You are on page 1of 67

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

1. 2. 3.
4.

Tabel 1.1. Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD Tabel 2.1.Tingkat Keberhasilan Tabel 2.2. Distribusi Materi Tabel 3.1. Nilai Siswa Sebelum Peneliti menerapkan tindakan Tabel 3.2. Aktivitas Guru Dan Siswa di dalam Kelas pada Siklus I Tabel 3.3. Kelompok Belajar Tabel 3.4. Nilai Hasil Tes Individu Setelah Menerapkan Tindakan Tabel 3.5.Nilai Hasil Tes Berdasarkan Kelompok Setelah Menerapkan Tindakan Siklus I

5. 6. 7. 8.

9.

Tabel 3.6 Aktivitas Guru Dan Siswa di dalam Kelas pada Siklus II

10. Tabel 3.7. Nilai Hasil Tes Individu Setelah Menerapkan Tindakan 11. Tabel 3.8. Nilai Hasil Tes Tindakan Siklus II 12. Tabel 3.9. Perbandingan Hasil Tes sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II berdasarkan Individu 13. Tabel 3.10. Perbandingan Hasil Tes sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II berdasarkan Kelompok Berdasarkan Kelompok Setelah Menerapkan

ii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Figur Siklus

iii

DAFTAR LAMPIRAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Soal Tes Awal Kunci Jawaban Tes Awal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tes Tindakan Siklus Jawaban Tes Tindakan Siklus Format Lembar Observasi Guru Format Lembar Hasil Observasi Siswa SK Pembimbing

iv

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SD N 7 SIMPANG KEURAMAT PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran materi sifatsifat magnet. Prosedur penelitian yang dilaksanakan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian kelas ini dirancang dalam dua siklus. Kedua siklus menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Datadata yang diperoleh setelah pelaksanaan tindakan, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif untuk data observasi dan rumus simple statistic untuk pengolahan hasil tes siklus I dan II. Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan dan kemudia dianalisis, maka diperoleh hasil penelitian bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD N 7 Simpang Keuramat pada materi sifat-sifat magnet. Hasil penelitian menunjukkan presentasi nilai rata-rata pada siklus I 68% dan siklus II 96%.

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Berbicara tentang alam adalah berbicara tentang alam sekitar beserta isi dan bentuk perubahannya. Semua hal tersebut sudah dirangkum dalam pembelajaran yang sering disebut-sebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam dunia pendidikan ilmu pengetahuan alam sangatlah penting, bahkan sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dengan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Majunya suatu bangsa banyak ditentukan oleh generasi penerus yang berprestasi karena upaya tersebut dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di sekolah dasar (SD). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi suatu alat untuk mencapai suatu tujuan bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

vi

Siswa sebagai subjek pendidikan, di tuntut supaya aktif dan semangat dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kearah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan. Namun kenyataannya, aktivitas yang ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah seperti rendahnya minat siswa belajar kelompok dimana pelaksanaan pembelajaran di lapangan melalui belajar kelompok masih jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang di capai masih rendah. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab, jika ada itu hanya 4-5 orang siswa saja. Dan jika ada kendala siswa tidak berani bertanya. Dan nilai yang di peroleh siswa masih di bawah standar ketuntasan belajar, dimana standar yang di gunakan adalah 65. Namun masih terdapat 60 % dari siswa dalam pembelajaran IPA mendapat nilai di bawah standar yaitu (25 60). Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar khususnya dalam penguasaan materi sifatsifat magnet sangat rendah, hal ini dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan vii

oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan mengahasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, selama ini guru hanya menerapkan cara belajar metode ceramah dan penugasan sehingga semangat dan motivasi siswa berkurang, rasa bosan siswa dalam pembelajaran semakin besar, karena inilah hasil prestasi siswa merosot total, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan. Materi tentang Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) sangat luas dan banyak, namun disini peneliti membatasi pembahasan satu materi saja yaitu tentang sifat-sifat magnet. Karna hasil penelitian lapangan sebelumnya, semua siswa masih banyak kendala saat mempelajari tentang materi sifat-sifat magnet. Sehingga peneliti memilih dan fokus pada pembahasan sifat-sifat magnet.
Materi pembelajaran sifat-sifat magnet merupakan isi materi yang ada didalam ilmu pengetahuan alam. Pengetahuan tentang magnet sudah dianggap meteri yang sangat mudah dipelajari sehingga saat siswa dihadapkan pada pembelajaran tersebut siswa mendapat banyak kesulitan. Alasan siswa menganggap materi tentang magnet mudah karena semua siswa tahu bahwa magnet itu dapat menarik besi. Siswa berpendapat kalau pengetahuan tentang magnet hanya sampai disitu saja. Akan tetapi penjelasan tentang magnet dan sifat-sifatnya sangatlah luas. Magnet tidak hanya magnet buatan saja akan

viii

tetapi ada magnet alam yang terjadi bukan karena buatan. Hal inilah harus dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran pada materi sifat-sifat magnet di SD N 7 Simpang Keuramat merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Salah satu model pembelajaran di duga dapat mengatasi yaitu model pembelajaran kooperatif. Melalui model pembelajaran kooperatif ini diharapkan siswa dapat belajar lebih aktif mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat . Banyak model pembelajaran kooperatif yang dapat di gunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran kooperatif pada penelitian ini di batasi pada model STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Model STAD diadakan untuk pencapaian prestasi belajar, penerimaan terhadap perbedaan individu dan juga untuk pengembangan sosial. Pembelajaran Model STAD adalah Siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya.

ix

Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran tipe STAD adalah model pembelajaran kelompok dengan anggota yang heterogen untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model STAD ini membantu dan memotivasi semangat siswa untuk berhasil memecahkan suatu masalah secara bersama. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model yang paling sederhana, sehingga model pembelajaran tersebut dapat di gunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa di tuntut untuk bekerja sama, dengan bekerja sama siswa akan lebih mudah memahami materi tersebut karena melalui belajar dari teman sebaya dan di bawah bimbingan guru, maka proses penerimaan dan pemahaman siswa akan semakin mudah dan cepat terhadap materi yang di pelajari. Dari permasalahan yang ada sehingga penulis tertarik memilih judul skripsi ini Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar siswa kelas VI SD N 7 Simpang Keuramat pada Materi Sifat-Sifat Magnet. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti menemukan beberapa permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran sifat-sifat magnet pada siswa kelas VI SDN 7 Simpang Keuramat sebagai berikut : 1. Hasil prestasi siswa sangat merosot. x

2. 3. 4.

Penguasaan tentang materi sifat-sifat magnet masih sangat rendah Semangat dan motivasi belajar siswa sangat memperihatinkan. Kurangnya penguasaan model pembelajaran oleh guru.

1.3.

Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti merumuskan permasalahan

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sifat-sifat magnet dapat meningkatkan proses belajar siswa SD Negeri 7 Simpang Keuramat? 2. Apakah melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sifat-sifat magnet dapat meningkatkan prestasi belajar siswa SD Negeri 7 Simpang Keuramat?

1.4.

Tujuan penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sifat-sifat magnet dapat meningkatkan proses belajar siswa SD Negeri 7 Simpang Keuramat.

xi

2. Melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sifat-sifat magnet dapat meningkatkan prestasil belajar siswa SD Negeri 7 Simpang Keuramat.

1.5.

Manfaat Hasil Penelitian a. Bagi Guru Sebagai masukan agar bisa meningkatkan model pembelajaran yang bagus dalam proses belajar mengajar. b. Bagi Siswa Dapat memberikan pengalaman dan kemudahan dalam mengikuti pembelajaran IPA terutama dalam pembelajaran materi sifat-sifat magnet. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu. d. Bagi Peneliti Menjadi bahan masukan dan perbaikan terhadap peneliti sendiri. Karna mengingat pentingnya model pembelajaran yang harus diterapkan agar siswa yang diajarkan lebih aktif dan semangat.

xii

1.6.

Indikator Keberhasilan 1. Indikator proses tindakan dikatakan berhasil apabila minimal 75% siswa dalam pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat magnet dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD mencapai nilai 70. 2. Indikator hasil tindakan diketogerikan apabila penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat magnet mencapai kategori baik (75%-100%).

1.7.

Tinjauan Teoritis

1.7.1. Prestasi Pelajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan "belajar", mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian prestasi belajar, peneliti menjabarkan makna dari kedua kata tersebut. Prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dilakukan, dikerjakan dan sebagainya Sedangkan Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,yang mengutip dari Mas'ud Hasan Abdul Qahar, bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Dalam buku yang sama Nasrun Harahap, berpendapat bahwa prestasi adalah "penilaian pendidikan tentang xiii

perkembangan dan kemajuan siswa berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada siswa, (Syaiful Bahri Djamara, 1994 :787). Dari pengertian di atas bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan, diciptakan dan menyenagkan hati yang diperoleh dengan jalan bekerja Selanjutnya pengertian belajar, untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya : Menurut Slameto, (2003:2), dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya bahwa belajar ialah "Suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Muhibbinsyah,(2002:136) menambahkan dalam bukunya Psikologi Belajar, bahwa belajar adalah "tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatife menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif". Begitu juga menurut James O. Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto,(1990:98-99), dalam bukunya Psikologi Pendidikan, memberikan definisi bahwa belajar adalah "proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan dan pengalaman". Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan rutin pada seseorang sehingga akan mengalami xiv

perubahan secara individu baik pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku yang dihasilkan dari proses latihan dan pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar yang bukan hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja tetapi juga mencakup nilai tingkah laku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar. Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Menurut Tulus Tu`u, (2004:75) Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil kemampuan seseorang pada bidang tertentu dalam mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes. Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat kecerdasan yang baik, pelajaran sesuai dengan bakat yang dimiliki, ada minat dan perhatian yang tinggi dalam pembelajaran, motivasi yang baik dalam xv

belajar, cara belajar yang baik dan strategi pembelajaran yang dikembangkan guru. Suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tulus Tu`u, 2004: 81). Berdasarkan penjelasan prestasi belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa
Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.

Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat kecerdasan siswa saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan sekolah dimana guru dan alat belajar dijadikan sebagai sumber belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar. 1.7.2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pembelajaran model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pembelajaran kooperatif. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di Jhon Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Didalamnya siswa xvi

diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan (Arindawati, 2004:83-84). Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berfikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama yaitu : a. Penyajian kelas Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing. b. Kegiatan kelompok Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

xvii

c. Kuis (Quizzes) Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok. d. Skor kemajuan (perkembangan ) individu Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu. e. Penghargaan kelompok Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. Table 1.1. Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD

No

Tahap

Tingkah Laku Guru a. Guru memberikan informasi kepada ssiswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan motivasi agar siswa tertarik pada materi. b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan. xviii

1.

Tahap Pendahuluan

c. Mensosialisasikan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahaminya. d. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. a. Guru mendemonstrasikan konsep atau ketrampilan secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulative lain. b. Guru membagikan lembar kerja siswa ( Tahap LKS) sebagai nahan diskusi kepada 2. masing-masing kelompok. Pengembangan c. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya. d. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. a. Guru memberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan dapat bekerja secara individu tetapi tidak menutup Tahap penerapan 3. kemungkinan mereka saling menukar pikiran dengan anggota lainnya. b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban, kemudian dikumpulkan untuk dinilai. Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001:17), yaitu : 1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah. 2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif

mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah. xix

3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. 4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya. 5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi. 6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya dan menghargai pendapat orang lain. 1.7.3. Materi Sifat-Sifat Magnet 1. Gaya Magnet Gaya megnet berasal dari magnet. Magnet beasal dari magnesia. Magnesia itu adalah nama sebuah daerah kecil di Asia. Dahulu, ditempat itulah orang pertama kali menemukan batu yang mampu menarik besi. 2. Magnet Menarik benda-benda Tertentu Gaya tarik pada magnet mampu menarik benda-benda tertentu. Adapun bendabenda yang dapat ditarik oleh magnet antara lain paku, besi, klip kertas, paku payung, peniti dan lain-lain. Tidak semua benda dapat ditarik oelh magnet. Benda yang dapat ditarik oleh magnet adalah benda yang terbuat dari bahan logam tertentu, hal ini disebut benda magnetis. Benda lainnya tidak dapat ditarik oleh magnet karena

xx

tidak mengandung salah satu dari bahan logam besi, nikel atau kobalt tersebut. Benda ini dinamakan benda tidak magnetis atau benda nonmagnetis. 3. Kekuatan Gaya Magnet Gaya magnet mampu menembus penghalang, yaitu benda nonmagnetis. Gaya tarik magnet masih berpengaruh terhadap benda magnetis dibalik penghalang tersebut. Namun demikian, jika penghalang itu terlalu tebal, maka pengarus magnet bisa hilang. Kekuatan gaya tarik magnet dipengaruhi oleh ketebalan penghalang antara magnet dan benda magnetis. 4. Magnet Memiliki Dua Kutub Magnet memiliki dua kutub. Jika magnet bisa bergerak bebas, maka ada satu kutub yang menunjuk kearah utara. Kutub itu dinamakan kutub utara magnet, biasanya diberi warna merah atau huruf N (North). Kutub satunya lagi yang menunjuk kearah selatan, disebut kutub selatan magnet, biasanya diberi warna biru atau huruf F (South). Sifat inilah yang menjadi prinsip dasar kompas. Berarti sifat magnet bahwa magnet memiliki dua kutub yait kutub utara dan kutub selatan. 5. Kegunaan Magnet Magnet mempunyai banyak kegunaan. Magnet digunakan pada berbagai macam alat, mulai dari alat yang sederhana sampai alat yang rumit. Magnet juga digunakan pada alat-alat yang berat untuk mengangkut benda-benda dari besi. Magnet pada alat berat itu dibuat dengan cara mengalirkan arus listrik. Arus listrik berasal dari dynamo alat berat tersebut. Pada saat mengangkat benda-benda besi, arus listrik disambung xxi

dan paad saat benda-benda besi diturunkan (dilepaskan), aliran arus listrik diputuskan. 6. Cara Membut Magnet Selain magnet alam, ada juga magnet buatan. Magnet buatan adalah magnet yang dibuat orang dari besi atau baja. Magnet buatan digunakan untuk berbagai kebutuhan. Magnet bauatan ini dijual ditoko-toko tertentu. Bentuk magnet batan bermacammacam. Ada yang berbentuk jarum, batang, tabung (silinder). Huruf U dan ada juga yang berbentuk ladam (kapal kuda). Logam yang digunakan untuk membuat magnet adalah besi dan baja. Besi dan baja dapat dibuat menjadi magnet karena besi dan baja bersifat feromagnetik (mempunyai sifat magnet yang kuat). Aluminium dan tembaga sulit dibuat menjad magnet karena mempunyai sifat magnet yang tidak kuat Dada perbedaan pembuatan magnet dari besi dengan pembuatan magnet dari baaj. Besi lebih mudah dibuat menjadi magnet dibandingkan dengan baja. Akan tetapi, kemagnetan besi lebih cepat hilang, sedangkan kemagnetan baja lebih tahan lama.

xxii

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan ini berkenaan dengan peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran pada suatu kelas. Menurut Rita wati (2007:9) Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang datanya dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa menggunakan teknik statistic dan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam angka dan dianalisis dengan teknik statistik. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata -kata tertulisatau lisan serta perilakuyang dapat diamati dari sumber informasi. Sedangkan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan dengan cara menganalisis data

menggunakan rumus statistik. Selanjutnya Arikunto (2008:3) menyatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang dilakukan secara bersama melihat kondisi kelas untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik.

xxiii

Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006:8) yaitu model siklus. Prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Perencanaan

Refleksi

Siklus I Pengamatan

Pelaksanaan

Perencanaan

Refleksi

Siklus II

Pelaksanaan

Pengamatan

?
Diadopsi dari : Suharsimi Arikunto (2006:8). Diambil dari Penelitian Tindakan Kelas Modul S1 Kependidikan Guru dalam Jabatan Universitas Almuslim. xxiv

2.2. Kehadiran Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka kehadiran peneliti ditempat ini sangat diperlukan sebagai instrument pertama yang akan memberikan tindakan. SDN 7 Simpang Keuramat memiliki guruguru yang tamatan dari berbagai universitas-universitas yang terakreditasi yang membidangi jenjang Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, wali kelas VI disekolah ini Joko Wahyudi, Ama.Pd yang saat ini sedang melanjutkan pendidikannya di Universitas Almuslim. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak dikelasnya sendiri dan meminta persetujuan seorang guru di sekolah itu untuk berkolaborasi, peneliti akan berkolaborasi dengan salah satu guru disekolah itu yaitu dengan Siti Hawa, A.Ma.Pd. Penelitian ini yang menjadi subyek adalah siswa kelas VI SDN 7 Simpang Keuramat Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 20 orang, diantaranya lakilaki 8 orang dan perempuan 12 orang. Dari masingmasing mereka memiliki tingkat kemampuan yang berbeda mulai dari yang paling pandai hingga pada tingkat yang paling rendah.

2.3. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini, peneliti akan mendapatkan data melalui beberapa instrument yaitu sebagai berikut : 1. Observasi xxv

Observasi digunakan dalam penelitian ini untuk mengamati segala aktivitas dalam pembelajaran selama dua siklus sampai ada perkembangannya. Bentuk instrument ini termasuk kedalam data kualitatif. 2. Tes

Tes di pakai untuk mengukur hasil belajar siswa serta rancanagn pembelajaran di gunakan sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tes ini termasuk kedalam data kuantitatif.

2.4. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dapat dibedakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diambil melalui instrument, observasi dan kemudian akan diolah dengan cara menguraikan berdasarkan pengamatan dan hasil yang terjadi di saat proses belajar mengajar berlangsung.. Sedangkan data kuantitatif diambil melalui instrumen tes dan kemudian akan diolah secara statistik dengan menggunakan rumus yang simple.

2.5. Analisis Data Setelah peneliti mengumpulkan data kemudian langkah selanjutnya adalah menganalisis data yang telah diperoleh. Analisis data kuantitative diperoleh melalui dari hasil tes setelah tindakan dilakukan baik pada siklus I maupun pada siklus II. Sedangkan analisis data kualitatif diperoleh dari kegiatan pengamatan dan catatan xxvi

lapangan dan dalam poin ini peneliti akan mengkaji dan menguraikan serta mendiskusikan semua hasil yang telah terjadi dilapangan.. Untuk menanalisis hasil tes siswa penulis menggunakan rumus berupa:
X=

x
N

Keterangan : X = Jumlah nilai rata-rata.  = Jumlah nilai keseluruhan N = Jumlah siswa.

Sumber : Winarsunu, Tulus, Statistik dalam Penelitian Psikologi Pendidikan, (Malang; Universitas Muhammaddiyah Malang, 2004. Kemudia dibawah ini adalah distribusi kategori nilai tingkat keberhasilan siswa: Table 2.1. Tingkat Keberhasilan Taraf Keberhasilan 80% - !00% 66% - 79% 56% - 65% 41% - 55% Nilai Angka 5 4 3 2 Kualifikasi Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik

xxvii

< 40%

Tidak Baik

Sumber : Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis


Praktis bagi praktisi pendidikan , ( Jakarta; PT. Bumi Aksara, 1st Ed 2004).

2.6. Pengecekan Keabsahan Data Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang terpercaya akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Maka untuk memperoleh keabsahan data, perlulah dilakukan tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, dilain itu untuk keperluan pengecekan keabsahan data itu ataupun sebagai perbandingan terhadap data tersebut

3.4. Tahap - Tahap Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. 1. Perencanaan Sesuai dengan rumusan masalah hasil studi pendahuluan, peneliti membuat rancangan pembelajaran sifat-sifat magnet dengan menggunakan model pembelajaran

xxviii

koperatif STAD yang di perkirakan di laksanakan II siklus. Kegiatan yang di rencanakan itu sebagai berikut : a. Berlatih memahami langkah-langkah pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD. b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. c. Memberi rangsangan kepada peserta didik agar terciptanya suasana proses pembelajaran yang bagus. 2. Pelaksanaan Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat magnet dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran ( 2x 35 ) sesuai dengan pembelajaran yang telah di susun SD. Adapun pelaksana pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut : f. Penyajian kelas Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing. g. Kegiatan kelompok Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan. xxix

h. Kuis (Quizzes) Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok. i. Skor kemajuan (perkembangan ) individu Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu. j. Penghargaan kelompok Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok. 3. Pengamatan Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran sifat-sifat magnet dengan menggunakan model kooperatif STAD di lakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan di lakukan oleh observer yaitu guru kolaborasi pada waktu peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran.

xxx

Pengamatan ini di lakukan secara terus menerus dari siklus I sampai siklus II. Hasil pengamatan kemudian di diskusikan dengan observer dan diadakan refleksi untuk siklus berikutnya.

4. Refleksi Dalam tahap ini observer dan peneliti mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru di lakukan. Hal-hal yang di diskusikan adalah : menganalisis tindakan yang baru di lakukan, menjelaskan yang sudah kelemaham-kelemahan di rancang, penyimpangan intervensi,

pelaksanaan

pembelajaran

melakukan

penyimpulan data yang di peroleh selama proses pembelajaran. Hasil refleksi sebagai masukan untuk merancang pembelajaran pada tindakan selanjutnya. Selain itu hasil kegiatan refleksi setiap tindakan di gunakan untuk menyusun kesimpulan terhadap hasil tindakan I dan II. Tabel 2.2. Distribusi Materi Siklus 1. Pengenalan I magnet 2. Gaya magnet 3. Tes siklus I II 1. Kekuatan gaya magnet 3 1 2x35 menit Materi tentang sifat-sifat Pertemuan ke 1 2 Alokasi 2x35 menit 2x35 menit 2x35 menit

xxxi

2. Sifat-sifat dan kegunaannyas 3. Tes siklus II

2 3

2x35 menit 2x35 menit

xxxii

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1.

Hasil Penelitian Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan dari pelaksanaan tindakan

yang dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II, tiap siklus terdiri dari 3 pertemuan dengan alokasi waktu sebanyak 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya dalam bab satu bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sifat-sifat magnet dapat meningkatkan proses dan prestasi belajar siswa SD Negeri 7 Simpang Keuramat. Sehubungan dengan hal

tersebut, maka bab ini mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan peneliti dengan melibatkan seorang pengamat (observer). Adapun ruang lingkup hasil penelitian dan pembahasan dimaksud adalah paparan data sebelum tindakan, tindakan dan paparan data tindakan. 3.1.1. Paparan Data Sebelum Tindakan Sebelum peneliti menerapkan tindakan terlebih dulu peneliti memcari tahu tentang kemampuan siswa yang berkenaan dengan materi yang akan di sampaikan dan direncanakan. Untuk mengetahui tingkat prestasi kemampuan siswa, disini peneliti membuat semacam tes awal atau biasa disebut (pre-test). Selain itu pula

xxxiii

peneliti juga melihat tingkat proses pembelajaran yang berlangsung ditempat dimana peneliti akan membuat tindakan dalam bentuk tindaakn kelas. Peneliti melakukan kegiatan observasi pendahuluan pada tanggal 05 November 2011 dengan maksud untuk memperoleh gambaran dan mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa berkenaan dengan pelajaran IPA pada materi sifatsifat magnet yang diberikan guru pada pertemuan pembelajaran sebelumnya. Hasil obervasi pendahuluan yang dilakukan peneliti tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Jumlah siswa kelas VI SD Negeri7 Simpang Keuramat tahun pelajaran 2011/2012 adalah sebanyak 20 siswa, terdiri dari laki-laki 8 orang dan perempuan 12 orang. 2. Materi pokok pelajaran yang disampaikan guru dalam pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat magnet dengan menggunakan penerapan

pendekatan ceramah dan tanya jawab. Bentuk penugasan yang diberikan guru adalah diawali menjelaskan materi pokok pelajaran, kemudian memberi kesempatan siswa untuk melakukan latihan yang ada didalam buku bacaan. Alokasi waktu yang dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar berkaitan dengan materi pelajaran ini adalah 2x35 menit, meliputi kegiatan awal/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan pengayaan/akhir pembelajaran. Berdasarkan catatan guru tentang

xxxiv

kemampuan proses dan prestasi belajar siswa berkaitan dengan materi yang akan disampaikan oleh peneliti. Maka dibawah ini adalah nilai hasil yang diperoleh oleh masing-masing siswa tentang materi sifat-sifat magnet. Table 3.1. Nilai Siswa Sebelum Peneliti menerapkan tindakan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Nama Siswa Aryanti Aulia Rahman Abdul Haris Afrizal Cut Hayati Fakhrurrazi Fitrianti Irza liana Ita Purnama Sari Iras Meyunda Kamaruddin Molida Rahmat Mawaddah Madinatul Husna Husna Wati M. Ikhsan Muntasir Mutia Rahmi Misbahul Jannah Jenis Kelamin P L L L P L P P P P L P P P P L L P L P Nilai Jawaban yang benar 11 12 8 9 8 10 12 9 11 11 8 8 9 7 7 10 10 9 8 7 Nilai 55 60 40 45 40 50 60 45 55 55 40 40 45 35 35 50 50 45 40 35

20 Students

920 = 46

xxxv

Soal tes awal yang diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Tiap soal yang dijawab benar maka akan mendapat nilai 5. Dan diatas merupakan nilai hasil siswa. Setelah menganalisa hasil tes mereka dengan menggunakan rumus seperti dibawah ini :
X=

x
N
920 ! 46 20

X=

Maka nilai rata-rata siswa adalah 46%. berada dalam kategori kurang baik. Sementara tingkat ketuntasan dan indikator belajar yang telah disepakati adalah indikator proses tindakan dikatakan berhasil apabila minimal 75% siswa dalam pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat magnet dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD mencapai nilai 70 dan indikator hasil tindakan diketogerikan apabila penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat magnet mencapai kategori baik (75%-100%). Bertolak dari temuan penelitian hasil observasi pendahuluan pada paparan data sebelum tindakan di atas, maka perlu upaya pemecahan tentang peningkatan proses dan prestasi belajar siswa terhadap materi pokok pelajaran IPA pada materi sifat-sifat magnet ke arah yang lebih baik. Setelah dilakukan pembahasan secara terbatas melalui diskusi kecil antara peneliti dengan beberapa teman guru di sekolah, disarankan agar aktifitas proses belajar siswa perlu dioptimalkan, Sehubungan upaya xxxvi

pemecahan masalah tersebut, peneliti dan dibantu seorang observer pendamping (seorang guru kelas disekolah tersebut) menerapkan tindaakn pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kemudian melakukan langkahlangkah persiapan untuk melaksanakan tindakan pembelajaran IPA pada materi sifatsifat magnet difokuskan pada penerapan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tindakan pembelajaran ini dilaksanakan pada pertemuan berikutnya sesuai dengan rencana jadwal penelitian yang telah ditetapkan. 3.1.2. Paparan Data Setelah Tindakan 3.1.2.1. Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 08 sampai 15 November 2011. Pembelajaran dalam siklus ini akan berlangsung selama tiga pertemuan dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit), materi pokok ajaran untuk setiap pertemuan telah disusun oleh peneliti dan guru pengamata yang sesuai dengan tingkat pelajaran. Tindakan siklus I dilaksanakan dengan menggunakan model Suharsimi Arikunto (2006:8, Diambil dari Penelitian Tindakan Kelas Modul S1 Kependidikan Guru dalam Jabatan Universitas Almuslim), yaitu meliputi empat langkah kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Kegiatan proses belajar mengajar pada siklus I berdasarkan langkah-langkah model pembelajar kooperatif tipe STAD. Seperti yang terlihat dalam table dibawah ini.

xxxvii

Tabel 3.2. Aktivitas Guru Dan Siswa di dalam Kelas pada Siklus I Kegiatan Aktifitas Guru Aktivitas Siswa 1. Guru membuka proses belajar mengajar dengan salam/menyapa siswa Memanggil siswa melalui absen Mengkondisikan kelas Apersepsi Menyampaikan tujuan pembelajaran Menjelaskan tentang materi pelajaran yang akan berlangsung Membagi siswa dalam beberapa kelompok Menjelaskan prosedur belajar kelompok 1. Siswa menjawab salam guru 2. Menjawab panggilan absen 3. Focus pada perintah guru 4. Perhatian pada guru 5. Menyimak pada penjelasan guru 6. Mendengar penjelasan pelajaran 7. Mengikuti instruksi guru 8. Mengikuti prosedur yang diarahkan 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar kelompok 2. Mengerjakan tugas LKS dalam kelompok 3. Siswa aktif dalam diskusi kelompok 4. Siswa perhatian pada kegiatan kelompok 5. Siswa mengikuti kegiatan kelompok 6. Siswa mulai mempresentasi hasil diskusi kedepan kelas 7. Siswa aktif dalam kerja kelompok 8. Siswa mengikuti tes individu 9. Siswa menunggu hasil tes siswa 10. Siswa menunggu penghargaan hasil kerja kelompok

Kegiatan awal Kegiatan Inti

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Tanya jawab tentang sifat-sifat magnet 2. Membagikan LKS kepada tiap kelompok 3. Meminta siswa membaca dan memahami petunjuk kerja yang terdapat dalam LKS 4. Meminta siswa melakukan diskusi dalam kelompok 5. Membimbing dan memotivasi siswa agar aktif dalam kelompok 6. Meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas secara bergantian 7. Memeriksa hasil kerja kelompok 8. Melakukan tes secara individu 9. Memeriksa hasil tes individu 10. Pemberian penghargaan kepada kelompok dengan kualifikasi super, hebat, dan baik

1.

xxxviii

3.1.2.2.Perencanaan Rencana yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, materi pengajaran,

Kegiatan Akhir

1. Menyimpulkan pelajaran 2. Tindak lanjut

1. Siswa focus pada nasehat guru 2. Siswa menerima nasehat guru

instrument penelitian seperti lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2. Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan pengamat (observer). Peneliti sebagai pelaksana tindakan dan pengamat adalah teman sejawat yang bertugas mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. 3.1.2.3.Pelaksanaan Dalam menerapkan tindakan, peneliti dan observer menerapkan tindakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama mengenalkan pada siswa tentang sifat-sifat magnet dan pertemuan kedua memberikan kesempatan belajar dengan model kooperatif yaitu dengan membentuk beberapa kelompok, dan pertemuan yang ketiga melanjutkan presentasi hasil kerja kelompok dan kemudian member nilai pada kelompok dan memberi tes individu. Dan langkah terakhir adalah menganalisis data dan proses pembelajaran dengan menggunaakn instrument observasi dan tes.

xxxix

3.1.2.3.1. Pertemuan I Pertemuan pertama berlangsung hari Selasa, 8 November 2011. Peneliti masuk keruang kelas enam bersama dengan observer dengan penuh persiapan. Sebelum guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok belajar. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan berlangsung dalam proses belajar mengajar. selain itu pula, pada pertemuan ini guru menjelaskan tentang materi yang akan dipelajari oleh siswa yaitu tentang sifat-sifat magnet. Dimana peneliti bertindak sebagai guru sedangkan observer duduk dibelakang mengamati setiap proses belajar mengajar berlangsung. Observer memegang lembar observasi yang akan mengisi nilai pada aspek-aspek penting. Setelah guru menjelaskan tentang pengenalan pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dan memberikan pengajaran awal kepada siswaa tentang sifat-sifat magnet, kemudia sebelum keluar ruangan guru dan observer meminta kepada siswa untuk membentuk kelompok agar untuk pertemuan selanjutnya siswa langsung masuk ruang duduk bersama kelompok masing-masing. Jumlah siswa kelas VI adalah 20 orang, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang, jadi semua ada 4 kelompok saja. Masing-masing kelompok diberikan nama yaitu kelompok mawar, kelompok kamboja, kelompok anggrek dan kelompok kaktus. Masing-masing siswa yang ada dalam kelompok memiliki ciri-ciri kemampuang yang sangat berbeda dan mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dan kemudian langkah selanjutnya adalah guru dan observer meminta siswa untuk

xl

terus belajar dengan giat serta mengulang-ulang lagi pelajaran yang baru saja disampaikan. Tabel 3.3. Kelompok Belajar Kelompok Nama Kelompok

Nama Siswa Kelompok


1. 2. 3. 4. 5.

Mawar

Misbahul M. Ikhsan Mawaddah Irza liana Afrizal

II

Kamboja

1. Aulia Rahman 2. Cut Hayati 3. Mutia Rahmi 4. Madinatul Husna 5. Fakhrurrazi 1. 2. 3. 4. 5. Ita Purnama Iras Meyunda Kamaruddin Molida Rahmat Muntasir

III

Anggrek

IV

Kaktus

1. 2. 3. 4. 5.

Jannah Husna Wati Aryanti Abdul Haris Fitrianti

3.1.2.3.2. Pertemuan II Pertemuan kedua berlangsung hari Kamis, 10 November 2011. Pada pertemuan ini guru membuka pelajaran sebagaimana biasanya, namun dalam xli

pertemuan ini proses pembelajaran beda dengan pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Dan kemudian guru mmbagikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa kelompok membuka dan membaca buku-buku yang cocok dengan materi yang ada dalam LKS. Dalam pertemuan kedua guru member materi kelompok tentang gaya magnet. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar kelompok, berdiskusi dan saling membantu satu sama lain dalam kelompok. Kemudian guru memberikan waktu kepada siswa agar mempresentasikan tugas kelompok kedepan. Dalam masing-masing kelompok sudah ditentukan ketua dan wakil kelompok, jadi mereka yang akan maju ke depan mewakili kelompok untuk mempresentasikan isi bahas yang telah dipelajari bersama. Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi isi dari penyampaian setiap kelompok dan kemudia member waktu dak kesempatan kepada kelompok untuk bertanya kepada kelompok yang sedang berlasung mempresentasikan didepan. Dan kemudian guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk mengumpulkan hasil kerjanya 3.1.2.3.3. Pertemuan III Pertemuan ke tiga berlangsung hari Selasa, 15 November 2011. Pada pertemuan ini peneliti yang bertindak sebagai guru masih menerapkan tindakannya bersama dengan observer . Pertemuan ini guru focus pembelajaran dengan memberikan tes pada siswa dan sedangkan tes kelompok sudah dilangsanakan pada pertemuan ke dua. Guru menilai hasil kerja kelompok. Guru memberikan umpan xlii

balik atas kegiatan diskusi kelas dan memberikan saran cara mengerjakan soal latihan yang akan dilaksanakan. Dan sebelum guru memberikan tes kepada siswa. Guru bersama dengan observer memberikan nilai berupa penghargaan kepada masingmasing kelompok. Pada pertemuan terakhir dalam siklus pertama guru member kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tes individu sejauh mana sudah tingkan penguasaan materi ajaran. 3.1.2.4.Pengamatan Selama kegiatan dilakukan proses pembelajaran berlangsung, observer telah melakukan pengamatan dan penilaian terhadap kegiatan guru dan siswa. Pengamatan terhadap kegiatan guru dan siswa telah dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dari hasil pengamatan diperoleh data bahwa pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan telah berlangsung. Pada pertemuan pertama siswa sedikit bingung dengan proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD. Siswa belum pernah terlibat dengan pembelajaran tersebut sehingga mereka merasa janggal belajar dengan menggunakan kelompok apalagi harus maju kedepan untuk membahas isi tugas yang telah diberikan guru. Namun setelah diberikan penjelasan guru, mereka lebih senang dan semangan dalam belajar. Pada awal pertemuan pertama. Masih terlihat siswa yang minta izin keluar masuk dan suasana belajarpun masih sedikit ribut.

xliii

Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, guru telah berusaha semaksimal mungkin dan memenuhi seluruh aspek pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pengamatan dan penilaian dalam pembelajaran dilakukan oleh observer. Pada siklus ini tidak semua siswa antusias mengikuti pembelajaran. Hasil ulangan siswa belum juga menunjukkan hasil yang memuaskan. 3.1.2.5.Refleksi Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan siklus I. Untuk lihat apakah tindakan adalah sukses atau tidak, maka peneliti sebagai guru menenyampaikan pembelajaran dan kolaborator sebagai observer yang mengamati proses mengajar dan proses pembelajaran telah dipusatkan pada analisa dalam rangka melihat apakah hasil tindakan tingkat ketuntasan belajar yang direncanakan ditemukan atau tida 3.1.2.5.1. Analisis Proses Belajar Mengajar Selama Siklus I 3.1.2.5.1.1. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus I ini belum memuaskan. Pada pertemuan pertama persentase proses pembelajaran hanya 43,01, termasuk dalam kategori kurang baik, pertemuan kedua 56.92, termasuk kategori cukup dan pertemuan ketiga 67.69, termasuk dalam kategori baik. Sementara tingkat ketuntasan yang ditentukan dalam proses pembelajaran adalah 75-100 %. Sehingga belum mencapai target yang ditentukan. Pada tahap siklus pertama, peneliti yang bertindak sebagai guru masih memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam mengusai kelas xliv

sehingga dampak negatifnya pada keadaan kelas. Hal ini terjadi karena lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran secara kooperatif. Aktivitas guru meliputi 13 aspek penting yang menjadi aspek penilaian (lihat lampiran). 3.1.2.5.1.2. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada siklus I, masih ditemukan beberapa perilaku negatif yang terjadi pada saat pembelajaran pada kegiatan siswa. Pada siklus I ini sekitar 42,1% siswa menunjukkan perilaku positif dan selebihnya masih menunjukkan perilaku yang negatif dalam menerima pelajaran, konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan guru belum penuh dan belum terfokus, mereka cenderung mengobrol dengan temannya. Dalam belajar kelompok sebagian anggota kelompoknya masih belum mengerti cara belajar model kooperatif padahal guru telah menjelaskan dan menerangkan sebelumnya. Selain itu, ada beberapa perilaku negatif yang muncul yaitu masih ada siswa yang tidak berpartisipasi secara aktif dalam kelompok belajar, terlebih saat kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. hanya ada beberapa siswa yang aktif dalam pembelajaran. Kemudian sikap siswa dalam kelas masih ada yang bersikap tidak baik seperti tiduran di atas meja, tidak peduli pada kelompoknya, tidak bertanya saat kelompok lain tampil kedepan. Secara garis besar, siswa belim dikatakan berhasil dalam aktifitasnya saat pembelajaran berlangsung. Pada pertemuan pertama, persentase ketuntasan adalah 41.53 berada dalam kategori kurang baik, pertemuan kedua adalah 56.93 berada xlv

dalam kategori cukup dan selanjutnya adaalh pertemuan ketiga adalah 66.15 berada dalam kategori baik. Meskipun setiap pertemuan proses pembelajaran terjadi peningkatan, akan tetapi perlu diterapkan tindakan lanjuta ulan ke siklus ke II. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada siklus berikutnya yaitu dengan cara guru lebih mendesain pembelajaran agar lebih menarik lagi, sehingga siswa akan memperhatikan guru. Selain itu, diharapkan guru lebih tegas lagi dalam memberi teguran kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Kemudian untuk mengatasi siswa yang kurang aktif khususnya dalam berpartisipasi terhadap kerja kelompok belajar secara kooperatif. Untuk lebih jelas hasil observasi aktifitas siswa. (Lihat Lampiran).

xlvi

3.1.2.5.1.3. Analisis Hasil Tes Siklus I Tabel 3.4. Nilai Hasil Tes Individu Setelah Menerapkan Tindakan Nilai Jenis No Nama Siswa Kelamin Jawaban yang benar 14 18 12 12 11 16 12 15 13 12 17 15 13 12 15 12 11 17 12 13 Nilai 70 90 60 60 55 80 60 75 65 60 85 75 65 60 75 60 55 85 60 65

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Aryanti Aulia Rahman Abdul Haris Afrizal Cut Hayati Fakhrurrazi Fitrianti Irza liana Ita Purnama Sari Iras Meyunda Kamaruddin Molida Rahmat Mawaddah MadinatulHusna Husna Wati M. Ikhsan Muntasir Mutia Rahmi Misbahul Jannah

P L L L P L P P P P L P P P P L L P L P

20 Students

1360 = 68

Berdasarkan table diatas maka dapat dilihat hasil prestasi yang dicapai siswa selama tindakan dalam siklus pertama. Tingkat ketuntasan yang telah ditentukan pada xlvii

bab sebelumnya adalah 75% siswa mendapatkan nilai 70. Namun persentase tingkat ketuntasan hasil tes yang terlihat didalam table adalah 68, berada dalam kategori baik. Hal tersebut sangat menyimpang dengan nilai KKM yang ditentukan. Hasil tes siklus pertama hanya satu siswa yang mendapatkan nilai 90, kemudian 2 siswa yang mendapat nilai 85, satu siswa yang mendapat nilai 80, sedangkan yang mendapat nilai 75 sebanyak 3 siswa, nilai 70 hanya satu siswa, nilai 65 adalah 3 siswa, nilai 60 adalah 7 siswa dan nilai yang rendah 55 hanya 2 siswa. Tabel 3.5. Nilai Hasil Tes Tindakan Siklus I No. Berdasarkan Kelompok Setelah Menerapkan Kriteria Tingkat Persentase Penghargaan

Nama Peserta Kelompok Kelompok 1. Misbahul Mawar 2. 3. 4. 5. M. Ikhsan Mawaddah Irza liana Afrizal

Nilai 60 60 65 75 60 320 90 55 85 60 80 370 65 60 85 75 55 340 65 75 70 xlviii

64%

Good

Jumlah Total 1. Aulia Rahman 2. Cut Hayati II Kamboja 3. Mutia Rahmi 4. Madinatul Husna 5. Fakhrurrazi Jumlah Total 1. Ita Purnama 2. Iras Meyunda III Anggrek 3. Kamaruddin 4. Molida Rahmat 5. Muntasir Jumlah Total 1. Jannah IV Kaktus 2. Husna Wati 3. Aryanti

74%

The Best one Group

68%

The Best Two Group

66%

Better

4. Abdul Haris 5. Fitrianti Jumlah Total Jumlah Keseluruhan

60 60 330 1360

Dari table diatas dapat dilihat bahwa kelompok yang mendapat nilai tertinggi adalah kelompok II yaitu kelompok Kamboja dengan nilai total 370. Kemudia kelompok yang mendapat nilai kedua tertinggi adalah kelompok III yaitu kelompok Anggrek dengan nilai total 340. Selanjutnya yang mendapat nilai tertinggi ketiga adalah kelompok IV yaitu kelompok Kaktus dengan nilai 330 dan yang terakhir adalah yang terbaik ke empat adalah kelompok I yaitu Mawar dengan jumlah nilai 320. Masingmasing kelompok yang mendapat nilai dari hasil pembelajaran model kooperatif tipe STAD diberikan penghargaan oleh guru yang bersangkutan bersama-sama observer. Kelompok yang mendapat nilai tertinggi akan diberikan nilai dengan sebutan The Best one Group, sedangkan kelompok yang mendapat nilai kedua tertinggi akan diberika penghargaan nilai dengan sebuta The Best Two Group. Yang ketiga adalah dengan sebutan Better. Dan terbaik ke empat diberi sebutan Good. Lihat table diatas untuk lebih jelas. 3.1.2.6.Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 sampai 24 November 2011. Pembelajaran dalam siklus ini akan berlangsung selama tiga pertemuan dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2 x 35 menit) sebagaimana telah terlaksana seperti

xlix

silkus I, materi pokok ajaran untuk setiap pertemuan telah disusun oleh peneliti dan guru pengamat yang sesuai dengan tingkat pelajaran. Tabel 3.6. Aktivitas Guru Dan Siswa di dalam Kelas pada Siklus II Kegiatan Aktifitas Guru Aktivitas Siswa 1. Guru membuka proses belajar mengajar dengan salam/menyapa siswa 2. Memanggil siswa melalui absen 3. Mengkondisikan kelas 4. Apersepsi 5. Menyampaikan tujuan pembelajaran 6. Menjelaskan tentang materi pelajaran yang akan berlangsung 7. Membagi siswa dalam beberapa kelompok 8. Menjelaskan prosedur belajar kelompok 1. Siswa menjawab salam guru 2. Menjawab panggilan absen 3. Focus pada perintah guru 4. Perhatian pada guru 5. Menyimak pada penjelasan guru 6. Mendengar penjelasan pelajaran 7. Mengikuti instruksi guru 8. Mengikuti prosedur yang diarahkan

Kegiatan awal

1. Tanya jawab tentang sifat-sifat magnet 2. Membagikan LKS kepada tiap kelompok 3. Meminta siswa membaca dan memahami petunjuk kerja yang terdapat dalam LKS 4. Meminta siswa melakukan diskusi dalam kelompok 5. Membimbing dan memotivasi siswa agar aktif dalam kelompok 6. Meminta perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas secara bergantian 7. Memeriksa hasil kerja kelompok 8. Melakukan tes secara individu 9. Memeriksa hasil tes individu

1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar kelompok 2. Mengerjakan tugas LKS dalam kelompok 3. Siswa aktif dalam diskusi kelompok 4. Siswa perhatian pada kegiatan kelompok 5. Siswa mengikuti kegiatan kelompok 6. Siswa mulai mempresentasi hasil diskusi kedepan kelas 7. Siswa aktif dalam kerja kelompok 8. Siswa mengikuti tes individu 9. Siswa menunggu hasil 10. Pemberian penghargaan tes siswa kepada kelompok dengan kualifikasi 10. Siswa menunggu super, hebat, dan baik penghargaan hasil kerja kelompok 1. Siswa focus pada nasehat guru 2. Siswa menerima nasehat guru

Kegiatan Inti Kegiatan Akhir 1.

1. Menyimpulkan pelajaran 2. Tindak lanjut

3.1.2.6.1. Perencanaan Rencana yang dilakukan pada siklus II sama dengan pelaksanaan siklus sebelumnya yaitu sebagai berikut: Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, materi pengajaran,

instrument penelitian seperti lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. li

2.

Mengadakan pembagian tugas antara peneliti dan pengamat (observer). Peneliti sebagai pelaksana tindakan dan pengamat adalah teman sejawat yang bertugas mengisi lembar observasi pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3.

Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

3.1.2.6.2. Pelaksanaan Suasana pembelajaran sudah mengarah pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini terlihat jelas saat guru memberikan tugas kepada kelompok. Siswa mengerjakannya dengan baik. Siswa satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan. Siklus II terdiri dari tiga pertemuan, yaitu sebagai berikut. 3.1.2.6.2.1. Pertemuan I Pertemuan pertama berlangsung hari Kamis, 17 November 2011. Pada pertemuan ini siswa dilibatkan pada materi Kekuatan gaya magnet. Pertemuan ini guru telah mempersiapkan berbagaimacam cara agar hasil pembelajaran sangat memuaskan.

3.1.2.6.2.2. Pertemuan II Pertemuan kedua berlangsung hari Selasa, 22 November 2011. Pada pertemuan ini perkembangan guru dan siswa dalam pembelajaran semakin nampak. Dalam pertemuan kedua guru member materi kelompok tentang Sifat-sifat magnet lii

dan kegunaannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar kelompok, berdiskusi dan saling membantu satu sama lain dalam kelompok. Kemudian guru memberikan waktu kepada siswa agar mempresentasikan tugas kelompok kedepan. Pertemuan ini semakin terlihat perkembangan keberanian dan keaktifan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi mereka. Saat Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi isi dari penyampaian setiap kelompok, hamper semua anggota dalam kelompok mengajukan pertanyaan dan pertanyaan tersebut dijawab dengan bagus oleh kelompok yang mempresentasikan. 3.1.2.6.2.3. Pertemuan III Pertemuan ke tiga berlangsung hari Kamis, 24 November 2011. Pada pertemuan ini observer terus mengamati aktifitas guru dan siswa serta mengamati semua kegiatan dalam suasana pembelajaran . Pertemuan ini guru selain focus pada pembelajaran, guru focus juga pada pemberian tes pada siswa untuk mengetahui tingkat prestasi siswa. Guru menilai hasil kerja kelompok. Guru memberikan umpan balik atas kegiatan diskusi kelas dan memberikan saran cara mengerjakan soal latihan yang akan dilaksanakan. Dan sebelum guru memberikan tes kepada siswa. Guru bersama dengan observer memberikan nilai berupa penghargaan kepada masingmasing kelompok. 3.1.2.6.3. Pengamatan Selama kegiatan dalam proses pembelajaran berlangsung selama siklus II, observer telah melakukan pengamatan dan penilaian terhadap kegiatan guru dan liii

siswa seperti yang telah dilakukan pada siklus II. Dalam siklus ini perkembangan dalam pembelajaran sudah mulai sangat nampak. Secara garis besar setelah peneliti Observer mengamati hasil pengamatannya bahwa pembelajaran dalam siklus ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Sehingga semua kekurangan yang ada dalam siklus I sudah ada perubahan. 3.1.2.7.Refleksi Berdasarkan hasil temuan dan analisis selama pelaksanaan siklus II. Untuk lihat tingkat kesuksesan dan hasil prestasi siswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan, 3.1.2.7.1. Analisis Proses Belajar Mengajar Selama Siklus II 3.1.2.7.1.1. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Guru Berdasarkan hasil pengamatan dalam proses belajar mengajar dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II ini sangat memuaskan. Pada pertemuan pertama persentase proses pembelajaran 78,46, termasuk dalam kategori baik, pertemuan kedua 90.76, termasuk kategori sangan baik dan pertemuan ketiga 98.46, termasuk dalam kategori sangat baik. Bila dilihat dari hasil observasi siklus II maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus ini telah mencapai tingkat ketuntasan sesuai dengan tingkat ketuntasan yang telah direncanakan. Aktivitas guru meliputi 13 aspek penting yang menjadi aspek penilaian (lihat lampiran).

liv

3.1.2.7.1.2. Analisis Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada siklus II bila dilihat dari segi hasil pengamatan, terjadi peningkatan dalam pembelajaran. Siswa banyak yang aktif dan keberanian mereka semakin Nampak. Pada siklus II ini sekitar 90% siswa menunjukkan perilaku positif dan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan selebihnya masih menunjukkan perilaku yang positif dalam menerima pelajaran, konsentrasi siswa dalam memperhatikan penjelasan guru belum penuh dan lebih terfokus, tidak ada lagi yang mengobrol saat pembelajaran berlangsung. Pada siklus ini aktifitas dalam pembelaajaran siswa sudah dikatakan berhasil. Pada pertemuan pertama, persentase ketuntasan adalah 76.92 berada dalam kategori baik, pertemuan kedua adalah 84.61 berada dalam kategori sangat baik dan pertemuan ketiga adalah 93.84 berada dalam kategori sangat baik. Untuk lebih jelas hasil observasi aktifitas siswa. (Lihat Lampiran).

lv

3.1.2.7.1.3. Analisis Hasil Tes Siklus II Tabel 3.7. Nilai Hasil Tes Individu Setelah Menerapkan Tindakan Nilai Jenis No Nama Siswa Kelamin Jawaban yang benar 17 20 19 19 20 20 20 20 20 20 18 17 17 19 18 20 20 20 20 20 Nilai 85 100 95 95 100 100 100 100 100 100 90 85 85 95 90 100 100 100 100 100

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Aryanti Aulia Rahman Abdul Haris Afrizal Cut Hayati Fakhrurrazi Fitrianti Irza liana Ita Purnama Sari Iras Meyunda Kamaruddin Molida Rahmat Mawaddah MadinatulHusna Husna Wati M. Ikhsan Muntasir Mutia Rahmi Misbahul Jannah

P L L L P L P P P P L P P P P L L P L P

20 Students

1920 = 96

Berdasarkan table diatas maka dapat dilihat hasil prestasi yang dicapai siswa selama tindakan dalam siklus II. Tingkat ketuntasan yang telah ditentukan pada bab lvi

sebelumnya adalah 75% siswa mendapatkan nilai 70. Hasil tes yang terlihat didalam table diatas adalah 96, berada dalam kategori sangat baik. Hasil tes siklus II telah mencapai tingkat ketuntasan.

Tabel 3.8. Nilai Hasil Tes Tindakan Siklus II No.

Berdasarkan Kelompok Setelah Menerapkan Kriteria Tingkat Persentase Penghargaan

Nama Peserta Kelompok Kelompok 1. Misbahul 2. M. Ikhsan

Nilai 100 100 85 100 95 480 100 100 100 95 100 495 100 100 90 85 100 475 100 90 85 95 lvii

Mawar

3. Mawaddah
4. Irza liana 5. Afrizal

96%

The Best two Group

Jumlah Total 1. Aulia Rahman 2. Cut Hayati II Kamboja 3. Mutia Rahmi


4. Madinatul Husna 5. Fakhrurrazi

99%

The Best one Group

Jumlah Total 1. 2. III Anggrek 3. 4. 5. Jumlah Total 1. 2. IV Kaktus 3. 4. Ita Purnama Iras Meyunda Kamaruddin Molida Rahmat Muntasir Jannah Husna Wati Aryanti Abdul Haris

95%

The Best Three Group

94%

The Best Four Group

5. Fitrianti Jumlah Total Jumlah Keseluruhan

100 470 1920

Dari table diatas dapat dilihat bahwa kelompok yang mendapat nilai tertinggi adalah kelompok II yaitu kelompok Kamboja dengan nilai total 495. Kemudia kelompok yang mendapat nilai kedua tertinggi adalah kelompok I yaitu kelompok Mawar dengan nilai total 480. Selanjutnya yang mendapat nilai tertinggi ketiga adalah kelompok III yaitu kelompok Anggrek dengan nilai 475 dan yang terakhir adalah yang terbaik ke empat adalah kelompok IV yaitu Kaktus dengan jumlah nilai 470. Masing-masing kelompok yang mendapat nilai dari hasil pembelajaran model kooperatif tipe STAD diberikan penghargaan oleh guru yang bersangkutan bersamasama observer. Kelompok yang mendapat nilai tertinggi akan diberikan nilai dengan sebutan The Best one Group, sedangkan kelompok yang mendapat nilai kedua tertinggi akan diberika penghargaan nilai dengan sebuta The Best Two Group. Yang ketiga adalah dengan sebutan The Best Three Group. Dan terbaik ke empat diberi sebutan The Best Four Group. Lihat table diatas untuk lebih jelas. 3.2. Pembahasan Dan Temuan Penelitian Dari semua data yang sudah dipaparkan diatas dapat kita ketahui bahwa sebelum pelaksanaan tindakan dengan setelah pelaksaan tindakan terjadi kenaikan hasil pembelajaran, baik dilihat dari hasil tes maupun hasil non tes. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini. Kenaikan hasil tes antara siklus I dengan siklus II dapat dilihat pada table dibawah ini. lviii

Tabel 3.9. Perbandingan Hasil Tes sebelum Tindakan, Siklus I, berdasarkan Individu Pre - Tes Siklus II Siklus I Jumlah Jumlah Nilai Jumla Peserta Nilai Rata- Jumla Juml Nilai h Jumlah Didik Total Rata h ah Rata- Pesert Nilai Peserta Nilai Rata a Total Didik Total Didik 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 Ju ml ah Nilai 2 3 3 4 5 3 20 120 165 150 180 200 105 920 1 2 1 3 1 3 7 2 20 90 170 80 225 70 195 420 110 1360

Siklus II

Nila i Rat aRat a

46%

68%

12 3 2 3 20

1200 285 180 255 1920

96 %

Dari table diatas dapat dilihat bahwa hasil tes sebelum tindakan dilaksanakan hamper semua siswa mendapatkan nilai prestasi yang dicapai dibawah 60 dan ini menunjukkan nilai mereka belum mencapai pada tingkat ketuntasan yang telah direncanakan. Kemudian untuk siklus pertama setelah tindakan prestasi mereka semakin terlihat peningkatannya. Pada siklus ini yang belum mendapatkan nilai 70 atau lebih sebanyak 12 siswa atau 60% siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan pada siklus I. Sedangkan siswa yang sudah mendapatkan nilai 70 atau lix

lebih sebanyak 8 orang atau 40%. Hasil rata-rata untuk data sebelum tindakan adalah 46%, siklus I adalah 68% dan siklus II 96%. Maka terlihat jelas bahwa setiap tindakan mengalami peningkatan. Tabel 3.10. Perbandingan Hasil Tes sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II berdasarkan Kelompok Criteria Penghargaan Criteria Penghargaan The Best two Group The Best one Group The Best Three Group The Best Four Group Persentase Persentase 96% 99% 95% 94% Kelompok Siklus II 480 495 475 The Best Two Group 470 Better lx Siklus I 320 370 340 330

I II III IV

64% 74% 68% 66%

Good The Best one Group

Dari table diatas dapat dilihat bahwa antara siklus I dan siklus II semua kelompok yang terlibat dalam penelitian mengalami peningkatan. Kelompok I persentase dari 64% hingga 96% mengalami peningkatan sebesar 32%, kelompok II persentase dari 75% hingga 99% mengalami peningkatan sebesar 24%, kelompok III persentase dari 68% hingga 95% mengalami peningkatan sebesar 27% dan kelompok IV persentase 66% hingga 94% mengalami peningkatan sebesar 28%. Hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus petama untuk kegiatan guru jumlah skor yang didapat untuk pertemuan pertama 28 atau

persentase 43.01% kategori kurang baik, pertemuan ke dua 37 atau persentase 56.92% kategori cukup dan pertemuan ke tiga 44 atau persentase 67.69% kategori baik. Sedangkan hasil pengamatan untuk aktifitas guru pada siklus kedua untuk pertemuan pertama 51 atau persentase 78.46% kategori baik, pertemuan ke dua 59 atau persentase 90.76% kategori sangat baik dan pertemuan ketiga 64 atau persentase 98.46% kategori sangat baik. Hasil pengamatan untuk aktifitas siswa pada siklus I pertemuan pertama 27 atau persentase 41.53% ketegori kurang baik, pertemuan kedua 37 atau persentase 56.92% kategori cukup dan pertemuan ke tiga 43 atau persentase 66.15% kategori baik. Sedangkan hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus ke dua, pertemuan pertama 50 atap persentase 76.92 kategori baik, pertemuan ke dua 55 atau persentase 84.61% kategori sangat baik dan pertemuan ke tiga 61 atau persentase 93.84 kategori sangat baik.

Berdasarkan hasil uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa melalui pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi sifat-sifat magnet dapat meningkatkan kualitas pembelajaran baik dari segi proses maupun hasil prestasi belajar siswa SD Negeri 7 Simpang Keuramat.

lxi

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan seperti yang telha dikemukakan pada uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 7 Simpang Keuramat Kabupaten Aceh Utara baik dari segi hasil maupun proses. Secar garis besar uraian kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran materi sifat-sifat magnet dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 7 Simpang Keuramat Kabupaten Aceh Utara dikarenakan pada proses pembelajaran siswa sudah dapat menerima materi dengan lebih mudah. 2. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa lebih akif dan kreatif. 3. Penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat member pemahaman kepada siswa pada pembelajaran sifat-sifat magnet. 4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang menekankan diskusi kelompok, dimana siswa yang sudah mengerti pada materi yang sedang dibahas harus lxii

menjelaskan kepada siswa yang belum mengerti pada materi tersebut sampai bisa. Rata-rata nilai prestasi siswa pada siklus I adalah 68% dan nilai rata-rata pada siklus II 96%, terjadi peningkatan sebesar 28% dan ini merupakan peningkatan yang tinggi.

4.2. Saran Adapun saran yang perlu dikemukakan berdasarkan pembahasan dalam perbaikan penelitian adalah : 1. Guru sebaiknya tidak lagi menggunakan metode pembelajaran yang sifatnya mendekte dan tidak melibatkan siswa sepenuhnya. Peneliti menganjurkan untuk menggunakan model kooperatif tipe STAD karena telah dibuktikan

keberhasilannya dalam penelitian ini bahwa prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 7 Simpang Keuramat meningkat secara signifikan. 2. Guru senantiasa menerima secara terbuka atas kritikan-kritikan dari kelemahankelemahannya dalam proses pembelajaran sebagai hasil refleksi bersama, serta bersedia memperbaikinya sebagai tindak lanjut guna peningkatan proses pembelajaran yang meningkat. 3. Karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, diharapkan guru menggunakan model pembelajaran STAD dalam proses belajar mengajar sebagai variasi dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA.

lxiii

4.

Penelitian ini terbatas pada pokok bahasan sifat-sifat magnet, sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan menerapkan model pembelajaran STAD pada pokok bahasan lain. Disisi lain, kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan disekolah,

kiranya senantiasa memberikan fasilitas kepada guru lainnya untuk melakukan penelitian tindakan kelas guna peningkatan mutu pendidikan.

lxiv

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, dkk.(2008). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. ----------. (2002). Prosedure Penelitian Suata Pendidikan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta. ----------. (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.
-------------, (2004, edisi 1). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman Teoritis Praktis bagi praktisi pendidikan , Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1999). Jakarta : Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia( PPKRI, 1984). Mnusia dan Alam Sekitarnya 3, Petunjuk Guru SD. Jakarta :Proyek Buku Terpadu. Harlina Yeti. (2008). Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IX Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran Biologi di SMPN 2 Gunung Talang. Padang : Universitas Negeri Padang. Iskandar. (2009). Psikologi Pendidikan. Ciputat : Gaung Persada (GP) Press. Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (2002, Cet. Ke-7). Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nurasma. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : UNP. ----------. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif. Padang : UNP. Roestiyah,http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pembelajaran- kooperatif-tipestad.html, 2001: 17). lxv

Slavin

(dalam http://yankcute.blogspot.com.keunggulan-dan-kekuranganpembelajaran.html)

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (1994). Surabaya : Usaha Nasional. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. (2003, Cet. Ke-4). Jakarta : Rineka Cipta. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. (1990), Cet. Ke-). Jakarta : Rineka Cipta.

Tim Bhakti Aksara Mandiri. (tt).Belajar Mandiri Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta:Bina Aksara Caraka. Tuu, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Warta . (2011).(http://www.g-excess.com/tag/beberapa-sifat-yang-dimiliki-olehmagnet-atau-magnit/.

Winarsunu, Tulus. (2004).Statistik dalam Penelitian Psikologi Pendidikan, (Malang; Universitas Muhammaddiyah Malang.

Zahara, Win Konadi, dkk. (2010). Panduan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas Program Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan, Bireuen : Universitas Almuslim.

lxvi

lxvii

You might also like