You are on page 1of 5

GUndul - Gundul Pacul

DO = C Jawa Tengah Cipt = r.c.hardjosubroto

Tembang Jawa ini konon diciptakan tahun 1400-an oleh Sunan Kalijaga dan teman-temannya yang masih remaja dan mempunyai arti filosofis yg dalam dan sangat mulia. artinya : Gundul: adalah kepala plonthos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Maka gundul artinya kehormatan yang tanpa mahkota. Pacul: adalah cangkul yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi segi empat. Pacul: adalah lambang kawula rendah yang kebanyakan adalah petani. Gundul pacul artinya: bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Orang Jawa mengatakan pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas). Artinya bahwa: kemuliaan seseorang akan sangat tergantung 4 hal, yaitu: bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga dan mulutnya. 1. Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat. 2.Telinga digunakan untuk mendengar nasehat. 3. Hidung digunakan untuk mencium wewangian kebaikan. 4. Mulut digunakan untuk berkata-kata yang adil. Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Kicir - kicir

DO = g

4/4 sedang

jakarta

Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni : Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan

karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199 Lagu kicir-kicir ini merupakan lagu yang termasuk dalam kebudayaan nasional, karena kebudayaan dapat merupakan tarian, lagu-lagu daerah dan alat musik yang dilestarikan.bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling beragam kebudayaannya dari mulai bahasa yang digunakan, pakaian adat sampai lagulagu dari tiap-tiap daerah pasti memilikinya. salah sattunya adalah lagu kicir-kicir ini merupakan lagu yang berasal dari daerah Jakarta. dalam lagu kicir-kicir yang dibawakan oleh PSM. UNIV BRAWIJA sudah cukup mewakilkan antara lagu dan tariannya. dan dari segi pengambilan gambarnya sudah cukup membuka pandangan mata kita. teknik pengambilan gambar yang diambila dalam lagu kicir-kicir ini menggunkan berbagai macam teknik, diantaranya menggunakan teknik long shot, close up dan medium shot.

O ina ni keke
DO = C 4/4 sedang Sulawesi utara

Arti Lagu: O Ina Ni Keke


Teks O Ina Ni Keke Mange Wisa Ko Mange wi ti Wenang Tu meles Walekow Ref: Wehane, wehane, wehane toyo Zeimo siapa Ko tare mahaley Arti O Ibu dari Keke ( Keke adalah nama panggilan untuk anak perempuan) Mau pergi ke mana kau Mau ke Manado Mau membeli walekow Berilah, berilah, berilah sedikit Sudah tidak ada Kau baru meminta

Keterangan: 1. Lagu ini merupakan semacam dialog antara dua orang, yaitu seorang ibu dengan seorang lain yang sudah dikenalnya. Dialog ini tampaknya terjadi di tengah jalan. Kedekatan si Ibu dan partner dialognya tampak pada jawaban yang jujur dan to the point yang diberikan oleh si Ibu ketika ditanya mau ke mana?. Dalam masyarakat Tombulu, pertanyaan mau ke mana adalah pertanyaan

yang umum dan bisa diajukan kepada siapa saja tanpa melihat kedekatan hubungan atau sekedar pertanyaan basa-basi. Yang menentukan kualitas hubungan mereka adalah jawaban yang diberikan . Jika yang ditanya merasa bahwa itu hanya pertanyaan basa-basi maka dia hanya akan menjawab: mange witii (mau pergi ke sana, sambil yang bersangkutan mengarahkan tangannya ke depan atau bahkan menjawab mange ti anu/mau pergi ke suatu tempat). Jawaban yang sedemikian tidak akan membuat si penanya tersinggung kecuali kalau si penanya itu sendiri merasa bahwa hubungan mereka cukup dekat. Biasanya dia akan meminta jawaban yang lebih spesifik. Pada dialog lagu O Ina Ni Keke, jelas sekali kalau si Ibu memberi jawaban yang jelas yaitu Mau ke Manado 2. Teks lagu di atas mungkin merupakan versi yang salah bagi mereka yang biasa melihat tulisan yang umumnya ada maupun mendengarkan lagu itu dalam berbagai rekaman. Akan tetapi, jika konsisten bahwa O Ina Ni Keke itu semuanya berdasarkan pada bahasa Tombulu maka teks di atas sepertinya yang paling mendekati versi Tombulu yang sebenarnya. Pertama, ada yang menulis mange ATI wenang bukan mange WITI wenang kemungkinan terpengaruh dengan dialek Tonsea atau dialek suku lainnya di Minahasa mengingat Minahasa terdiri dari beberapa suku besar atara lain Tombulu, Tonsea, Tondano, dll yang memiliki bahasa yang berbeda. Demikian juga penggunaan Daimo siapa ko tare makiwe bukan Zeimo siapa ko tare mahaley tidak lepas dari pengaruh bahasa bukan Tombulu. 3. Kata yang cukup membingungkan sampai saat ini adalah Walekow (Versi Tonsea Baleko). Kata tersebut sulit untuk diterjemahkan dan masih simpang siur pemahamannya. Ada yang menggatakan Walekow berasal dari dua kata yaitu wale (rumah) dan koki (kecil). Terjemahan itu tentu tidak bisa diterima karena membeli rumah tidak mungkin ke Manado mengingat rumah orang Tombulu justru terbuat dari kayu dan sebaliknya orang yang di Manado (kota) yang kadang pergi membeli rumah di desa (rumah panggung yang knock down). Selain itu, si ibu diminta untuk membagi walekow tersebut meski hanya sedikit. Kalau walekow itu rumah tentu tidak bisa dibagi dan tentu tidak habis secepatnya seperti yang disampaikan oleh Ibu dari Keke. Keke merupakan nama panggilan kesayangan untuk anak perempuan. Oleh karena itu, mungkin walekow adalah nama suatu benda khas kota yang sering dijadikan oleh-oleh atau sejenis makanan yang agak sulit didapatkan di luar kota Manado. 4. Keanehan yang lebih mendasar pada lagu O Ina Ni Keke justru terletak pada kurun waktu peristiwa itu terjadi. Dialog pertama (sebelum Ref) jelas menunjukkan bahwa Ibu dari Keke BELUM ke Manado (mange wisako=mau kemana). Akan tetapi pada dialog kedua (Ref), pasangan dialog dari si Ibu sudah meminta apa yang sebelumnya baru akan dibeli si Ibu di Manado (wehane, wehane, wehane toyo = berilah, berilah, beri walau hanya sedikit; Zeimo siapa, ko tare mahaley = sudah tidak ada, baru kamu meminta). Mungkin pencipta lagu itu memang menyatukan dua peristiwa berbeda yaitu sebelum si Ibu berangkat ke Manado dan peristiwa setelah si ibu kembali dari Manado. Kemungkinan lain, terjadi perubahan pada teks itu setelah lama lagu itu diciptakan yang mana bentuk lampau (past tense) pada dialog pertama telah diubah menjadi bentuk sekarang (present tense). Jika terjadi demikian maka teks O Ina Ni Keke pada dialog pertama akan menjadi: O Ina Ni Keke, MANGEME wisako (O ibu dari Keke, baru darimana kau); MANGEME ti wenang (baru saja pergi ke Manado): TIMELESE walekow (telah membeli walekow). Mana yang benar, apa masih ada yang peduli???

You might also like