You are on page 1of 22

BHD Bagian pengelolaaan darurat medik yang bertujuan : 1.

Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi melalui pengenalan dan intervensi segera. 2. memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang mengalami henti jantung atau nafas melalui RJP.

Tujuan Utama RJP


Memberikan oksigen ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya, sampai datangnya suatu pengorbanan medik yang definitive dan tepat.

Indikasi BHD
1. Henti nafas 2. Henti jantung

Fase penilaian sangat penting pada BHD, tidak seorang korbanpun/ pasien dapat dikenakan prosedur-prosedur RJP ( Seperti : memperbaiki posisi, membuka jalan nafas, dan kompresi jantung luar ). Setiap ABC dari RJP ( A = jalan nafas, B = Pernafasan, C = Sirkulasi ) selalu di mulai dengan fase penilaian secara berurut : memastikan tidak sadar, memastikan tidak bernafas, memastikan nadi tidak berdenyut. A = Airway ( Jalan Nafas ) 1. Penilaian pasien tidak sadar dengan cara memanggil Bu/Pak, Mas/Mbak !!!. 2. Panggil untuk pertolongan Bila korban tidak memberikan respon terhadap usaha membangunkan panggilan pertolongan dan aktifkan system emergensi. 3. Posisi korban Untuk melakukan RJP yang efektif, korban harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras.

4. Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu korban / pasien. 5. Buka jalan nafas Aksi yang paling penting dari resusitasi yang berhasil adalah membuka jalan nafas segera. Jika tonus otot-otot menghilang, maka lidah atau epiglottis akan menyumbat faring dan laring, lidah merupakan penyebab paling sering dari sumbatan jalan nafas pada korban / pasien yang tidak sadar. Hati hati pada pasien fraktur servix. Cross finger Triple Manouver Air Way Tengadah kepala. Topang dagu. Dorong mandibula. B = Breathing ( Pernafasan ) 1. Penilaian pastikan tidak nafas Untuk menilai apakah ada nafas spontan atau tidak, penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut, hidung korban/pasien, sambil terus jaga airway. Penolong harus: a. Lihat gerakan dada b. Dengar keluar udara waktu ekspirasi. c. Rasakan adanya aliran udara. Untuk mendeteksi pasien bernafas / tidak dilakukan < 10 detik. 2. Melakukan pertolongan pernafasan a. Mulut ke mulut b. Mulut ke hidung c. Mulut ke stoma Untuk memberikan nafas buatan. y Ventilasi awal 2 x dengan waktu 1,5 2 detik ( 700 1000 ml/menit ,10 ml/kg ) yang akan memberikan konsentrasi O2 16 17 %. y Pada RJP 2 penolong harus terdapat masa istirahat untuk melakukan ventilasi sesudah kompresi luar yang kelima. C = Circulation ( Sirkulasi )

y y a. b. c.

1. Penilaian ada denyut nadi / tidak Henti jantung ditandai dengan tidak adanya denyut nadi pada arteri besar arteri carotis ) dengan waktu 5 10 detik. (

2. Kompresi dada luar. Bila nadi carotis tidak teraba dalam waktu 5 10 detik lakukan kompresi dada luar. Letak kompresi dada luar yang baik adalah: Telapak tangan penolong diletakan di atas 2 3 jari sternum pasien. Siku siku dipertahankan pada posisi lengan diluruskan dan bahu penolong berada pada posisi langsung diatas tangan sehingga setiap penekanan kompresi dada luar di lakukan lurus kebawah pada sternum. Bila penekanan tidak lurus ke bawah maka kompresi menjadi kurang. Kedalaman kompresi 3,8 5 cm pada orang dewasa normal. Tekanan kompresi dada luar di lepaskan agar dapat mengalir ke dalam jantung, tekanan harus dilepaskan seluruhnya dan dada dibiarkan kembali ke posisi normal sesudah setiap kompresi. Waktu yang dipergunakan untuk pelepasan harus sama dengan waktu yang digunakan untuk kompresi. Tangan tidak boleh di angkat dari dada, atau dirubah posisi. Pertolongan pernafasan dan posisi dada luar harus dikombinasikan agar resusitasi efektif. Perbandingan kompresi dan ventilasi. 1 (satu) penolong dan 2 (dua) penolong sama 15 : 2 Kecuali kalau sudah terpasang intubasi Kompresi 100 X / menit Ventilasi 12 Menurut ACLS AHA 2005, Perbandingan Kompresi Ventilasi sebelum terintubasi 30 : 2 Kecuali kalau sudah terpasang intubasi Kompresi 100 Ventilasi 12 X/menit

y y

y y

X/menit

menit

Setelah pasien tertolong dan mengalami pernbaikan, tempatkan pasien pada posisi mantap.

PENATALAKSANAAN JALAN NAFAS

Untuk menjamin oksigenasi paru paru yang baik, pada proses pernafasan, harus terdapat suatu jalan nafas yang baik.

Tujuan Penatalaksanaan Jalan Nafas


a. Memastikan jalan nafas bebas b. Memberikan bantuan oksigen c. Memberkan tekanan positif ventilasi a. Memastikan Jalan Nafas Bebas y Mengenali adanya sumbatan jalan nafas y Membebaskan jalan nafas tanpa alat triple Airway Manuverp: tengadah kepala/topang dagu, mendorong mandibula ke depan dan ke atas Dengan alat : Memasang oropharyngeal air way, raso pharyngeal airwayy Suctioning.y b. Apabila ventilasi spontan sudah ada dan jalan nafas bebas dapat diberikan tambahan oksigen c. diberikan Tekanan Positif ventilasi.pApabila pernafasan tidak adekwat/tidak ada Tehnik meliputi : - Pernafasan dari mulut ke mulut - Pernafasan dari mulut ke sungkup - Pernafasan dari mulut ke sungkup + bagging Pernafasan dari mulut ke mulut:p Oksigen yang diberikan penolong hanya 16-17% Tek.oksigen alveolar tidak lebih dari 80 mmHg. Desaturasi)p(Tek. Tersebut tidak mencukupi untuk terjadinya difusi Kompressi: Korban Kardiac Arrest yang diRessssusitasi hanya menghasilkan CO 25 30% dari v/q abnormal. Oleh karena itu penolong harus menambah oksigenpNormal. dengan Fio2 : 100%. Perubahan yang besar pada tekanan O2 akan menghasilkan perubahan pada saturasi Hb.

Pernafasan Normal

1. Teratur 2. Frekuensi pada orang dewasa : 10- 20 kali/menit Bayi & anak : sesuai umur 3. Gerakan rongga dada dan abdomen sinkron serta cukup dalam. Pada bayi dan anak pernafasan abdominal lebih dominan sedangkan pada orang dewasapernafasan thorakal lebih dominan. 4. Pernafasan tidak disertai bunyi-bunyi tambahan 5. Otot-otot pembantu pernafasan tidak ikut serta tidak ada refraksi sela iga, supraklaukula maupun grakan cuping hidung. Keadaan Kardiovaskuler dalam batas-batas normal

GANGGUAN JALAN NAFAS


1. Gawat nafas (Respiratory Distress). Gambaran klinis : y Frekuensi yang cepat/pada orang dewasa > 32 X/menit y Terdapat refraksi sela iga dan supraklavikula serta gerakan cuping hidung y Nadi yang cepat pada oang dewasa dan nadi yang lambat pada bayi dan anak y Gelisah dan disorientasi y Berkeringat y Sianosis perifer 2. Gagal Nafas (Resfiratory Failure) merupakan gabungan dari gambaran klinik gawat nafas dan hasil analisa gas darah: y Pa O2 < 60 mmHg (dengan udara luar) y PaCo2 > 50 mmHg (dengan udara luar) y PH < 7,35

OBSTRUKSI JALAN NAFAS

Sering terjadi pada jalan nafas bagian atas.(Hypofarings) Penyebab: 1. Otot-otot lidah dan leher yang lemas,tidak dapat mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings 2. Benda asing ; cairan, darah, sekret, benda padat.

3. Caryngospasme : oksigen rangsangan jalan nafas bagian atas pada pasien yang menurun kesadarannya.

Tanda-Tanda Obstruksi Jalan Nafas 1. Obstruksi Partial : Terdapat bunyi tambahan/berisik pada pernafasan Bunyi dengkur (snoring): disebebkan oleh dasar lidah yang jatuh ke belakang Bunyi lengking (crowing) disebabkan oleh laryngospasme. Bunyi kumur (garling) disebabkan oleh benda asing, seperti cairan, darah, sekret. Bunyi bengek (wheezing) disebabkan oleh sumbatan bronkhus.

y y y y y

Tindakan y Bila terdapat bunyi dengkur snoring - Ekstensi kepala, bila perlu bahu diganjal, jika perlu ditambah dengan pemasangan Guedel - Jika belum berhasil maka seluruh rahang didorong ke depan triple Airway manuver. y Bila terdapat bunyi kumur Gargling - Miringkan kepala, buka mulut dan lakukan pembersihan rongga mulut, hypofarings. y Bila terdapat bunyi bengek wheezing - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian bronkhodilator seperti Aminofilin dan lain sebagainya. 2. Obstruksi Total : Tentukan penyebabnya, obstruksi total biasanya oleh sumbatan benda asing padat. Tindakan : - Bila pasien masih sadar Bayi dan anak:j Telungkupkan dengan letak kepala lebih rendah dan lakukan pemukulan pada punggung diantara kedua skapula. Orang dewasaj - Pukul pada punggung diantara kedua skapula atau menghentakan kedua tangan penolong kearah atas daerah perut (Heimlich manuver) - Jangan lakukan hentakan pada bayi/anak atau wanita hamil. - Jika tindakan tersebut tidak menolong pertimbangan untuk dilakukan krikotirotomi. Pasien tidak sadarj - Pasien diletakkan menghadap penolong.Pukulan tetap pada punggung diantara kedua skapula. - Hentakan Abdomen :

Pasien diterlentangkan dengan kedua telapak tangan melakukan hentakan abdomen. KEGAGALAN PERNAFASAN AKUT \ Definisi : kegagalan pernafasan akut, adalah ketidakmampuan paru untuk mempertahankan oksigenasi darah.Dengan kata lain sistem paru tdak mampu untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Tanda-tanda: - PaO2 < 60 mm Hg - PaCo2 > 60 mm Hg - pH < 7,35 Penyebab Utama 1. Gangguan Ventilasi : a. Obstruksi Akut misalnya disebabkan oleh o/k fleksi leher pada pasien tidak sadar, spasme larink atau odema larink. b. Obstruksi Kronis misalnya : emphysema, bronkhitis kronis, asma dsb. c. Penurunan compliance paru/thorak, misalnya:Edema paru atelektasis, pneumonia, pasca operasi thorax/abdomen sakit dada dsb. d. Gangguan Neuromusculer misalnya : Guillain Barre Syndrome, cedera spinal, keracunan obat dll. e. Gangguan /depresi pusat nafas misalnya pada penggunaan obat narkotik/barbiturat/Tranguiliser, obat anesthesi trauma/infark otak, Hypoksia berat susunan syaraf pusat dsb. 2. Gangguan difusi alveoli-kapiler, misalnya odema paru. 3. Gangguan keseimbangan ventilasi-perfusi (v/Q mismatch) a. Peninggian dead space (ruang rugi) misalnya pada tromboemboli, empfisema, Bronchiektasis, dsb. b. Peninggian infra alveolar shunting misalnya pada alektasis, ARDS, odema paru dsb. Gejala Klinis - Duisorientassi, bingung, gelisah, apatis, kesadaran - oTakhipneu RR - dyspnoepPernafasan pendek dan dangkal - Takhikardia, vasokonstriksi, tekanan darah meningkat - Keringat dingin - Aritmia Diagnosa A. Riwayat

- Adanya faktor pencetus - Adanya manifestasi klinis B. Laboratorium / N, asidosis bicnat yang meningkat, atau normalo, PaO2 qAnalisa gas darah PaO2 C. Radiologi Sesuai dengan gangguan / gangguan primer Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaan meliputi : 1. Pengkajian : - Perhatikan keadaan dan kecenderungannya untuk terjadinya kegagalan pernafasan - Perhatikan tanda-tanda dini dari pasien yang mengalami kegagalan pernafasan akut : Misalnya : tanda hypoksemia yang disertai atau tanpa disertai tanda hiperkarbia. 2.Perencanaan Tergantung dari penyebab spesifik dari kegagalan : a. Memperbaiki ventilasi dan v/Q missmatch b. Memperbaikio oksigenasi, menurunkan intra pulmonary Shunting c. Pemantauan gas darah dan Ph. d. Mencegah komplikasi e Mengurangi work of breating 3. Implementasi Memperbaiki posisi; hati-hati terhadap pemberian obat Pemberian oksigen Pembersihan jalan nafas/higiene bronkial Infubasi endotrakheal/trakheostomi diikuti ventilasi mekanik. Pemantauan hemodinamik dan analisa gas darah serial Kolaborasi untuk pemberian obat-obat bronkhodiator Memberikan hidrasi yang cukup dan mempertahankan baans cairan yang seimbang

a. b. c. d. e. f. g.

Pemantauan Pada Pasien Dengan Kegagalan Nafas Akut

1. Keadaan Klinis Perlu pemeriksaan fisik yang sering untuk menentukan perubahan klinis yang dapat mendeteksi adanya penimbunan sekresi, kolaps, konsolidasi dan komplikasi lain. 2. Analisa Pertukaran Gas PaO2 pAnalisa gas darah

> 60-80 mmHg

3.

PaCO2 35-45 mmHg. FiO2 diatur untuk mencegah toksisitas O2 (A-a)DO2 normal. Analisis Keseimbangan Asam-Basa Gangguan keseimbangan asam basa umumnya terjadi pada gagal nafas akut bila dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi berat : Asidosis yang disebabkan hipoksemia dapat menyebabkan vasokontriksi paru, aritmia juga menurunkan respon terhadap bronkhodailator. Alkalosis berhubungan dengan penurunan curah jantung aritmia, kejang dan cerebral iritability

4. Keseimbangan cairan dan Elektrolit 5. Fungsi Ventilator antara lain dengan mengontrol Tidal volume Tekanan jalan nafas Temperatur dan humidifikasi compliance dan resistensi 6. Parameter Hemodinamik antara lain : Curah jantung Saturasi O2 Tekanan vena sentral

PENGISAPAN SEKRET ORO / NASOFARINGS & PARU

A. TUJUAN
a. Mempertahankan jalan nafas yang bebas b. Untuk membersihkan sekret pada pasien-pasien yang tidak mampu batuk

B. KETERANGAN UMUM
1. Sekret yang mengganggu jalan nafas harus segera dikeluarkan oleh karena dapat menyebabkan gawat nafas atau gagal nafas.

2. Pengisapan menggunakan teknik Aseptik, Atraumatik dan Afektif (3A) dengan alatalat steril. 3. Pengisapan harus dilakukan dengan prosedur yang tepat untuk mencegah terjadinya infeksi, luka, spasme, serta perdarahan pada jalan nafas. 4. Lama pengisapan sekret tidak boleh lebih dari :  5 10 detik untuk bayi dan anak kecil  10 15 detik untuk orang dewasa 5. Botol pengisap harus diisi dengan cairan antiseptik (mis : lisol 1 : 40) kira-kira bag dari volume botol dan dicatat serta diganti tiap hari. 6. Kateter pengisap harus lembut dengan ujung lurus dan cukup panjang untuk sampai ke dalam trakhea. 7. Diameter kateter penghisap kira-kira 1/3 dari besar lumen pipa endotrakhea, perbandingannya sebagai berikut :
Ukuran Pipa Endotrakhea 2,5 mm 3 mm 3,5 5,5 mm 6,0 6,5 mm 7,0 7,5 mm 8,0 8,5 mm 9 mm Ukuran Kateter Penghisap 5 6 8 10 12 14 16 FG FG FG FG FG FG FG

C. TEKANAN PENGHISAP
Besarnya tekanan penghisap diatur sebagai berikut :  Pada bayi : 60 100 mmHg  Pada anak : 100 120 mmHg  Pada orang dewasa : 120 200 mmHg

Frekuensi Pengisapan Dilakukan setiap 2 jam dan atau setiap kali setelah selesai melakukan fisioterapi dada. Catat dan perhatikan : 1. Waktu penghisapan lendir dilakukan 2. Keadaan sekret : banyaknya, warna, bau dan konsistensi.

3. Hal-hal yang terjadi selama penghisapan lendir. 4. Posisi pasien :  Miring kiri  Miring kanan  Terlentang  Setengah duduk

Komplikasi Yang Dapat Terjadi Selama Penghisapan Sekret 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Hypoksia Aritmia Bradikardia Trauma mukosa jalan nafas Tekanan negatif berlebihan Infeksi Atelektasis MEMBERIKAN BANTUAN OKSIGEN

Pengertian
Memberikan aliran gas lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi O2 meningkat dalam darah.

Tujuan
1. Mempertahankan O2 jaringan yang adequate 2. Menurunkan kerja nafas 3. Menurunkan kerja jantung

Indikasi
y y Penurunan PaO2 dengan tanda dan gejala hipoxemia Keadaan lain seperti : gagal nafas akut, syok, keracunan CO.

Pemberian O2 selalu tepat untuk pasien dengan gangguan sirkulasi atau nafas akut dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Tanpa gangguan nafas oksigen diberikan 2 liter/menit melalui binasal canule. 2. Dengan gangguan nafas sedang oksigen diberikan 5 6 liter/menit melalui binasal canule. 3. Dengan gangguan nafas berat, gagal jantung, henti jantung, gunakan system yang dapat memberikan oksigen 100 %. 4. Pada pasien dimana rangsangan nafas tergantung pada keadaan hipoksia ( mis. Asma ) Berikan oksigen kurang dari 50 % dan awasi ketat. 5. Atur kadar oksigen berdasarkan kadar gas darah ( PaO2 ) atau saturasi ( SaO2 ) 6. Dalam keadaan darurat gunakan alat Bantu nafas yang lebih canggih ( mis. Bagging ), lakukan intubasi dan berikan O2 100 %.

Metoda Pemberian Oksigen


Secara garis besar di bagi menjadi 2 bagian : 1. SISTEM ALIRAN RENDAH y y Low Flow Low Concentrasi Low Flow High Concentrasi

2. SISTEM ALIRAN TINGGI y High Flow Low Concentrasi y High Flow High Concentrasi

1. SISTEM ALIRAN RENDAH a. Low Flow Low Concentrasi Cateter nasal : Memberikan O2 dengan aliran 1 3 liter Konsentrasi 20 32 % Keuntungan : Memberikan O2 stabil, pasien bebas untuk bergerak, makan dan bicara.

y y y

Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 lebih dari 3 liter. Dapat terjadi distensi lambung dan iritasi selaput lendir nasopharing. Pada aliran yang tinggi terdapat suara dari aliran O2 pada oropharing. memberikan O2 dengan aliran 1 6 l/menit. Konsentrasi 24 44 %. O2 akan naik 4 % pada tiap kenaikan 1 l/menit. Keuntungan : Memberikan O2 stabil dengan TV dan laju nafas yang teratur. Baik diberikan dalam jangka waktu yang lama. Kerugian : Menyebabkan iritasi pada hidung, bagian belakang telinga tempat tali binasal. FiO2 akan berkurang bila pasien bernafas dengan mulut. Binasal Canule :

y y

y y

b. Low Flow High Concentrasi Sungkup muka sederhana :

Aliran yang diberikan 5 8 l/menit Konsentrasi O2 40- 60 % Merupakan system aliran rendah dengan hidung, nasopharing dan oropharing sebagai penyimpan anatomic. Sungkup muka dengan kantong Rebreathing : Aliran yang diberikan 8 12 l/menit, Konsentrasi O2 60- 80 % Sungkup muka dengan kantong Non Rebreathing : Aliran yang diberikan 8 12 l/menit, Konsentrasi O2 80 - 100 %. Secara umum pemakaian sungkup mempunyai : Keuntungan : O2 yang di dapat lebih tinggi dari pada dengan nasal canule. Tidak dipengaruhi oleh udara luar.

y y

y y y

Kerugian : Mengikat ( sungkup harus melekat pada muka/pipi untuk mencegah kebocoran ) sehingga dapat menyebabkan iritasi sekitar sungkup. Lembab. Tidak dapat makan, minum, batuk dan bicara.

y y

Terjadi penumpukan CO2 apabila flow kurang dari 5 l/menit. Pada anak sering terjadi clostropobic.

3. SISTEM ALIRAN TINGGI a. High Flow Low Concentrasi

Sungkup Venturi
Memberikan aliran yang bervariasi dengan konsentrasi oksigen 24 50 %

Indikasi
Pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur

b. High Flow High Concentrasi

Head Box
Hanya untuk infant kurang dari 5 Kg Sungkup CPAP ( Continous Positive Airway Pressure ) Aliran yang diberikan 2 10 l/menit dengan konsentrasi 21 100 %. Harus dipasang NGT karena akan terjadi penelan udara.

Parameter
AGD Oksimetri Saturasi Oksigen vena campur ( Mixed Venous dari PA )

INTUBASI ENDOTRAKHEAL

Indikasi

1. Henti jantung. 2. Pasien sadar tapi ventilasi tidak adequate ( edema paru, Syndrom Guillan bare, sumbatan jalan nafas ). 3. Psien tidak dapat mempertahankan jalan nafas yang adequat ( koma). 4. Penolong tidak mampu memberikan ventilasi adequate dengan cara konvensional.

Keuntungan
Terpeliharanya jalan nafas. Mencegah distensi lambung. Mencegah aspirasi isi lambung. Memberikan O2 dengan konsentrasi tinggi. Dapat memberikan beberapa obat resusitasi ( 2 5 X lebih besar dari dosis lewat IV ) 7. Dapat memberikan ventilasi yang adequate. 8. Mempermudah penghisapan lendir di trachea. 2. 3. 4. 5. 6.

Persiapan alat : 1. Laringoscope, lengkap dengan handle dan bladenya. 2. Pipa endotrakheal ( ETT ) dengan ukuran : y Perempuan : No. 7,0 , No 7,5, No 8,0 y Laki laki : No 8,0, No 8,5 y Keadaan emergensi : No 7,5 3. Stilet ( mandrain ) 4. Forsep margil 5. jeli 6. spuit 20 cc atau 10 cc 7. stetoscope 8. Bantal 9. Plester dan gunting. 10. Alat penghisap lendir ( Suction apparatus ).

SISTEMATIKA INTUBASI
CPR dan persiapan alat

), ganjal oksiput, ekstensi.rPosisi intubasi ( max 10 Lakukan penghisapan lendir pad mulut dan faring bila perlu

CPR dan tekan krikoid ( akhiri dengan hiperventilasi O2 100 % selama 30 ) Sellick maneuver

Laringoscope dan intubasi, max 30 ( mm) x 3Kedalaman ETT

Tidak berhasil

Berhasil

Inflasi 1 x dan auskultasi epigastrium Cabut (+) Distensi dan gurgling (-) Kembangkan balon dan inflasi, auskultasi hemithorax ( apek dan basal ) Kebocoran (-)

Friksasi, pasang mayo dan CPR lanjutkan

Ventilasi 10 12 x/menit, dada terangkat. Komplikasi


y y y y y y y y

ETT masuk ke dalam oeseopagus, yang menyebabkan hipoksia. Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringocope dengan gigi. Gigi patah. Laserasi pada faring dan trachea akibat stilet ( mandrain ) dan ujung ETT. Kerusakan pita suara. Perforasi pada faring dan oesoefagus. Muntah dan aspirasi. Pelepasan adrenalin dan noradrenalin akibat rangsangan intubasi sehingga terjadi hipertensi, takhikardia, dan aritmia.

ANALISA GAS DARAH

G D

y PENGERTIAN Adalah pemeriksaan darah dari arteri yang mencakup : PO2, PCO2, HCO3, BE, PH & Saturasi O2 y TUJUAN a) Menilai ventilasi .......................................... CO2 O2 b) Menilai konsumsi oksigen ........................ c) Menilai keseimbangan asam basa ........... pH y LATAR BELAKANG Keasaman atau kebasaan suatu cairan tergantung ion hidrogen (H+) di dalamnya H+ Larutan Asamp Hp Plasma + q pH p o + Basa o pH p q

Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa manusia mengganti basa kuat & asam kuat dengan basa & asam lemah  Suatu cairan bila mampu melepaskan atau menyumbang H+ pAsam

Suatu cairan bila sanggup menerimapBasa ion H+

NILAI-NILAI NORMAL AGD

y PO2 = y y y y

95 - 100 mmHg Tekanan yang digunakan sejumlah oksigen dalam plasma PCO2 = 35 - 45 mmHg Tekanan yang digunakan sejumlah CO2 dalam plasma HCO3 = 21 - 28 mmHg Ion Bikarbonat pH = 7,35 - 7,45 Status asam - basa q / lq / l atau -2,5 s/d +2,5 mBE = -3 s/d +3 m basa kuat atau asam kuat pada setiap liter darah yang berakibat gangguan metabolik S2O2 = 94 - 100% Ratio O2 dalam darah terhadap jumlah maksimum O2 yang dapat dibawa oleh darah

ACIDOSIS & ALKALOSIS 1. PH darah < 7,35 PH darah > 7,45 PO2 < 80 mmHg PO2 > 100 mmHg PCO2 < 35 mmHg PCO2 > 45 mmHg Acidosis Alkalosis Hypoxemia Hyperoxemia Hypocapnia Hypercapnia

2.

3.

Acidosis Respiratoriko PCO3 qPH Alkalosis Respiratorikq PCO3 oPH Acidosis Metabolikq HCO3 qPH Alkalosis Metaboliko HCO3 oPH

* PERSIAPAN ALAT

1. Prezapack (spuit khusus yang telah diberi Heparin) + Nedle No. 23 atau spuit biasa 3 cc + 0,1 cc Haparin 2. Gabus / karet untuk penutup jarum 3. Kapas alkohol 70%, Bethadine 10% 4. Plester, gunting 5. Es batu dalam kantong plastik 6. Formulir pemeriksaan * INDIKASI UNTUK PEMERIKSAAN AGD

y Pada pasien dengan gangguan respirasi, untuk therapi oksigen


y

Mis : RR > 35 kali/menit, sesak, Cyanosis Pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanis, dilakukan 30 setelah pemasangan & setiap 30 setiap seteelah perubahan setting ventilator. Atau 1x sehari & atau instruksi dokter, hal ini dilakukan untuk koreksi O2 & CO2 * KONTRA INDIKASI Sampai saat ini belum diketahui adanya kontra indikasi pengambilan darah untuk AGD

* BAHAYA / KOMPLIKASI  Terjadinya haematoma pada bekas tusukan  Terjadinya emboli udara

SETING OBAT-OBATAN DENGAN PUMP


Infus Pump & Syiringe Pump

DOPAMIN
g biasa dilarutkan dengan Martos, D.5%, NaCl 0,9% dan lain-lain.Q amp. Dopamin = 200 mg 200.000 p1

200.000 500

= 400

Jika pelarut 500 cc maka

(D.5%)

200.000 50

= 4000 (syiringe)

Bila (D.5%) maka

pelarut 50 cc

200.000 100

= 2000

Bila (D.5%) maka

pelarut 100 cc

RUMUS

DOBUTAMIN
gQ 250.000 p1 vial Dobutamin = 250 mg 250.000 500 = 500 Bila pelarut (D.5%) 500 cc maka

250.000 50

= 5000 (S.P)

Bila (D.5%) maka

pelarut 50 cc

250.000 100

= 2500

Bila pelarut (D.5%) 100 cc maka

STREPTASE
Obat streptase diberikan pada pasien AMI yang tidak lebih dari 6 jam dari serangan pertama kali. 1 vial streptase berisi 1.500.000 streptokinase, pemberian obat trombolitik ini di drip dengan pelarut NaCl 0,9% sebanyak 100 cc habis dalam 1 jam. Sebelum pemberian obat ini pasien diperiksa Base Line Bleeding Time (BT) x Cloting Time (CT).

KOREKSI BICNAT

1/3 X BB x Basic HCO3- (N-H) Pada Hasil AGD

N H

(21-28) : Normal HCO3: Hasil AGD HCO3

KALIUM

1/3 1/6

x x

BB BB

x x

(4,5 H) (4,5 H)

Catatan : Untuk Bicnat cara pemberiannya dibolus didrip untuk 23 jam (berdasarkan advis dokter) dan pemberian drip jangan disatukan dengan infus lain. Diposkan oleh Die's Abiy 13 Profesional Nursing di 12:17 0 komentar Reaksi: Link ke posting ini

You might also like