bisa memahami konsep tanpa bendabenda konkrit.

2. Teori Brunner Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan strukturstruktur tersebut. Bruner menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedag dibicarakan, sehingga anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran matematika. Melalui penggunaan media pembelajaran matematika yang ada, siswa akan melihat langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media pembelajaran matematika yang diperhatikannya. Tiga tahap pembelajaran yang akan dilewati oleh siswa adalah sebagai berikut : y Tahap pengaktif Tahap ini merupakan tahap dimana siswa belajar dengan memanipulasi benda atau obyek konkret. y Tahap ikonik Pada tahap ini siswa belajar dengan menggunakan gambar. y Tahap simbolik Pada tahap ini siswa belajar matematika melalui manipulasi lambang atau simbol. Dalil-dalil yang didapatkan Bruner setelah mengadakan pengamatan kesekolahsekolah: a. Dalil Penyusunan (construction the orem) Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. Ini berarti, jika anak aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi tersebut, maka anak akan lebih memahaminya. b. Dalil Notasi (notation the orem) Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian konsep. Penggunaan notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan dengan pendekatan spiral, dimana setiap ideide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. c. Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman (contrasand variation the orem) Pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. d. Dalil Pengaitan (connectivity the orem) Dalam matematika itu satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang lainnya atau konsep yang satudi perlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. 3. Teori Gestalt

b. c.

Tokoh aliran ini adalah John Dewey. Ia mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini: a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian, Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar. 4. Teori Brownell W.Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan belajar pengertian. Dia juga menegaskan bahwa belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna. 5. Teori Dienes Zoltan P.Dienes adalah seorang matematikawan yang memfokuskan perhatiannya pada cara pengajaran. Dienes menekankan bahwa dalam pembelajaran sebaiknya dikembangkan suatu proses pembelajaran yang menarik sehingga bisa meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Dienes mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk menyajikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dalam bentuk yang konkrit. Hal ini dilakukan agar konsep dan prinsip tersebut dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. 6. Teori Van Hiele Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri. Menurut Van Hiele ada tiga unsur dalam pengajaran matematika yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran, jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi. Tahap belajar anak dalam belajar geometri: Tahap pengenalan (visualisasi) Anak mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Tahap analisis Anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki dan keteraturan-keteraturan yang terdapat pada benda geometri yang diamatinya. Tahap pengurutan Anak sudah mampu menarik kesimpulan atau disebut berfikir deduktif walaupun belum berkembang secara penuh. Anak juga sudah mampu mengurutkan keteraturan-keteraturan yang sudah dikenali sebelumnya. Tahap deduksi Anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif. Anak sudah mulai memahami dalil atau menggunakan aksioma dan postulat yang digunakan dalam pembuktian. Tahap akurasi Anak sudah mulai menyadari pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi pembuktian.

C.

Hubungan aliran kognitif dengan pembelajaran

Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya , melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsurunsur kognisi, terutama unsure pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir, yakni proses pengelolaan informasi. Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis dan cara perberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan didalam didalam pikirannya secara efektif. Teori belajar kognitif menekankan pada kemampuan siswa dan menganggap bahwa siswa sebagai subjek didik. Jadi siswa harus aktif dalam proses belajar mengajar, Fungsi guru adalah menyediakan tangga pemahaman yang puncaknya adalah tangga pemahaman paking tinggi, dan siswa harus mencari cara sendiri agar dapat menaiki tangga tersebut. Jadi peran guru adalah: a) Memperlancar proses pangkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi secara bermakna dan relevan dengan siswa, b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan atau menerapkan gagasannya sendiri , dan c) Membimbing siswa untuk menyadari dan secara sadar menggunakan strategi belajar sendiri. D. Aplikasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Karakteristik dari proses belajar ini adalah: a. Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang sudah dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek. b. Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat pemahaman baru. c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus menyesuaikan obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak. d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan dalam situasi obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak. e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak. f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain. g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta anak untuk mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi. h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran. i. Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Psikologi pembelajaran matematika aliran kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi dipeorleh, dipresentasikan dan ditransperkan sebagai pngetahuan. Pengetahuan itu muncul kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena it, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemproses informasi. Prinsip prinsip utama pembelajaran kognitif adalah : Pembelajaran yang aktif Prinsip pembelajaran dengan interaksi sosial untuk menambah khasanah perkembangan kognitif siswa dan mengahdiri kodnitif yang bersifat egoisentris. Belajar dengan menerapkan apa yang dipelajari agar siswa mempunyai pengalaman dalam mengeksplorasi kognitifnya lebih dalam. Adanya guru yang memberikan arahan agar siswa tidak melakukan banyak kesalahan dalam mengunakan kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang positif. Pembelajaran dilakukan dari pengenalan umum ke khusus (Ausable) dan sebaliknya dari khusus ke umum atau dari konkrit ke abstrak (Piaget). Pembelajaran tidak akan berhenti sampai ditemukan unsur-unsur baru lagi untuk dipelajari. Adanya kesamaan konsep atau istilah dalam suatu konsep biasa sangat mengganggu dalam pembelajaran karena itulah penyesuaian integrative dibutuhkan. Saran Dari kesimpulan diatas kami memberikan beberapa saran sebagai berikut; Bagi guru , supaya dapat mengefektifkan cara belajar siswa yang aktif , menunjang prestasi siswa , dan mengembangkan ranah kognitif. Bagi pembaca , Makalah ini belum sempurna sebagaimana yang diperlukan maka kami sangat mengharapkan kritik, saran, ide demi memperbaiki makalah berikutnya. A.

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. B. 1. 2.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriono, Widodo. (1991). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Biggs, J.B & Collis, K.F. (1982). Evaluating The Quality Of Learning: the SOLO Taxonomy. New York: Academic Press Suherman, Erman & Winataputra, Udin S. (1992). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Dipdikbud. Jakarta. Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

TEORI BELAJAR MENGAJAR MENURUT JEROME S. BRUNER


by: Tunas Fuaidah Unduh file klik TEORI BELAJAR MENGAJAR MENURUT JEROME S. BRUNER 1. A. Biografi J. S. Bruner Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. 1. B. Proses Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain: 1. Perkembangan intelektual anak Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf. 1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah

tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas. 2. 2. Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu internalized, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. 3. 3. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.[1] 4. Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: 1. Tahap informasi (tahap penerimaan materi) Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. 1. Tahap transformasi (tahap pengubahan materi) Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual. 1. Tahap evaluasi Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.[2] 1. Kurikulum spiral J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya. Contoh himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga.[3] 1. B. Alat-Alat Mengajar Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.

1. alat untuk menyampaikan pengalaman vicarious. Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll. 2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok. 3. Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala. 4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.[4] 1. C. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: 1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. 2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan? 3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut? 4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16) Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. 1. Pembelajaran menemukan rumus luas daerah persegi panjang? Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya seperti, persegipanjang, jajar genjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi enam, lingkaran. a. Tahap Enaktif. Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.

(a) Untuk gambar b ukurannya: c ukurannya: a ukurannya: Panjang = 20 satuan , Lebar = 1 satuan

Panjang = 10 satuan , Lebar = 2 satuan Panjang = 5 satuan , Lebar = 4 satuan

b. Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Penyajian pada tahap ini apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat berikan sebagai berikut. c. Tahap Simbolis Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Siswa diminta untuk mngeneralisasikan untuk menenukan rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang p, ukuran lebarnya l , dan luas daerah persegi panjang L maka jawaban yang diharapkan L = p x l satuan Jadi luas persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar. Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: 1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. 2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. 3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. 4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. 5. Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah dasar dapat dilakukan dengan metode penemuan. BAB III

ANALISIS Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah metode Penemuan (discovery learning).Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsipprinsip konstruktivitas. Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode penemuan. Teori belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan taua kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan.Kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. DAFTAR PUSTAKA Mulyati, Psikologi Belajar, Yogyakarta: C.V. Andi Offset. 2005 Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 2000 Simanjutak, Lisnawaty, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1993 Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta. 1998 Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006

PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN LESSON STUDY


Mei 28, 2008suhadinetTinggalkan komentarGo to comments

3 Votes

(Makalah disajikan pada Pelatihan Lesson Study untuk Guru SMP Se-Kabupaten Hulu Sungai Utara, tanggal 27 s.d. 31 Mei 2007) Oleh: Suhadi, S.Pd., M.Pd. A. Pendahuluan Penyelenggaraan proses belajar mengajar (PBM) menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang akan diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi tersebut. Selain itu guru juga harus memiliki kompetensi pedagogik, sehingga guru dapat memainkan perannya sebagai fasilitator bagi pembelajaran siswanya. Sebagai penyelenggara PBM guru juga harus dapat mengembangkan sikap positif siswa dan dapat merespon ide-ide mereka. Guru harus dapat menerapkan inovasi-inovasi baru dalam pendidikan khususnya inovasi pembelajaran di kelas sebagaimana yang telah direkomendasikan para pakar pendidikan agar dapat memenuhi tuntutan kurikulum. Melalui lesson study, guru dapat mengamati pelaksanaan pembelajaranyang diteliti (research lesson) dan juga dapat mengadopsi pembelajaran sejenis setelah mengamati respon siswa yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan pada kegiatan lesson study ini. Pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang diteliti maupun melalui laporan tertulis, video, ataupun forum diskusi untuk berbagi pengalaman dengan kolega. Sehingga dengan adanya Lesson study, guru dapat memperbaiki mutu pengajarannya di kelas serta meningkatkan keprofesionalannya. Melalui Lesson study, guru dapat secara kolaboratif berupaya menterjemahkan tujuan dan standar pendidikan ke alam nyata di kelas. Kolaborasi yang dilakukan bertujuan untuk merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang diharapkan akan mereka kuasai. Dalam kolaborasi ini, guru-guru yang tergabung dalam kelompok lesson study berupaya merancang suatu skenario pembelajaran yang memperhatikan kompetensi dasar, pengembangan kebiasaan berpikir ilmiah, dan strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan tertentu yang terkait dengan materi yang dibelajarkan. Guru-guru dalam kelompok lesson study juga harus membuat perangkatperangkat lain yang diperlukan dalam pembelajaran seperti LKS, panduan guru (teaching guide), media pembelajaran, instrumen evaluasi pembelajaran. B. Sikap yang Diperlukan Sebelum Memulai Kegiatan Lesson study Untuk dapat memulai kegiatan lesson study maka di perlukan perubahan dari dalam diri guru sehingga memiliki sikap sebagai berikut: 1. Semangat introspeksi terhadap apa yang sudah dilakukan selama ini terhadap proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri dengan pertanyaan seperti: y Apakah saya sudah melakukan tugas sebagai guru dengan baik? y Apakah pembelajaran yang saya lakukan telah sesuai dengan kompetensi yang diharapkan akan dicapai siswa? y Apakah saya telah membuat siswa merasa jenuh dengan pembelajaran saya? y Adakah strategi-strategi lain yang lebih baik yang bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran ini selain strategi yang biasa saya gunakan? y Apakah ada alternatif kegiatan belajar lain yang juga cocok untuk pembelajaran ini?

y Adakah media pembelajaran yang lebih baik yang dapat dipakai untuk pembelajaran ini

selain media pembelajaran yang biasa saya gunakan?


y Mengapa siswa saya tidak termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dari saya? y Apakah selama ini saya telah menggunakan instrumen evaluasi yang tepat? y Dan lain-lain.

2. 3. 4. 5.

Serangkaian pertanyaan itu yang harus dijawab dengan jujur oleh setiap guru yang ingin terlibat/dilibatkan dalam kegiatan lesson study. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas tentu akan mendorong guru pada proses pencarian cara untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan PBM-nya selama ini. Keberanian membuka diri untuk dapat menerima saran dari orang lain untuk peningkatan kualitas diri. Keberanian untuk mengakui kesalahan diri sendiri. Keberanian untuk mau mengakui dan memakai ide orang lain yang baik. Keberanian memberikan masukan yang jujur dan penuh penghormatan

C. Pembuatan Perangkat Pembelajaran Jika guru yang terlibat dalam kegiatan lesson study sudah memiliki atau menyadari pentingnya sikap-sikap di atas, maka langkah selanjutnya adalah memfokuskan kegiatan lesson study dengan cara menyepakati tema permasalahan dan pembelajaran yang akan diangkat dalam kegiatan. Kemudian kelompok lesson studydapat membuat perencanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Perencanaan pembelajaran ini dituangkan dalam bentuk perangkat pembelajaran dan lembar instrumen observasi pengumpulan data PBM. Penyusunan lembar observasi untuk mengumpulkan data PBM merupakan suatu elemen pentinglesson study yang didasarkan pada rencana pembelajaran yang disusun. Lembar observasi ini akan memandu pengamat untuk memperhatikan aspek-aspek khusus yang menjadi fokus kegiatan lesson study. Pengumpulan data dari hasil observasi PBM ini biasanya terkait dengan suasana kelas, ketercapaian tujuan pembelajaran, keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan, hambatan-hambatan yang muncul saat PBM berlangsung, antusiasme siswa, dsb. Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran atau digunakan pada tahap tindakan (do) dalam kegiatan lesson study. Karena lesson study adalah kegiatan yang direncanakan, dilakukan dan dinilai bersama oleh kelompok, maka perlu disadari betul bahwa keberhasilan dan kegagalan PBM adalah tanggung jawab bersama semua anggota kelompok. Oleh karena itu tujuan utama penyusunan perangkat pembelajaran adalah agar segala sesuatu yang telah direncanakan bersama dapat tercapai. Pembelajaran merupakan suatu proses untuk mengembangkan potensi siswa, baik potensi akademik, potensi kepribadian dan potensi sosial ke arah yang lebih baik menuju kedewasaan. Dalam proses ini diperlukan perangkat pembelajaran yang disusun dan dipilih sesuai dengan kompetensi yang akan di kembangkan. Pada dasarnya perangkat pembelajaran lesson study tidak berbeda dengan perangkat pembelajaran yang biasa disiapkan oleh masing-masing guru di sekolah. Namun karena pembelajaran dalam program lesson studydirancang untuk keperluan peningkatan pembelajaran yang inovatif dan melibatkan kelompok guru serta dimungkinkan untuk dijadikan sebagai ajang penelitian tindakan kelas, maka dalam perencanaannya perangkat pembelajaran harus disusun bersama (kelompok guru), secara seksama, sistematis dan terukur.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, pembuatan perangkat pembelajaran dan lembar observasi ini harus dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh peserta program lesson study. Urun pendapat, berbagi pengalaman, dan diskusi dengan dilandasi komitmen untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pembelajaran mutlak diperlukan. D. Beberapa Dasar Pemikiran Penyusunan Perangkat Pembelajaran dalam Lesson Study Berikut ini dipaparkan beberapa dasar pemikiran yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu perangkat pembelajaran dalam kegiatan lesson study: 1. Kompetensi dasar yang akan di kembangkan Dalam kurikulum KTSP guru dituntut untuk mempunyai kreativitas lebih dalam merancang pembelajaran, agar kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat tercapai. Ada tiga aspek dalam kompetensi dasar untuk siswa SMP yang harus dicapai, yaitu kompetensi akademik meliputi penguasaan konsep dan metode keilmuan, kompetensi pribadi yang menyangkut perkembangan etika dan moral, serta kompetensi sosial. Ketiga kompetensi ini dikembangkan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu harus nampak dalam perangkat pembelajaran, mulai dari rencana pembelajaran sampai evaluasi proses pembelajaran. 2. Karakteristik materi pelajaran atau pokok bahasan Setiap materi pelajaran mempunyai sifat masing masing. Materi IPA akan berbeda dengan matematika, atau bahasa. Matematika dengan sifat materinya yang abstrak memerlukan perangkat pembelajaran yang mampu membuat lebih kongkrit. Sedangkan materi IPA yang umumnya gejalanya dapat diindera , memerlukan perangkat pembelajaran yang membuat anak mampu mengungkap gejala alam yang ada dan menganalisisnya menjadi suatu pengertian atau konsep yang utuh. Perangkat pembelajaran dalam rangka kongkritisasi persoalan maupun dalam rangka konseptualisasi fakta perlu disusun dengan mempertimbangkan kaidah keilmuan masingmasing agar hasil belajar yang akan diperoleh siswa tidak menyimpang dari kaidah keilmuan yang berlaku. Dalam rangkalesson study hendaknya guru mampu memilih dan mengorganisasi materi pelajaran dan mengemasnya sebagai bahan ajar sebagai salah satu perangkat pembelajaran. Dalam hal ini guru hendaknya tahu persis esensi dari materi pelajaran tersebut (materi esensial) agar tidak mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran. 3. Karakteristik subyek didik Subyek didik dalam proses pembelajaran pada hakekatnya adalah pribadi yang kompleks yang berbeda antara satu dengan lainnya. Walaupun mereka ada dalam kelas yang sama namun kenyataannya dalam banyak hal mereka berbeda. Variabel subyek didik yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah: (1) tingkat perkembangan kognitifnya; (2) gaya belajarnya; (3) lingkungan sosial budayanya; (4) keterampilan motoriknya; (5) dan lain-lain. Seringkali perangkat pembelajaran yang dibuat tidak dapat dipergunakan secara optimal karena saat membuatnya, guru mengabaikan karakteristik subyek didik. Dalam pembelajaran untuk lesson study perubahan perilaku siswa ini menjadi fokus perhatian. Seorang guru model dalam tahap refleksi (see) sesudah pembelajaran akan menguraikan/menyampaikan tentang semua kondisi yang dia ciptakan untuk membelajarkan siswa., sesuai dengan program pengembangan yang di rencanakan. Hal ini sangat penting karena refleksi para observer tidak di tujukan kepada penampilan guru (subyektif), tetapi lebih tertuju pada cara guru mengelola kegiatan pembelajaran dan aktifitas belajar siswa (obyektif).

4. Pemilihan model pembelajaran Setiap model pembelajaran yang dipilih dalam perencanaan pembelajaran mencerminkan urutan pembelajaran yang terjadi . Urutan pembelajaran model deduktif misalnya akan berbeda dengan urutan pembelajaran model induktif, model kooperatif, atau model pembelajaran langsung. Demikian juga dengan model- model pembelajaran yang lain. Pilihan model pembelajaran ini akan mewarnai penyusunan perangkat pembelajaran, terutama dalam penyusunan skenario pembelajaran dan penyusunan lembar kegiatan siswa. Dalam pelaksanaan lesson study penetapan model pembelajaran, terutama yang inovatif diharapkan mampu mengubah paradigma pembelajaran dari pola pembelajaran yang terpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan murid, baik dalam mengekplorasi gejala, memecahkan masalah maupun dalam proses pembangunan konsep, ecara kooperatif di dalam kelompok, maupun secara individu. 5. Karakteristik lingkungan sekitar sekolah Lingkungan sekolah sebenarnya sangat potensial sebagai sumber belajar. Banyak hal yang dapat dipelajari siswa dari lingkungannya, baik yang terkait dengan matematika, bahasa, IPA maupun mata pelajaran lainnya. Kemampuan anak mengekplorasi lingkungan merupakan bekal penting untuk dapat memecahkan masalah yang timbul di masyarakat, terutama jika kita memilih pendekatan Contextstual Teaching Learning ( CTL). Pengembangan kecakapan hidup bagi siswa SMP dapat dimulai dari lingkungan sekolah.. Perangkat pembelajaran yang memungkinkan anak belajar di luar kelas mempunyai karakteristik yang agak berbeda dengan perangkat pembelajaran di dalam kelas. Dalam proses pembelajaran di luar kelas siswa lebih leluasa mengekpresikan dirinya, sehingga perangkat evaluasi pembelajaran terutama evaluasi afektif lebih mudah untuk diimplementasikan. . 6. Alokasi Waktu Alokasi waktu yang tersedia untuk kegiatan lesson study juga penting untuk diperhatikan dalam perencanaan yang dituangkan dalam perangkat pembelajaran agar pelaksanaan lesson study benar-benar efektif dan tidak berakibat sebaliknya. Perlu diingat bahwa bgaimanapun waktu merupakan salah satu faktor pembatas utama dalam PBM. E. Perangkat Pembelajaran yang Disusun Perangkat pembelajaran yang disusun dalam tahap perencanaan (plan) suatu kegiatan lesson studymeliputi: 1. Rencana Pembelajaran Adapun komponen rencana pembelajaran adalah: Standar kompetensi dan kompetensi dasar, dalam hal ini kita harus memilih dari kurikulum Pokok bahasan, dipilih dari kurikulum Indikator, disusun sendiri oleh kelompok guru dan dijabarkan dari standar kompetensi. Model Pembelajaran, dipilih sesuai penekanan kompetensi dan materi. Skenario pembelajaran, berisi urutan aktivitas pembelajaran siswa dan mencerminkan pilihan model Pembelajaran. Urutan Metode Pembelajaran, disesuaikan dengan aktivitas siswa dan model pembelajaran. Media pembelajaran, dipilih dan di urutkan sesuai skenario pembelajaran. Instrumen evaluasi meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik

a. b. c. d. e. f. g. h.

2. Lembar Kerja Siswa ( LKS) Berisi langkah- langkah kegiatan belajar siswa. LKS yang di susun dapat bersifat panduan tertutup yang dapat dikerjakan siswa, sesuai dengan tuntunan yang ada, atau dapat juga LKS yang bersifat semi terbuka. LKS model ini memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, walaupun masih ada peranan guru dalam memberikan arahan. LKS dapat juga berupa modul pembelajaran. LKS model apapun yang di susun harus mampu memberikan panduan agar siswa dapat belajar dengan benar, baik dari segi proses keilmuan maupun dalam memperoleh konsep. 3. Teaching Guide (Panduan Guru ) Dalam Lesson study perencanaan dibuat oleh kelompok guru, namun pelaksanaannya tetap di lakukan oleh seorang guru. Agar apa yang di rencanakan sesuai dengan yang dilaksanakan, maka perlu adanya pedoman/petunjuk guru. Panduan guru ini biasanya berisi bagaimana guru harus mengorganisasi siswa, mengunakan LKS, memimpin diskusi sampai bagaimana guru harus mengevaluasi. 4. Media Pembelajaran Media pembelajaran yang dipergunakan dalam proses pembelajaran dapat berupa perangkat lunak seperti : lembar transparansi, gambar, CD maupun perangkat keras seperti : OHP, LCD, VCD Player, piranti demonstrasi ataupun piranti ekperimen. Lesson study melibatkan banyak orang, dalam kaitannya dengan manajemen waktu dan media pembelajaran, maka guru harus benarbenar melakukan uji waktu sebelum tampil, apalagi jika menggunakan perangkat untuk demonstrasi atau eksperimen. 5. Instrumen Evaluasi Instrumen evaluasi meliputi : Evaluasi kognitif untuk melihat daya serap anak terhadap materi yang di pelajari Evaluasi afektif untuk melihat perubahan perilaku, etika, nilai- nilai (value) pada siswa Evaluasi psikomotorik untuk mengetahui keterampilan siswa dalam melakukan pekerjaan. Instrumen ini disusun baik dalam bentuk instrumen test maupun non test F. Bahan Rujukan: Hidayati, S., Listyani. E. & Warsono. 2006. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Lesson Study. Makalah disajikan dalam Pelatihan Lesson StudyBagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA Seluruh Indonesia, PPPG Kesenian Yogyakarta, tanggal 26 Nopember 10 Desember. Richardson, J. 2007. Lesson Study, Teacher Learn How To Improve Instruction. National Staf Depelovment Council. (Online). http://www.nsdc.org di akses 23 Mei 2008). Sukirman. 2006. Peningkatan Keprofesionalan Guru Melalui Lesson Study. Makalah disajikan dalam PelatihanLesson StudyBagi Guru Berprestasi dan Pengurus MGMP MIPA Seluruh Indonesia, PPPG Kesenian Yogyakarta, tanggal 26 Nopember 10 Desember 2006.

a. b. c.

You might also like