You are on page 1of 8

1

Pemberdayaan Perpustakaan Lembaga Peradilan


disampaikan dalam
Sosialisasi Pemberdayaan Perpustakaan Di Lingkungan Mahkamah Agung Ri, Pengedilan Tingkat Banding Dan Pengadilan Tingkat Pertama Wilayah Hukum Jawa Barat, Bandung, 25 Mei 2010

Oleh: Agus Rusmana, Drs., M.A dosen Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fikom Unpad

Mengapa Pemberdayaan?
Perpustakaan adalah sebuah sistem pengelolaan dan layanan yang membantu seseorang untuk memperoleh data, informasi dan pengetahuan yang paling sesuai dengan kebutuhan data, informasi dan pengetahuan bagi orang tersebut. Dengan menggunakan jasa layanan data di perpustakaan maka orang akan memperoleh data yang sangat akurat dan pasti bernilai informasi yang selanjutnya akan bisa menjadi pengetahuan. Melalui pemanfaatan data dan informasi dari perpustakaan, seseorang dapat membuat keputusan atau memecahkan masalah dengan lebih tepat karena data dan informasi yang diberikan perpustakaan berasal dari sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan perkembangan teknologi informasi sekarang ini, tersedia sumber data yang luar biasa banyaknya dan jumlahnya hampir tidak terbatas. Hanya dengan sebuah laptop kecil yang terhubung ke Internet, jutaan data akan dengan cepat dan mudah diakses dan sekaligus dimiliki. Orang tidak perlu lagi pergi ke banyak tempat untuk mengakses dan mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Dari fenomena ini muncul anggapan bahwa dengan adanya Internet, peran perpustakaan dapat digantikan karena apapun yang ada di perpustakaan, Internet memilikinya dalam jumlah yang jauh lebih banyak. Tentu saja anggapan ini sangat keliru karena peran perpustakaan sama sekali tidak dapat digantikan oleh kehadiran Internet. Jika hanya diukur dari jumlah koleksi, perpustakaan akan kalah jauh oleh Internet. Begitupun mengenai kepraktisan akses koleksi. Tidak perlu ada prosedur peminjaman dan pengembalian koleksi. Namun jika kemudian dihadapkan pada pertanyaan: - Siapa yang bertanggung jawab pada isi koleksi? - Betulkah materi ini yang saya perlukan? - Tepatkan materi ini untuk profil seperti saya? - Siapa yang mampu memilihkan materi jika saya ingin pandai dalam suatu bidang? - Dapatkah saya mempercayai sumber materi yang saya baca?, hanya perpustakaan yang mampu menjawab dengan tepat. Internet dapat diibaratkan sebuah vacuum cleaner yang menghisap dan menyimpan apapun tanpa pilih-pilih, sedangkan perpustakaan hanya menyimpan materi yang sudah diseleksi dengan ketat dan dapat dipertanggung jawabkan serta bersumber dari pihak yang terpercaya. Masalahnya sekarang adalah pengetahuan masyarakat tentang kelebihan perpustakaan dibanding Internet sangatlah sedikit. Masyarakat lebih tahu bahwa

2 Internet adalah sumber informasi yang paling lengkap sehingga sepantasnya dijadikan sumber utama apabila seseorang ingin belajar sesuatu atau mengambil sebuah keputusan atau memecahkan masalah. Pengetahuan rendah ini juga yang menyebabkan banyak perpustakaan yang ditinggalkan banyak pelanggannya sejak akses Internet mudah sekali didapat. Tentu saja kondisi ini tidak dapat dibiarkan agar fungsi dan peran perpustakaan yang sebenarnya dapat diberdayakan secara optimal. Perpustakaan harus kembali disadari dan dipercayai sebagai sumber data, informasi dan pengetahuan yang tepat, dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan. Dari hasil ngobrol dan diskusi dengan Prof. Bagir Manan dan para pengelola perpustakaan Mahkamah Agung di Jakarta, 6 Mei 2010 diperoleh gambaran bahwa kondisi perpustakaan di lingkungan lembaga peradilan di Indonesia belum mencapai kondisi ideal, bahkan masih berkesan sebagai tempelan saja sekedar memenuhi syarat dan kepantasan sebagai sebuah lembaga. Padahal sesuai UU No 43 tahun 2007 Tentang Perpustakaan Bab V pasal 26, disebutkan bahwa: Perpustakaan khusus memberikan layanan kepada pemustaka di lingkungannya dan secara terbatas memberikan layanan kepada pemustaka di luar lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perpustakaan lembaga peradilan tidak hanya dibangun untuk melayani pemustaka di dalam lingkungan lembaga peradilan, melainkan juga untuk masyarakat umum yang ingin belajar tentang hukum. Berdasarkan pemikiran inilah maka diperlukan pemberdayaan perpustakaan di semua lingkungan lembaga peradilan di Indonesia.

Fungsi Perpustakaan Lembaga Peradilan


Apabila membaca fungsi dari Law Library of Congress yaitu perpustakaan hukum di Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1800, maka fungsi utama perpustakaan hukum adalah menyediakan informasi hukum (legal information) bagi hakim dan anggota kongres. Pustakawannya membantu para ahli hukum untuk menemukan koleksi yang dibutuhkan mereka. Kemudian pada tahun 1898 perpustakaan ini dibuka untuk umum walaupun hanya hakim dan anggota kongres yang boleh meminjam buku. Layanan Internal Fungsi perpustakaan lembaga peradilan di Indonesia juga seharusnya adalah menjadi penyedia informasi hukum (legal information) bagi para hakim dan mereka yang berurusan dengan penegakan hukum di lembaga peradilan di mana perpustakaan itu berada. Dengan tersedianya informasi hukum tersebut maka para pekerja hukum akan selalu dapat dengan mudah mengakses informasi untuk mendukung semua pertimbangan dan pembuatan keputusan. Perpustakaan juga harus memberikan layanan informasi dan pengetahuan terbaru bagi para pegawai administrasi di lembaga peradilan sehingga mereka juga dapat mengerjakan tugastugas administratif berdasarkan undang-undang, keputusan dan peraturan terbaru.

3 Perpustakaan juga berfungsi menyimpan dan mengolah semua dokumen hasil tindakan hukum yang boleh diketahui oleh masyarakat. Layanan Eksternal Kebutuhan informasi dan pengetahuan tentang hukum dan bidang berkaitan lainnya sebenarnya bukan hanya menjadi kebutuhan para pekerja hukum dalam menyelesaikan persoalan hukum, melainkan juga menjadi kebutuhan masyarakat umum, terutama bagi anggota masyarakat yang rutin, sering ataupun sedang berurusan dengan masalah hukum (pembagian waris, jual beli tanah, pernikahan dan perceraian, perijinan usaha, penelitian bidang hukum, dll). Dengan adanya layanan informasi dan pengetahuan tentang hukum dari perpustakaan lembaga peradilan, maka diharapkan masyarakat mendapatkan informasi hukum lebih banyak dan lebih lengkap serta terpercaya karena bersumber dari penyedia yang paling tepat. Dengan pengetahuan hukum yang cukup, maka masyarakat akan mampu mengerti dan paham tentang semua peraturan dan perundangan dan selanjutnya akan patuh pada hukum berdasarkan pengertian, bukan hanya ikutikutan atau terpaksa dan takut. Saluran Informasi Hukum Dengan adanya pemanfaatan perpustakaan lembaga peradilan oleh masyarakat umum, maka hubungan pemerintah, lembaga legislatif dan lembaga yudikatif sebagai pembuat peraturan dan perundangan akan menjadi lebih dekat karena semua produk hukum ini akan dapat langsung diketahui dan dipahami oleh masyarakat. Posisi perpustakaan lembaga peradilan adalah saluran (channel) informasi hukum dari pemerintah langsung kepada masyarakat. Kemudian pustakawan lembaga peradilan (Law Librarian) berperan penuh sebagai pembimbing penemuan dan pemahaman semua peraturan dan perundangan dalam media dan format sajian yang sesuai kebutuhan dan profil masyarakat yang membutuhkannya. Dengan kondisi ini maka tidak ada lagi peraturan dan perundangan yang tidak diketahui dan dipahami oleh masyarakat. Pembina Jaringan Informasi Hukum Dari penjelasan yang diberikan oleh manajer perpustakaan Mahkamah Agung (diskusi, 6 Agustus 2010) diketahui bahwa terdapat sekitar 890 perpustakaan lembaga peradilan yang tersebar di berbagai kota dan kabupaten di Indonesia. Jumlah ini tidaklah seikit. Apabila semua perpustakaan ini kemudian bergabung, maka akan sangat banyak informasi hukum yang dapat dihimpun dan dipertukarkan (sharring) oleh dan di antara perpustakaan lembaga peradilan yang akan memperkaya khasanah pengetahuan. Oleh karena itu harus dibangun jaringan perpustakaan lembaga peradilan Indonesia yang secara tehnis dapat meniru bentuk jaringan perpustakaan lain yang sudah lama dibentuk, misalnya Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) , Forum Komunikasi Perpustakaan Umum, Forum Perpustakaan Sekolah. Begitupun para pustakawannya dapat membuat jaringan dalam bentuk asosiasi, forum atau ikatan seperti Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), Asosiasi Pekerja Informasi Perpustakaan Sekolah (APISI), dan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Seluruh Indonesia (ATPUSI).

4 Dengan jaringan ini maka seluruh pustakawan dan perpustakaan lembaga peradilan di Indonesia selalu dapat berbagi informasi dan perkembangan terbaru (update) tentang hukum. Bahkan dapat saling bertukar informasi tentang penyelesaian masalah hukum yang sudah terselesaikan di sebuah wilayah, sementara masih jadi masalah di wilayah lain. Banyak lagi pertukaran lain yang dapat dilakukan melalui jaringan pustakawan dan perpustakaan lembaga peradilan Indonesia (Asosiasi Pustakawan Lembaga Peradilan Indonesia - APLPI, Forum Perpustakaan Lembaga Peradilan Indonesia - FPLPI,). Setelah dibentuk dengan keanggotaan yang lengkap, maka jaringan baru ini dapat langsung menjadi anggota jaringan pustakawan dan perpustakaan yang sudah ada seperti disebutkan sebelumnya. Maka jaringan akan menjadi semakin luas dan informasi serta pengetahuan yang dapat diperoleh dan dipertukarkan semakin luas.

Komponen Pemberdayaan
1. Koleksi Sesuai fungsi utama, koleksi inti perpustakaan lembaga peradilan adalah koleksi yang berkaitan dengan hukum, peraturan dan perundangan, mulai dari surat putusan pengadilan sampai pedoman pelaksanaan dan penerapan peraturan yang harus dijalankan oleh masyarakat. Dengan koleksi ini maka semua orang yang sedang menangani atau menyelesaikan masalah hukum dan mereka yang ingin belajar tentang hukum, dapat menggunakan koleksi tersebut. Jenis koleksi yang perlu ada di perpustakaan lembaga peradilan sebaiknya beragam, tidak hanya berupa buku. Koleksi bisa berupa majalah, laporan penelitian, kumpulan peraturan dan perundangan, bahkan lembaran tentang pedoman pelaksanaan peraturan. Jika memungkinkan, koleksi dapat berupa materi dalam format digital (CD ROM). Koleksi ini memiliki manfaat terutama dalam menghemat ruang penyimpanan. Untuk dapat memiliki koleksi baru dalam bidang hukum ini, perpustakaan tidak harus mengusahakan dengan membeli melalui anggaran sendiri tetapi juga dapat memperolehnya dengan berbagai cara, baik dari pertukaran koleksi antar perpustakaan lembaga peradilan, sumbangan atau hibah dari lembaga atau perusahaan, atau perorangan. Di samping itu pustakawan dapat memproduksi sendiri koleksi, seperti misalnya kliping berita dan artikel hukum dari surat kabar dan majalah yang terbit di daerahnya, sedangkan kliping berita dari media cetak nasional bisa langsung memperolehnya dari Perpustakaan Mahkamah Agung di Jakarta. Cara lain adalah dengan mencetak hasil download dari website resmi milik lembaga hukum dengan ijin lembaga penerbit(mengikuti petunjuk dalam undang-undang Hak Cipta). Untuk memudahkan pemanfaatan koleksi oleh pemustaka, maka koleksi yang ada di perpustakaan harus dikelola (katalog, klasifikasi, shelving) agar semua koleksi tersusun sehingga mudah ditemukan dan digunakan oleh pemustaka. Cara dan teknik mengelola koleksi disesuaikan dengan kondisi koleksi dan profil pemustaka, tidak harus menggunakan sistem baku seperti DDC atau UDC.

5 2. Fasilitas Perpustakaan Masalah utama yang dihadapi hampir semua perpustakaan penyediaan fasilitas karena berhubungan dengan ketersediaan dana. sebenarnya yang paling utama adalah optimalisasi fasilitas yang tersedia dana yang tidak terlalu besar, misalnya dengan melakukan modifikasi dari yang sudah ada agar dapat berfungsi maksimal.

adalah Namun dengan fasilitas

Penataan Ruangan Dari hasil diskusi dengan pustakawan di Perpustakaan Mahkamah Agung diketahui bahwa pada umumnya perpustakaan lembaga peradilan berada/ menempati ruang yang sangat kecil (katanya bahkan ada yang hanya berukuran 3x3meter persegi!) sehingga membuat sulit pustakawan ketika menata ruangan, terutama jika ingin mengatur perabot dan koleksi agar bisa nyaman bagi pustakawan dan pengunjung perpustakaan. Oleh karena itu pustakawan diharapkan cukup kreatif untuk dapat menata secara minimalis perabotan yang ada secara optimal. Apabila pustakawan tidak dapat menata sendiri, secara resmi dia dapat meminta bantuan dosen atau mahasiswa desain interior dari perguruan tinggi (ITB, ITENAS, UNPAR Bandung). Idealnya ruang perpustakaan lembaga peradilan berlokasi di tempat yang strategis yang mudah dilihat dan dijangkau oleh pengunjung yang sedang berada di sekitar lembaga. Dengan demikian para pengunjung lembaga juga tidak akan segan untuk datang dan memanfaatkan perpustakaan. Maka sebaiknya apabila di kompleks kantor lembaga peradilan terdapat ruang yang sering dilalui atau dekat dengan pusat berkumpulnya pengunjung lembaga, ruang tersebut dapat dijadikan perpustakaan. Manfaat yang langsung diperoleh lembaga peradilan adalah lahirnya citra lembaga peradilan yang memperhatikan pendidikan hukum bagi masyarakat (boleh disebut Program Pemberantasan Buta Hukum). Manfaat lainnya adalah informasi terbaru yang diterbitkan oleh lembaga akan langsung terakses oleh masyarakat yang sedang berhubungan dengan masalah hukum karena masyarakat sudah mengasosiasikan perpustakaan sebagai pusat informasi mutakhir. Interior dan Perangkat Pelengkap Syarat utama sebuah perpustakaan adalah memiliki daya tarik dan membuat betah semua orang yang berkunjung dan memanfaatkan layanan. Daya tarik yang diciptakan perpustakaan adalah daya tarik interior dan perabotan di dalamnya. Dengan pemilihan warna dan ukuran serta model rak penyimpanan koleksi dan meja baca yang tepat, ruangan yang sempit dapat berkesan luas, terang dan nyaman dan memudahkan pengunjung maupun pustakawan untuk beraktifitas, baik memilih koleksi, membaca dan berdiskusi. Pemilihan warna dan model perabot juga dapat dilakukan dengan bantuan seorang ahli desain interior. Yang paling utama dari perancangan ini adalah agar perpustakaan berkesan penting dan menarik untuk dikunjungi

6 3. Pustakawan Librarian positions focus on one of three aspects of library work: user services, technical services, and administrative servicesThe job involves analyzing users' needs to determine what information is appropriate and searching for, acquiring, and providing the information Librarians in technical services, such as acquisitions and cataloguing, acquire, prepare, and classify materials so patrons can find it easilyIn small libraries or information centers, librarians usually handle all aspects of library operations. They read book reviews, publishers' announcements, and catalogues to keep up with current literature and other available resources, and they select and purchase materials from publishers, wholesalers, and distributors (Occupational Outlook Handbook, 2010-11 Edition, December 17, 2009: http://www.bls.gov/oco ) (Posisi pustakawan berfokus pada satu dari tiga aspek kerja perpustakaan: layanan pemustaka, layanan teknis, dan layanan administratifLayanan pemustaka adalah menganalisis kebutuhan pemustaka untuk menentukan informasi apa yang cocok dan mencarikan, mendapatkan dan menyajikan informasiPustakawan dalam pada layanan teknis adalah mengadakan dan mengkatalog koleksi, mendapatkan, menyediakan dan mengklasifikasikan bahan sehingga pemustaka dapat menemukannya dengan mudahDi perpustakaan atau pusat informasi kecil, pustakawan biasanya menangani semua aspek kerja perpustakaan. Mereka mengkaji buku, penerbitan, dan katalog untuk mengikuti perkembangan literatur dan sumber lain, dan memilih dan membeli koleksi. Dengan kondisi sekarang di mana di setiap perpustakaan lembaga peradilan dikelola oleh satu orang yang berarti dia harus memegang peran banyak, maka pengelola perpustakaan tidak dapat lagi dilakukan oleh sembarang orang. Bahkan idealnya setiap bidang yaitu layanan pengguna, layanan teknis dan layanan administratif ditangani orang berbeda. Namun dengan layanan minimalis, ketiga aspek ini masih bisa ditangani oleh satu orang dengan kemampuan yang memadai dalam ke tiga bidang tersebut. Terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh oleh lembaga peradilan untuk meningkatkat kualitas tenaga pengelola perpustakaan, antara lain mengirimkan tenaga yang bertugas di perpustakaan untuk 1) mengikuti pendidikan formal bidang perpustakaan, mulai jenjang D2 di Universitas Terbuka, D3 dan S1 di perguruan tinggi, 2) mengikuti pelatihan teknis perpustakaan bersitifikat, yang diadakan oleh Bapusipda atau Perpustakaan Nasional, 3) berkonsultasi tentang teknis perpustakaan kepada pakar pengelola perpustakaan. Cara lain yang dapat ditempuh untuk peningkatan kualitas staf pengelola adalah dengan mengikuti seminar tentang perpustakaan yang diadakan oleh ikatan atau asosiasi profesi. Dengan mengikuti seminar sejenis ini maka di samping memperoleh pengetahuan dan pengalaman, peserta seminar ini juga akan memiliki

7 teman dan jaringan komunitas baru yang akan membantu pustakawan jika di kemudian hari membutuhkan bantuan. Petugas atau pustakawan juga harus menunjukkan identitas pribadi yang mudah dikenali yang membuat orang mengetahui kepada siapa harus bertanya pada saat berkunjung ke perpustakaan. Identitas ini bisa berupa name tag, atau seragam khusus dengan tulisan : Pustakawan Hukum di lengan kiri, atau dibagian belakang. Hal ini akan membuat pengunjung tidak bingung mencari siapa sebenarnya orang yang harus ditanyai jika ingin mengetahui sesuatu di perpustakaan. 4. Promosi Setelah perpustakaan lembaga peradilan selesai bebenah dan meningkatkan kualitas perpustakaan dan pustakawannya, maka langkah yang harus diambil selanjutnya adalah dengan memperkenalkan kebaruan ini kepada pemustaka lama, yaitu pada pekerja hukum dan staf admnistrasi di lembaga, dan masyarakat umum yang merupakan calon pemustaka baru. Dengan promosi ini maka semua pihak mengetahui layanan dan koleksi apa saja yang disajikan oleh perpustakaan. Media Promosi Media promosi yang paling sederhana dengan biaya yang tidak terlampau tinggi dan tidak terlalu sulit adalah media cetak seperti leaflet, poster, banner atau Xbanner. Dengan teknologi cetak digital sekarang ini, membuat promosi dalam bentuk cetak tidak lagi berbiaya tinggi (bahkan pedagang baso keliling pun bisa memiliki). Isi Promosi Untuk membuat masyarakat pemustaka mengerti apa makna dan fungsi perpustakaan, isi sebuah promosi memegang peranan yang sangat penting. Untuk itu isi promosi harus mendapat perhatian sebelum merancang format promosi. Isi sebuah promosi harus menjelaskan dengan lengkap tentang semua hal yang perlu diketahui. Yang paling perlu diketahui oleh masyarakat adalah manfaat apa yang akan dirasakan pemustaka jika memanfaatkan layanan perpustakaan. Jadi informasi yang disajikan sebagai isi promosi bukan apa yang dimiliki dan dilayankan oleh perpustakaan. Dengan informasi tersebut masyarakat disadarkan lebih dalam tentang pentingnya perpustakaan bagi kehidupan dirinya. Isi promosi yang tidak kalah pentingnya adalah lokasi perpustakaan (jika tempatnya masih berada di lokasi yang tidak dapat dilihat langsung dari halaman depan lembaga peradilan), petunjuk arah yang jelas menuju perpustakaan. Dengan promosi ini diharapkan orang hafal betul di mana lokasi perpustakaan dan selanjutnya akan menggunakan perpustakaan sebagai landmark. Ketika orang yang baru berkunjung ke lembaga peradilan menanyakan lokasi sebuah ruang, orang di lembaga akan memberi tahu: Di sebelah perpustakaan, atau Nanti setelah Perpustakaan, belok kanan, Kita ngobrolnya di perpustakaan saja dst.

8 Desain Promosi Untuk membuat isi promosi menjadi lebih menarik masyarakat, diperlukan desain pengemas informasi yang khusus yang mampu menunjukkan kekhasan dari perpustakaan lembaga peradilan. Desain bisa terdiri dari warna, ukuran dan bentuk huruf, komposisi, dan simbol yang melambangkan informasi dan pengetahuan tentang hukum. Lambang supremasi hukum yang digambarkan sebagai Dewi Justisia yang memegang timbangan dan pedang dengan mata tertutup bisa dijadikan simbol utama. Bisa juga digunakan gambar-gambar yang melambangkan suasana tertib dan nyaman karena masyarakat yang hidup di dalamnya adalah mereka yang paham tentang hukum. Lokasi Promosi Pomosi harus ditempatkan pada posisi strategis di mana banyak orang berkumpul, atau ditempat yang mudah dilihat sejak pertama kali orang masuk ke halaman kantor lembaga. Jika promosi berupa poster, posisinya harus tepat dengan tinggi pandangan mata pengunjung sehingga bisa langsung dilihat, sedangkan banner (spanduk) dibentang di posisi atas kepala sehingga sudah bisa dilihat dari jauh. Jika promosi berupa lembaran (leaflet atau folder) maka harus disimpan di meja penerima tamu atau meja pusat informasi karena pengunjung pada umumnya akan datang ke lokasi tersebut ketika pertama kali datang 5. Nama Baru Apabila masyarakat yang berkunjung ke lembaga peradilan terlanjur memiliki pemahaman bahwa perpustakaan adalah tempat yang serius dan hanya diperuntukan untuk mereka yang kutu buku atau pelajar saja dan tidak terbuka, maka diperlukan sebuah stategi penggantian nama untuk mengubah pemahaman tersebut. Misalnya: PUSAT INFORMASI HUKUM atau GRIYA ATUR dan ADIL atau SUMBERDAYA PENGETAHUAN HUKUM. Atau nama lain yang melambangkan tempat di mana orang bisa menjadi pandai dalam bidang hukum. Namun nama ini hanyalah sebutan untuk masyarakat, bukan keperluan administrasi. Untuk keperluan administrasi, nama yang digunakan tetap perpustakaan.

Penutup
Pemberdayaan perpustakaan lembaga peradilan merupakan program yang memiliki tiga manfaat utama: 1) untuk kepentingan lembaga dalam memperlancar penyelesaian masalah hukum melalui ketersediaan informasi, 2) untuk kepentingan masyarakat agar dapat memiliki pemahaman tentang hukum, 3) untuk penyaluran informasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hukum kepada masyarakat. Pemberdayaaan perpustakaan lembaga peradilan hanya dapat dilaksanakan dengan dukungan semua pihak: perhatian dan dana dari lembaga, dedikasi pustakawan atau staf yang ditugasi mengelola (bukan menjaga) perpustakaan, dan masyarakat yang harus selalu mengetahui dan memahami hukum dengan benar. Jatinangor, Mei 2010 -------------------

You might also like