You are on page 1of 24

Indonesia termasuk wilayah dunia yang memiliki hutan hujan tropis cukup luas.

Ini tentu saja erat kaitannya dengan iklim di Indonesia yang sangat mendukung terbentuknya biom tersebut. Biom ini terbagi menjadi beberapa subbiom sebagai berikut. 1) Hutan Hujan Pegunungan Tinggi Hutan hujan pegunungan tinggi terdapat di sebagian wilayah Sumatra, Sulawesi, Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ciri-ciri hutan hujan pegunungan tinggi sebagai berikut. 1. Terdapat pada ketinggian 1.5002.400 m dpl (meter di atas permukaan laut). 2. Jenis tumbuhannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan pegunungan rendah. 3. Biasanya pohon-pohonnya berdiameter lebih besar, daun-daunnya lebih kecil, dan tidak berakar papan. 4. Pohon-pohon yang paling umum dijumpai antara lain berangan/riung, waru batu/waru teja, dan cemara. 2) Hutan Hujan Pegunungan Rendah Ciri-ciri hutan hujan pegunungan rendah sebagai berikut. 1. Terdapat pada ketinggian 5001.500 m dpl. 2. Pohon-pohon riung/meranak dan petir membentuk atap hutan, sedang pohon-pohon rasamala serta cemara gunung merupakan pohon-pohon tertinggi yang menyeruak keluar dari atap hutan. 3. Tingkat variasi jenis tumbuhannya sangat kuat yang terdiri atas tiga tingkat, yaitu: tingkat pertama mencapai tinggi 3040 m dan ada yang tingginya 5060 m, tingkat kedua mencapai tinggi 1520 m, serta tingkat ketiga mencapai tinggi 510 m.

3) Hutan Tropika Dataran Rendah Hutan tropika dataran rendah juga sering disebut hutan keruing atau hutan lagan. Jenis hutan ini mempunyai flora yang paling kaya dan beraneka ragam jika dibandingkan dengan jenisjenis hutan lainnya di dunia. Hutan tropika dataran rendah di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hutan tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia dan hutan tropika dataran rendah di kawasan timur Indonesia. Hutan tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia didominasi oleh suku keruing dengan banyak jenis dari marga mersawa, pohon kapur, balau, damar, meranti, dan giam. Sebanyak 70% dari jenis-jenis pohon tersebut berdiameter 4080 cm, 25% berdiameter 80120 cm, dan 4% berdiameter lebih dari 120 cm. 4) Hutan Subalpin Hutan subalpin juga disebut hutan kabut atau hutan berlumut. Hutan ini banyak terdapat di Papua di mana terdapat pegunungan yang tinggi. Ciri-ciri hutan subalpin sebagai berikut. 1. Terdapat pada ketinggian 2.4004.000 meter di atas permukaan laut. 2. Pohon-pohonnya rapat, tetapi rendah. Tinggi pohon berkisar antara 820 meter. 3. Jumlah jenis pohon sedikit dengan batang-batang yang membengkok dan diselimuti berjenis-jenis lumut. 5) Hutan Pantai

Juga dikenal sebagai formasi butun. Jenis hutan ini terdapat di dinding pantai di belakang pantai-pantai berpasir yang dihuni oleh biota pantai. Adapun ciri-ciri hutan pantai sebagai berikut. 1. Hutan ini dihuni oleh berbagai jenis pohon butun seperti dadap, pandan laut, dan cemara laut. 2. Susunan tumbuhan hutan pantai di daerah-daerah yang basah serupa dengan di daerah kering musiman. 6) Hutan Kerangas Hutan kerangas terdapat pada tanah-tanah podsol dari pasir kuarsa yang miskin hara dan sangat masam, serta keadaan iklim yang sama dengan hutan hujan dataran rendah. Akan tetapi, struktur fisiognomi dan floranya berbeda dari hutan hujan dataran rendah. Adapun ciriciri hutan kerangas sebagai berikut. 1. Pohon-pohonnya kerdil dan jarang serta atapnya terbuka, sedangkan jenis tumbuhan di bawahnya rapat dan berkayu. 2. Tumbuhan yang dominan adalah jenis jambu. Jenis-jenis pohon utama lainnya adalah cemara, perepat darat, blangeran, giam padi, giam tembaga, gerunggang, melur, melur tali, sekel, dan damar. Jenis-jenis perdu dan herba juga terdapat pada hutan ini. Hutan kerangas terdapat di Pulau Bangka, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua. 7) Hutan Batu Kapur Hutan batu kapur terdapat pada areal sempit dengan habitat dan floranya yang khas. Pada hutan ini terdapat jenis-jenis flora endemik (hanya terdapat di tempat-tempat tertentu) dan langka. Hutan pada Batu Ultrabasik Terdapat di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Tanahnya berasal dari serpentinit dan mengandung unsur besi (Fe) serta magnesium (Mg) tinggi, tetapi kandungan silikonnya (Si) rendah. Selain itu, juga mengandung unsur-unsur lain yang merupakan racun bagi tanaman dalam jumlah banyak, terutama nikel, kobalt, dan kromium. Jenis tumbuhannya bervariasi, mulai dari semak-semak yang terbuka sampai pohon-pohon yang tinggi dan rapat. Susunan tumbuhannya dapat sangat lain (merambat dengan batang berkayu panjang) atau mirip dengan hutan pada tanah-tanah yang lain.
Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya, invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang. 1. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia.Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi.

Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan

lewat lubang nefridiofora ini.

2. Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska Anelida dan molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir. Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, d isebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.

Bagian akhir dari gelembung. Kem

saluran

yang

berliku-liku

ini

akan

membesar

seperti

udian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar. Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. 3. Alat Ekskresi pada Belalang Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.

Diposkan oleh Nop_NoP di 4/03/2010 0 komentar

30 Maret 2010
ciri-ciri Morfologi Invertebrata

1. Hewan Berpori (Porifera) Tubuh hewan berpori terdiri atas banyak sel, tetapi belum ada saraf dan otot. Didalam terdapat sel-sel berbulu cambuk, sel tersebut gunanya untuk menyerap makanan yang larut bersama air yang melewatinya. Hewan itu disebut spon. Contoh : Ascetta.

2. Hewan Berongga (Coelenterata) Dalam siklus hidupnya pada umumnya Coelentarata mempunyai dua bentuk tubuh, yaitu Polip

dan Medusa. Polip adalah bentuk kehidupan Coelentarata yang menempel pada tempat hidupnya. Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel. Polip yang membentuk koloni memiliki beberapa macam bentuk (polimorfisme). Misalnya yang berbeda fungsinya yakni ada polip untuk pembiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip untuk makan yakni gastrozoid. Medusa adalah bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut atau seperti lonceng yang dapat berenang bebas. Setiap hewan Coelentarata mempunyai rongga gastrovaskuler. Rongga gastrovaskuler Coelentarata bercabang-cabang yang dipisahkan oleh septum/penyekat dan belum mempunyai anus. Reproduksi atau perkembangbiakan dapat dilakukan secara aseksual dan

seksual.

3. Platyhelminthes a. Bilateral simetris, dinding badan terdiri atas 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm, dan entoderm, tubuh tidak bersegment, pipih. b. Epidermis lunak dan bercillia, atau tertutup oleh cuticula dan dengan alat penghisap atau kait untuk melekatkan diri pada hospes. c. Tidak mempunyai skeleton, systema cardiovasculare, alat respirasi.

4. Nemathelminthes

Berbentuk bulat panjang atau cylindris, atau filiform, dengan ujungnya bulat atau berbentuk conus; bilateral symetris, tidak bersegment-segment. Rongga badan sudah ada, tetapi belum merupakan rongga yang sebenarnya atau celom, yang dibatasi oleh mesoderm sehingga disebut pseudocela. 5. Annelida

cacing-cacing yang termasuk kedalam phylum ini, tubuhnya bersegment-segment. Hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air tawar. Annelida disamping tubuhnya bersegment-segment, juga tertutup oleh cuticula yang merupakan hasil secresi dari epidermis, sudah mempunyai systema nervosum, systema cardiocvasculare tertutup , dan sudah ada rongga badan (celom),

6. Arthrophoda Hewan-hewan yang tercakup dalam phylum Arthropoda memiliki anggota badan atau extremitas yang bersendi-sendi. Segment tubuhnya umumnya tidak sama, hal ini disebut segmentasi heteronom. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang phyllum arthrophoda perlu ditinjau beberapa species yang dapat mewakilinya yaitu Cambarus (Crustaceae) dan Periplaneta sp (Insecta).

7. Mollusca Tubuhnya lunak, tidak berbuku-buku dan kaya kelenjar lendir. Ada 3 golongan hewan lunak. Kerang, ikan dan cumi-cumi, dan siput.

a. Amphineura, tubuh simetris bilateral sering dikenal dengan sebuah exoskeleton yang disusun dari delapan buah lembaran-lembaran transversal dari bahan kapur atau calcium carbonat, dan sejumlah pasangan-pasangan lembaran insang. b. Gastropoda, tubuh asimetris dan biasanya exoskleton terputar seperti spiral, contoh Achatina fulica, Helix pomatia, Lymnea stagnalis. c. Schapoda, memiliki exoskleton dan pallium yang menyerupai tabung, contoh : Dentallium entale. d. Cephalopoda, tubuh symetris bilateral, memiliki lengan-lengan yang dilengkapi dengan alat penghisap, dan memiliki systema nervosum yang sudah berkembang. contoh Nautilus pompilius, Octopus biardi, Sepia officinalis. 8, Echinodermata a. susunan radial dari baguan-bagian tubuh b. skleton dibuat dari CaCo3, merupakan laminae atau merupakan spicula c. kebanyakan, pada daratan badan terdapat tuberculla atau

spinae (echinos = berduri, derma = kulit). d. celom yang besar, yang terjadi dari penonjolan archenteron pada waktu embryo. e. mempunyai sistema ambulacrale sebagai alat gerak (ambulacrum = tempat berjalan-jalan).

Diposkan oleh Nop_NoP di 3/30/2010 2 komentar

Invertebrata
Invertebrata atau Avertebrata adalah sebuah istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil, amfibia, burung, dan mammalia. Contoh invertebrata adalah serangga, ubur-ubur, hydra, cumi-cumi, dan cacing. Invertebrata mencakup sekitar 97 persen dari seluruh anggota kingdom Animalia.

1. Pengertian Hewan Invertebrata adalah yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata.

1. Platyhelminthes
Alat ekskresi Platyhelminthes seperti pada Planaria berupa sel-sel berambut getar. Karena rambut getar ini tampak seperti nyala api , maka sel-sel ini dinamakan flame cell (sel api). Cairan tubuh disaring di dalam flame cell dan zat-zat sisa diserap kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui lubang-lubang yang terdapat pada permukaan tubuh.

2. Annelida
Annelida sudah mempunyai alat ekskresi khusus, yaitu berupa nefridia yang terdapat pada setiap segmen tubuh. Pada setiap segmen terdapat sepasang nefridia. Nefridia ini dilengkapi dengan corong terbuka dan bersilia yang disebut nefrostom yang terdapat pada setiap sekat pemisah segmen. Nefrostom berfungsi menarik dan mengambil cairan tubuh. Pada saat cairan melalui nefridia, zat-zat yang berguna diserap darah dan zat sisa, seperti air, senyawa nitrogen, dan garamgaram yang tidak diperlukan oleh tubuh ditampung dalam kantong kemih. Zat sisa tersebut kemudian dikeluarkan melalui nefridiofor (lubang nefridium). Contoh Annelida yang mudah kita temui yaitu cacing tanah. Cacing tanah mengeluarkan urine per hari sebesar 60% dari berat tubuh.

3. Insecta
Pada Insecta seperti kecoak dan belalang, alat ekskresinya berupa buluh halus berwarna kekuningan yang disebut pembuluh Malpighi. Pembuluh Malpighi berfungsi membuang urea, asam urat, dan garam-garam dari darah ke usus. Jumlah pembuluh Malpighi bervariasi. Pembuluh ini berhubungan dengan saluran usus pada perbatasan usus tengah dengan usus belakang. Zat-zat sisa metabolisme diserap dari cairan jaringan oleh pembuluh Malpighi dan membentuk kristal asam urat. Asam urat ini masuk ke usus belakang yang akhirnya keluar bersama feses. Sebagian zat sisa yang mengandung nitrogen digunakan untuk membentuk kitin pada eksoskeleton dan dapat diekskresikan pada waktu pengelupasan kulit (molting)

4. Pisces
Alat-alat pengeluaran ikan berupa sepasang ginjal opistonefros yang merupakan tipe ginjal paling primitif. Pada ginjal opistonefros, tubulus bagian anterior telah lenyap, beberapa tubulus bagian tengah berhubungan dengan testis, serta terdapat konsentrasi dan pelipatgandaan tubulus di bagian posterior. Mekanisme ekskresi ikan yang hidup di air tawar berbeda dengan ikan yang hidup di air laut. Ikan yang hidup di air tawar, mengekskresi amonia dan aktif menyerap ion anorganik melalui insang serta mengeluarkan urine dalam jumlah besar. Sebaliknya, pada ikan yang hidup di laut mengekskresikan sampah nitrogen berupa trimetilamin oksida (TMO) yang memberi bau khas ikan laut, menghasilkan ion-ion lewat insang, serta mengeluarkan urine sedikit. Ginjal ikan air laut tidak memiliki glomerulus. Akibatnya, tidak terjadi ultrafiltrasi di ginjal dan pembentukan urine sepenuhnya oleh sekresi garam-garam dan TMO yang berkaitan dengan osmosis air. Perhatikan Gambar 8.16 dan Gambar 8.17 untuk mengetahui perbedaan mekanisme ekskresi ikan air tawar dan ikan air laut.

Reaksi oksidatif Deaminasi


Pendahuluan: Deaminasi juga merupakan reaksi oksidatif yang terjadi pada kondisi aerobik di semua jaringan tetapi terutama hati. Selama deaminasi oksidatif, asam amino diubah menjadi asam keto yang sesuai dengan penghapusan kelompok fungsional amina sebagai amonia dan gugus fungsional amina digantikan oleh kelompok keton. Amonia akhirnya masuk ke dalam siklus urea. Deaminasi oksidatif terjadi terutama pada asam glutamat karena asam glutamat merupakan produk akhir dari reaksi transaminasi banyak. Dehidrogenase glutamat adalah allosterically dikendalikan oleh ATP dan ADP. ATP bertindak sebagai inhibitor, sedangkan ADP adalah penggerak. Link ke: transaminasi dan Deaminasi (memindahkan kursor ke panah) Jim Hardy, Profesor Kimia, University of Akron.

Klik untuk perbesar gambar Peran sentral untuk Asam glutamat: Rupanya kebanyakan asam amino dapat deaminasi tapi ini merupakan reaksi signifikan hanya untuk asam glutamat. Jika ini benar, maka bagaimana asam-asam amino lainnya deaminasi? Jawabannya adalah bahwa kombinasi dari transaminasi dan deaminasi dari asam glutamat terjadi yang merupakan jenis daur ulang reaksi untuk asam glutamat. Asam amino yang asli kehilangan gugus amina dalam proses. Urutan reaksi umum ditunjukkan di sebelah kiri.

Klik untuk perbesar gambar Sintesis Asam Amino Baru: Reaksi yang sama bekerja secara terbalik untuk sintesis asam amino. Dalam situasi ini alfaketoglutarat asam pertama menggunakan transaminasi asam amino yang berbeda untuk membuat asam glutamat, yang kemudian bereaksi dengan asam keto untuk membuat asam amino baru. Akibatnya, interkonversi alfa-ketoglutarat asam dan asam glutamat terletak di jantung metabolisme nitrogen. Molekul-molekul ini berfungsi sebagai "pengumpulan dan menerima agen" untuk nitrogen. Nasib selanjutnya dari kelompok amino dalam asam amino baru, setiap basa nitrogen, atau senyawa yang mengandung nitrogen lainnya.

Siklus Urea
Sebelumnya tercatat bahwa glutaminase ginjal bertanggung jawab untuk mengkonversi glutamin kelebihan dari hati ke amonium urin. Namun, sekitar 80% dari nitrogen diekskresikan dalam bentuk urea yang juga sebagian besar dibuat di hati, dalam serangkaian reaksi yang didistribusikan antara matriks mitokondria dan sitosol. Rangkaian reaksi yang membentuk urea dikenal sebagai Siklus Urea atau Siklus Krebs-Henseleit.

Diagram siklus urea. Reaksi dari siklus urea yang terjadi dalam mitokondria yang terkandung dalam persegi panjang merah. Semua enzim dalam warna merah, CPS-I fosfat sintetase-aku karbamoil, OTC transcarbamoylase ornithine. Klik pada nama enzim untuk pergi ke halaman deskriptif dari gangguan siklus urea disebabkan oleh kekurangan dalam enzim tertentu. Fitur penting dari reaksi siklus urea dan regulasi metabolisme mereka adalah sebagai berikut: Arginine dari makanan atau dari pemecahan protein yang dibelah oleh enzim arginase sitosol, urea dan ornitin menghasilkan. Dalam reaksi berikutnya dari siklus urea residu urea baru dibangun pada ornitin, arginin regenerasi dan mengabadikan siklus. Ornithine timbul di sitosol diangkut ke matriks mitokondria, di mana ornithine transcabamoylase mengkatalisis kondensasi ornithine dengan fosfat karbamoil, memproduksi citrulline. Energi untuk reaksi disediakan oleh anhidrida energi tinggi karbamoil fosfat. Produk, citrulline, kemudian diangkut ke sitosol, di mana reaksi sisa siklus berlangsung. Sintesis dari citrulline memerlukan aktivasi terlebih dahulu dari karbon dan nitrogen sebagai karbamoil fosfat (CP). Langkah aktivasi membutuhkan 2 ATP dan setara enzim matriks mitokondria karbamoil fosfat sintetase-I (CPS-I). Ada dua sintetase CP: enzim mitokondria,

CPS-aku, yang membentuk CP ditakdirkan untuk dimasukkan dalam siklus urea, dan CP sitosolik synthatase (CPS-II), yang terlibat dalam biosintesis nukleotida pirimidin . CPS-I positif diatur oleh acetylglutamate N-efektor alosterik, sedangkan enzim sitosol adalah acetylglutamate independen. Dalam reaksi 2-langkah, dikatalisasi oleh sintetase argininosuccinate sitosolik, citrulline dan aspartat dikondensasikan untuk membentuk argininosuccinate. Reaksi ini melibatkan penambahan AMP (dari ATP) ke karbonil amido dari citrulline, membentuk perantara diaktifkan pada permukaan enzim (AMP-citrulline), dan penambahan selanjutnya aspartat untuk membentuk argininosuccinate. Arginin dan fumarat yang dihasilkan dari argininosuccinate oleh liase argininosuccinate enzim sitosol (juga disebut argininosuccinase). Pada langkah terakhir dari siklus urea arginase memotong dari arginin, ornitin sitosolik regenerasi, yang dapat diangkut ke mitokondria matriks untuk putaran lain sintesis urea. Para fumarat, yang dihasilkan melalui tindakan arginiosuccinate liase, yang dikonversi ke aspartat untuk digunakan dalam reaksi sintetase argininosuccinate. Ini terjadi melalui tindakan versi sitosol dari siklus TCA enzim, fumarase (yang menghasilkan malat) dan dehidrogenase malat (yang menghasilkan oksaloasetat). Oksaloasetat ini kemudian transaminated untuk aspartat oleh AST. Dimulai dan diakhiri dengan ornitin, reaksi siklus mengkonsumsi 3 setara ATP dan total 4 fosfat energi tinggi nukleotida. Urea adalah senyawa hanya baru yang dihasilkan oleh siklus; semua intermediet lain dan reaktan didaur ulang. Energi yang dikonsumsi dalam produksi urea lebih dari ditemukan oleh pelepasan energi yang terbentuk selama sintesis dari intermediet siklus urea. Amonia yang dilepaskan selama reaksi glutamat dehidrogenase digabungkan untuk pembentukan NADH. Selain itu, ketika fumarat diubah kembali menjadi aspartat, malat dehidrogenase reaksi digunakan untuk mengkonversi oksaloasetat malat untuk menghasilkan satu mol NADH. Kedua mol NADH, dengan demikian, teroksidasi dalam mitokondria menghasilkan 6 mol ATP. Pada eukariota, siklus urea (bahasa Inggris: urea cycle, ornithine cycle) merupakan bagian dari siklus nitrogen, yang meliputi reaksi konversi amonia menjadi urea. Siklus ini ditemukan pertama kali oleh Hans Krebs dan Kurt Henseleit pada tahun 1932. Pada mamalia, siklus urea terjadi di dalam hati, produk urea kemudian dikirimkan ke organ ginjal untuk diekskresi. Dua jenjang reaksi pada siklus urea terjadi di dalam mitokondria.[2] Ringkasan reaksi siklus urea adalah:[3]

[sunting] Amonia
Amonia merupakan produk dari reaksi deaminasi oksidatif yang bersifat toksik. Pada manusia, kegagalan salah satu jenjang pada siklus urea dapat berakibat fatal, karena tidak terdapat lintasan alternatif untuk menghilangkan sifat toksik tersebut selain mengubahnya menjadi urea. Defisiensi enzimatik pada siklus ini dapat mengakibatkan simtoma hiperamonemia yang dapat berujung pada kelainan mental, kerusakan hati dan kematian. Sirosis pada hati yang diakibatkan oleh konsumsi alkohol berlebih terjadi akibat defisiensi enzim yang menghasilkan Sarbamil fosfat pada jenjang reaksi pertama pada siklus ini. Ikan mempunyai rasio amonia yang rendah di dalam darah, karena amonia diekskresi sebagai gugus amida dalam senyawa glutamina. Reaksi hidrolisis pada glutamina akan menkonversinya menjadi asam glutamat dan melepaskan gugus amonia. Sedangkan manusia hanya mengekskresi sedikit sekali amonia, yang dikonversi oleh asam di dalam urin menjadi ion NH4+, sebagai respon terhadap asidosis karena amonia memiliki

kapasitas seperti larutan penyangga yang menjaga pH darah dengan menetralkan kadar asam yang berlebih.

[sunting] Urea
Urea merupakan zat diuretik higroskopik dengan menyerap air dari plasma darah menjadi urin. Kadar urea dalam darah manusia disebut BUN (bahasa Inggris: Blood Urea Nitrogen). Peningkatan nilai BUN terjadi pada simtoma uremia dalam kondisi gagal ginjal akut dan kronis atau kondisi gagal jantung dengan konsekuensi tekanan darah menjadi rendah dan penurunan laju filtrasi pada ginjal. Pada kasus yang lebih buruk, hemodialisis ditempuh untuk menghilangkan larutan urea dan produk akhir metabolisme dari dalam darah. Pada hewan seperti burung dan reptil yang harus mencadangkan air di dalam tubuhnya, nitrogen diekskresi sebagai asam urat yang bersenyawa dengan sedikit kandungan air. Sedang pada manusia, asam urat tidak disintesis dari amonia, melainkan dari adenina dan guanina yang terdapat pada berbagai nukleotida. Asam urat biasanya diekskresi dalam jumlah sedikit, melalui urin. Kadar asam urat dalam darah dapat meningkat pada penderita gangguan ginjal dan leukimia. Bentuk garam dari asam urat dapat mengendap menjadi batu ginjal maupun batu kemih. Pada artritis, endapan garam dari asam urat terjadi pada tulang rawan yang terdapat pada persendian.

[sunting] Jenjang reaksi


Sarbamil fosfat sintetase, sebuah enzim, merupakan katalis pada reaksi dengan substrat NH3, CO2 dan ATP menjadi sarbamil fosfat,

yang kemudian diaktivasi oleh asam N-asetilglutamat yang terbentuk dari asam glutamat dan asetil-KoA dengan enzim N-asetilglutamat sintetase. N-asetilglutamat merupakan regulator yang penting dalam ureagenesis selain arginina, kortikosteroid dan protein yang lain. Reaksi kondensasi yang terjadi pada ornitina lantas memicu konversi sarbamil fosfat menjadi sitrulina dengan bantuan enzim ornitina transarbamilase. Kemudian sitrulina dilepaskan dari dalam matriks menuju sitoplasma, dan kondensasi terjadi dengan asam aspartat dan enzim argininosuksinat sintetase, membentuk asam argininosuksinat, yang kemudian diiris oleh argininasuksinat liase menjadi asam fumarat dan arginina. Asam fumarat akan dioksidasi dalam siklus sitrat di dalam mitokondria, sedangkan arginina akan teriris menjadi urea dan ornitina dengan enzim arginase hepatik. Baik argininosuksinat liase maupun arginase diinduksi oleh rasa lapar, dibutiril cAMP dan kortikosteroid.

Sistem Ekskresi pada Vertebrata


Alat ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal. Struktur ginjal yang paling primitive pada vertebrata disebut akrinefros atau holonefros. Pada prinsipnya, terdapat beberapa ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada fase embrio atau larva. Selanjutnya pronefros akan berubah menjadi mesonefros, kemudian setelah hewan dewasa berubah lagi menjadi metanefros. Opistonefros terdapat pada kelompok hewan Anamniota (Cyclostomata, Pisces, dan Amfibi), sedangkan mesonefros terdapat pada fase embrio Amniota (Reptil, Aves, dan Mamalia). Namun setelah dewasa, mesonefros ini berubah menjadi metanefros. Sistem Ekskresi pada Pisces

Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari:

Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O Kulit ; kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan gerak di dalam air. Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine. Pronefros, Ginjal pronefros adalah yang paling primitif, meski terdapat pada perkembangan embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan digantikan oleh mesonephros. Perkecualian pada ikanhagfish(Myxine) dan lamprey. Mesonefros Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio emniota.

Berkembang dua tipe ginjal pada ikan, yaitu;

Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah, tingkat kompleksitas, dan pada efisiensinya. Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan diameternya lebih besar dibandingkan dengan ikan laut. Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara khusus. Terdapat perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses eksresi. Keduanya memiliki cara yang berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan kadar garam di dalam tubuhnya. Air garam cenderung menyebabkan tubuh terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam rendah dapat menyebabkan naiknya konsentrasi garam tubuh. Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Beberapa ikan laut memiliki kelenjar eksresi garam pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan garam. Ginjal berfungsi untuk menyaring sesuatu yang terlarut dalam air darah dan hasilnya akan dikeluarkan lewat korpus renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Hasil yang hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan yang lain, diabsorpsi lagi ke dalam aliran darah. Korpus renalis lebih besar pada ikan air tawar daripada ikan air laut, sehingga cairan tubuh tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga over dilusi (agar cairan tubuh tidak terlalu encer). Elasmobranchii, tidak seperti kebanyakan ikan air laut, memiliki korpus renalis yang besar dan mengeluarkan air relatif banyak, seperti pada ikan air tawar. Bangunan seperti kantung kemih pada beberapa jenis ikan hanya untuk penampung urine sementara, dan umumnya hanya berupa perluasan dari bagian akhir duktus ekskretori. OSMOREGULASI Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga prosesproses fisiologis tubuhnya berfungsi normal.

Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui: - ginjal - kulit - membran mulut

Osmoregulasi pada ikan air tawar

Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable (kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi air yang tinggi.

Osmoregulasi pada ikan air laut

Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan minumair laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air.

Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air tawar. Sistem Ekskresi pada Amfibi

Alat ekskresi pada katak ialah ginjal opistonefros yang dihubungkan dengan ureter di vesika urinaria. Berwarna merah kecokelatan serta terletak di kanan dan kiri tulang belakang. Alat ekskresi lainnya ialah kulit, paru-paru, dan insang. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnya bersatu, sedangkan katak betina tidak. Saat mengalami metamorfosis, amfibi mengubah ekskresi amonia menjadi urea. Hal ini terjadi saat larva berubah jadi berudu dan hewan darat dewasa. Seperti halnya ikan, ginjal pada katak juga berperan dalam pengaturan kadar air dalam tubuh.

Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak air yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih untuk konservasi air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.

Sistem Ekskresi pada Reptil

Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru. Metanefros berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi utama saat stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berfungsi sebagai organ respirasi. Pada kura-kura betina, alat respirasinya juga berperan membasahi tanah yang dipersiapkan untuk pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih lunak dan mudah digali. Hasil ekskresi reptile adalah asam urat. Dibandingkan Amfibi, Reptil hanya menggunakan sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian sisa metabolisme diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun dalam bentuk pasta berwarna putih. Sisa air direabsorpsi oleh bagian tabung ginjal. Pada beberapa anggota Reptil, seperti buaya dan kura-kura air, selain mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan amonia. Khusus pada kura-kura laut terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut mata, sehingga sering terlihat seperti mengeluarkan air mata. Anggota lainnya, seperti ular, crocodilian, dan alligator tidak mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama feses. Sistem Ekskresi pada Aves

Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal burung lebih banyak dari mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1 ml kubik jaringan korteks burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal yang membentuk lengkung Henle kecil. Air dalam tubuh disimpan melalui reabpsorpsi di tubulus. Di dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang bercampur feses. Khusus pada burung laut, seperti camar, selain mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan garam. Hal ini disebabkan karena meminum air gram dan makan ikan laut yang banyak mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam di atas mata. Larutan garam mengalir ke rongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya garam menetes dari ujung paruh. Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki kelanjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.

EKSKRESI INVERTEBRATA
Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada hewan-hewan invertebrata belum terdapat system ekskresi namun sisa metabolisme tetap harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Oleh karena itu, hewan-hewan invertebrata memiliki alat maupun cara ekskresi sendiri. Pada umumnya, invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Sistem Ekskresi pada Protozoa Pengeluaran sisa metabolism dilakukan melalui membrane sel secara difusi. Protozoa mempunyai organel ekskresi berupa vakuola berdenyut (vakuola kontraktil) yang bekerja secara periodic serta berperan mengatur kadar air dalam sel. Sisa metabolism dikeluarkan bersamaan dengan pengeluaran air dari dalam tubuh.

Sistem Ekskresi pada Coelenterata dan Porifera Pengeluaran sisa metabolism yang terjadi berlangsung secara difusi, dari sel tubuh ke epidermis, kemudian ke lingkungan hidupnya yang berair. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih Pengeluaran sisa metabolism pada cacing pipih dan cacing pita dilakukan dengan solenosit yang disebut juga protonefridium atau sel api. Disebut sel api karena gerakannya menyerupai nyala api. Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Sel api menyerap sisa metabolism dari sel-sel disekitarnya, lalu mengalirkannya melalui cilia ke duktus ekskretorius. Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air. Sistem Ekskresi pada Annelida dan Molusca Anelida dan molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Alat ekskresi cacing tanah berupa sepasang metanefridium berbentuk tabung yang terdapat di setiap segmen tubuhnya. Ujung yang terdapat dalam segmen, terbuka dan berbentuk corong bersilia yang disebut nefrostom. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.Ujung lainnya yang bermuara keluar tubuh disebut nefridiofor. Pada nefrostom terdapat gulungan tubulus (tabung), dan terdapat bagian yang menggelembung; yang berfungsi mengeluarkan materimateri melalui nefridiofor. Disekitar gulungan tubulus nefrostom diselubungi pembuluhpembuluh darah yang membentuk jaringan. Materi-materi keluar dari cairan tubuh anterior menuju nefridium lewat nefrostom. Akan tetapi, beberapa materi penting (air dan makanan) diikat langsung oleh sel-sel pada gulungan tubulus dan menembus pembuluh darah disekitar tubulus yang kemudian disirkulasikan lagi. Saat cairan bergerak disepanjang tubulus, epithelium transport yang mengelilingi lubang tubulus memompa garam-garam esensial keluar dari tubulus. Garam yang dikeluarkan ini direabsorpsi oleh darah dalam kapiler pembuluh darah yang menyelubungi tubulus. Urin cacing tanah berbentuk cair dan setiap harinya dikeluarkan sebanyak 60% berat tubuhnya. Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi. Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi. Sistem Ekskresi pada Insekta Alat ekskresinya berbentuk buluh-buluh halus berwarna kekuning-kuningan yang disebut dengan tubulus Malpighi (buluh Malpighi). yaitu alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang berwarna

putih kekuningan , Buluh-buluh ini terikat pada ujung anterior usus belakang. Buluh Malpighi bagian ujung distal menyerap zat sisa metabolism dari cairan jaringan. Dari bagian ini, cairan masuk ke bagian proksimal pembuluh Malpighi dan membentuk Kristal asam urat yang kemudian masuk ke usus belakang danakhirnya keluar bersama feses. Sebagian zat sisa yang mengandung nitrogen dimanfaatkan untuk membentuk kitin pada eksoskleton (rangka luar) dan dapat ikut diekskresikan sewaktu molting (pengelupasan kulit). Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut. Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.

You might also like