You are on page 1of 17

Antropometri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Antropometri (dari Bahasa Yunani yang berati manusia and yang berarti mengukur, secara literal berarti "pengukuran manusia"), dalam antropologi fisik merujuk pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Kini, antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometrik. PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia.[rujukan?] Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan antropometri secara antropometri adalah Konsep Dasar Pertumbuhan Pertumbuhan secara gamblang dapat diartikan terjadinya perubahan sel tubuh dalam 2 bantuk yaitu 1) pertambahan sel dan 2) pembelahan sel, yang secara akumulasi perjadinya perubahan ukuran tubuh. Jadi pada dasarnya menilai status gizi dengan metode antropometri adalah menilai pertumbuhan. Hanya saja pertumbuhan dalam pengertian pertambahan sel memiliki batas waktu tertentu. Para pakar antropometri sepakat bawah pada umumnya pertumbuhan manusia dalam arti pertambahan sel akan berhenti pada usia 18-20 tahun, walaupun masih ditemukan sebelum 18 pertumbuhan sudah berhenti, dan sebaliknya setelah 20 tahun masih ada kemungkinan pertumbuhan masih berjalan. Makhluk hidup, termasuk manusia makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kebutuhan tubuh akan makanan dapat dideskripakn dari tri fungsi makanan itu sendiri yaitu :

Sumber Tenaga Pertumbuhan Pemeliharaan

Sebagai sumber tenaga adalah karbohidrat, lemak dan protein, dalam urutan yang berbeda sebagai sumber energi. Pembakaran 1 gram karbohidrat menghasikan 4,1

kalori, protein 41 kalori dan lemak 9 kalori per gramnya. Namun lemak bukanlah sumber energi utama oleh karena untuk metabolisme lemak dibutuhkan kalori yang lebih tinggi untuk Specifik Dinamyc Action (SDA)nya. Sebagai sumber zat pembangun adalah Protein, Lemak dan Karbohidrat. Sedangkan sebagai sumber zat pengatur adalah vitamin dan mineral. Antropometri dapat dibagi menjadi 2 yaitu, 1. Antropometri Statis (struktural) Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh. 1. Antropometri Dinamis (fungsional) Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakangerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hal-hal yang mempengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai berikut,

Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.

Jenis kelamin

Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.

Rumpun dan Suku Bangsa Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh

Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.

Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh Kondisi waktu pengukuran

Klinik Tumbuh Kembang

Ruang Diskusi Tumbuh Kembang dan Nutrisi Balita

WHO Antro 2009 Program Antropometri


dengan 33 komentar Saya sudah pernah memberikan link di salah satu post mengenai gizi buruk. Tapi karena yang lebih ingin memantau balitanya justru adalah ibu-ibu di Group Tumbuh Kembang maka saya mengkhususkan untuk memberikan link lagi di sini :

Software Pengukuran Antropometri WHO 2009 for Windows XP SP3 & Vista Software Pengukuran Antropometri WHO 2005 for Windows XP ~ SP2

Agar ada gambaran bagaimana software tersebut, maka disebelah ini adalah tayangan awal pada saat aplikasi tersebut di load. Ada 3 modul 1. Antropometric calculator 2. Individual Assessment 3. Nutritional Survey Untuk Antropometric calculator barangkali berguna untuk petugas gizi yang mengadakan konseling, karena bisa langsung melihat status gizi yang dientry saat itu saja. Sedangkan untuk ibu-ibu yang ingin memantau perkembangan anaknya bisa melihat pada Idividual assessment.

Seperti bisa terlihat disini 1 anak bisa langsung terlihat semua statusnya dan bisa terus terdata untuk kunjungan berikutnya. Dan bisa terlihat dalam bentuk grafik seperti KMS. Juga disini ada beberapa patokan antropometri yang digunakan :

Berat badan menurut umur (BB/U) Panjang badan atau Tinggi badan menurut umur (TB/U) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Basal Mass Index (BMI) Lingkar kepala (HC atau LIKA) Lingkar Lengan (MUAC atau LILA)

Selanjutnya didalam masing2 instaler ada help yang digunakan. Bila anda kesulitan, bisa kita diskusikan disini. Sejauh ini yang sangat berguna bagi kami di Puskesmas baru modul 1 dan 2. sedangkan untuk survey karena tidak diadakan setiap tahun maka belum ada pengalaman.

MAKANAN SEBELUM, SELAMA DAN SESUDAH PERTANDINGAN

May 7, '09 6:27 PM for everyone

PENGATURAN MAKAN PADA ATLET


Oleh : DR. dr. Zainal Abidin, DSM Internist, SPGK.

Seorang atlet setiap hari harus memperhatikan kondisi fisiknya agar dapat tampil secara prima dalam setiap pertandingan. Dalam proses latihan dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga maka pengaturan makan yang optimal harus mendapat perhatian dari setiap orang yang terlibat. Pada periode persiapan di pemusatan latihan, periode pertandingan maupun periode pemulihan makan pada atlet harus diatur sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan kondisi fisik. Seorang atlet yang mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang secara terencana akan berada pada status gizi baik dan mampu mempertahankan kondisi fisik secara prima. Makanan yang memenuhi gizi seimbang memegang peranan penting untuk atlet yang ingin berprestasi maksimal dalam suatu pertandingan. Bahkan dengan kombinasi yang baik dari bakat atlet serta teknik latihan dan pelatih terbaik, makanan yang tidak memenuhi syarat dan gizi tidak seimbang tidak mungkin berprestasi secara maksimal. Makanan dengan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung jumlah kalori dengan proporsi sebagai berikut: 60 70% karbohidrat; 10 15% protein; 20 25% lemak, serta; cukup vitamin, mineral dan air. Dalam pembinaan prestasi dikenal periodisasi penyelengggaraan latihan sebagai berikut: 1. Periode persiapan pertandingan; 2. Periode pertandingan; 3. Periode pemulihan/transisi. 1. Periode Persiapan Pertandingan

Sebelum mulai dengan latihan, atlet harus berada dalam kondisi fisik yang baik. Oleh karena itu atlet dikembangkan fisiknya agar siap menghadapi latihan berat dan intensif. Pada periode persiapan, program-program latihan disusun dalam jadwal latihan harian sesuai dengan peak [puncak prestasi] yang diharapkan. Pada awalnya dikenal tahap persiapan umum dimana dilakukan perbaikan keadaan umum kesehatan, status gizi dan semua unsur kesegaran jasmani. Setelah tahap persiapan umum dilanjutkan dengan tahap persiapan khusus. Pada tahap ini kondisi fisik tetap dipertahankan, latihan fisik diarahkan pada pengembangan fisik disesuaikan dengan cabang olahraga yang diikuti. Pada periode ini penyediaan makanan harus benar-benar dapat memenuhi kuantitas dan kualitas gizi yang baik yaitu jumlah energi dan komposisi gizi seimbang, karena pada masa ini status gizi dan kesehatan atlet harus berada dalam kondisi yang baik. Atlet dikondisikan pada pola makan yang baik. Waktu makan utama dan makan selingan dibuat jadwal yang sesuai dengan jadwal latihan agar tidak mengganggu latihan. Jadwal waktu makan yang sudah disepakati harus ditaati oleh semua pihak yang terlibat. Pola makan 5-6 kali sehari dengan 3 kali waktu makan utama disertai selingan bisa digunakan oleh atlet selama di pelatnas. 2. Periode Pertandingan Memasuki tahap pertandingan baik kondisi fisik dan mental sudah mencapai kondisi yang sebaik-baiknya. Pada masa pertandingan, seluruh aktifitas atlet difokuskan pada kegiatan pertandingan yang tahapnya dapat berlangsung satu hari sampai kegiatan beberapa hari berturut-turut. Pada umumnya aktifitas atlet pada saat pertandingan dapat dikelompokkan sebagai berikut: Jadwal Pertandingan Atlet mengikuti pertandingan dengan jadwal pertandingan selesai satu hari, misalnya angkat berat, atau jadwal pertandingan selesai beberapa hari dengan jarak waktu yang berbeda-beda, misalnya panahan, bulutangkis dan lain-lain. Keikutsertaan Atlet dalam Pertandingan Atlet mengikuti pertandingan satu nomor pertandingan, misalnya binaraga atau beberapa nomor pertandingan, misalnya atletik, renang dan lain-lain. Waktu Pertandingan Atlet mengikuti Pertandingan dengan waktu pertandingan mulai dari 3 menit, misalnya angkat besi, sampai dengan waktu pertandingan 2 hari, misalnya balap sepeda. Lama Pertandingan

Lamanya waktu pertandingan mulai dari pagi hari sampai dengan siang hari, misalnya marathon atau pertandingan yang membutuhkan waktu relatif lama, misalnya sepak bola.

Kiat Dalam Penyediaan Makanan Pada Saat Bertanding

Makanan yang dikonsumsi selain memenuhi syarat gizi, sebaiknya sudah dikenal atlet. Makanan harus mempunyai nilai psikologis yang tinggi sehingga terciptalah semboyan eat to win. Atlet sebaiknya memiliki makanan yang sudah familier dan mudah dicerna. Tujuan utama pemberian makanan pada atlet sebelum pertandingan adalah untuk mempersiapkan atlet agar mendapatkan energi yang adequat dan hidrasi yang optimal. Puasa sebelum pertandingan tidak diperbolehkan karena secara fisiologis tidak masuk akal oleh karena makanan dibutuhkan untuk mengganti glikogen. Pemberian makanan diatur sedemikian rupa sehinggga sebelum pertandingan dimulai proses pencernaan makanan sudah selesai. Hal ini penting oleh karena pada saat pertandingan aliran darah terkonsentrasi menuju ke otot untuk menyalurkan zat gizi dan oksigen yang dibutuhkan pada saat otot berkontraksi. Atlet sebaiknya mengkonsumsi makanan lengkap yang terakhir kira-kira 3 4 jam sebelum bertanding. Tenggang waktu ini tidak boleh sampai menimbulkan penurunan kadar gula darah atau menimbulkan rasa lapar sawaktu pertandingan. Namun waktu makan yang terakhir ini juga harus disesuaikan dengan kebiasaan makan atlet. Makanan tidak boleh merangsang atau menyebabkan masalah yang tidak baik pada saluran pencernaan. Makanan harus lebih banyak mengandung karbohidrat kompleks, rendah lemak dan protein, cukup vitamin dan mineral serta cukup air. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak dan protein karena makanan tersebut lebih lama dicerna sehingga kedua zat ini, lemak dan protein, tidak memberi kontribusi sebagai cadangan glikogen otot dan hati yang dibutuhkan saat pertandingan. Kurang lebih satu jam menjelang pertandingan, atlet harus menghindari minuman yang banyak mengandung gula [manis sekali]. Pemberian satu gelas [200 cc] air putih yang ditambah satu sendok teh [5 gr] gula diperbolehkan oleh karena konsentrasi minuman tersebut tidak melebihi 2,5%.pemberian minuman manis yang melebihi konsentrasi gula 2,5% dapat menimbulkan peningkatan gula darah yang akan merangsang produksi hormon insulin. Peningakatan hormon insulin ini dpat menyebabkan terjadinya hipoglikemi [reactive hypoglycemia]. Keadaan ini dapat terjadi pada saat atlet sedang bertanding dengan gejala-gejala pusing, mual dan muntah sampai kolaps. Minum air sebanyak 150 250 cc, pada waktu 30 60 menit sebelum pertandingan dan saat istirahat diantara pertandingan sangat dianjurkan. Minuman yang mengandung kalori, vitamin, mineral dan elektrolit yang terlarut

didalamnya bermanfaat untuk menghindari terjadinya dehidrasi serta dapat mengganti zat gizi yang terpakai. Pemberian cairan selama pertandingan sangat penting untuk mempertahankan status dehidrasi atau menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Atlet setiap kali harus mengambil kesempatan minum minuman yang telah tersedia. Kesempatan minum jangan menunggu sampai terjadi rasa haus oleh karena pada waktu terasa haus ini sudah menunjukkan adanya dehidrasi awal. Rasa haus bukan indikator yang efektif untuk menilai kebutuhan air atlet selama latihan dan pertandingan. Atlet harus ditekankan kesadarannya akan kebutuhan air yang banyak dalam setiap kesempatan. Minum sebaiknya dilakukan secara teratur setiap 10 15 menit sebanyak 150 250 cc air dingin 10o C. Pada olahraga endurans sangat penting diperhatikan adalah mengganti keringat yang terbuang akan semakin banyak apabila pertandingan olahraga endurans dilaksanakan pada lingkungan sangat panas. Pada olahraga endurance yang sangat lama [lebih dari 2 jam] pemberian cairan harus mengandung karbohidrat dan elektrolit. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiponatremia. Pemberian karbohidrat pada saat bertanding dengan cara suplemen makanan bertujuan untuk mencegah terjadinya hipoglikemi, mencegah kelelahan dan untuk mempertahankan daya kerja otot. Pemberian suplemen makanan karbohidrat bisa berupa cairan ataupun padat tergantung kesukaan atlet dan jenis olahraganya. Makanan padat yang tinggi karbohidrat kompleks dan rendah serat, misalnya buah pisang dapat diberikan pada atlet. Segera setelah bertanding, pemberian makanan dan minuman ditujukan terutama untuk memulihkan cadangan glikogen serta mengganti cairan, vitamin, mineral dan elektrolit yang terpakai selama pertandingan. Pemberian makanan setelah pertandingan harus memperhatikan keadaan atlet. Sering terjadi bahwa nafsu makan dari sebagian besar atlet berkurang. Untuk itu segera setelah pertandingan, atlet harus minum air dingin [suhu 10o C] sebanyak 1 2 gelas. Kemudian atlet dianjurkan untuk minum berupa cairan yang mengandung karbohidrat, vitamin, mineral dan elektrolit secara kontinyu dengan intrerval waktu tertentu sampai terjadi hidrasi. Pada keadaan ini dapat diberikan minuman berupa jus buah-buahan dan sayuran. Setelah keletihan dari atlet tersebut berkurang, kira-kira 4 jam setelah pertandingan, dapat diberikan secara berangsur-angsur makanan lengkap biasa seperti sebelum pertandingan dilaksanakan. Pola hidangan yang dapat dikonsumsi atlet sesaat menjelang pertandingan adalah sebagai berikut:

3 4 jam sebelum bertanding, makanan lengkap biasa, misalnya nasi dengan lauk-pauk. 2 3 jam sebelum bertanding sebaiknya dalam bentuk makanan kecil, misalnya roti [kurang dari 500 kalori].

1 2 jam sebelum bertanding, makanan cair berupa jus buah diberikan kepada atlet. 30 60 menit sebelum bertanding, atlet hanya boleh diberi minuman cair saja.

3. Periode Pemulihan Atlet Pada periode ini atlet harus tetap mempersiapkan kondisi fisik secara prima dengan latihan-latihan yang sesuai. Pengaturan makanan pada periode pemulihan ditujukan untuk mempertahanakan status gizi. Makanan harus tetap memenuhi gizi seimbang [well balance diet]. Jumlah masukan makanan harus disesuaikan dengan aktifitas sehari-hari. Makanan yang dikonsumsi atlet harus tetap mengikuti pola makan seperti di pemusatan latihan. Pola makan 5 6 kali sehari dengan tiga kali waktu makan utama dan jadwal waktu makan yang tepat harus tetap dijalankan oleh atlet di tempatnya masing-masing. Pemantauan status gizi secara rutin harus tetap dilaksanakan terutama untuk mengontrol berat badan. Atlet harus melakukan penimbangan badan setiap hari untuk mengetahui keadaan berat badan. Periode pemulihan termasuk waktu diantara 2 pertandingan misalnya pukul 08.00 pagi atlet mengikuti renang 50 m gaya bebas, kemudian pada pukul 10.00 mengikuti renang 100 m gaya kupu-kupu. Contoh lain, Tim sepakbola PERSIB hari ini bertanding, besok istirahat dan lusa harus bertanding lagi. Selama istirahat tersebut perlu memenuhi zat gizi yang telah dipakai selam bertanding khususnya perhatikan masalah hidrasi. Selanjutnya perubahan-perubahan biokimia yang terjadi selama latihan dan pertandingan bisa dilihat dan akan dijelaskan serta didiskusikan dalam presentasi. Semoga bermanfaat. Sumber : koni.or.id Tags: iptek olahraga Prev: ATLET FIRST WINNING SECOND Next: PROGRAM LATIHAN ATLET PANJAT TEBING MENGHADAPI PORPROV 2009 reply share

Pengaturan Berat Badan Dalam Menunjang Kemampuan Fisik Atlet (Oleh: Arifasno Napu - Persatuan Ahli Gizi Indonesia Provinsi Gorontalo)
Sabtu, 6 September, 2008 oleh: Gsianturi

Pengaturan Berat Badan Dalam Menunjang Kemampuan Fisik Atlet (Oleh: Arifasno Napu - Persatuan Ahli Gizi Indonesia Provinsi Gorontalo) Gizi.net - PENGATURAN BERAT BADAN DALAM MENUNJANG KEMAMPUAN FISIK ATLET Oleh: Arifasno Napu (Persatuan Ahli Gizi Indonesia Provinsi Gorontalo) Kebutuhan nutrisi pada olahraga adakalanya tidak seimbang antara diet yang tersedia dengan yang diperlukan. Sebagai manifestasi dari ketidakseimbangan nutrisi ini dapat berdampak pada keadaan berat badan atlet yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Lebih-lebih cabang olahraga yang mempunyai kelas seperti cabang olahraga dayung, tinju, yudo, karate, dan sebagainya. Pengaturan berat badan menjadi sangat penting dan perlu penanganan yang serius, baik dari pengetahuan program latihan maupun penanganan nutrisi sehingga dapat menunjang terciptanya prestasi yang maksimal. Pendahuluan Tercapainya keberhasilan pembangunan terletak pada tersedianya manusia Indonesia yang berkualitas tinggi. Salah satu upaya peningkatan kualitas manusia adalah dengan cara pembinaan dan pengembangan olahraga yang ditujukan untuk peningkatan kesehatan jasmani dan rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin dan sportivitas serta pengembangan prestasi olahraga yang dapat membangkitkan rasa kebangsaan Indonesia. Berbagai jenis olahraga yang telah membawa harum nama Indonesia baik di tingkat nasional, regional maupun tingkat internasional diantaranya olahraga badminton, dayung, angkat berat, dll. Prestasi olahraga dapat ditingkatkan dengan diet yang benar disertai dengan program latihan yang tepat1). Prestasi tertinggi tidak akan tercapai apabila selama latihan sampai pada saat pertandingan, pemberian nutrisi secara optimal tidak diatur dan dipelihara. Akibatnya latihan yang intensif, pemberian nutrisi yang adekuat merupakan bagian yang terpenting dalam menunjang prestasi atlet 2) Pengetahuan gizi khususnya tentang pengaturan makanan untuk atlet sangat bermanfaat, karena memberikan beberapa keuntungan bagi atlet tersebut antara lain: 1) Memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat mencapai atau mempertahankan kondisi tubuh yang telah diperoleh dalam latihan; 2) Memberikan makanan yang dapat menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga; 3) Menentukan bentuk makanan dan frekwensi makan yang tepat pada waktu latihan intensif sebelum, selama dan sesudah pertandingan; 4) Menggunakan prinsip gizi dalam menurunkan dan menaikkan berat badan sesuai yang diinginkan; 5) Menggunakan prinsip gizi untuk mengembangkan atau membuat rencana diet individu sesuai dengan aturan tubuh, keadaan fisiologi dan metabolismenya serta

mempertimbangkan selera serta kebiasaan dan daya cerna atlet 3). Kecukupan nutrisi optimal pada olahragawan adalah karbohidrat sebesar 60-70% dari total energi, protein 12-15%, sisanya didapatkan dari lemak. Vitamin dan mineral mempunyai peran dalam meningkatkan kemampuan fisik atlet terutama pada saat latihan dan pertandingan 4). Permasalahan Pengaturan berat badan yang tidak diikuti oleh program latihan dan tunjangan nutrisi yang adekuat sering menimbulkan penurunan prestasi atlet. Apakah dengan penanganan nutrisi dapat mengantisipasi penurunan prestasi yang mungkin terjadi? Dalam tulisan ini akan mengkaji dan membahas tentang penelitian yang dilakukan di Pemusatan latihan nasional (pelatnas) Dayung di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat oleh penulis sekaligus sebagai peneliti dengan pembimbing Dr.dr. H. Zaenal Abidin, Internist dan dr. H.R. Rahcmad Soegih. Metode penelitian Rancangan, lokasi dan sampel penelitian; penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan menggunakan design one group pretest-posttest yaitu untuk mengetahui sejauh mana peran pengaturan berat badan dalam menunjang kemampuan fisik atlet dayung. Penelitian dilaksanakan di Pelatnas Dayung Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Populasi penelitian adalah atlet dayung rowing sebanyak 10 orang tetapi yang memehuhi syarat hanya 5 orang. Data yang dikumpulkan; Data antropometri, pemeriksaaan laboratorium, asupan zat gizi, pengukuran tenaga (watt), daya tahan kadiovaskuler (VO2 maks) power melalui pengukuran dengan ergometer (VO2 maks) dan pengukuran jarak (m) melalui rowing ergometer. Data primer lainnya dapat diukur melalui wawancara terbatas guna mendapatkan informasi umum, asupan makanan dan daftar aktivitas. Pengaturan berat badan; a) subyek yang akan diturunkan berat badannya; pengurangan jumlah energi dari kebutuhannya sehari-hari sebesat 5001000 kkal/hari sehingga diharapkan akan terjadi penurunan berat badan sebesar 0,5-1 kg/seminggu. b) subyek yang akan dinaikkan berat badannya; penaikan berat badan dengan penambahan jumlah energi dari kebutuhannya sehari-hari sebesar 500-1000 kkal/hari sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan berat badan sebesar 0,5-1 kg/minggu. Penentuan kebuhan gizi; besarnya kebutuhan energi tergantung dari 3 area yang dikeluarkan yaitu basal metabolisme rate (BMR), aktivitas fisik dan spesifik dynamic action (SDA) b). perhitungan BMR; yang ditentukan dengan menggunakan rumus yang sesuai dengan jenis kelamin, berat badan dan umur. Cara kerja; Variabel independent yaitu pengaturan berat badan melalui pengaturan jumlah asupan energi dan zat gizi mikro setiap hari. Variable dependen meliputi tenaga (watt), daya tahan kardiovaskuler (VO2 maks ml/kgBB/menit), jarak (meter dengan melihat: kadar Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), Natrium (Na), Kalium (K), ureum dan kreatinin kinase (CK) darah. Persentase lemak tubuh (%) dan indeks massa tubuh (IMT).

Menggunakan uji t-test dependent dengan kemaknaan P<0,05. Hasil dan bahasan A. Gambaran subyek Semua subyek yang dianalisis dalam penelitian ini semuanya dinyatakan sehat karena tidak ditemukan subyek yang mempunyai penyakit tertentu yang dapat mengganggu proses latihan. Subyek penelitian memiliki rararata umur 23,24,6 tahun. Dari hasil pengukuran antropometri, subyek memiliki rata-rata tinggi badan 179,16,84 cm dan berat badan rata-rata 75,560,83 kg. Usia subyek penelitian merupakan usia yang tepat dalam menunjang kemampuan fisik atlet dayung atau sering disebut sebagai usia emas. B. Kebutuhan energi dan asupan nutrisi Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh yaitu subyek mengeluarkan energi untuk aktivitasnya sehari-hari sebesar rata-rata 2.354,466,08 kkal/hari dan besarnya kebutuhan energi subyek 4181,2279,20 kkal/hari. Sedangkan asupan energi yang diperoleh dari hasil recall sebelum perlakuan adalah 4.596,02220,60 kkal/hari dan proporsi energinya terhadap protein, lemak dan karbohidrat masingmasing rata-rata 16,26069%, 23,200,87% dan 60,51,10%. Selanjutnya pada saat perlakuan dilakukan penyesuaian pengurangan 500 kkal/hari C. Status gizi Pengurangan 500 kkal/hari dalam makanan sehari-hari telah memberikan perubahan indeks massa tubuh (IMT) pada subyek penelitian yang semula ada yang berstatus gizi overweight menjadi berstatus gizi normal. Sementara subyek lainnya terjadi penyesuaian IMT yang semula 23,621,54 kg/m2 menjadi rata-rata 22,241,49 kg/m2. Perbedaan tebal lemak kulit sebelum dan sesudah perlakuan terjadi penurunan yang bermakna pada nilai rata-rata total lemak (chest, abdominal, front thigh) yaitu dari 20 2,0 mm menjadi 17,20 1,48 mm. Sedangkan persentase lemak tubuh antara sebelum dan sesudah perlakuan yang rata-rata 5,08 0,55% dan 4,32 0,22% menunjukan penurunan yang bermakna pula. Terjadinya penurunan lemak tubuh, selain adanya penyesuaian jumlah lemak dari 118,36 7,0 gr/hari (23,20 0,87 %) menjadi 86,80 5,33 (20,0%) dan didukung oleh latihan endurance yang membutuhkan pembakaran lemak. D. Perubahan berat badan Berat badan subyek penelitian sebelum perlakuan adalah 75,560,83 kg. Pada minggu pertama terjadi penurunan yang rata-rata 75,050,78kg. Penurunan berat badan ini terjadi secara bermakna sampai pada minggu kedelapan yaitu menjadi rata-rata 71,140,64 kg. Artinya telah terjadi penurunan berat badan rata-rata setiap minggu 0,5520,063 kg. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pengurangan 500-1000 kkal/hari akan dapat menurunkan berat badan 0,5 1 kg/minggu.

E. Kemampuan fisik Kemampuan fisik merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan prestasi olahraga yang sangat erat hubungannya dengan keadaan gizi. Berat badan merupakan indikator yang sangat penting untuk kemampuan fisik, sehingga diperlukan pengaturan berat badan. Data kemampuan fisik diambil secara kuantitatif dengan rowing ergometer selama 6 menit yang meliputi tenaga (watt), kemampuan kardiovaskuler (VO2maks) dan jarak tempuh (meter). Selama perlakuan dilakukan 4 kali tes dengan selang perlakuan waktu 2 minggu. Kemampuan kardiovaskuler yang dinyatakan dalam VO2 maks (ml/kgBB/menit) sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan terdapat peningkatan yang bermakna (n=5 p<0,05) dengan nilai rata-rata 58,67 3,08 ml/kgBB/menit dan 63,84 3,38 ml/kgBB/menit. Hasil yang diperoleh pada tes pertama (minggu 2 perlakuan) menunjukan penurunan kemampuan kardiovaskuler secara bermakna sedangkan pada tes keempat (minggu 8 perlakuan) telah terjadi peningkatan kemampuan kardiovaskuler secara bermakna. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan kardiovaskuler semua subyek penelitian selama penelitian dalam keadaan baik. Akan tetapi pada tes pertama menunjukan penurunan yang bermakna kemampuan VO2 maks sebagai akibat dari adaptasi tubuh terhadap penyesuaian energi yang diberikan. Pada tes kedua menunjukan penurunan yang tidak bermakna atau peningkatan yang belum bermakna. Sedangkan pada tes ketiga dan tes keempat memberikan peningkatan yang bermakna karena adanya adaptasi tubuh terhadap energi yang diberikan juga ditunjang oleh latihan yang rutin dan terprogram serta sistematis. Jarak tempuh sebelum perlakuan rata-rata 1569 82,56 meter dan sesudah perlakuan 1707,80 90,40 meter, menunjukan adanya peningkatan jarak tempuh secara bermakna (n=5 p<0,05). Penurunan secara bermakna jarak tempuh terjadi pada tes pertama (minggu 2 perlakuan). Pada tes kedua (minggu 4 perlakuan) terjadi penurunan secara tidak bermakna jarak tempuh. Sementara tes ketiga (minggu 6 perlakuan) dan tes keempat (minggu 8 perlakuan) terjadi peningkatan bermakna jarak tempuh. F. Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium yang meliputi Hb, Ht, Na, K, ureum, CK sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan, tapi masih menunjukan dalam batasan normal, kecuali CK di bawah dari nilai ratarata yang mana sebelum perlakuan 88 5,99 mikro liter dan sesudah perlakuan 114,80 5,76 mikro liter. Pada pemeriksaan Hb dan Ht sebelum dan sesudah perlakuan terjadi penurunan yang bermakna. Sedangkan pada pemeriksaan pada pemeriksaan Na, K, Ureum dan CK terjadi peningkatan bermakna. Hasil yang diperoleh pada penelitian saat sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan nilai rata-rata Hb 15,11 0,77 g% menjadi 15,11 0,31 g%, sedangkan Ht didapatkan 45,80 2,28 vol% menjadi 44,00 2,51 vol% menunjukan adanya kecenderungan penurunan konsentrasi sekaligus rehidrasi yang lebih baik dari sebelumnya.

Kadar Na sebelum dan sesudah perlakukan adalah 141,26 1,51 mEq/L menjadi 141,80 1,51 mEq/L. Sedangkan kadar kalium darah sebelum dan sesudah perlakuan adalah 4,8 0,39 menjadi 5,12 0,28. Keduanya menunjukan dalam batas normal sehingga tidak menunjukan adanya dehidrasi. Menurut menurut Kinderman dan Urhausen (1988) dalam Winaktu Gracia (1998) terjadinya peningkatan kadar ureum dalam darah kemungkinan disebabkan oleh pemberian protein yang berlebihan, beban latihan yang berat, adanya dehidrasi dan berkurangnya simpanan karbohidrat dalam otot, sedangkan peningkatan CK berlebihan dapat menunjukan adanya pemakaian sekelompok otot tertentu yang berlebihan. Pada pemeriksaan kadar ureum darah sebelum dan sesudah perlakuan adalah 24,42 1,78 mg/dl menjadi 30,92 2,11 mg/dl dapat menunjukan adanya beban latihan yang berat, berkurangnya simpanan glikogen dalam otot sehingga banyak protein otot yang terpecah dijadikan energi. Sedangkan kadar CK sebelum dan sesudah pun meningkat yaitu rata-rata 88 mikro liter menjadi 114,80 mikro liter. Hal ini menunjukan adanya pemakaian sekelompok otot tertentu yang berlebihan. Oleh karena itu sangatlah diperlukan pengaturan berat badan sedini mungkin dan latihan yang relevan sesuai dengan kelasnya masing-masing agar tidak terjadi penggunaan protein tubuh yang sangat diperlukan untuk penggantian selsel yang rusak terutama untuk sel-sel otot. Kesimpulan 1. Umur rata-rata subyek penelitian 23,2 tahun yang dalam dunia olahraga tergolong usia emas dengan tinggi badan rata-rata 179,1 cm melakukan aktivitas dalam golongan berat sekali. 2.Rata-rata asupan energi sebelum perlakuan 4596,02 kkal/hari dengan komposisi 16,2% protein, 23,20% lemak dan karbohidrat 60,50%. Sedangkan selama perlakuan rata-rata asupan 3906,02 kkal/hari (4596,02 kkal/hari dikurangi rata-rata 690 kkal/hari) dengan komposisi 15% protein, 20% lemak dan 65% karbohidrat. Proporsi kebutuhan gizi ini perlu diterapkan dalam mendukung pengaturan berat badan dan meningkatkan prestasi atlet. 3.Pengaturan berat badan sangat dibutuhkan oleh setiap atlet untuk mempertahankan serta meningkatkan status gizi dan status kesehatan sehingga dapat menunjang prestasi atlet. 4.Subyek penelitian no. 2 dengan tinggi badan 190,5 cm dan berat badan sesudah perlakuan 71,5 kg (IMT 19,7) memberikan kemampuan fisik yang jauh berbeda dengan subyek yang lainnya. Hal ini dimungkinkan adanya pemaksaan kepada yang bersangkutan untuk turun dikelas ringan, sehingga berdampak pada kemampuan fisik yang rendah. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan atlet dayung rowing dengan IMT >20,0 Rujukan 1. The International Scientific Conference On Food, Nutrition, and Sport Performance Sport and Nutrition, Lausanne, February, 1991 2. Hecker AL, Nutrition and Physical Performance. In: Strauss RH, Editor Drugs and Performance in Sport. Philadelpia: Sauders, 1987 :23,37,39 3. Rogozkin, V.a. Nutrition in Sport, Basic Book of Sport Medicine, International Olimpyc Comite Solidarity, 1978

4. Winaktu Grcia, Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Kemampuan Fisik Atlet Dayung Putri di Pelaknas Dayung Jatiluhur, FKUI, Jakarta, 1998 5. Clark Nancy. Petunjuk Gizi Untuk Setiap Cabang Olahraga Divisi Buku Sport, 1996: 143-168. 6. Abidin Zaenal. Makanan Menjelang, Selama Pertandingan dalam Forum Olahraga PIO KONI Pusat, Jakarta, 1992.

Pentingnya Perbaikan Status Gizi Pemain


TUJUAN pengaturan gizi selama periode pembinaan prestasi adalah penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan ukuran tubuh, aktivitas, program latihan dari tiap jenis olahraga. Menanggulangi kasus-kasus khusus yang ditemukan selama masa pembinaan dan berkaitan dengan gizi. Memberi konsultasi dan pendidikan gizi, baik secara formal dan informal terhadap atlet, ofisial, serta pengelola makanan atlet. Monitoring dan evaluasi terhadap status gizi atlet dan pelaksanaan penyelenggaraan makanan atlet. Selama masa pembinaan dikenal beberapa tahap, yakni periode persiapan pertandingan/latihan, periode pertandingan/latihan dan periode pemulihan. Memasuki masa latihan intensif diharapkan semua atlet memiliki kondisi fisik optimal. Namun karena latar belakang yang berbeda ada kalanya kondisi fisik/status gizi belum optimal. Pengaturan gizi pada masa latihan bertujuan memperbaiki status gizi, baik akibat defisiensi zat gizi maupun kelebihan gizi; Memelihara kondisi fisik atlet agar tetap optimal selama menjalani latihan intensif; Membiasakan atlet terhadap makanan yang sehat dan seimbang untuk kesehatan dan prestasi. Beberapa prinsip pengaturan gizi pada masa latihan. Pertama: Makanan bervariasi. Setiap makanan mempunyai keunggulan dan kekurangan zat gizi tertentu. Dengan memberikan makanan yang beraneka ragam setiap hari, kekurangan zat gizi dari satu makanan akan dilengkapi makanan lain. Kedua: Makanan lebih banyak sumber hidrat arang kompleks yang berkualitas seperti nasi merah, roti gandum, sayuran dan kacang-kacangan.

Ketiga: Mengurangi lemak, terutama lemak jenuh. Untuk mengurangi lemak dalam makanan dapat dilakukan dengan cara memilih daging/ayam yang sedikit lemak/kulit, mengurangi pemakaian santan, minyak, memasak dengan cara dibakar dan menggunakan susu rendah lemak. Keempat: Mengurangi penggunaan gula yang berlebihan. Gula merupakan alternatif yang baik dalam dunia otahraga jika jumlah, jenis kombinasi dan waktu pemakaiannya dilakukan secara tepat. Kelima: Mengurangi penggunaan garam. Keenam: Minum air putih atau jus buah Iebih banyak. Tujuannya untuk mengontrol status hidrasi. Atlet sebaiknya selalu menimbang berat badan sebelum dan sesudah latihan. Masa Pertandingan Ketujuh: Makan jenis makanan yang kaya kalsium untuk atlet putri, terutama pada atlet yang mengalami gangguan menstruasi. Kedelapan: Makan jenis makanan yang kaya zat besi, khususnya atlet putri dan yang vegetarian Menghadapi pertandingan, pengaturan gizi perlu dilakukan secara seksama karena harus mempertimbangkan sasaran pencapaian puncak prestasi yang diinginkan. Tujuan pengaturan makan adalah meningkatkan cadangan glikogen otot dan mencegah terjadinya hypoglikemi, menjaga status hidrasi dan menenangkan lambung agar tak bermasalah. Dengan pengaturan waktu makan yang tepat sebelum bertanding, makanan dalam lambung akan menetralisasi cairan lambung sehingga lambung tidak terasa nyeri dan mengurangi rasa lapar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan makanan atlet: Waktu atau kesempatan yang ada untuk mengembalikan cadangan glikogen dan status hidrasi dalam periode pertandingan atau turnamen; Jadwal pertandingan dengan interval waktu tiap sesi pertandingan; Adanya risiko gangguan pencernaan karena jenis makanan dan waktu makan yang tidak tepat, semisal kembung. Tujuan pengaturan makanan sebelum pertandingan: Memberi makanan yang memenuhi kebutuhan kalori dan zat gizi agar dapat membentuk cadangan glikogen otot. Prinsipnya, makanan lebih banyak hidrat arang kompleks untuk meningkatkan cadangan glikogen. Untuk meningkatkan cadangan glikogen perlu diperhatikan faktor yang mempengaruhi terbentuknya cadangan glikogen; Faktor yang mempengaruhi terbentukya cadangan glikogen hati adalah pecernaan dan jenis hidrat arang. Prinsip berikutnya, makanan rendah lemak karena proses pencernaan lemak memakan waktu lama; Mengurangi jenis makanan yang tinggi serat karena akan menyebabkan lambung penuh; Minum yang cukup; Mengatur waktu makan dan

jenis makanan yag dikonsumsi sesuai jadwal pertandingan; Usahakan agar makanan yang dikonsumsi sebelum bertanding sudah dikenal dan atlet terbiasa dengan makanan itu. (Yudan Roesgijanto, ahli gizi PSIS Semarang-31)

Bagaimana memompa prestasi bulu tangkis kita?


Final Thomas Cup 2010 di Kuala Lumpur, Minggu (16/5), ternyata bukanlah hari kemenangan Indonesia. China menekuk Indonesia 3-0. Taufik Hidayat, pasangan Markis Kido - Hendra Setiawan dan Simon Santoso gagal meraih poin. Tapi ada berita baik. Misalnya: Kita melihat munculnya bakat muda tim ganda Kido-Hendra (yang dipasangkan mendadak) dan Simon yang mampu mengendalikan emosi namun masih lemah di stamina. Artinya, di masa depan, kita punya potensi untuk mengembalikan kejayaan bulu tangkis kita. Kita butuh pembinaan yang baik, mungkin juga perbaikan gizi bagi para atlet dan, dari segi sistem, libas korupsi di dunia olahraga. Anda tentunya punya pendapat dan masukan lain. Silakan berbagi di sini.

You might also like