You are on page 1of 33

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KAITANNYA DENGAN SIKAP MENTAL USAHA DI SMK AL-CHASANAH TANJUNG DUREN JAKARTA BARAT Laporan

ini Diajukan Untuk Memenuhi Proposal SKRIPSI

Disusun oleh Fitri Andriyani (108018200044)

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2012

KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan pada ALLAH SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua, terutama pada saya dalam menulis proposal ini sehingga proposal ini jadi dan dapat dipertanggungjawabkan, Amin ya rabbalalamin. dan tidak lupa pula kami kirimkan salawat dan salam pada nabi junjungan kita yakni Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam menulis proposal ini penulis sedikit banyak mengalami kesulitan, hal ini tidak lain disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, dan penulis menyadari betul bahwa proposal ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan dan juga penyajian, pengkajian materi, maka dari itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari Dosen pembahas yang dapat membangun untuk bisa lebih baik lagi. Akhirnya kami berharap proposal ini dapat berguna dan memberikan informasi yang bermanfaat bagi lingkungan akademik dimana kami selama ini menuntut ilmu maupun pihak lain yang membutuhkan.

Jakarta , 16 Januari 2012

Page 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik. pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan. Itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai makhluk yang dididik dan makhluk yang mendidik. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. Maka tidak heran jika ada yang menyebutkan bahwa pendidikan sepanjang hayat yang berlangsung sejak di buaian hingga ke liang lahat. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi : Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Terdapat kasus menunjukkan bahwa diantara para Guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat melakukan pembelajaran dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi tersebut. Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan diktatis secara bersamaan.
Page 2

Aspek pedagogis menunjukkan pada kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan. Karena itu, Guru harus mendampingi peserta didik menuju kesuksesan belajar atau penguasaan sejumlah kompetensi.aspek psikologis menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda, yang menuntut materi yang berbeda pula. Aspek diktatis menunjuk pada pengaturan belajar peserta didik oleh Guru. Dalam hal ini, guru harus mmenentukan secara tepat jenis belajar manakah yang paling berperan dalam proses pembelajaran dengan mengingat kompetensi dasar yang harus dicapai. Dalam hal ini, perlu dikemukakan bahwa pengusaan kompetensi oleh Guru ternyata mempengaruhi hasil belajar peserta didik.dikemukakan oleh peter bahwa proses dan hasil belajar peserta didik bergantung kepada kompetensi guru dan keterampilan mengajarnya.pendapat ini diperkuat oleh Taba yang menyatakan bahwa keefektifan pembelajaran dipengaruhi oleh karakteristik guru dan peserta didik, bahan pelajaran, serta aspek-aspek lain yang berkenaan dengan situasi pembelajaran.1 Bahwasanya perlu prihatin dengan rendahnya minat berwirausaha dikalangan mahasiswa dan pemuda. Namun, tidak perlu menyalahkan siapapun, yang jelas kesalahan ada pada semua pihak. Sekarang inilah kesempatan untuk mendorong para pelajar dan mahasiswa untuk mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha. Pola pikir dan lingkungan yang selalu berorientasi untuk mencari karyawan. Begitu cepat dan hebatnya dampak krisis ekonomi global yang diawali dengan bangkrutnya sebuah bank di Amerika Serikat pada awal Bulan Oktober 2008 dan terus berdampak pada sektor keuangan lainnya seperti sektor asuransi dan sektor-sektor lainnya. Dampak krisis ekonomi Global juga melanda kawasan Asia, Seperti Jepang, Korea, Singapura, dan Termasuk Singapura. Ada dua tantangan besar yang menghadang bangsa Indonesia dipenghujung 2008 dan 2009 yang diperkirakan akan berlanjut keTahun 2010. Tantangan pertama adalah bagaimana mengelola dampak krisis ekonomi yang sudah menggelobal tersebut dan tantangan yang kedua adalah bagaimana cara membuat sektor ekonomi menjadi semakin terpuruk. Hal ini terbukti pada Tahun 1998 dan 2008 sektor UKM (Usaha Kecil Menenggah) lebih tahan krisis. Untuk itu dibutuhkan smart entreprenerurship (Wirausaha yang Cerdas) untuk menjadi lokomotif perekonomian Bangsa.

Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Juni 2004), hal 118

Page 3

Dalam hal pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship), indonesia tertinggal jauh dibandingkan dengan luar negeri, bahkan dibeberapa negara pendidikan tersebut telah dilakukan beberapa tahun yang lalu, misalnya, dinegara-negara eropa dan Amerika Utara pendidikan kewirausahaan sudah mulai sejak tahun 1970-an. Sementara itu, di indonesia pendidikan kewirausahaan baru mulai dibicarakan era tahun 1980-an dan digalakkan tahun 1990-an.2 Hasilnya petut bersyukur bahwa dewasa ini sudah mulai berdiri sekolah dan perguruan tinggi yang memang berorientasi untuk menjadikan siswa dan mahasiswanya sebagai calon pengusaha unggul dan berani menghadapi risiko setelah menyelesaikan pendidikannya. Pendidikan menengah memiliki kedudukan yang strategis dalam mengembangkan bakat, kemampuan dan minat yang akan diikuti baik umum maupun kejuruan. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah menengah umum (SMU) dan sekolah menengah kejuruan (SMK), Sedangkan sekolah menengah kkejuruan (SMK) dibagi lagi menjadi beberapa jurusan atau keahlian yang mempunyai tujuan: a. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja manndiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada didunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan komppetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. b. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi dilingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya. c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dalam kondisi seperti ini, maka yang dibutuhkan perusahaan adalah karyawan atau pimpinan yang mempunyai keahlian dan keterampilan yang lebih. Tidak hanya mampu mengerjakan tugastugas tetapi juga mampu memberikan kontribusi dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan, tantangan, dan keterbatasan yang ada sehingga perusahaan dapat keluar dari krisis. Data Young Biz Indonesia menyebutkan bahwa hampir 10% dari 110 juta Tenaga Kerja di Indonesia adalah pengangguran. Setiap Tahun lulusan Perguruan Tinggi, SMA/SMK dan
2

Kasmir, Kewirausahaan, (jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), Cet.1, Hlm.3

Page 4

sederajat yang berjumlah jutaan merupakan pencari kerja dan itu belum ditambah dengan lulusan tahun sebelumnya yang jumlahnya pun jutaan dan juga belum mendapatkan pekerjaan. Umunmya, para pengangguran terdidik saat ini berorientasi pada mencari kerja saja. Dengan demikian perlu diperkenalkan alternatif (pilihan) lain selain mencari kerja, yaitu menciptakan lapangan kerja. Dengan ilmu Kewirausahaan bahkan mungkin tidak lagi mencari kerja tetapi lansung ingin menjadi wirausaha yang mandiri dan cerdas. Saat ini prosentase jumlah wirausaha di Indonesia sangat kecil. Hal ini disebabkan karena pemahaman dan pengertian tentang makna kewirausahaan sebagai pilihan hidup. Maka dari itu, pola pikir tentang kewirausahaan perlu dikembangkan karena sangat penting bagi kemajuan ekonomi suatu bangsa. Kegagalan dan keberhasilan seseorang tidak ditentukan dari pengetahuan saja, tetapi juga ditentukan dari: a) Karakter (sikap, perilaku, dan mental) yang lebih maju. b) Cara menyikapi kegagalan c) Pemikiran yang jauh kedepan d) Lingkungan sehari-hari e) Bagaimana cara bertindak f) Kreativitas. Ada beberapa jenis kemampuan yang diperlukan dalam kewirausahaan, yaitu: a) Kemampuan mengatasi masalah mental diri dan kecerdasan spiritual b) Kemampuan menarik sisi positif dan hikmahnya c) Kemampuan mencari modal dan rekan d) Kemampuan merumuskan visi dan misi serta tujuan usaha e) Kemampuan memotivasi diri f) Kemampuan berinovasi g) Kemampuan untuk mengatur waktu kerja. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pengembangan sikap profesional dalam bidang keahlian saja, belum cukup untuk menjamin siswa mampu berbuat lebih banyak dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Oleh karena itu diperlukanlah suatu pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat siswa untuk terus belajar dan berani menghhadapi risiko yang pasti terjadi. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran

Page 5

kewirausahaan.

Dengan

adanya

pembelajaran

kewirausahahan

diharapkan

mampu

menumbuhkan dan mengembangkan jiwwa kewirausahaan dalam diri siswa SMK. Pati, Kompas. Penyelenggaraan bursa kerja rata-rata hanya terisi 20%-30%. Hal ini terjadi karena tidak ada kesesuaian antara persyaratan kerja dan kualifikasi kompetensi yang dimiliki calon tenaga kerja. Padahal, mengutip data Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran terbuka hingga Agustus 2009 di Indonesia mencapai 8,96 Juta Orang atau 7,87% dari jumlah angkatan kerja yaitu 113,83 juta. Namun, angka pengangguran 7,87% menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar pada saat peresmian SMK Salafiah di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Jumat 25 Desember 2009. Selain tidak adanya kesesuaian antara yang dibutuhkan pasar kerja dan kualifikasi kompetensi calon Tenaga Kerja, besarnya pengangguran juga karena jumlah pencari kerja jauh lebih besar dari kesempatan kerja yang ada. Pemutusan Hubungan kerja akibat krisis keuangan Global dan rasionalisasi perusahaan serta tidak berfungsinya informasi juga jadi faktor penyebab munculnya pengangguran.muhaimin mencermati, perubahan struktur dan persyaratan dipasar kerja relatif lebih cepat dibandingkan kesiiapan Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan mengantisipasi perubahan itu. Pencari kerja perlu difasilitasi agar mempunyai akses dan kesempatan untuk mempresentasikan potensinya melalui Pendidikan Formal ataupun Pelatihan Kerja Berbasis Kompetensi.3 Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KAITANNYA DENGAN SIKAP MENTAL USAHA DI SMK ALCHASANAH TANJUNG DUREN JAKARTA BARAT.

Hendro, Kewirausahaan untuk SMK dan MAK Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2010), hal 13

Page 6

B. Identifikasi masalah Dari latar belakang tersebut dapat diidentifikasi sejumlah masalah yang berkaitan dengan Efektivitas Pembelajaran Kewirausahaan Kaitannya dengan Sikap Mental Usaha di SMK AlChasanah Tanjung Duren Jakarta Barat, diantaranya : 1. Kurangnya sarana yang menunjang untuk pembelajaran khususnya Kewirausahaan. 2. Siswa tidak memiliki Buku paket pelajaran yang sesuai dengan kurikulum 3. Adanya siswa yang kurang memanfaatkan buku paket yang telah tersedia, dalam artian malas Belajar. 4. Perlunya menggunakan media pembelajaran yang variatif dalam kelas untuk mengukur tingkat efektivitas Pembelajaran 5. Perlunya ditelusuri faktor-faktor apa saja yang mempengagruhi tingkat efektivitas pembelajaran kewirausahaan kaitannya dengan sikap mental usaha di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat.

C. Pembatasan Masalah Pembatasan Masalah dimaksudkan agar permasalahan yang timbul tidak terlalu meluas dan kurang efektif, maka penulisan ini peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Efektivitas pembelajaran Kewirausahaan kaitannya dengan Sikap Mental Usaha Di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatt efektivitas pembelajaran Kewirausahaan kaitannya dengan Sikap Mental Usaha di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat

D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1. Bagaimana efektivitas pembelajaran Kewirausahaan keitannya dengan Sikap Mental Usaha di SMK Al-Chasanah Tnjung Duren Jakarta Barat? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efektivitas Pembelajaran

Kewirausahaan kaitannya dengan Sikap Mental Usaha di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat?

Page 7

E. Tujuan Penelitian Adanya tujuan dalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting karena dengan tujuan yang tepat menjadikan tolok ukur keberhasilan dalam penelitian. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : 1. Ingin membuktikan efektivitas pembelajaran kewirausahaan kaitannya dengan sikap mental usaha di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat. 2. Ingin mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efektivitas Pembelajaran Kewirausahaan kaitannya dengan sikap Mental Usaha di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat

F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sumber dan bahan kajian dalam upaya Rekonstruksi efektivitas pembelajaran Kewirausahaan kearah yang lebih baik lagi. 2. Bahan rujukan dan Referensii tertulis bbagi pelaksanaan Penelitian yang relevan dengan topik yang dikaji.

Page 8

KAJIAN TEORI
LANDASAN TEORI A. Efektivitas 1. Pengertian Efektivitas Kata efektivitas menurut etimologi merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu efektive, kata serapan efektive menjadi efektif lalu berubah menjadi efektifitas yaitu : suatu yang membawa hasil atau suatu kegiatan yang berlangsung dengan system dan program yang terencana dan dikerjakan secara kontinue sehingga tercapainya hasil yang lebih baik.4 Menurut kamus besar bahasa indonesia kontemporer bahwa efektifitas adalah hal berkesan atau berpengaruh dan usaha atau tindakan keberhasilan.5efektivitas dinyatakan sebagai tingkatan keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup faktor didalam maupun diluar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat darri sisi produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Disamping itu, efektivittas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh seseorang.6 Sedangkan kata efektivitas dalam pengertian kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang terencana dan kontinue sehingga tercapai target yang ditetapkan dari kurikulum yang sudah dibuat.dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan sistem yang baik dan dikerjakan sesuai dengan program yang direncanakan sehingga tercapai suatu tujuan yang dikehendaki dan menghasilkan yang lebih baik. Ada 2 kategori yang melatarbelakangi efektivitas pembelajaran, yaitu: a. Faktor komunikasi

4 5

Yuono GB , Pedoman Ejaan Indonesia yang Telah Disempurnakan, (Surabaya, Indah Press:1987), hal.39 Peter Salim, Yenni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Press, (Jakarta)

hal 376 Veithzal Rivai, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa Survei di STIE (genesha 1999, jurnal pendidikan dan kebudayan.No 029.Tahun ke-7 Mei 2001)
6

Page 9

Pada dasarnya dalam proses belajar mengajar yang paling dominan adalah proses komunikasi, dan setiap usaha komunikasi mempunyai tujuan tersendiri, ada yang informative, tranformative, dan persuasive. Mengingat aspek komunikasinya, maka prinsip pembelajaran yang efektif itu hampir identik dengan komunikasi efektif. b. Standar kriteria efektivitas pembelajaran Ada beberapa kriteria efektivitas pembelajaran yang dapat dijadikan ukuran keberhasilan, yaitu: 1. Kriteria efektivitas jangka pendek, untuk menunjukkan kegiatan dalam kurun waktu sekitar satu tahun, kriterianya kepuasan, efisiensi, dan produksi. 2. Kriteria efektivitas jangka menengah, kurun waktu sekitar lima tahun, kriterianya adalah perkembangan serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. 3. Kriteria efektivitas jangka panjang, kurun waktu yang akan datang, kriterianya adalah kemampuan mempertahankan kelangsungan hidup dan kemampuan membuat perencanaan strategis bagi kegiatan dimassa depan.7 Berkaitan dengan evaluasi, Djamarah Mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif dengan melihat hasil evaluasi yang dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu: istimewa (maksimal), baik sekali (optimal), baik (minimal), dan kurang.kriterianya sebagai berikut: 1) Istimewa (maksimal): apabila seluruh (100%) bahan belajar yang diianjurkan dapat dikuasai siswa. 2) Baik sesuai (optimal): apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pembelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa. 3) Baik (minimal): apabila yang diajarkan hanya (60%-75%) dapat dikuasai siswa. 4) Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari (60%) dapat dikuasai oleh siswa. 8 Berdasarkan kriteria-kriteria diatas, maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik, apabila dapat mencapai minimal 75% dari tujuantujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

7 8

Syaeful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT.Rineka Cipta,2002), h.121 Syaeful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (jakarta:PT.Rineka Cipta,2002), h 123

Page 10

B. Pembelajaran Efektif 2. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari pokok kata belajar yang mendapat tambahan pe dan akhiran an. Dalam bahasa inggris, dikenal istilah learning dan instruktion untuk menunjukkan istilah pembelajaran. Kusnandar mengartikan pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadilah perubahan perilaku kearah yang lebih baik9. Dalam dokumen KBK, kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar sering diistilahkan dengan istilah pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam KBK siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan proses belajar mengajar.kegiatan proses belajar mengajar dalam KBK tidak hanya sekedar proses penyampaian materi saja, akan tetapi diselenggarakan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar (Depdiknas, 2002).10 Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction yang banyak dipakai dalam dunia ppendidikan diamerika serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitifkholistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Oleh karena itu menurut gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran (intruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.11 Terdapat beberapa karakteristik penting dari istilah pembelajaran yaitu: a) Pembelajaran berarti membelajarkan siswa
9

Kusnandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Suskses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2007)Cet.1, hlm 287 Wina Sanjaya, pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi, (jakarta: kencana prenada media group, 2005) hal 80 Wina Sanjaya, pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi, (jakarta: kencana prenada media group, 2005) hal 78
11 10

Page 11

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utamma mmengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh sebab itu, kriteria keberhasilann proses pembelajaran tidak diukur dari sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. b) Proses pembelajaran berlangsung dimana saja Sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. c) Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pembelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan diccapai. Oleh karena itulah penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir proses pengajaran, akkan tetapi hanya sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas, artinya sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat membentuk pola perilaku siswa itu sendiri.

a. Sistem dan tujuan pembelajaran Proses pembelajaran atau pendidikan memungkinkan seseorang menjadi lebih manusiawi (being humanize) sehingga disebut dewasa dan mandiri, itulah visi atau tujuan dari proses pembelajarran.12 Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif secara sederhana adalah pengembangan kemampuan intelektual siswa, misalnya kemampuan penambahan wawasan dan pemanbahan informasi agar penegetahuan siswa lebih baik.pengembangan perilaku dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap dalam arti sempit ataupun luas. Pengembangan keterampilan adalah pengembangan kemampuan motorik baik motorik kasar maupun motorik halus.13 Sistem pembelajaraan adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi untuk mencapai
12

Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta:PT.Kompas Media Nusantara, 2000), cet.1, hal Wina Sanjaya, perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (jakarta: PT Pajar Interpratama, 2010), hal

37
13

28

Page 12

suatu tujuan(hamalik,2003). Unsur manusiawi dalam sistem pembelajaran terdiri atas siswa, Guru/pengajar, serta orang-orang yang mendukung terhadap keberhasilan proses pembelajaran termasuk pustakawan.14 Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah: suatu upaya pendidik dalam hubungannya dengan tugasnya membina anak didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang berpengetahuan, terampil, berdikari, disiplin, serta bersikap sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

b. Pembelajaran Efektif dan Bermakna Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Pemanasan dan Apersepsi Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk pengetahuan peserta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan dan aperseppsi ini dapat dilakukan sebagai berikut. a. Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik b. Motivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka (peserta didik). c. Gerakkan peserta didik agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru. b. Eksplorasi Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik yaitu: a. Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. b. Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengetahuan dan kompetensi yang sudah dimiliki oleh peserta didik. c. Pilihlah metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan ppeserta didik terhadap materi standar dan kompetensi baru.

14

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (jakarta: PT Pajar Interpratama, 2010) hal

Page 13

c. Konsolidasi Pembelajaran Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi, dengan mengkaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Dapat dilakukan: a. Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru. b. Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah. Terutama dalam masalah aktual. c. Latakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat. d. Pilihlah metodologi yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi peserta didik. d. Pembentukan Kompetennsi, Sikap, dan Perilaku Dapat dilakukan sebagai berikut: a. Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. b. Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat membangun kompetensi, sikap dan perilaku baru dalam kehiduupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari. c. Gunakan metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan kompetensi, sikap dan perilaku peserta didik. e. Penilaian Formatif a. Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik b. Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi Guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik. c. Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.15
15

Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Juni 2004), hal 119-120

Page 14

C. Kewirausahaan 3. Pengertian Kewirausahaan a. Wirausaha Istilah wirausaha berasal dari dua suku kata, yaitu wira dan usaha. Wira adalah pahlawan, sedangkan usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud, pekerjaan untuk mencapai sesuatu. Wirausaha dalam bahasa inggris adalah entrepreneur. Secara etimologi kata entrepreneur yang berarti petualang, pengambil risiko, pengusaha. Beberapa pengertian wirausaha adalah sebagai berikut: a. Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI), pengertian wirausaha sama dengan wiraswasta, yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produnk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya. b. Wirausaha adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya untuk melakukan inovasi atau kombinasi yang baru untuk sebuah inovasi. c. Wirausaha yaitu melakukan sebuah proses yang disebut creative destruktion (pengrusakan yang krreatif) untuk menghasilkan suatu nilai tambah (added value) guna menghasilkan nilai yang lebih tinggi sehingga inti dari wirausaha adalah kreativitas. d. Wirausaha adalah orang yang berani mengusahakan suatu pekerjaan baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wirausaha adalah seseorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru. b. Kewirausahaan Kewirausahaan dalam bahasa inggris adalah entrepreneurship, dalam bahasa jerman yaitu unternehmer, dalam bahasa belanda adalah ondernemen. kewirausahaan merupakan sebuah ilmu yang menggabungkan sebuah ilmu pengetahuan, kepribadian/sikap, filosofi, keterampilan, yang digabungkan dalam satu kemampuan untuk dioptimalkan dan diberdayakan dalam mencapai keuntungan yang lebih besar.

Page 15

Berikut ini adalah makna kewirausahaan:16 a. Kewirausahaan merupakan sebuah ilmu pengetahuan (knowledge) Kewirausahaan adalah sebuah pengetahuan yang merupakan hasil uji coba dilapangan, dikumpulkan, diteliti, dan dirangkai sebagai sumber informasi yang berguna bagi orang lain yang membutuhkannya. Dengan demikian kewirausahaan dapat dimasukkan kedalam sebuah disiplin ilmu baik itu yang bersifat teori ataupun yang bersifat empiris (hasil uji lapangan). b. Kewirausahaan merupakan kepribadian atau sikap Unsur yang terkandung dalam karrakteristik kewirausahaan adalah sikap positif, kepribadian yang ulet, pantang menyerah, menjadi contoh bagi yang lain, dan tidak mudah puas diri. c. Kewirausahaan adalah sebuah filosofi Pondasi kesuksesan untuk menjadi wirausaha yang cerdas adalah filosofi hidup dan bekerja. Oleh karena itu, kewirausahaan dapat digolongkan dalam sebuah filosofi hidup atau landasan hidup dalam meniti karir guna meraih kesuksesan. d. Kewirausahaan merupakan keterampilan (skill) Kewirausahaan merupakan penggabungan dua konsep, yaitu pengetahuan dan pengalaman yang dirasakan dan dilakukan melalui proses jatuh bangun untuk menjadi terampil dan akhirnya menjadi sebuah keahlian dalam menjalankan bisnis. e. Kewirausahaan merupsksn seni (art) Kewirausahaan merupakan seni karena dalam menemukan ide, inspirasi, dan peluang bisnis dibutuhkan imajinasi dan pemikiran yang terkadang harus berlawanan dengan logika. f. Kewirusahaan adalah sebuah profesi Pilihan, baik itu menjadi pekerja (employee) atau berwirausaha haruslah bersikap profesional. Untuk itu, menjadi wirausaha juga merupakan profesi sebagai pilihan hidup yang harus dilakukan secara profesional dalam arti jujur, terbuka, komitmen. g. Kewirausahaan adalah naluri

16

Henndro, Kewirausahaan untuk SMK dan MAK Kelas X, (Erlangga, Jakarta, 200), hal 10

Page 16

Kewirausahaan itu membutuhkan naluri untuk menemukan sebuah peluang dan ide bisnis yang akhirnya menjadi sebuah bisnis yang sukses. h. Kewirausahaan adalah mimpi seseorang Kewirausahaan juga merupakan cita-cita yang terpendam sejak masih kecil, remaja atau dewasa. i. Kewirausahaan adalah pilihan hidup seseorang Kewirausahaan adalah salah satu jalan hidup untuk sukses, walaupun harus melalui jalan yang terjal, tetapi pada akhirnya bisa meraih kesuksesan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan seseorang manajer risiko dalam mengoptimalkan segala sumber daya yang ada, baik itu materil, intelektual, waktu, dan kemampuan kreativitasnya untuk menghasilkan suatu produk yang berguna bagi dirinya dan bagi orang lain c. Tujuan kewirausahaan Tujuan kewirausahaan bagi dunia pendidikan adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan bekal masa depan agar menjadi terampil pendidikan saja tidak cukup menjadi bekal untuk masa depan, dibutuhkan keterampilan dan keahlian sebagai kontribusi bagi perusahaan ataupun menjalankan suatu usaha. b. Mempersiapkan agar memiliki kecakapan untuk berkarir dibidang apapun.

Kewirausahaan dapatditerapkan disemua bidang pekerjaan dan kehidupan. c. Memberikan ilmu untuk bertahan hidup dan mencari nafkah bila terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). d. Mewujudkan kesuksesan didunia kerja atau usaha mandiri melalui kewirausahaan. e. Membudayakan sikap unggul, berperilaku positif, dan kreatif. Kewirausahaan dapat diajarkan dan dikembangkan disekolah-sekolah Dasar, sekolah menengahh, perguruan tinggi, dan di berbagai kursus bisnis. Di dalam pelajaran kewirausahaan, para siswa diajari dan ditanamkan sikap-sikap perilaku untuk menjadi seorang wirausahawan yang berbakat. Dibawah ini diuraikan tujuan dari kewirausahaan, adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas b. Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Page 17

d. Ruang lingkup kewirausahaan Ruang lingkup kewirausahaan yaitusebagai berikut: a. Ruang lingkup Internal 1) Dalam kehidupan sehari-hari: untuk keluar dari kesulitan, untuk tetap bertahan hidup, mendapatkan penghasilan, dan mengatasi keterbatasan. 2) Dalam bekerja: untuk meraih kesuksesan dalam karir. 3) Dalam keluarga: untuk menjadi lokomotif ekonomi keluarga. b. Ruang lingkup Eksternal 1) Dalam dunia usaha: untuk menjadi wirausaha yang sukses. 2) Dalam dunia masyarakat: untuk menjadi contoh orang yang sukses dan menjadi teladan bagi lingkungan. 3) Dalam kenegaraan: untuk membentu program pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran yang tinggi dan membantu mengatasi pengentasan kemiskinan, serta menjadi lokomotif kemajuan ekonomi suatu negara.

e. Karakteristik wirausaha Karakteristik wirausaha yang baik dan membawa kearah kebenaran sehingga akan terbentuk kebiasaan-kebiasaan yang positif yang akan menjadi sebuah karakter. Berikut ini karakteristik wirausaha menurut bygrave seorang pakar kewirausahaan yang terkenal dengan 10 Dadalah sebagai berikut: a. Dream (mimpi) Tidak ada wirausaha yang tidak punya mimpi, dan akan lebih sukses lagi bila mmempunyai visi dan misi ke depan disertai dengan kemampuan untuk mewujudkannya. b. Decisiveness (ketegasan) Seorang wirausaha itu mempunyai hasrat ingin maju, tegas, energik, penuh semangat, dan tidak bekerja lambat. Setiap keputusan yang diambil selalu diperhitungkan. Kecepatan dan ketepatan merupakan faktor kunci dalam kesuksesan bisnisnya. c. Doing (pengabdian)

Page 18

Wirausaha tidak suka menunda pekerjaan dan selalu menindaklanjuti keputusan yang telah dibuat, mempunyayi kecepatan dan tenaga ekstra dalam bertindak dibanding yang lain. d. Determination (ketettapan hati/kebulatan tekad) Seorang wirausaha mempunyai keteguhan hati serta rasa tanggung jawab yang tinggi sehingga tidak pernah menyerah begitu saja ketika menghadapi persoalan. e. Dedication (pengabdian) Seorang wirausaha yang cerdas itu mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, karena dedikasi yang tinggi maka kesuksesan akan selalu menghampirinya. f. Devotion (kecintaan/ kesetiaan) Bisnis akan menyita banyak waktu, pikiran, tenaga, energi, fokus, dan semangat seorang wirausaha, sehingga ia harus mencintai pekerjaannya dan pandai membagi waktu g. Details (terperinci) Untuk mencapai kesuksesan, wirausaha harus berfikir detail karena ketika menjalankan usaha, aspek keuangan dan perencanaan strategi memerlukan pemikiran secara detail. h. Destiny (nasib) Wirausaha membutuhkan keberuntungan dan ia harus mulai berusaha untuk memprediksi kkapan keberuntungan itu datang menghampirinya. i. Dollars (materi/uang) Seorang wirausaha sangat memperhitungkan nilai waktu, tenaga, pikiran, strategi, dan usaha ditinjau ddari nilai mata uang tetapi hindari menjadi seorrang wirausaha yang materiialis karena itu berbahaya. j. Distribute (menyalurkan/ mendistribusikan) Wirausaha yang baik selalu berorientasi untuk memberi dan mendistribusikan kesuksesannya.

D. Sikap Mental Usaha Sikap dan perilaku seorang wirausaha tentu berbeda dengan sikap dan perilaku yang bukan wirausaha. Oleh karena itu sikap wirausaha adalah sebagai berikut: a. Selalu berfikir positif dalam menghadapi segala hal

Page 19

b. Berorientasi jauh kedepan, berpikiran maju, dan tidak mudah terlena oleh hal-hal yang sudah berlalu. c. Tidak gentar saat melihat pesaing. d. Selalu ingin tahu, membuat selalu mencari jalan keluar untuk maju. e. Ingin memberi yang terbbaik untuk orang lain. f. Penuh semangat dan berjuang keras hingga menimbulkan pengaruh yang baik untuk sekelilingnya.17

1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya baik dalam bentuk jurnal maupun skripsi, tesis, dan disertasi sangat penting untuk diungkapkan karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis. Penelitian terdahulu mengenai Kontribusi Pembelajaran Kewirausaan terhadap Minat Berwirausaha diantaranya sebagai berikut: 1) Sainan (NIM 104015000595) dengan focus penelitian: Kontribusi pembelajaran

kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa si SMKN 18 Jakarta Hasil penelitian ini menyebutkan: Tidak Terdapat korelasi yang negatif antara variabel x (pembelajaran

kewirausahaan)dan variabel y (minat berwirausaha) Terdapat korelasi yang positif (korelasi yang berjalan searah) antara variabel x (pembelajaran kewirausahaan)dan variabel y (minat berwirausaha) A. Kerangka Berfikir Dalam dunia pendidikan, pembelajaran kewirausahaan mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk melaksanakan program pendidikan. Lembaga sekolah merupakan salah satu tempat yang memberikan pengajaran kewirausahaan, maka sudah sepantasnyalah sekolah memberikan fasilitas yang menunjang untuk kegiatan belajar mengajar, tentunya dengan harapan agar apa yang menjadi tujuan dasar pembelajaran itu dapat tercapai.

17

Henndro, Kewirausahaan untuk SMK dan MAK Kelas X, (Erlangga, Jakarta, 200), hal 20

Page 20

Siswa atau anak didik di SMK memerlukan ilmu pengetahuan yang penting diajarkan disekolah seperti halnya pelajaran kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam menemukan peluang usaha. kerangka berfikir penulis ketika siswa mendapatkan pembelajaran yang baik disekolah, dengan metode yang baik, sarana dan prasarana yang menunjang, tentu hal tersebut menjadi aspek yang menunjang kegiatan belajar mengajar yang baik sehingga tercapai tingkat Efektivitas Pembelajaran Kewirausaah Kaitannya dengan Sikap Mental Usaha. B. Hipotesis 1. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi teoritis di atas, maka hipotesis penelitian yang dapat dirumuskan adalah siswa yang memperhatikan proses pembelajaran Kewirausahaan dengan baik dapat dinyatakan bahwa proses pembelajaran kewirausahaan dapat dinyatakan efektif. Hipotesis Statistik a. Hipotesis Nol disingkat Ho Hipotesis nol menyatakan tidak terdapat efektivitas pembelajaran kewirausahaan di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat.
b. Hipotesis kerja, atau disebut Hipotesis alternatif, singkat Ha.

Hipotesis kerja menyatakan terdapat Efektivitas Pembelajaran Kewirausahaan kaitannya dengan Sikap Mental Usaha di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat.

Page 21

METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.18 Adapun dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa-siswi SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat Kelas X. 2. Sample Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampling sistematis. Teknik sampling sistematis yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota yang telah diberi nomor urut. Jadi peneliti disini memberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi berdasarkan responden yang dituju di SMK. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat, sedangkan waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Maret 2012 siswa kelas X semester II tahun pelajaran 2011/2012.

B. Definisi Operasional Definisi operasional variabel adalah penentuan variabel sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan variabel sehingga memungkinkan peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran variabel yang lebih baik.

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 80.

Page 22

C. Instrument Penelitian 1. Kisi-kisi/Matrik pengembangan Instrumen Matrix Variabel Definition of Rational Efektivitas Pembelajaran Kewirausahaan 1. Ranah kognitif - Disiplin dalam belajar - Mengulang pelajaran setelah pulang sekolah - Menjelaskan materi kepada teman yang tidak mengerti - Menggunakan ilmu untuk hal yang bermanfaat. - Menghargai semua teman - Mengutamakan kepentingan umum daripada pribadi di dalam berorganisasi - Meminta maaf jika menyakiti orang lain - Terbuka dengan orang tua - Memiliki rasa sens of belonging terhadap sarana prasarana yang ada di sekolah. - Mengasah bakat dengan mengikuti ekstrakurikuler - Mengikuti olimpiade pelajar - Mengikuti kegiatan yang ada di sekolah - Berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik dan benar (EYD) - Membuat kerajinan tangan hasil sendiri - Memiliki sikap dan perilaku yang positif terhadap Guru - Memiliki kemampuan untuk berbuat kebaikan - Merasa sebagai siswa yang mempunyai kewajiban belajar. - Memiliki kemampuan
Page 23

Dimensi Variabel

Indikator

2. Ranah afektif

3. Ranah psikomotorik

Sikap Mental Usaha

4. Kesadaran diri

merumuskan visi dan misi serta tujuan usaha. 5. Visioner - Memiliki semangat tinggi dan berjuang mendapatkan yang terbaik - Kualitas hidup siswa diilhami oleh visi dan nilainilai. - ketika sedang magang, dapat beradaptasi dengan cepat - dapat berkomunikasi dengan baik. - cenderung melihat keterkaitan antara berbagai hal.

6. Fleksibel

Interval

: Skala Likert y Sangat sering (SS) y Sering (S) y Jarang (J) y Tidak pernah (TP)

N0 1. 2. 3. 4. 5. 6.

PERNYATAAN Disiplin dalam Belajar Mengulang Pelajaran setelah Pulang Sekolah Menjelaskan Materi kepada teman yang tidak Mengerti Menggunakan Ilmu untuk Hal yang Bermanfaat Menghargai Semua Teman Mengutamakan Kepentingan Umum daripada Pribadi

SS

TP

didalam Berorganisasi 7. 8. 9. Meminta Maaf jika Menyakiti orang lain Terbuka Dengan Orang Tua Memiliki Rasa Sens Of Belonging Terhadap Sarana Prasarana yang ada di Sekolah

Page 24

10. 11. 12. 13.

Mengasah Bakat dengan mengikuti Ekstrakulikuler Mengikuti Olimpiade Pelajar Mengikuti Kegiatan yang ada di Sekolah Berkomunikasi Menggunakan Bahasa yang Baik dan Benar (EYD)

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.

Membuat Kerajinan Tangan Hasil Sendiri Memiliki sikap dan perilaku yang positif terhadap Guru Memiliki kemampuan untuk berbuat kebaikan Merasa sebagai siswa yang mempunyai kewajiban belajar. Memiliki kemampuan merumuskan visi dan misi serta tujuan usaha. Memiliki semangat tinggi dan berjuang mendapatkan yang terbaik Kualitas hidup siswa diilhami oleh visi dan nilai-nilai. Ketika sedang magang, dapat beradaptasi dengan cepat Dapat berkomunikasi dengan baik. Cenderung melihat keterkaitan antara berbagai hal.

2. Uji Kualitas Instrumen  Validitas Rumus untuk menghitung validitas dengan menggunakan product moment, yakni sebagai berikut:

rxy = N. xy - x . y
[ (N.x2 ) (x)2 ][ (N.y2) (y)2 Keterangan : xy r = Korelasi N = Jumlah subyek x = Angka pada skor butir y = Angka pada skor total

Page 25

Perhitungan validitas dihitung dengan menggunakan bantuan komputer versi SPSS (statistical product and service solution) 12.0 for windows.Kemudian dari hasil product moment masih dikorelasikan dengan part whole.  Reliabilitas Menurut Azwar (1996), reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Untuk mengetahui sejauhmana reliabilitas instrumen, digunakan rumus alpha dengan bantuan SPSS Versi 12. Adapun rumus Alpha tersebut adalah: =[k k-1 Keterangan: k = Banyaknya Belahan Tes s2j= Varians Belahan j;j = 1,2,3 s2x= Varians Skor Tes Uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer komputer versi SPSS (Statistical Product and Service Solution) 12.0 for windows. ] . [1- s2 j ] s2 x

D. Desain, Teknik & Prosedur Penelitian 1. Desain Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah correlational research. 2. Teknik Pengambilan Data Teknik Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan:  Angket Angket adalah cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.19
19

Anas Sudijono, Statistik Pendidikan,( Jakarta: PT Raja Grafindo,2010), hlm 30.

Page 26

Adapun jenis angket ada dua macam, yaitu angket jenis terbuka dan angket jenis tertutup. Dalam hal ini Sanapiah Faisal menyatakan: Untuk angket jenis tertutup bentuk kontruksi item pertanyaan bisa dibagi: Bentuknya tidak berbentuk pilihan ganda, bentuk skala penulisan dan bentuk daftar cek. Sedangkan angket jenis terbuka berbentuk kontruksi item bisa dibagi menjadi pengisian jawaban tersediakan. Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan angket jenis tertutup sebab semua item pertanyaan tinggal dipilih mana jawaban yang sesuai dengan responden dengan cara memberi tanda cek angket ada dua macam yaitu favourable dan unfavourable. Favourable artinya pernyataan sikap yang berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Unfavourable artinya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu yang bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkap. Untuk mengukur tingkat efektivitas Pembelajaran Kewirausahaan Kaitannya dengan Sikap Mental Usaha maka peneliti menyusun skala model Likert (metode skala rating yang dijumlahkan) yang telah dimodifikasi. Bentuk angket dalam penelitian ini adalah pilihan dengan menggunakan 4 alternatif jawaban, yaitu Sangat sering (SS), Sering (S), Jarang (J), Tidak pernah (TP). Jawaban ragu-ragu ditiadakan untuk mendapatkan kepastian jawaban dari responden antara setuju atau tidak setuju sehingga diharapkan ada penguatan dan tidak ada jawaban yang setengah-setengah.  Dokumentasi Data yang dikumpulkan tersebut adalah bersifat orisinil untuk dapat dipergunakan secara langsung. Teknik pemeriksaan dokumen ini khusus digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap tingkat Efektivitas. Adapun teknik pengumpulan data terhadap Tingkat Efektivitas ini adalah dengan mengambil data yang sudah tersedia.

3. Prosedur Penelitian Data penelitian dikumpulkan melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Page 27

 Tahap Persiapan Langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menentukan lokasi dan subjek penelitian b. Melakukan perizinan ke sekolah yaitu observasi dan wawancara dengan wali kelas X, dan Guru Bidang Study untuk menentukan penelitian. c. Membuat instrumen penelitian. d. Menentukan jumlah soal yang akan dijadikan instrumen penelitian, setelah terlebih dahulu diuji cobakan untuk diketahui validitas dan reliabilitasnya.  Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan di SMK Al-Chasanah Tanjung Duren Jakarta Barat. Langkah-langkah yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan angket penelitian kepada siswa SMK kelas X. b. Meminta data raport semester I sebagai hasil belajar kelas X kepada wali kelasnya. c. Mengidentifikasi sikap Afektif, Kognitif, Psikomotorik.  Tahap Akhir Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dan menganalisis data sesuai jenis data yang diperoleh. waktu pelaksanaan

Page 28

TEKNIK PENGOLAHAN DATA


A. Pengolahan Data Pengolahan data-data yang telah diperoleh kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan SPSS For Windows version 16. Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut :  Editing Setelah data dikumpulkan, lalu diteliti mengenai kelengkapan data.  Coding Coding adalah memindahkan data dari daftar pertanyaan ke daftar yang akan memberi informasi. Data yang diubah menjadi bentuk angka untuk mempermudah perhitungan selanjutnya.  Scoring Setelah data terkumpul, pengolahan data dilakukan dengan pemberian skor penelitian. Adapun penilaian efektif atau tidaknya pembelajaran kewirausahaan dengan

menggunakan skala Likert. Penskoran Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada empat alternatif jawaban seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Penskoran dengan Skala Likert Alternatif Jawaban a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Tidak pernah Nilai Pernyataan Positif 4 3 2 1 Nilai Pernyataan Negatif 1 2 3 4

 Tabulating Tabulasi adalah mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang telah dimilikinya.

Page 29

B. Analisis Data Analisis data digunakan untuk mendiskripsikan, menjelaskan dan memahami hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Untuk melihat hubungan antara dua variabel berupa data interval maka rumus yang digunakan adalah korelasi Pearson Product Moment sebagai berikut:

rxy =

N. xy - x . y [ (N.x2 ) (x)2 ]-[ (N.y2) (y)2

Keterangan : X = skor tiap item Y = skor total N = jumlah subyek

rxy= nilai koefisien korelasi product moment


Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan dengan r tidak lebih dari harga (-1 r +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r, yang terlampir pada halaman lampiran. Dengan ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka HO diterima dan Ha ditolak tetapi sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel, maka Ha diterima. Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi dapat ditentukan berdasarkan tabel di bawah ini : Koefisien Korelasi Interval koefisien 0,00-0,199 0,20-0,399 0,40-0,599 0,60-0,799 0,80-1,000 Tingkat hubungan Sangat rendah Rendah Sedang /cukup kuat Kuat Sangat kuat

Page 30

Selanjutnya, untuk menentukan besar kecilnya sumbangan efektivitas Pembelajaran Kewirausahaan kaitannya dengan Sikap Mental Usaha dapat ditentukan dengan rumus Koefisien Determinan berikut (Sugiyono, 2010) : KD = (r2) x 100% Keterangan : KD = Koefisien Determinan r = nilai koefisien korelasi product moment

Page 31

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2002) Harefa Andrias, Menjadi Manusia Pembelajar, (Jakarta:PT Kompas Media Nusantara, 2000) Hendro, Kewirausahaan untu SMK dan MAK Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2010) Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Cet 1 Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2007), Cet 1 Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Juni 2004) Salim Peter, DKK, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Press, (Jakarta) Sanjaya Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005) Sanjana Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: PT Pajar Interpratama, 2010) Youno GB, Pedoman Ejaan Indonesia yang Telah Disempurnakan, (Surabaya: Indah Press: 1987) Veithzal Rivai, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar Mahasiswa Survei di STIE, (Genesha 1999, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.029, Tahun Ke-7 Mei 2001)

Page 32

You might also like