You are on page 1of 42

ANALISIS PENGARUH KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA trhdp KELAINAN UMUM REFRAKSI KARYAWAN DI PT.

INDOKORES PURBALINGGA TESIS

Oleh : MOCHAMAD ANSORI P2CC10009

PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan & keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan utk meningkatkan produktifitas karyawan, disamping itu K3 adalah hak asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi & pasar bebas Asean Free Trade Agement (AFTA) & World Trade Organization (WTO) serta Asia Pasific Economic Community (APEC) yg akan berlaku thn 2020, & utk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan & keselamatan kerja jg menjadi salah satu persyaratan yg hrs dipenuhi oleh industri di Indonesia.

Angka kelainan refraksi & kebutaan di Indonesia terus mengalami peningkatan dengan prevalensi 1.5 % & tertinggi dibandingkan dengan angka kebutaan di negara negara regional Asia Tenggara seperti Bangladesh sebesar 1 %, India sebesar 0.7 %, & Thailand 0.3 % Dari hasil Survei Depertemen Kesehatan Republik Indonesia yg dilakukan di 8 provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan & Nusa Tenggara Barat) thn 1996 ditemukan kelainan refraksi sebesar 24.71% & menempati urutan pertama dlm 10 penyakit mata terbesar di Indonesia

Kelainan refraksi (0,14%) merupakan penyebab utama kebutaan ke tiga setelah katarak (0,78%) & glaukoma (0,20%). Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab kebutaan yg mudah dideteksi, diobati & dievaluasi dengan pemberian kacamata, namun demikian kelainan refraksi menjadi masalah serius jika tdk cepat ditanggulangi. Ada beberapa jenis pekerjaan yg cenderung menggunakan akomodasi mata secara berlebihan (terus menerus), terutama pekerjaan yg membutuhkan penglihatan dengan jarak dekat. Jika hal ini berlangsung lama maka akan menimbulkan kelelahan mata (Asthenopia) yg berlanjut pd gangguan penglihatan yg permanen seperti kelainan refraksi

Perumusan Masalah PT.Indokores pbg merupakan perusahaan yg memiliki karyawan dengan jumlah 3200 orang terdiri dari 3000 pekerja wanita & 200 pekerja pria, bergerak dibidang pembuatan WIG atau rambut palsu, dimana karyawannya dituntut utk bekerja sangat teliti dlm memasang helai demi helai rambut & mata dipaksa selalu melihat dengan jarak dekat (kurang dari 30 cm), akibatnya para pekerja mengalami kelelahan mata & ini akan selalu terjadi selama karyawan bekerja di PT tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik utk menganalisis faktor-faktor kesehatan & keselamatan kerja trhdp kelainan umum refraksi pd karyawan di PT.Indokores pbg

Tujuan Penelitian Tujuan umun : Menganalisis pengaruh kesehatan & keselamatan kerja trhdp kelainan umum refraksi pd karyawan di PT.Indokores pbg

Manfaat Penelitian Praktis Bagi PT.Indokores pbg diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan bagi manajemen kesehatan & keselamatan kerja dlm rangka peningkatan kesehatan & keselamatan kerja karyawan trhdp kelainan umum refraksi. Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dlm penerapan teori tentang kesehatan & keselamatan kerja. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan tentang hubungan antara usia, upah, jarak pan&g, lama kerja, trhdp kelainan umum refraksi.

Pembatasan Penelitian Penelitian ini memfokuskan kajian pd kelainan umum refraksi pd karyawan PT.Indokores pbg. utk mengetahui kelainan umum refraksi yg merupakan variabel tergantung digunakan kartu snellen. Sedangkan utk mengetahui variabel bebas yg terdiri dari jarak pandang, lama kerja, usia, upah.

TELAAH PUSTAKA & PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN Telaah Pustaka Kesehatan & keselamatan kerja merupakan hak dari setiap pekerja yg hrs dipenuhi oleh setiap perusahaan karena pd dasarnya manusia selalu menginginkan dlm keadaan sehat & selamat dimanapun berada bahkan jg tempat kerja, tempat dimana seorang menjalankan tugas & kewajibanya. & setiap tempat atau unit-unit kerja mempunyai sistem & cara yg berbeda-beda dlm penanganan tentang keselamatan kerja yg disesuaikan dengan tingkat keamanan & keselamatan yg menjadi resiko kerja. Salah satu dari manfaat program kesehatan kerja adalah utk menumbuhkan motivasi kerja pd para pekerja karena dengan sistem keselamatan kerja yg bagus maka para pekerja akan lebih merasa aman dlm bekerja yg nantinya akan memotivasi diri utk bekerja lebih giat sesuai &gan keselamatan kerja, jadi sistem keselamatan kerja bs menjadi jembatan perantara antara perusahaan dengan pekerja dlm meningkatkan motivasi kerja yg pd akhirnya sangatlah berpengaruh pd tingkat produktivitas pekerja.

Tiga unsur pokok dlm K3 adalah Kesehatan, Keselamatan & Kerja. Kesehatan Setiap pekerja hrs bekerja dlm kondisi & situasi yg sehat baik sehat jasmani, rohani maupun lingkungan yg sehat. Keselamatan dlm setiap melakukan aktivitas kerja, seorang pekerja hrs melakukan tindakan yg sesuai dengan keselamatan dirinya agar terhindar dari kecelakaan kerja. Kerja Dengan bekerja pd situasi & kondisi yg baik serta memperhatikan keselamatan kerja maka akan tercipta situasi kerja yg kondusif & harmonis yg nantinya akan meningkatkan produktifitas kerja.

Kelainan refraksi umum Miopia adalah suatu keadaan mata yg mempunyai kekutan pembiasan sinar yg berlebihan,sehingga sinar sejajar yg datang dibiaskan didepan retina. Mata hipermetropia mempunyai kekuatan refraksi yg lemah, sinar sejajar yg dating dari obyek terletak jauh tak terhingga dibiaskan dibelakang retina
Astigmatisma Adalah keadaan dimana sinar sejajar tdk dibiaskan secara seimbang pd seluruh meridian.

Pengembangan Model Penelitian Lingkungan yg mempengaruhi regulasi pertumbuhan mata atau kelaian refraksi antara lain adalah nearwork (kerja jarak dekat). Beberapa penelitian telah melaporkan prevalensi miopia yg tinggi di kalangan pekerja dengan jenis pekerjaan jarak dekat antara lain penelitian oleh Simensen. Hasil dari penelitian Indah (2010) di dapatkan bahwa jarak kerja kurang dari 30 cm lebih beresiko 2.14 kali terkena kelainan refraksi pd penjahit sepatu dibandingakan dengan jarak kerja lebih dari 30 cm. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari US National Academy of Sciences yg menyatakan bahwa mengerjakan kerja jarak dekat menempatkan seseorang pd risiko miopia. Penelitian lain pd berbagai jenis kerja jarak dekat jg menunjukkan hal yg sama H1 : Jarak berpengaruh positif trhdp kelainan refraksi karyawan di PT.Indokores pbg.

dlm penelitian Indah (2010) ini lama kerja tdk berhubungan bermakna dengan miopia, karena kisarannya sangat sempit, yaitu 6,8-7,2 jam. bs dikatakan semua pekerja mempunyai lama kerja yg sama jumlah jam kerja per harinya, sehingga hasil uji statistik tdk menunjukkan kemaknaan. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yg dilakukan oleh Kinge trhdp mahasiswa teknik yg menemukan hubungan bermakna antara lama membaca & kerja jarak dekat lain dengan risiko terjadinya miopia. Mungkin hal ini jg dipengaruhi oleh jenis kerja jarak dekat yg dilakukan, yaitu pd saat membaca terdapat komponen saccadic mata yg mempengaruhi kerja otot mata, sehingga kelelahan mata lebih cepat timbul & risiko timbulnya miopia lebih besar H2 : lama kerja berpengaruh positif trhdp kelainan refraksi karyawan di PT.Indokores pbg

Hasil dari penelitian Indah (2010) di dapatkan bahwa Usia kurang dari 30 thn lebih beresiko 1.04 kali terkena kelainan refraksi dibandingakan dengan usia lebih dari 30 thn pd penjahit sepatu. H3 : Usia berpengaruh positif trhdp kelainan refraksi karyawan di PT.Indokores pbg.

Tingkat penghasilan yg dimiliki mempunyai pengaruh yg kuat pd perilaku. Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yg biasanya dilakukan oleh kepala keluarga utk mendapatkan suatu penghasilan dlm memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan & penghasilan diharapkan seseorang akan memiliki perilaku yg baik pula. Sumber biaya kesehatan jg mempengaruhi perilaku sehat seseorang, seseorang yg memiliki asuransi kesehatan lebih sering memeriksakan dirinya ke dokter karena merasa kesehatannya telah dijamin oleh pihak asuransi. H4 : Upah positif berpengaruh trhdp kelainan refraksi karyawan di PT.Indokores pbg.

Sekitar 64% masyarakat menggunakan asuransi kesehatan (askin, askes, jamkesmas, jamsostek & asuransi dari kantor/ swasta) utk membayar RS. Ini berarti masyarakat telah memahami & mempergunakan asuransi dlm pembiayaan perawatan rumah sakit. Sesuai dengan pernyataan bahwa seseorang yg memiliki asuransi kesehatan lebih sering memeriksakan kesehatan dirinya ke dokter karena telah dijamin sepenuhnya oleh pihak asuransi. Sebagian besar masyarakat berpendapatan rendah sangat memanfaatkan dengan baik asuransi kesehatan sebagai sumber biaya berobat. H5 : jamsostek berpengaruh positif trhdp kelainan refraksi karyawan di PT.Indokores pbg.

Derajat kesehatan masyarakat miskin yg msh rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses trhdp pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tdk adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal, daya jangkau pelayanan operasi yg msh rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, ketersediaan tenaga & fasilitas kesehatan mata yg msh terbatas. Penjaminan akses penduduk miskin trhdp pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dlm UUD 1945, sejak thn 2005 telah diupayakan utk mengatasi hambatan & kendala tersebut, melalui pelaksanaan kebijakan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin H6 : tanggungan dlm keluarga berpengaruh positif trhdp kelainan refraksi karyawan di PT.Indokores pbg.

METODE PENELITIAN & TEKNIK ANALISIS DATA Metode Penelitian Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif & asosiatif, Sasaran penelitian Sasaran penelitian adalah karyawan PT.Indokores pbg. Metode penelitian Pendekatan yg digunakan dlm penelitian ini adalah metode survey.

Cara pengambilan data Pengambilan data penelitian pasien menggunakan instumen penelitian berupa kuesioner dengan jawaban pilihan dlm bentuk pernyataan & jawaban tertutup. Daftar pertanyaan diajukan & diisi oleh karyawan di PT.Indokores pbg. & dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu snellen

Sumbar data Data primer Data primer dlm penelitian ini diperoleh melalui kuesioner hasil wawancara & pemeriksaan tajam penglihatan dengan kartu snellen & pemeriksaan refraksi karyawandi PT.Indokores pbg. Data sekunder Data sekunder merupakan data yg tdk secara langsung diperoleh dari sumbernya, tetapi melalui pihak kedua. Data sekunder dlm penelitian ini mempergunakan data gambaran umum PT.Indokores pbg yg diperoleh dari Profil PT.Indokores pbg thn 2010, laporan studi pustaka & dari penelitian sebelumnya

Kriteria penerimaan Uji Validitas : utk mengetahui apakah alat ukur yg dipakai valid, dgn analisis product moment Uji Reliabilitas : utk mengetahui apakah alat ukur yg dipakai reliabel, dgn koefisien reliabilitas Alfa Cronbach

Normalitas : sebuah model regresi yg variabel dependen & independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tdk. Deteksi normalitas : menggunakan uji Kolmogorov-Smornov dengan data dikatakan normal jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (5%) Analisis univariat digunakan utk memperoleh gambaran setiap variabel & disajikan dlm bentuk tabel distribusi frekuensi utk mengetahui variasi serta besar proporsi penyebarannya. Analisis bivariat dilakukan utk mendapatkan informasi hubungan antara variabel bebas & variabel tergantung. pd penelitian ini variabel bebas & tergantung menggunakan skala pengukuran nominal. Data dianalisis dengan menggunakan Chi Square test pd tingkat kepercayaan 95% & batas kemaknaan 0,05

HASIL & PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Univariat Data yg diperoleh menunjukkan bahwa berdasarkan usia responden keseluruhan responden berjenis kelamin perempuan & tdk ada yg memakai kacamata sebelum menjadi karyawan. Berdasarkan usia respoden diketahui bahwa terdapat 28 orang yg berusia antara 36 45 thn, 68 orang berusia antara 26 35 thn & 24 orang berusia antara 16 25 thn. Terdapat 31 orang tamatan SD, 68 orang lulusan SLTP & 21 orang dengan latar belakang pendidikan SMA.

terdapat 32 orang yg pd saat bekerja jarak antara mata dengan obyek kurang dari 30 cm & 88 orang yg saat bekerja jarak mata dengan obyek lebih dari 30 cm. berdasarkan lama kerja responden terdapat 85 orang yg telah bekerja lebih dari 5 thn & 35 orang dengan masa kerja kurang dari 5 thn. Berdasarkan tingkat upah responden terdapat 24 orang dengan upah antara Rp. 450.000 Rp. 600.000, 48 orang dengan upah antara Rp. 651.000 Rp. 850.000 & 48 orang dengan upah lebih dari Rp. 850.000. terdapat 85 orang yg terdaftar sebagai anggota jamsostek & 35 orang yg tdk. Data yg diperoleh menunjukkan terdapat 32 orang yg bekerja sebagai tulang punggung keluarga & 88 orang yg tdk, se&gkan berdasarkan kelainan refraksi terdapat 29 orang yg mengalami kelainan refraksi & 91 orang yg tdk mengalami kelainan refraksi.

Uji Validitas & Reliabilitas Hasil pengujian menunjukkan bahwa keseluruhan item pertanyaan kuesioner penelitian memiliki nilai rhitung lebih besar dari rtabel 0,444 dengan nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,44 maka keseluruhan item penelitian dinyatakan valid & reliable utk digunakan sebagai alat pengumpul data

Analisis Bivariat
Uji hipotesis pertama

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang yg jarak mata benda kurang dari 30 cm terdapat 13 orang yg mengalami kelainan refraksi & 19 orang yg tdk, se&gkan dari 88 orang yg jarak mata benda lebih dari 30 cm terdapat 16 orang yg mengalami kelainan refraksi & 72 orang yg tdk. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tdk ada kolom dengan nilai harapan (expected count) kurang dari 5 maka uji chisquare layak dipergunakan, hasil perhitungan menunjukkan nilai X2 = 6,450 (p = 0,011) se&gkan nilai X2tabel sebesar 3,84 dengan demikian nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara jarak mata benda dengan kejadian kelainan refraksi.

Uji hipotesis kedua Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 orang dengan lama lebih dari 5 thn terdapat 25 orang yg mengalami kelainan refraksi & 60 orang yg tdk, se&gkan dari 35 orang dengan lama kerja kurang dari 5 thn terdapat 4 orang yg mengalami kelainan refraksi & 31orang yg tdk. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tdk ada kolom dengan nilai harapan (expected count) kurang dari 5 maka uji chi-square layak dipergunakan, hasil perhitungan menunjukkan nilai X2 = 4,375 (p = 0,036) se&gkan nilai X2tabel sebesar 3,84 dengan demikian nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara lama kerja dengan kejadian kelainan refraksi.

Uji hipotesis ketiga Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 28 orang yg berusia antara 36 45 terdapat 9 orang yg mengalami kelainan refraksi & 19 orang yg tdk, dari 68 orang yg berusia antara 26 35 thn terdapat 19 orang yg mengalami kelainan refraksi & 49 orang yg tdk se&gkan dari 24 orang yg berusia antara 16 25 thn terdapat 1 orang yg mengalami kelainan refraksi & 23 orang yg tdk. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tdk ada kolom dengan nilai harapan (expected count) kurang dari 5 maka uji chisquare layak dipergunakan, hasil perhitungan menunjukkan nilai X2 = 6,739 (p = 0,034) se&gkan nilai X2tabel sebesar 5,99 dengan demikian nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara usia dengan kejadian kelainan refraksi.

Uji hipotesis keempat Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 24 orang dengan upah antara Rp. 450.000 sampai dengan Rp. 600.000 terdapat 11 orang yg mengalami kelainan refraksi & 13 orang yg tdk, dari 48 orang dengan upah antara Rp. 651.000 Rp. 850.000 terdapat 5 orang yg mengalami kelainan refraksi & 43 orang yg tdk se&gkan dari 48 orang dengan upah upah lebih dari Rp. 850.000 terdapat 13 orang yg mengalami kelainan refraksi & 35 orang yg tdk. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tdk ada kolom dengan nilai harapan (expected count) kurang dari 5 maka uji chisquare layak dipergunakan, hasil perhitungan menunjukkan nilai X2 = 11,322 (p = 0,003) se&gkan nilai X2tabel sebesar 5,99 dengan demikian nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara upah dengan kejadian kelainan refraksi.

Uji hipotesis kelima Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 orang yg menjadi anggota jamsostek terdapat 15 orang yg mengalami kelainan refraksi & 70 orang yg tdk, se&gkan dari 35 orang non jamsostek terdapat 14 orang yg mengalami kelainan refraksi & 21orang yg tdk. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tdk ada kolom dengan nilai harapan (expected count) kurang dari 5 maka uji chi-square layak dipergunakan, hasil perhitungan menunjukkan nilai X2 = 6,759 (p = 0,009) se&gkan nilai X2tabel sebesar 3,84 dengan demikian nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara jamsostek dengan kejadian kelainan refraksi.

Uji hipotesis keenam Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 orang dengan yg menjadi tulang punggung keluarga terdapat 12 orang yg mengalami kelainan refraksi & 20 orang yg tdk, se&gkan dari 88 orang yg bukan tulang punggung keluarga terdapat 17 orang yg mengalami kelainan refraksi & 71orang yg tdk. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tdk ada kolom dengan nilai harapan (expected count) kurang dari 5 maka uji chi-square layak dipergunakan, hasil perhitungan menunjukkan nilai X2 = 4,233 (p = 0,040) se&gkan nilai X2tabel sebesar 3,84 dengan demikian nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara tulang punggung keluarga dengan kejadian kelainan refraksi

Pembahasan Jarak berpengaruh trhdp kelainan refraksi Jarak pan&g berpengaruh trhdp kelainan refraksi. Salah satu faktor yg berpengaruh dlm perkembangan kelainan refraksi adalah aktivitas melihat dekat atau nearwork. adanya kemajuan teknologi & telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video game & pekerjaan, secara tdk langsung jg akan meningkatkan aktivitas melihat dekat.

Hasil pengujian chi-square bahwa nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara jarak mata benda dengan kejadian kelainan refraksi. Sehingga hipotesis pertama diterima. dlm penelitian Indah (2010) lama kerja tdk berhubungan bermakna dengan kelainan refraksi, karena kisarannya sangat sempit, yaitu 6,87,2 jam. bs dikatakan semua pekerja mempunyai lama kerja yg sama jumlah jam kerja per harinya, sehingga hasil uji statistik tdk menunjukkan kemaknaan.

Lama kerja berpengaruh trhdp kelainan refraksi Lama kerja berpengaruh trhdp kelainan refraksi. rata-rata lama melakukan aktivitas jarak dekat setelah 4 jam kerja jarak dekat yg terus-menerus per hari dapat menyebabkan kelaian refraksi. Hasil pengujian chi-square bahwa nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara lama kerja dengan kejadian kelainan refraksi. Sehingga hipotesis kedua diterima.

pd saat melihat benda dengan jarak yg dekat dlm waktu yg lama menyebabkan bola mata mendapat tekanan otot yg berkepanjangan. Hal ini menyebabkan sumbu bola mata semakin memanjang, sehingga titik fokus baygan yg dibentuk jatuh semakin jauh didepan retina, sehingga derajat kelainan refraksi yg diderita akan bertambah. Setiap 1 jam melihat benda dengan jarak dekat dapat berpengaruh trhdp meningkatnya derajat kelaian refraksi hingga 24 %

Usia berpengaruh trhdp kelainan refraksi Usia berpengaruh trhdp kelainan refraksi. pd pasien dengan kelainan refraksi sebaiknya diberikan kacamata yg memberikan pengihatan maksimal. Hal ini dilakukan utk memberikan istirahat pd mata. Dengan melumpuhkan otot akomodasi maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamata pd saat mata tersebut beristirahat. Hasil pengujian chi-square bahwa nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara usia dengan kejadian kelainan refraksi. Sehingga hipotesis ketiga diterima. Hasil dari penelitian Indah (2010) dapatkan bahwa Usia kurang dari 30 thn lebih beresiko 1.04 kali terkena kelainan refraksi dibandingakan dengan usia lebih dari 30 thn pd penjahit sepatu

Upah berpengaruh trhdp kelainan refraksi Upah berpengaruh trhdp kelainan refraksi. Tingkat penghasilan yg dimiliki mempunyai pengaruh yg kuat pd perilaku. Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yg biasanya dilakukan oleh kepala keluarga utk mendapatkan suatu penghasilan dlm memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan & penghasilan diharapkan seseorang akan memiliki perilaku yg baik pula. Penelitian Darubekti (2001) menyatakan bahwa masyarakat desa lebih mendahulukan obat tradisional utk mengobati keluhan-keluhan ringan, karena obat modern sulit dijangkau & keterbatasan pendapatan masyarakat.

Hasil pengujian chi-square bahwa nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara upah dengan kejadian kelainan refraksi. Sehingga hipotesis keempat diterima Sumber biaya kesehatan jg mempengaruhi perilaku sehat seseorang, seseorang yg memiliki asuransi kesehatan lebih sering memeriksakan dirinya ke dokter karena merasa kesehatannya telah dijamin oleh pihak asuransi.

Jamsostek berpengaruh trhdp kelaian refraksi Jamsostek berpengaruh trhdp kelaian refraksi. Sekitar 64% masyarakat menggunakan asuransi kesehatan (askin, askes, jamkesmas, jamsostek & asuransi dari kantor/ swasta) utk membayar RS. Ini berarti masyarakat telah memahami & mempergunakan asuransi dlm pembiayaan perawatan rumah sakit. Sesuai dengan pernyataan bahwa seseorang yg memiliki asuransi kesehatan lebih sering memeriksakan kesehatan dirinya ke dokter karena telah dijamin sepenuhnya oleh pihak asuransi. Sebagian besar masyarakat berpendapatan rendah sangat memanfaatkan dengan baik asuransi kesehatan sebagai sumber biaya berobat. Hasil pengujian chi-square bahwa nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara jamsostek dengan kejadian kelainan refraksi. Sehingga hipotesis kelima diterima. Di sisi lain orang yg memiliki asuransi tetapi mereka tdk pernah menggunakan asuransi tersebut, disebabkan prosedur dlm menggunakan asuransi kesehatan yg dinggap terlalu rumit & mereka lebih memilih berobat dengan &a pribadi.

Tanggungan dlm keluarga berpengaruh trhdp kelainan refraksi Tanggungan dlm keluarga berpengaruh trhdp kelainan refraksi. Derajat kesehatan masyarakat miskin yg msh rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses trhdp pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tdk adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal, daya jangkau pelayanan operasi yg msh rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, ketersediaan tenaga & fasilitas kesehatan mata yg msh terbatas Hasil pengujian chi-square bahwa nilai X2hitung lebih besar dari X2tabel maka dinyatakan terdapat hubungan yg signifikan antara tanggungan dlm keluarga dengan kejadian kelainan refraksi. Sehingga hipotesis keenam diterima. Penjaminan asuransi kesehatan penduduk miskin trhdp pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dlm UUD 1945, sejak thn 2005 telah diupayakan utk mengatasi hambatan & kendala tersebut, melalui pelaksanaan kebijakan program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin.

KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan Terdapat pengaruh positif variabel jarak pan&g trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg Terdapat pengaruh positif variabel lama kerja trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg Terdapat pengaruh positif variabel usia trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg Terdapat pengaruh positif variabel upah trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg Terdapat pengaruh positif variabel jamsostek trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg Terdapat pengaruh positif variabel tanggungan dlm keluarga trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg

Saran Jarak pan&g trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg, sehingga hendaknya jarak pan&g karyawan dengan benda lebih dari 30 cm dlm bekerja Lama kerja trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg sehingga perlu dilakukan sosialisasi kepd karyawan bahwa tiap 2 jam setelah melihat benda dekat, karwayan perlu mengistirahatkan mata sekitar 15 menit Usia trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg, sehingga perusahaan perlu memberikan perhatian kepd karyawan utk memeriksaan kesehatan mata secara rutin,

Upah berpengaruh trhdp kelainan refraksi karyawan di PT. INDOKORES pbg , sehingga seharunya perusahaan bs memberikan upah perbulan menurut UMR (Upah Minimum Regional) Jamsostek berpengaruh trhdp kelainan refraksi di PT. INDOKORES pbg , sehingga hendaknya seluruh karyawan yg berada di PT. INDOKORES diikutkan dlm asuransi jamsostek. Tanggungan dlm keluarga berpengaruh trhdp kelainan refraksi di PT. INDOKORES pbg , sehingga perusahaan sehrsnya memberikan himbauan kepd karyawannya utk ikut berpartisipasi dlm keluarga berencana.

You might also like