You are on page 1of 3

Perda K3 Kota Bandung (Perda No.

11 tahun 2005)
Penerapan Perda K3 di Bandung

Fine atau Delapan-Enam Saja...


JANGAN kaget jika nanti ada julukan baru, Bandung is a fine city. Ungkapan itu sebenarnya milik negara tetangga Singapura yang di kaus-kaus biasanya disertai gambar segala bentuk larangan plus denda. Singapura yang fine (tertib) dibangun dengan sistem fine (denda) yang ketat. Di Bandung, peraturan daerah yang mengatur sistem denda mulai diterapkan secara bertahap hari ini. Lantas, Bandung akan menjadi tertib? Tunggu dulu...

Seorang pria berperawakan sedang dengan santai menyeberangi Jln. Wastukancana tepat di hadapan Masjid Al-Ukhuwah. Padahal, beberapa meter di sebelah kirinya berdiri jembatan penyeberangan orang (JPO) dan di sebelah kanannya terdapat zebra cross. Santai aja. Toh yang lain juga nyebrang di sini nggak apa-apa, katanya. Wahyu mengaku tahu soal Perda No. 11 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3). Perda yang disahkan beberapa bulan lalu itu mengatur seluksemeluk kehidupan masyarakat Kota Bandung. Mulai dari menyeberang, naik-turun angkutan umum, mencuci mobil, membuang sampah, memasang polisi tidur, mengamen, mengelap mobil, hingga menjajakan cinta diatur di dalamnya. Denda maksimum bervariasi antara Rp 250 ribu hingga Rp 50 juta. Tertangkap basah menjadi penumpang becak di tempat yang salah, misalnya, Anda harus menyiapkan Rp 250 ribu. Menurut Wali Kota Bandung Dada Rosada, pembebanan biaya paksa itu bukan untuk pendapatan asli daerah. Namun agar memberikan efek jera. Siapapun pasti akan jera jika harus merogoh kocek Rp 250 ribu gara-gara menyeberang jalan ti dak pada tempatnya atau menjadi penumpang becak. Deretan sanksi berupa pembebanan biaya paksaan merupakan salah satu hal yang membedakan Perda No. 11 tahun 2005 dengan Perda K3 sebelumnya yakni Perda No. 06 tahun 1995. Perda ini memang baru akan berlaku efektif--dengan penerapan denda--tepat satu tahun setelah disahkannya pada 8 April 2005 lalu. Saat itu namanya masih Perda No. 03. Kemudian diubah pada 28 Oktober 2005 menjadi Perda No. 11 dengan menambahkan poin sanksi pidana dan denda. Penambahan isi ini rupanya sejalan dengan sederet hal yang harus dipersiapkan pemerintah kota dalam menegakkan perda. Sarana dan prasarana, petunjuk pelaksanaan (juklak) juga aparat penegak perda masih digodok dan jauh dari matang. Beberapa pasal dalam Perda K3 perlu sarana. Jembatan penyeberangan, zebra cross, tempat pemberhentian angkot, tempat sampah dan ruangan khusus merokok dalam kondisi sangat terbatas, bahkan di kawasan balai kota sekalipun.

Di lingkungan balai kota, tidak ada ruangan khusus merokok. Pemkot hanya menyediakan papan bertuliskan kawasan boleh merokok disertai tempat sampah kayu berbentuk kubus sebagai asbak di lorong-lorong ruangan kantor. Serupa benar dengan yang tampak di gedung DPRD. Para wakil rakyat yang terhormat masih merokok di dalam ruangan komisi dan fraksi yang ber-AC. Tak ada larangan tegas untuk merokok. Yang terpasang hanya bingkai bertuliskan Terima kasih untuk tidak merokok. Padahal, merokok di tempat umum dan tempat kerja dapat terkena biaya paksa hingga Rp. 5 juta. Nah! Pengadaan ruangan khusus untuk merokok juga baru akan diajukan Komisi A kepada pimpinan dewan. Setelah ruangan itu ada, Ketua Komisi A, Riantono berjanji, tak ada lagi yang boleh merokok di lobi dan ruangan ber-AC termasuk tamu dan wartawan. Tapi, itu baru janji. Larangan merokok tampaknya jadi perhatian banyak kalangan. Maklum, sekira 30 ejabat pemkot adalah perokok aktif. Hal itu jelas terlihat terutama pada berbagai kegiatan seremonial di ruangan ber-AC, banyak kepala dinas yang meninggalkan tempat untuk mengepulkan asap putih dari mulutnya. Sarana lainnya yang diperlukan dalam penegakan perda ini adalah shelter pemberhentian angkot, agar mereka juga tak kena biaya paksa Rp. 250 ribu. Tapi, anggaran untuk itu menurut Kadishub Timbul Butar-butar baru diajukan dalam APBD 2006. Itu pun bukan untuk pembuatan shelter, hanya rambu-rambu bergambar mobil. Artinya, hanya di tempat itulah angkot boleh berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Jadi, kita masih harus menunggu untuk memiliki 600 titik rambu-rambu pemberhentian angkot di sejumlah jalur jalan. Itu pun jika anggaran Rp. 400 juta yang diajukan Dishub mendapat persetujuan DPRD! Perangkat penting berupa petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis, sampai menjelang pergantian tahun belum tersedia. Kabag Hukum yang baru dilantik, Erik Attaurik, mengaku belum menerima pengajuan draft tersebut dari Satpol PP. Selaku penegak perda, Satpol PP memang punya kewenangan untuk menyusun draft berisi penjelasan rinci dan teknis soal pelaksanaan Perda K3 termasuk tata cara pengenaan biaya paksa. Juklak itu, ungkap Kasatpol PP Priana Wirasaputra, sedianya mengatur titik-titik penyeberangan, pemberhentian angkot bahkan penjelasan istilah teknis dalam perda. Namun, baik Erik maupun Priana sepakat bahwa Perda K3 tetap bisa dilaksanakan sebelum SK Wali Kota soal juklak dan juknis ditetapkan. Artinya, masa simulasi dan sosialisasi tetap akan dimulai pada Januari 2006 untuk menyongsong penerapan penuh, April mendatang. Simulasi dilakukan dengan menempatkan Satpol PP di pusat kota untuk mengingatkan warga akan penegakan hukum Perda K3. Pusat inti kota dianggap kawasan yang sudah lengkap sarana dan prasarananya.

Simulasi ini diperlukan tak hanya bagi warga, tapi juga petugas. Kesiapan dan konsistensi petugas tampaknya juga masih perlu dibenahi. Priana tak menyangkal peluang terjadinya delapan-enam atau penyelesaian damai dalam pelaksanaan perda. Konsistensi itu pula yang sempat dikhawatirkan Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan di hadapan para pejabat pemkot pada kegiatan penanaman pohon di Lapangan Tegallega. Komitmen penyusunan Perda K3 sudah selayaknya diikuti dengan konsistensi dan penegakkan sanksi. Setiap warga pasti menginginkan kotanya tertib, bersih dan indah, termasuk Wahyu. Tetapi, catatan konsistensi membuatnya terse- nyum. Ah, paling semangat awalnya saja. Ntar juga melempem lagi, katanya. Apalagi kalau bisa delapan-enam, kapan fine-nya? (wilda nurlianti/PR)***

untuk peraturan lebih detilnya bisa di lihat di sini . ya, mudah2an peraturan ini bisa membuat kota Bandung jadi makin tertib, soalnya makin lama, rasanya penduduk kota ini makin tidak mengindahkan peraturan...
WASSLAMU ALAIKUM WR.WB.

You might also like