You are on page 1of 29

PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS DAN SUNGAI KUNING

Makalah Ini Disusun Guna Melengkapi Tugas Awal Semester Mata Pelajaran IPS Sejarah

Oleh : Dhea Hasna Zhafira (12) Febri Ulfa Fitriana (14) Ido Neria (16) Lutfi Alfianto (18) Muhammad Luthfi Chardan (20)

X-1
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PATI TAHUN 2011/2012

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto: Dalam hidupnya ada satu, yaitu niat menuju sukses (penulis) Segala aktifitas manusia tidak bisa lepas dari sejarah (penulis) Jika orang merasa dirinya benar, ia lupa akan kesalahannya. Hanya sahabat setialah yang dapat membukakan hatinya yang tertutup. Selama kamu masih bisa melakukannya sendiri, jangan suruh orang lain untuk mengerjakannya

Persembahan: Karya tulis ini kupersembahkan kepada 1. 2. Kedua Orangtuaku dan saudara-saudaraku Keluarga Besar SMAN 1 Pati

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,karena dengan rahmat dan perkenan-Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik. Karya tulis ini disusun guna melengkapi tugas awal semester Mata Pelajaran IPS Sejarah Kelas X Semester 1 SMAN 1 Pati Tahun Pelajaran 2011/2012. Dalam penyusunan karya tulis ini banyak sekali bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. 1. Bapak Drs. Suparno Hadi P.,M.M selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Pati 2. Bapak Drs. Amal Hamzah, M.Pd selaku guru mata diklat IPS Sejarah. 3. Orang tua kami yang telah menyediakan sarana dan prasarana yang kami butuhkan selama pembuatan karya tulis ini. 4. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu kami dalam penyusunan karya tulis ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami berharap makalah ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan sumber pengalaman serta membuat pembaca lebih memahami lagi mengenai peradaban di Lembah Sungai Indus dan Sungai Kuning yang berpengaruh terhadap peradaban di Indonesia. Kami sangat menyadari akan kekurangan dan kesalahan dalam penulisan karya tulis ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan dan akan kami terima dengan penuh ucapan terima kasih demi penyempurnaan dalam penyajian karya tulis ini.

Pati, Januari 2012

Penulis

iii

DAFTAR ISI

hal HALAMAN JUDUL ............................................................................... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................... KATA PENGANTAR ............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... A. Latar Belakang Masalah .............................................................. B. Identifikasi Masalah .................................................................... C. Rumusan Masalah ....................................................................... D. Tujuan .......................................................................................... E. Metodologi Penelitian ................................................................. BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... A. Peradaban Lembah Sungai Indus................................................. B. Peradaban Lembah Sungai Kuning.............................................. C. Pengaruh Peradaban Lembah Sungai Indus dan Kuning Terhadap Peradaban di Indonesia................................................. BAB III PENUTUP ................................................................................ A. Simpulan ...................................................................................... B. Saran ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA 20 22 22 22 23 i ii iii iv 1 1 2 2 2 2 3 3 14

iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradaban adalah kebudayaan yang memiliki nilai tingi dan halus. Kelahiran peradaban sangat ditentukan oleh faktor geografis. Pada umumnya, peradaban lahir di lembah sungai atau di daerah-daerah yang subur, daerah-daerah yang memungkinkan memberikan kehidupan bagi manusia. Di daerah tempat lahirnya peradaban akan timbul suatu sistem kemasyarakatan, sistem kekuasaan, bangunan-bangunan hasil kebudayaan, sistem mata pencaharian hidup, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Bentuk-bentuk dari peradaban tersebut berkembang dalam suatu kurun tertentu. Bahkan peradaban suatu wilayah dapat menyebar dan mempengaruhi kehidupan di wilayah lainnya. Begitu juga peradaban di Indonesia yang mendapat pengaruh dari peradaban-peradaban di wilayah lain. Pengetahuan mengenai hal ini sangat penting karena ini berkaitan dengan sejarah negara Indonesia. Namun sayangnya realitas yang terjadi di masyarakat tidak seperti itu. Sangat banyak masyarakat yang tidak memahami asal mula peradaban di Indonesia. Untuk itu, dengan ditulisnya makalah ini, diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memahami peradaban awal masyarakat di dunia serta pengaruhnya terhadap peradapan di Indonesia.

B.

Identifikasi Masalah 1. Bagaimana perkembangan peradaban di Lembah Sungai Kuning? 2. Bagaimana perkembangan peradaban di Lembah Sungai Indus? 3. Bagaimana pengaruh peradaban di Lembah Sungai Kuning dan Sungai Indus terhadap peradaban di Indonesia?

C.

Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh peradaban di Lembah Sungai Kuning dan Sungai Indus terhadap peradaban di Indonesia?

D.

Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, karya tulis ini mempunyai satu tujuan. 1. Untuk mengetahui perkembangan yang terjadi pada peradaban di Lembah Sungai Kuning dan Sungai Indus serta pengaruhnya terhadap peradaban di Indonesia. E. Metodologi Penelitian Karya tulis ini disusun melalui metode penelitian studi pustaka.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Peradaban Lembah Sungai Indus Daerah india merupakan suatu jazirah dari benua asia. Tepatnya, jazirah

India terletak di Asia Selatan. Di sebelah Utara berbatasan dengan China yang dibatasi Gunung Himalaya. Dan di selatan berbatasan dengan Srilanka yang dibatasi oleh Samudera Indonesia. Di bagian Barat berbatasan dengan Pakistan. Serta di bagian timur berbatasan dengan Myanmar dan Bangladesh. Jazirah ini disebut juga nama anak benua, karena letaknya seakan-akan terpisah dari daerah daratan Asia, serta letaknya menyendiri dari daerah asia lainnya. Di sebelah utara daerah India terbentang daerah pegunungan yang tinggi sekali, yaitu Pengunungan Himalaya. Pegunungan ini menjadi pemisah antara india dan daerah-daerah lain di Asia. Di tengah-tengah daerah India terdapat Pegunungan Windya. Pegunungan ini membagi India menjadi dua bagian : India Utara dan India Selatan. Pada daerah India Utara mengalir Sungai Shindu (Indus), Gangga, Yamuna, dan Brahmaputera. Karena daerah ini subur sehingga sangat padat penduduknya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis bebatuan pada lapisan tanah di kawasan India, para ahli menyimpulkan bahwa di kawasan ini pernah terjadi Peradaban Lembah Sungai Indus, yang terkenal dengan nama MohenjodaroHarappa, yang berkembang pada 2300 SM.
3

Daerah Lembah Sungai Indus terletak di Barat Laut India. Sungai Indus berasal dari mata air Tibet, mengalir melalui pegunungan Himalaya, dan akhirnya bermuara di Laut Arab. Panjang sungai ini kurang lebih 2900 kilometer. Sungai ini mengaliri tiga wilayah yaitu Kashmir, India, dan Pakistan. Sisa peninggalan peradaban di Lembah Sungai Indus ditemukan di kota Mohenjorado dan Harappa. Penghuninya adalah suku bangsa Dravida dengan ciri tubuh pendek, hidung pesek, rambut keriting hitam, dan kulit hitam. 1. Tata Kota Mohenjorado dan Harappa Berdasarkan hasil penelitian para ahli terhadap kota Mohenjodaro dan Harappa, didapatkan suatu gambaran bahwa pembangunan kedua kota tersebut telah didasarkan atas suatu perncanaan tata kota yang pasti dan teratur baik. Jalan-jalan di dalam kota sudah teratur dan lurus-lurus dengan lebarnya mencapai sekitar 10 meter dan di sebelah kanan-kiri jalan terdapat trotoar dengan lebar setengah meter. Gedung-gedung dan rumah-rumah tinggal dan pertokoan itu sudah terbuat dari batu lumpur. Wilayah kota dibagi atas beberapa bagian atau blok. Masing-masing bagian atau blok berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang. Tiaptiap blok dibagi oleh lorong-lorong yang satu sama lainnya saling berpotongan. Pada tempat-tempat itulah penduduk membangun rumah tinggal. Dan juga dibangun gedung-gedung sebagai tempat untuk menjalankan pemerintahan. Lorong-lorong dan jalan-jalan dilengkapi dengan saluran air, sebagai tempat menyalurkan air dari rumah tangga ke sungai. Saluran-saluran itu dijaga dengan baik agar tetap berfungsi dengan baik dan air tetap bersih.

2. Keadaan Sosial dan Budaya Dari penggalian-penggalian yang dilakukan di MohenjodaroHarappa mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki peradaban yang bertingkat tinggi. Dilihat dari peninggalan-peninggalannya, dapat dilihat bahwa penduduk disana telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatya. Misalnya, ditemukan benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf pitograf. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum dapat terbaca, sehingga misteri di balik itu belum dapat terungkap. Benda lainnya yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah macam-macam periuk belangga yang dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ada juga benda-benda yang dibuat dari porselin Tiongkok. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang digunakan sudah tinggi. Mereka dapat membuat pialapiala emas. Namun, senjata-senjata seperti tombak, ujung anak panah dan pedang masih rendah mutu buatannya. Dari hal ini, di dapatkan indikasi bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa meruapakan orang yang cinta damai dan tidak suka berperang. Di penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain.

3. Sistem Sanitasi (Kesehatan) Masyarakat yang bertempat tinggal di Mohenjodaro dan Harappa telah memikirkan masalah-masalah kesehatan dan sanitasi. Hal ini terlihat dari teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kamar-kamar di lengkapi dengan jendela-jendela yang lebar dan berhubungan langsung dengan udara bebas, sehingga perputaran dan pergantian udara cukur lancar. Di samping itu saluran pembuanagan dari kamar mandi dan jamban yang ada di dalam rumah dihubungkan langsung dengan jaringan saluran umum yang dibangun dan mengalir di dawah jalan, di mana pada setiap lorong terdapat saluran air menuju ke sungai. 4. Sistem Pertanian dan Pengairan Daerah-daerah yang berada di sepanjang lembah Sungai Indu merupakan daerah- daerah yang subur. Kesuburan ini disebabkan karena Sungai Indus yang setiap saat banjir dan meninggalkan lumpur-lumpur pada daerah-daerah yang digenangi banjir itu. Di sepanjang lembah Sungai Indus, masyarakat mengusahakan pertanian, sehingga pertanian menjadi mata pencaharian utama. Hasil utama pertanian adalah : padi, gandum, gula, jelai, kapas, dan teh. Masyarakat juga telah berhasil menyalurkan air yang mengalir di lembah sungai shindu sampai jauh ke daerah pedalaman. Usaha ini dilakukan dengan menbuat saluran-saluran irigasi dan mulai membangun daerah

pertanian di wilayah pedalaman. Dengan adanya itu menunjukan bahwa masyarakat telah memiliki peradaban yang tinggi. 5. Keadaan Perekonomian Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah mengadakan hubungan dagang dengan bangsa di Mesopotamia dan bangsa bangsa lain. Hal ini terbukti dengan penemuan benda-benda sungai Indus di sumeria. Kota Sutkagedon memainkan peranan penting dalam perdagangan, karena letaknya di perbatasan Balukisthan. Perdagangan Sumeria melalu sutkagedon dapat di lakukan dua cara. Pertama, dengan jalan laut dapat dibuktikan dengan sebuah material dan pecahan-pecahan benda yang memuat gambar perahu layar. Kedua, dengan jalan darat dengan tenaga kuda maupun unta, karena ditemukan terracotta kereta kecil. 6. Perkembangan Kepercayaan Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran (Mother Goddes). Masyarakat di Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Contohnya, di Mohenjodaro masyarakat melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada penggalian di wilayah tersebut tidak ditemukan adanya kuburan. Jenazah yang telah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Dan ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar disimpan di tempayan pula.

Objek paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh Mother Goddess, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja di daerah Asia Kecil. Mother Goddess banyak digambarkan pada lukisan kecil di periuk belangga, materai dan jimat-jimat. Dewi-dewi lain juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci. Ada juga dewa bermuka tiga dan bertanduk dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, tidak dapat dipastikan juga apakah wujud dewa itu merupakan pusat pemujaan atau tidak. Meski demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, hewan tunggangan Dewa Siwa. Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatangbinatang seperti buaya dan gajah serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan

perdamaian. 7. Politik dan Pemerintahan Kondisi politik dan pemerintahan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan

menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Sungai Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara penyerang tidak bermaksud meneruskan tata pemerintahan yang

lama. Hal ini dapat terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan

kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari kualitas benda-benda peninggalannya. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut : a. Candragupta Maurya Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di Pattaliputra. Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat luas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur. b. Ashoka Ashoka memerintah.Kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya. Pada masa

pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan. Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecahbelah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya. 8. Faktor Penyebab Kemunduran Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban

Mohenjodaro-Harappa disebabkan karena adanya musim kering yang hebat dan amat lama. Atau bisa juga karena adanya bencana alam seperti gempa bumi atau gunung meletus, mengingat letaknya yang berada dibawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan alasan. Namun satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban MohenjodaroHarappa ialah serangan dari luar yang diduga berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu dan memusnahkan seluruh kebudayaan yang berasal dari bangsa Dravida. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu dikatan bahwa yang dikalahkan adalah Dasyu atau yang tidak

10

berhidung. Dugaan itu didasarkan pada anggapan bahwa yang mereka taklukan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Bukti lainnya adalah ditemukannya kumpulan tulang belulang manusia yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga menuju pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap yang menggeliat mengindikasikan adanya serangan. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India melalui Iran. Sejak saat itu dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara. Akibat kedatangan bangsa Arya maka penduduk asli menjadi golongan manusia yang paling rendah yaitu kasta Syudra. Pembagian kasta oleh bangsa Arya dimaksudkan supaya tidak terjadi percampuran antara penduduk asli dan bangsa Arya. Kasta dibagi menjadi 4 srata yaitu : 1) 2) 3) 4) Kasta Brahmana, para pendeta Kasta Ksatrya, Raja dan tentara (Arya) Kasta Waisya, pedagang dan penguasa Kasta Syudra, buruh dan petani

Selain itu terdapat juga Golongan Paria yaitu golongan tanpa kasta yang sangat hina dan menyedihkan. 9. Masa Arya a. Perkembangan Agama Hindu dan Kerajaan Gupta Pada tahun 1500 SM, bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah masuk ke wilayah India melalui Celah Khaibar. Bangsa Arya merupakan

11

bangsa penggembala yang berkulit putih dan berbadan tinggi besar. Kedatangan mereka mendesak bangsa Dravida. Selama beberapa lama mereka berperang melawan bangsa Dravida. Peperangan tersebut

mengakibatkan bangsa Dravida pindah ke selatan. Namun ada juga yang tetap bertahan dan melakukan interaksi dengan pendatang tersebut. Interaksiinteraksi itu menyebabkan terjadinya asimilasi kebudayaan, yaitu lahirnya agama Hindu yang merupakan percampuran kebudayaan bangsa Dravida dan Arya. Perkembangan agama Hindu mengalami beberapa perubahan sebagai berikut. 1) Fase Weda Pada masa ini masyarakat Hindu mendasarkan hidupnya agar sesuai dengan ajaran Weda. Kitab Weda terdiri dari empat kitab yaitu : Regweda, Samaweda, Yajurweda, dan Antharweda. Regweda berisi syair dan pujian-pujian kepada dewa. Samaweda berisi nyanyian-nyanyian untuk upacara-upacara keagamaan. Yajurweda berisi doa-doa puisi dan prosa. Dan Antharweda berisi doa-doa untuk penyembuhan orang sakit, ilmu sihir dan doa-doa untuk peperangan. Pada umumnya masyarakat Hindu hanya mempelajari tiga kitab saja karena mereka menilai Antharweda memiliki kecenderungan pada ilmu sihir. Namun ada juga kalangan yang mempelajarinya, terutama para Brahmana yang mempelajarinya untuk menangkal ilmu sihir. Pada fase ini,

12

masyarakat Hindu menyembah banyak dewa. Salah satunya yang terbesar adalah Dewa Indra, Ganesa. 2) Fase Brahmana Pada fase ini para kaum Brahmana memiliki kelas tersendiri di masyarakat Hindu yang memiliki keistimewaan yaitu kedudukan yang tinggi. Kaum Brahmana memiliki kedudukan tertinggi dalam masyarakat Hindu disebabkan karena kemampuan mereka dalam menerjemahkan dan

memahami kitab Weda. Pada fase ini banyak dilakukan upacara-upacara yang wajib dihadiri dan dipimpin oleh kaum Brahmana. Sehingga kedudukan Brahmana menjadi sangat penting. 3) Fase Uphanisad Pada fase ini terjadi pemberontakan terhadap kaum Brahmana, baik yang dilakukan oleh kaum Ksatria maupun oleh masyarakat kebanyakan. Pada fase ini berkembang paham Atheisme, masyarakat berbondong-bondong meinggalkan agama Hindu. 4) Fase Hindu Baru Kaum Brahmana kembali berusaha untuk memperbaiki ajaran Hindu yang mulai ditinggalkan pengikutnya, maka lahirnya Agama Hindu Baru. Pada masa ini muncul tiga dewa besar (Trimurti) yaitu Siwa (dewa perusak), Wisnu (dewa pemelihara), dan Brahma (dewa pencipta). Ajaran Hindu berkeyakinan tentang adanya reinkarnasi, yaitu suatu pemahan bahwa hidup ini akan terus berulang jika manusia tidak dapat melepaskan diri dari nafsu. Untuk lepas dari lingkaran Samsara tersebut,

13

maka penganut Hindu harus menyesuaikan hidupnya sesuai kitab Weda dengan melaksakan dharma sesuai tuntutan kaum Brahmana. Pada masa itu bangsa Arya mendirikan Kerajaan Gupta. Raja yang memerintah antara lain : Chandragupta, Samudra Gupta, dan Chandragupta II. b. Perkembangan Agama Budha Tokoh pendiri agama Buddha adalah Gautama Sakyayumi. Nama ini memiliki arti orang bijak dari Skaya. Diperkirakan, ia lahir pada 563 SM. Ia adalah putra kepala daerah yang bernama Suddhodana di Kapilavastu, di perbatasan Nepal. Gautama menikah dengan kemenakannya yang bernama Yasodhara. Kemudian Yasodhara melahirkan seorang anak bernama Rahula. Pada umur 29 tahun, Gautama memutuskan untuk meninggalkan keduniawian, meninggalkan istana dan mengembara dengan mengenakan jubah kuning. Sampai pada suatu waktu saat Gutama sedang duduk di bawah pohon pipala di Bodhi Gaya, ia menerima penerangan atau Bodhi. Kemudian di tempat itu dibangun candi yang bernama Mahabodhi.

B.

Peradaban Lembah Sungai Kuning Peradaban Lembah Sungai Kuning adalah peradaban bangsa Cina yang

muncul di lembah Sungai Kuning (Hwang Ho atau yang sekarang disebut Huang He). Sungai Hwang Ho disebut sepanjang sebagai Sungai Kuning ini karena

membawa lumpur kuning

alirannya. Sungai

bersumber

dari Pegunungan Kwen-Lun di Tibet dan mengalir melalui daerah Pegunungan

14

Cina Utara hingga membentuk dataran rendah dan bermuara di Teluk TsiiLi, Laut Kuning. Pada daerah lembah sungai yang subur inilah kebudayaan bangsa Cina berawal. Dalam sejarah, daerah tersebut menyulitkan masyarakat Cina kuno untuk melaksanakan aktivitas hidupnya karena terjadinya pembekuan es di musim dingin dan ketika es mulai mencair akan terjadi banjir serta air bah. Berbagai kesulitan dan tantangan tersebut mendorong bangsa Cina untuk berpikir dan mengatasinya dengan pembangunan tanggul raksasa di sepanjang sungai tersebut. 1. Pertanian Pada bagian hilir dari Sungai Kuning, terdapat dataran rendah Cina yang subur dan merupakan pusat kehidupan bangsa Cina. Masyarakat Cina umumnya bercocok tanam gandum, padi, teh, jagung, dan kedelai. Kegiatan pertanian Cina Kuno memang sudah dikenal sejak zaman Neolitikum ( 5000 SM) dan tanaman pangan utama yang ditanam adalah padi. Pada zaman perunggu, prioritas pokok dalam pertanian rakyat Cina adalah padi, teh, kacang kedelai, dan rami. Kegiatan pertanian mengalami kemajuan pesat dalam pemerintahan Dinasti Qin (221-206 SM). Di masa itu,

masyarakat Cina telah

menerapkan sistem

pertanian yang

intensif

dengan

penggunaan pupuk, irigasi yang baik, dan perluasan lahan gandum. 2. Filsafat Pada masa pemerintahan Dinasti Chou, filsafat Cina berkembang dengan pesat karena lahirnya tiga ahli filsafat Cina, yaitu Lao Zi, Kong Fu Zi (Kong Hu Cu), dan Mengzi. Lao Zi menuliskan ajarannya dalam buku berjudul Tao Te

15

Ching. Beliau menjunjung tinggi semangat keadilan dan kesejahteraan yang kekal dan abadi yang dinamakan Tao. Ajaran Lao Zi disebut Taoisme dan mengajarkan manusia untuk menerima nasib. Ajaran Kong Fu Zi juga berdasarkan pada Taoisme. Menurut Kong Fu Zi, Tao adalah kekuatan yang mengatur alam semesta ini hingga tercapai keselarasan. Penganut ajaran Taoisme meyakini bahwa bencana yang terjadi di muka bumi merupakan akibat dari ketidakpatuhan manusia pada aturan Tao. Ajaran Kong Fu Zi yang mencakup bidang pemerintahan dan keluarga telah memberikan pengaruh yang begitu besar bagi masyarakat Cina karena memengaruhi cara berpikir dan sikap hidup sebagian besar bangsa Cina. Menurut Kong Fu Zi, masyarakat terdiri dari keluarga dan dalam keluarga seorang bapak merupakan pusatnya. Oleh karena itu raja harus memerintah dengan baik dan bijaksana serta rakyat harus hormat dan taat pada raja seperti hubungan bapak dan anak yang seharusnya. Lain halnya dengan Kong Fu Zi, Meng Zi yang merupakan murid Kong Fu Zi mengajarkan pengetahuan kepada rakyat jelata dan menurut ajarannya, rakyatlah yang terpenting dalam suatu negara. 3. Kebudayaan Masyarakat Cina kuno telah mengenal tulisan sejak 1500 SM yang ditulis pada kulit penyu atau bambu. Pada awalnya huruf Cina yang dibuat sangat sederhana, yaitu satu lambang untuk satu pengertian. Pada masa

pemerintahan Dinasti Han, seni sastra Cina kuno berkembang pesat seiring

16

dengan ditemukannya kertas. Ajaran Lao Zi, Kong Fu Zi, dan Meng Zi banyak dibukukan baik oleh filsuf itu sendiri maupun para pengikutnya. Pada masa pemerintahan Dinasti Tang, hidup dua

orang pujangga terkemuka yang banyak menulis puisi kuno, yaitu Li Tai Po dan Tu Fu. Selain berupa sastra, kebudayaan Cina yang muncul dan berkembang di lembah Sungai Kuning adalah seni lukis, keramik, kuil, dan istana. Perkembangan seni lukis terlihat dari banyaknya lukisan hasil karya tokoh ternama yang menghiasi istana dan kuil. Lukisan yang dipajang umumnya berupa lukisan alam semesta, lukisan dewa-dewa, dan lukisan raja yang pernah memerintah. Keramik Cina merupakan hasil kebudayaan rakyat yang bernilai sangat tinggi dan menjadi salah satu komoditi perdagangan saat itu. Rakyat Cina menganggap bahwa kaisar atau raja merupakan

penjelmaan dewa sehingga istana untuk sang raja dibangun dengan indah dan megah. Hasil kebudayaan Cina yang sangat terkenal hingga saat ini

adalah Tembok Besar Cina yang dibangun pada

masa Dinasti Qin untuk

menangkal serangan dari musuh di bagian utara Cina. Kaisar Qin Shi Huang menghubungkan dinding-dinding pertahanan yang telah dibangun tersebut menjadi tembok raksasa dengan sepanjang 7000 km. 4. Kepercayaan Sebelum ajaran Kong Fu Zi dan Meng Zi, bangsa Cina menganut kepercayaan kepada dewa-dewa yang dianggap memiliki kekuatan alam. Dewadewa yang menerima pemujaan tertinggi dari mereka adalah Feng-Pa (dewa

17

angin), Lei-Shih (dewan angin taufan yang digambarkan sebagai naga besar), T'sai-Shan (dewa penguasa bukit suci), dan Ho-Po. Menurut kepercayaan Cina kuno, dunia digambarkan sebagai sebuah segi empat yang di bagian atasnya ditutupi oleh 9 lapisan langit. Di tengah-tengah dunia itulah terletak daerah yang didiami bangsa Cina yang disebut T'ien-hsia. Daerah di luar T'ien-hsia dianggap sebagai daerah kosong tempat tinggal para hantu dan Dewi Pa (penguasa musim semi). 5. Pemerintahan Dalam kehidupan kenegaraan Cina kuno, ada dua macam sistem pemerintahan yang dianut yaitu feodal dan unitaris. Dalam sistem pemerintahan feodal, kaisar tidak menangani langsung urusan kenegaraan karena

kedudukan kaisar bersifat sakral. Kaisar dianggap sebagai utusan atau anak dewa langit sehingga tidak pantas mengurusi politik praktis. Sedangkan pada sistem pemerintahan unitaris, kaisar berkuasa mutlak dalam pemerintahan sehingga kaisar berhak campur tangan dalam semua politik praktis. Sejarah mencatat terdapat banyak dinasti yang membangun Cina menjadi bangsa besar, di anataranya adalah Dinasti Shang, Dinasti Chou, Dinasti Qin, Dinasti Han, dan Dinasti Tang. Dinasti Shang (Hsia) merupakan dinasti tertua di Cina walaupun tidak banyak peninggalan tertulis mengenai dinasti ini. Berdasarkan cerita rakyat Cina kuno, pada masa ini telah berkembang sistem kepercayaan terhadap Dewa ShangTi.

18

Dinasti Chou adalah dinasti ketiga di Cina dan pada masa ini diterapkan prinsip feodalisme dengan pembagian kekuasaan pemerintahan. Pemerintah pusat yang dipimpin kaisar dibagi menjadi daerah-daerah pemerintahan yang dipimpin oleh raja bawahan. Pada masa pemerintahan Dinasti Qin, sistem tersebut berubah karena Raja Cheng yang bergelar Qin Shi Huang membentuk Cina menjadi negara kesatuan yang hanya diperintah oleh satu orang pemimpin. Dalam pemerintahan Qin Shi Huang, dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan Cina berkembang. Sayangnya saat beliau meninggal terjadi kekacauan karena perebutan kekuasan yang pada akhirnya berhasil diatasi oleh Liu-Pa. Liu-Pa mendirikan Dinasti Han yang mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Han Wudi. Salah satu dinasti yang terpenting dalam sejarah Cina adalah Dinasti Tang karena Cina berhasil memperluas wilayah kekuasaannya, mencapai kejayaan dengan kehidupan masyarakat yang makmur dan sejahterah, serta berkembangan kesenian dan kebudayaan Cina kuno. 6. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Masyarakat Cina kuno memiliki banyak ahli astronomi (ilmu

perbintangan) yang dapat membantu masyarakat dalam pembuatan sistem penanggalan. Perkembangan ilmu astronomi merupakan dasar dari berbagai aktivitas kehidupan bangsa Cina karena sistem pertanian, pelayaran, dan usaha lainnya memerlukan informasi tentang pergantian dan perputaran musim.

19

Perkembangan teknologi masyarakat Cina kuno terlihat dari pembuatan barang-barang perdagangan seperti barang tambang dan hasil olahannya berupa perabot rumah tangga, senjata, perhiasan, dan alat pertanian. Cina kaya akan barang tambang seperti batu bara, besi, timah, emas, wolfarm, dan tembaga.

C.

Pengaruh Peradaban Lembah Sungai Indus dan Sungai Kuning Terhadap Peradaban di Indonesia

1.

Peradaban Lembah Sungai Indus Beberapa pengaruh peradaban peradaban Lembah Sungai Indus terhadap

kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut. a. Pembakaran dupa dan kemenyan ketika akan melakukan upacara. b. Keyakinan tentang zimat atau benda yang memiliki kesaktian tertentu c. Keyakinan pada batara kala, upacara ruatan. d. Pengagungan pada cerita Ramayana dan Mahabarata dalam cerita wayang. e. Upacara Wedalan (hari lahir), sekaten, penanggalan Hindu, hari pasaran, perhitungan waktu, dan upacara-upacara setelah kematian seseorang. f. Banyak kata-kata pada bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Pali dan Sanskerta. g. Olahraga pernapasan, yaitu yoga. h. Islam yang berkembang di Indonesia yang berasal dan dipengaruhi oleh budaya India.

20

2.

Peradaban Lembah Sungai Kuning Beberapa pengaruh peradaban peradaban Lembah Sungai Kuning terhadap

kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut. a. Kepercayaan tentang nasib dan peruntungan yang didasarkan paad tubuh, seperti bentuk garis tangan dan lain-lain. b. Islam yang datang di Indonesia diantaranya berasal dari Cina. Terutama pada masa Dinasti Tang dan Ming. c. Makanan-makanan Indonesia banyak yang berasal dari Cina, seperti mie, bihun, capcay, tahu, kecap, dan sebagainya.

21

BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab II dapat disimpulkan hal-hal berikut. 1. Peradaban di Lembah Sungai Indus terbagi menjadi dua masa yaitu masa Mohenjodaro-Harappa dan masa Arya. Peradaban

Mohenjodaro-Harappa telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Namun peradaban ini runtuh setelah kedatangan bangsa Arya. 2. Pada peradaban Lembah Sungai Kuning berkembang beberapa filsafat, diantaranya yaitu ajaran Konfusianisme, ajaran Taotisme dan ajaran Legalisme. Teknologi pada peradaban ini berkembang dengan baik terutama dalam pembuatan barang dagangan dan karya seni. 3. Peradaban di Lembah Sungai Indus dan Sungai Kuning banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di Indonesia, diantaranya kebudayaan dan tradisi, kepercayaan, bahasa, olahraga dan juga makanan. B. Saran Dalam rangka melestarikan sejarah peradaban di Indonesia, kita harus terus menjaga agar sejarah ini tetap dipelajari, diketahui, serta diingat oleh seluruh masyarakat Indonesia.

22

Daftar Pustaka
Supriatna, Nana. 2010. Sejarah. Bandung: Grafindo Media Pratama. Tarunasena M. 2009. Sejarah 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Badrika, I Wayan. 2004. Sejarah SMA. Jakarta: Erlangga. http://hasheem.wordpress.com/2009/07/28/peradaban-lembah-sungai-indus/ http://ridwan-site.blogspot.com/2009/05/peradaban-lembah-sungaiindus.html http://id.wikipedia.org/wiki/Peradaban_Lembah_Sungai_Kuning

23

24

You might also like