You are on page 1of 27

9 jenis kecerdasan manusia

1.Kecerdasan Linguistik Kecerdasan dalam mengolah kata-kata secara efektif baik bicara ataupun menulis (jurnalis, penyair, pengacara) Ciri-ciri : - Dapat berargumentasi, meyakinkan orang lain, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata - Gemar membaca dan dapat mengartikan bahasa tulisan dengan jelas 2. Kecerdasan Matematis-Logis Kecerdasan dalam hal angka dan logika (ilmuwan, akuntan, programmer) Ciri-ciri : - Mudah membuat klasifikasi dan kategorisasi - Berpikir dalam pola sebab akibat, menciptakan hipotesis - Pandangan hidupnya bersifat rasional 3. Kecerdasan Visual-Spasial Kecerdasan yang mencakup berpikir dalam gambar, serta mampu untuk menyerap, mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek visual (arsitek, fotografer, designer, pilot, insinyur) Ciri-ciri : - Kepekaan tajam untuk detail visual, keseimbangan, warna, garis, bentuk dan ruang - Mudah memperkirakan jarak dan ruang - Membuat sketsa ide dengan jelas 4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani Kecerdasan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk mengekspresiakan gagasan dan perasaan (atlet, pengrajin, montir, menjahit, merakit model) Ciri-ciri : - Menikmati kegiatan fisik (olahraga) - Cekatan dan tidak bias tinggal diam - Berminat dengan segala sesuatu 5. Kecerdasan Musikal Kecerdasan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati bentuk musik dan suara (konduktor, pencipta lagu, penyanyi dsb) Ciri-ciri : - Peka nada dan menyanyi lagu dengan tepat - Dapat mengikuti irama - Mendengar music dengan tingkat ketajaman lebih 6. Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan untuk mengerti dan peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak dan temperamen orang lain (networker, negotiator, guru) Ciri-ciri :

- Menghadapi orang lain dengan penuh perhatian, terbuka - Menjalin kontak mata dengan baik - Menunjukan empati pada orang lain - Mendorong orang lain menyampaikan kisahnya 7. Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan pengetahuan akan diri sendiri dan mampu bertidak secara adaptif berdasar pengenalan diri (konselor, teolog) Ciri-ciri : - Membedakan berbagai macam emosi - Mudah mengakses perasaan sendiri - Menggunakan pemahamannya untuk memperkaya dan membimbing hidupnya - Mawas diri dan suka meditasi - Lebih suka kerja sendiri 8. Kecerdasan Naturalis Kecerdasan memahami dan menikmati alam dan menggunakanya secara produktif dan mengembangkam pengetahuan akan alam (petani, nelayan, pendaki, pemburu) Ciri-ciri : - Mencintai lingkungan - Mampu mengenali sifat dan tingkah laku binatang - Senang kegiatan di luar (alam) 9. Kecerdasan Eksistensial Kecerdasan untuk menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia (filsuf, teolog,) Ciri-ciri : - Mempertanyakan hakekat segala sesuatu - Mempertanyakan keberadaan peran diri sendiri di alam/ dunia in this case, where your position? Diposkan oleh moRat-maRit di 06:38 Label: concerning life

MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK


By Mukti Amini Tulisan ini pernah saya sampaikan di Seminar Daerah untuk para guru TK & SD se Kab. Purworejo, tahun 2006. Terus pernah dipublish ntuk buletin terbatas KALAM, punya DPRa Lubang Buaya. Mulanya, pemahaman tentang kecerdasan selama lebih kurang 100 tahun hanya terbelenggu pada kecerdasan otak (IQ) saja. Selama ini anak yang dikatakan pandai, bodoh, ideot, embisil dst semata-mata hanya dilihat dari kecerdasan otak. Pandangan terkini mengatakan bahwa kecerdasan itu ada beberapa macam, dimulai dengan Gardner cs yang mengemukakan teori tentang kecerdasan majemuk (multiple intelligence). Bagi Gardner, tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada hanya anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis kecerdasan. Setiap kecerdasan tersebut berkaitan dengan bekerjanya salah satu daerah dalam sistem otak manusia. Itulah yang membuat Gardner cenderung mengatakan hal ini sebagai kecerdasan, bukan bakat. Otak manusia memang sebuah anugerah Allah Swt yang tak ternilai. Kecerdasan majemuk ini menjadi sangat strategis ketika diketahui bahwa masa paling potensial untuk mengembangkan fungsi otak manusia adalah sebelum usia 8 atau 9 tahun. Oleh karena itu, usia 0-8 atau 9 tahun ini disebut the golden age. Penelitian menunjukkan bahwa secara fisik, perkembangan otak manusia akan berhenti pada usia 12 tahun, dengan perincian: perkembangan dalam kandungan mencapai 25%, usia 0-9 tahun mencapai 90% dan pada usia 12 tahun memcapai 100%. Sementara itu, perkembangan intelektual seseorang (artinya aspek fungsional dari otak manusia untuk berpikir), akan berhenti pada usia 18 tahun, dengan perincian: sampai usia 4 tahun mencapai 50%, usia 8 tahun mencapai 80% dan usia 18 tahun mencapai 100%. Berdasar penelitian tersebut terlihat jelas bahwa masa paling pesat untuk pertumbuhan fisik maupun intelektual manusia adalah pada saat usia dini. Sebagai wujud rasa syukur kita terhadap nikmat Allah yang yang sangat berharga ini, maka kita berkewajiban mengembangkan potensi-potensi tersebut, karena anak adalah amanah Allah yang dititipkan pada kita. Nah, tentang kecerdasan majemuk, awalnya Gardner membagi kecerdasan menjadi 7 yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logika matematika, kecerdasan fisik, kecerdasan visual sosial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan musik. Selanjutnya muncul kecerdasan yang ke 8 yaitu kecerdasan naturalis. Dalam perkembangannya, Gardner mengemukakan kemungkinan adanya kecerdasan majemuk yang ke-9 yaitu kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan eksistensial, dan kecerdasan yang ke-10 yaitu kecerdasan moral (EQ). Bagi kita umat muslim, tentu kecerdasan yang ke-9 dan 10 ini yang harus menjadi landasan utama dalam menjalani hidup, jauh lebih penting dari 8 kecerdasan yang lain, terlepas dari apakah Gardner mengatakan hal itu sebagai kecerdasan atau sekedar potensi saja. Berikut akan dijelaskan tiap kecerdasan tersebut, sekaligus bagaimana cara mengenali tiap kecerdasan tersebut dan mengembangkannya. Pengenalan terhadap ciri tiap jenis kecerdasan tersebut sangat penting, agar kita mengetahui jenis kecerdasan apa yang dominan pada anak kita, sehingga kita dapat mengarahkan kecerdasan tersebut dengan optimal sesuai minatnya. Biasanya, jenis kecerdasan yang dominan pada anak juga berbanding lurus dengan minatnya, sehingga jika hal ini dikembangkan dengan baik, anak akan tumbuh besar dengan cita-cita yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Jangan sampai karena kita tidak jeli dalam mengenali jenis kecerdasan anak,

akhirnya anak merasa dipaksa untuk menjadi ini dan itu di luar keinginannya. 1. KECERDASAN LINGUISTIK (WORD SMART) Kecerdasan linguistik yaitu kecerdasan dalam mengolah kata secara efektif baik lisan maupun tertulis. Bagian otak yang bertanggung jawab untuk kecerdasan ini disebut broca area. Ciri-ciri anak cerdas linguistik yang dapat kita amati adalah: lebih awal berbicara dibanding anak lain, suka berargumentasi, suka menulis, suka melucu atau menghibur dengan kata-kata, mudah menghapalkan kata atau tempat baru, suka mengsi TTS, suka mengumpulkan kosa kata baru, membuat kalimat plesetan, mengarang atau mengajar, serta unggul dalam membaca dan menulis. Strategi mengembangkan jenis kecerdasan ini anatara lain:
y

y y

Mengajak anak berdialog atau berdiskusi. Dimulai dengan sering bertanya tentang kondisi anak atau lingkungan sekitarnya, menggali berbagai perasaannya. Kegiatan ini bermanfaat untuk pengembangan bahasa dan pengendalian emosinya. Membacakan cerita. Kebiasaan membacakan cerita sebelum tidur perlu dijadwalkan. Buku dapat dipilih oleh anak sesuai minatnya. Jika dibiasakan membacakan cerita, maka anak tidak merasakan kegiatan ini sebagai alternatif bermain tetapi menjadi kebutuhan. Ekspresi dan intonasi penutur cerita juga akan mengarahkan anak untuk lebih mandiri dalam mengeksplorasi bacaan. Merangkai cerita. Berikan anak potongan-potongan gambar lalu minta ia menyusunnya dan bercerita berdasarkan susunan gambar tersebut. Atau anak dapat diminta bercerita tentang pengalamannya. Jika anak sudah dapat menulis, latih anak untuk menuliskan tentang perasaan atau pengalamannya. Bermain kartu huruf atau kata. Dimulai dari huruf ampelas, kartu huruf, kartu suku kata sampai kartu kata. Ajak anak main tebak-tebakan, misalnya menyebutkan kata dengan awalan atau akhiran huruf tertentu. Bermain peran, untuk mencoba berbagai peran sosial di sekitarnya, menyatakan peran sesuai jenis kelaminnya, mewujudkan imajinasi dan melatih kerja sama. Melalui dialog dalam main peran ini anak berlatih berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Bermain teka-teki silang, atau permainan lain yang berorientasi bahasa (monopoli, scrabble). Memperdengarkan lagu atau dongeng anak-anak, lalu ajak anak ikut bernyanyi mengikutinya. Kegiatan ini mempertajam pendengaran anak, menuntut anak untuk teliti dalam menyimak dan menirukan kembali kata-kata yang ia dengar, serta menambah kosa kata. Memutar film drama atau detektif lalu menuliskannya dalam bahasanya sendiri atau menceritakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada cerita selanjutnya. Bisa juga dengan langsung dijadikan bahan diskusi. Mengisi buku harian, dan menulis surat pada teman. Untuk anak yang belum dapat menulis dengan baik dapat diminta untuk bercerita lalu kita yang membantu menuliskan, anak tinggal menuliskan namanya saja atau menghiasnya. Untuk anak yang sudah dapat menulis awalnya diberikan lembaran terbatas hanya beberapa baris tulisan, selanjutnya ditingkatkan sesuai kemampuan anak.

2. KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA (LOGIC SMART)

Kecerdasan logika yaitu kecerdasan dalam mengolah angka atau menggunakan logika. Kecerdasan ini melibatkan sejumlah bagian pusat berpikir pada otak. Ciri-ciri dari kecerdasan ini adalah: mampu berpikir secara abstrak, suka dengan angka dan hitung-menghitung, mudah dalam memahami konsep yang rumit, runut dalam berpikir atau berbicara, mampu berpikir sebab akibat dan mampu menganalisis suatu masalah dengan tepat. Adapun strategi mengembangkan cerdas logika antara lain dengan:
y

y y y

y y

Bermain pazel, dapat juga dengan permainan lain seperti ular tangga atau kartu domino. Permainan ini membantu mengasah kemampuan memecahkan masalah menggunakan logika. Bermain dengan bentuk-bentuk geometri, dapat dimulai sejak usia bayi dengan menggantung berbagai bentuk geometri warna-warni. Untuk anak yang lebih besar ajak anak membandingkan perbedaan berbagai bentuk geometri, kegunaan, mengelompokkan, dan mencari contoh benda di sekitar dengan bentuk geometri tertentu. Pengenalan bilangan melalui nyanyian, tepuk, dan sajak berirama. Anak dapat juga membuat tepuk atau lagu versi sendiri untuk mengenal berhitung. Obrolan ringan tentang sebab akibat, bermain tebak-tebakan, bermain tentang perbandingan bilangan dengan topik yang menarik bagi anak. Bermain menyusun pola tertentu, dengan kancing warna-warni atau benda lainnya, pengamatan atas berbagai rutinitas kejadian sehari-hari sehingga anak memahami hubungan sebab akibat. Eksperimen sederhana misalnya bermain mencampur warna atau bermain menuang air ke berbagai wadah dengan bermacam bentuk, mengukur besar kaki, menemukan konsep udara, mengukur panjang-berat-volume suatu benda, , mengamati benda kecil dengan lup, menyeimbangkan batang kayu dan gantungan pakaian. Berjalan-jalan ke luar rumah untuk berinteraksi dengan alam sekitar. Mengajak anak berbelanja, misalnya mengecek barang sesuai daftar belanja, mencermati berat barang yang dibeli, menghitung uang kembalian, memilih dan mengelompokkan berbagai barang (bermain mengelompokkan atau menyortir benda) Mengenalkan cara menggunakan kalkulator dan komputer.

3. KECERDASAN FISIK (BODY SMART) Kecerdasan fisik adalah kemampuan menggunakan seluruh bagian-bagain tubuh untuk menyelesaikan masalah atau melakukan suatu gerak yang menghasilkan suatu produk (pertunjukan). Bagian otak yang memproduksi kemampuan ini adalah cortex di kedua belahan otak (hemisphere). Ciri-ciri dari anak dengan kecerdasan fisik tinggi anatar lain: mampu melakukan suatu gerakan tubuh yang indah atau bagus, berlari, pandai menari, suka main memasak, menghias rumah, membuat taman bunga atau terampil membuat kerajinan tangan dan cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Strategi mengembangkan anak dengan cerdas fisik antara lain:
y

Mengajak anak menari bersama. Kegiatan ini menuntut keseimbangan dan keselarasan gerak tubuh, dan kekuatan serta kelenturan otot.

y y

y y

y y

Bermain peran, karena kegiatan ini menuntut anak menggunakan tubuh untuk berekspresi sesuai peran yang dimainkannya. Bermain drama. Kegiatan ini mirip bermain peran namun dalam lingkup yang lebih luas. Sebelum bermain drama biasanya ada latihan kelenturan otot. Selain mengandalkan stamina dan kelenturan tubuh drama juga melatih anak bersosialisasi. Jika anak tampak berbakat dan berminat dapat dimasukkan di sanggar cerita atau teater. Berolah raga, misalnya berjalan di atas papan titian, berlari, melompat, berenang, buku tangkis, senam irama, dll. Bermain pantomim. Komunikasi pada pantomim hanya mengandalkan gerakan tubuh, tidak seperti bermain peran atau drama. Kegiatan ini sangat mengasah kecerdasan fisik anak, karena anak perlu membayangkan gerakan dulu sebelum melakuka gerkan. Pantomim juga melatih ksseimbangan dan kelenturan tubuhnya. Bermain menempel-menggunting-mencocok-menjahit, dan berbagai kegiatan keterampilan lainnya disesuaikan dengan usia. Meniru gerakan orang lain dengan berhadap-hadapan seolah-olah sedang bercermin, untuk melatih kepekaan perubahan gerakan.

4. KECERDASAN VISUAL SPASIAL (PICTURE SMART). Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk berpikir dalam bentuk visualisasi gambar dan mempunyai daya penglihatan yang tinggi. Bagian otak yang berperan pada kecerdasan ini adalah hemisphere di bagian kanan belakang. Ciri-cirinya: suka bermain lego, balok atau main rancang bangun lainnya, suka menggambar apa saja yang pernah dilihatnya, mudah mengikuti petunjuk dalam mencari dan mengenali suatu tempat dan mampu dengan tepat memvisualisasikan pemikiran atau gagasannya melalui gambar. Sedang strategi mengembangkannya antara lain:
y

y y

Mengajak anak melukis, menggambar atau mewarnai. Kegiatan ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, dan termasuk kegiatan favorit anak pada umumnya. Biarkan anak menggambar sesuai imajinasinya, namun bila ingin melihat contoh pun tidak masalah. Kegiatan ini merangsang kreativitas, mengembangkan imajinasi, ajang ekspresi dan melatih motorik halusnya. Memberikan kesempatan anak untuk mencorat-coret, biasanya dimulai sejak anak umur 18 bulan. Coretan merupakan tahap awal dari menggambar dan menulis yang menuntut koordinasi mata-tangan dan dapat digunakan untuk mengembangkan imajinasinya. Siapkan kertas atau dinding khusus agar anak tidak mencorat-coret di sembarang tempat. Membuat prakarya, misalnya berbagai lipatan kertas yang akan melatih visual spatial anak. Kegiatan ini juga akan membangun kepercayaan diri anak. Menggambarkan benda-benda yang disebut dalam sebuah lagu atau sajak, sehinngga selain gembira anak juga dapat melatih visualnya karena harus membayangkan dulu benda-benda yang akan digambarnya. Mengunjungi berbagai tempat untuk memperkaya pengalamannya kemudian meminta anak menggambarkan apa saja yang sudah dilihatnya, misalnya ke kebun binatang atau museum. Bermain balok, lego, stempel atau pazel, maze, rumah-rumahan, bermain ilusi optik kamera, dll.

y y y y y

Bersama-sama ibu menata meja makan, membersihkan rumah, dll sehingga selain melatih visual anak juga membangun kepercayaan diri anak karena dapat mengambil keputusan sendiri. Bermain membuat hiasan dengan pelubang kertas yang lubangnya berbentuk aneka hewan atau benda. Bermain membentuk dengan playdough atau adonan tepung. Bermain dengan video interaktif/games. Menonton film animasi. Bermain membaca peta.

5. KECERDASAN INTRAPERSONAL (SELF SMART) Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk mengerti tentang dirinya sendiri, mampu bekerja mandiri dan memanfaatkan informasi untuk kehidupannya sendiri. Ciri kecerdasan ini adalah: mampu berpikir reflektif, tidak banyak bicara, suka menyendiri, tekun, sering merenung, dan mudah menyelesaikan perasaan negatif yang dialaminya. Untuk anak yang lebih besar, cirinya antara lain: suka mengisi buku harian, menyukai proyek sederhana yang dirancang sendiri, suka bermeditasi, mampu merancang hal-hal yang ingin dilakukan di masa depan dan konsisten dengan cita-citanya. Sedang strategi mengembangkannya: antara lain dengan:
y

y y y y

y y y y

Menciptakan citra diri positif, dengan cara kita sebagai orang tua bersikap tegas dan berwibawa namun tetap hangat dan peduli pada anak sehingga anak hormat pada orang tua dan menerima keberadaan mereka. Bercakap-cakap tentang cita-cita setelah mengukur tinggi dan berat badan. Bercakap-cakap tentang kekurangan dan kelebihan diri dalam suasana santai. Bantu anak untuk menemukan dan menyadari kekurangan dirinya yang baru diperbaiki. Bermain peran tentang berbagai profesi. Mengisi buku harian atau jurnal sederhana. Bagi anak yang belum dapat membaca, diadakan kegiatan mengisi jurnal dengan menggambar kegiatan yang sudah dia lakukan sehari itu. Bermain menghadap cermin dan menceritakan atau menggambar apa yang dilihatnya. Orang tua perlu mengarahkan bila ada hal-hal yang tidak dapat anak lihat pada dirinya. Mengajak anak berimajinasi menjadi tokoh sebuah cerita dalam buku. Biarkan anak memilih peran yang ia sukai dan orang tua/guru dapat terlibat dalam permainan tersebut. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Membayangkjan diri di masa yang akan datang, misalnya dengan pertanyaan, Jika aku sudah lulus SMU, aku akan.... Biarkan ia mengkhayalkan masa depannya, karena dari kegiatan ini kita dapat mengetahui bagaimana anak memandang dirinya saat ini dan nanti. Membiasakan pujian terhadap anak kita jika berprestasi, untuk membentuk konsep diri yang positif pada dirinya.

6. KECERDASAN INTERPERSONAL (PEOPLE SMART)

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti maksud, motivasi dan hasrat orang lain serta secara konsekuen bekerja efektif dengan orang lain. Bagian otak yang berperan pada kecerdasan ini adalah lobus frontal (cortex bagian depan). Ciri-ciri cerdas interpersonal atau cerdas sosial adalah: mudah bergaul dan bekerja sama dengan orang lain, mampu melihat permasalahan dari sisi orang lain, pandai mempengaruhi orang lain, suka memimpin, suka berdiskusi atau menimba pengalaman dari orang lain dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi pada sesama. Strategi mengembangkan jenis kecerdasan ini antara lain dengan:
y

y y y y y y y

Membuat peraturan bersama dalam keluarga melalui diskusi, sehingga tiap anak merasa memiliki peraturan tersebut. Peraturan ini dapat ditulis dan dipajang di kamar anak atau di luar kulkas. Memberi kesempatan tanggung jawab di rumah, misalnya mencuci peralatan makannya sendiri, dll. Melatih anak untuk menghargai perbedaan pendapat antara anak dengan adik, kakak, atau temannya. Mengajak anak berkunjung ke keluarga saudara atau tetangga Menumbuhkan sikap ramah dan peduli pada sesama, misalnya berkunjung ke panti asuhan atau rumah sakit, memberikan bingkisan sederhana kepada anak jalanan. Melatih anak mengucapkan terima kasih, minta tolong atau minat maaf. Melatih kesabaran menunggu giliran. Membuat sebuah proyek kerjasama dengan seluruh anggota keluarga, misalnya, proyek memelihara kelinci, membuat taman bunga, dll.

7. KECERDASAN MUSIKAL (MUSIC SMART) Kecerdasan musik adalah kemampuan dalam penampilan, komposisi dan apresiasi bentukbentuk musik. Anak disebut cerdas musik bila ia mempunyai kepekaan musik yang tinggi sehingga mudah dalam mengamati, mengkritik, menggubah, memainkan musik atau menyanyikan lagu. Bagian otak yang memproduksi kemampuan ini terletak di bagian otak kanan. Ciri-ciri anak yang cerdas musik adalah: mampu bernyanyi dengan nada dan tempo yang benar, suaranya tidak sumbang, mudah mengikuti melodi, suka memainkan alat musik tertentu dan mudah terbawa perasaannya jika mendengarkan musik atau nyanyian. Sedang strategi mengembangkan cerdas musik antara lain:
y y y y y y

Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan dirinya, misal dengan pertanyaan: Siapa yang suka musik? Siapa yang suka bernyanyi? Mengunjungi pemusik atau munsyid untuk menceritakan pengalamannya. Karya wisata musik, misalnya ke stasiun radio/televsisi/PH, studio rekaman. Mengajak anak bermain musik, baik alat musik sungguhan maupun alat musik buatan sendiri (misal dari kaleng bekas ditutup kertas semen, konser musik dapur, dsb). Meminta anak untuk menciptakan sendiri irama, rap atau senandung, dan jika mungkin ditampilkan dengan alat musik. Diskografi, yaitu mencari lagu atau lirik potongan lagu yang berhubungan dengan topik tertentu. Misalnya, pembahasan tentang DPR, anak akan teringat lagu Wakil Rakyat dari Iwan Fals.

y y y

Musik supermemori, yaitu memutarkan musik efektif di saat santai. Misalnya memutarkan lagu atau musik yang pelan saat anak- anak bekerja membereskan rumah. Meminta anak-anak untuk mengarang sebuah lagu sederhana baik mengganti syairnya saja maupun dengan melodinya. Menirukan berbagai nada, memperdengarkan musik instrumentalia, dan mengajak anak bernyanyi sendiri atau bersama-sama.

8. KECERDASAN NATURALIS (NATURE SMART) Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan berbagai flora fauna dan memahami berbagai gejala alam. Ciri-cirinya: suka menikmati keindahan alam, mengoleksi benda-benda yang ditemukan di lingkungannya, mengenali nama berbagai macam tanaman dan binatang yang ada di lingkungannya, menyayangi binatang dan tanaman, menyukai tantangan alam, mempunyai rasa igin tahu yang besar terhadap berbagai gejala alam. Untuk anak yang lebih besar biasanya suka mendaki gunung, camping atau melakukan perjalanan ke daerah pelosok yang belum ia kenal. Sedang strategi mengembangkan cerdas naturalis adalah:
y y y y y y y y y y y y

Beri kesempatan pada anak untuk mengetahui kemampuan pada dirinya. Mengunjungi pecinta alam, ahli zoologi, pengawas hutan dll untuk menceritakan pengalamannya. Karya wisata alam, misalnya berjalan-jalan di alam terbuka, mengamati berbagai jenis binatang di pantai, lalu didiskusikan bersama. Menceritakan apa yang dilihat ketika memandang ke luar jendela. Memelihara hewan atau membawa hewan ke kelas dan anak-anak diminta untuk mengamatinya. Ekostudi, misalnya berhitung tentang spesies hewan apa saja yang hampir punah, meramalkan yang akan terjadi jika di bumi tidak ada pohon, dll. Bermain peran sebagai tanaman atau binatang yang diperlakukan semena-mena. Menanam pohon di halaman rumah dan mencatat perkembangannya, atau membuat kebun/taman sebagai proyek bersama. Memahamkan tentang pentingnya menghemat air dan membuang sampah pada tempatnya. Membuat herbarium sederhana. Menonton film dokumenter tentang bencana alam, lalu didiskusikan bersama. Simulasi sederhana tentang erosi akibat hutan yang gundul.

9. Kecerdasan Existensial Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan untuk menempatkan diri dalam jagat raya yang luas, jauh tak terhingga dan menghubungkannya dengan kehidupan selanjutnya (kematian). Sebagaimana dijelaskan di awal, kecerdasan ini diupayakan selalu dominan pada anak, baru diupayakan mengembangkan jenis kecerdasan yang lain. Kita bisa berkaca pada generasi safus saleh seperti Ibnu Sina, Aljabar, dan lain-lain yang sangat ahli di bidangnya, tetapi mereka juga orang-orang saleh yang terkenal dengan ilmu agamanya yang sangat tinggi. Jadi, anak boleh menjadi dokter, insinyur, munsyid, atlit atau apa saja profesi yang halal sesuai minatnya, tapi

tetap syarat utamanya adalah dia harus menjadi orang yang saleh dan alim (berilmu agama). Adapun strategi mengembangkan kecerdasan ini antara lain:
y

Mengintegrasikan kandungan agama dalam muatan seluruh materi yang sedang diperbincangkan atau dipelajari bersama anak, sehingga anak dapat merenungkan aspek keimanan/existensial dari segala sesuatu yang mereka pelajari. Mendampingi anak dalam menekuni cara-cara ilmuwan dan berbagai profesi lainnya dalam mewujudkan matra eksistensial dalam hidup mereka, dengan cara silaturahim pada para ilmuwan yang soleh dan memberikan kesempatan pada anak untuk melihat kerja keras mereka serta bercaka-cakap dengan mereka Menyediakan buku-buku biografi atau Sirah tokoh-tokoh muslim dengan gambar yang menarik, dan secara berkala dibacakan di depan anak-anak dilanjutkan dengan diskusi yang akrab. Biasanya, anak akan terkesan, dan spontan menyatakan keinginannya, misalnya: Ibu, aku ingin seperti Umar nanti. Jadi presiden yang sayang sama rakyatnya,.

(MUA, dari berbagai sumber)

MENDISIPLINKAN ANAK SECARA SMART (by Mukti Amini)


Tulisan ini sebenarnya sudah dipublish di Majalah Tatsqif No. 29 edisi April 2008. Bagi yang belum berkesempatan baca, silakan! Isinya sama aja kok Rumah Reno terletak tidak jauh dari SD-nya, sebuah SD Islam di sudut kota Jakarta. Ayah Reno setiap hari bekerja dari pagi sampai sore. Ibunya, meskipun tidak bekerja, hampir setiap hari keluar rumah untuk aktivitas dakwah dan sosial. Sepulang sekolah, Reno yang anak tunggal hanya ditemani pembantunya. Di rumahnya, Reno bebas memanfaatkan semua fasilitas yang ada, pembantu tidak berani melarangnya. Suatu hari Reno menyewa sebuah VCD yang ditawarkan oleh penjaga rental VCD tak jauh di rumahnya. Dia tonton VCD itu bersama-sama 4 teman karibnya: Aldi, Edo, Eko dan Badu. Ternyata VCD tersebut adalah VCD porno yang berisi adegan ranjang. Terdorong oleh tontonan tersebut, 5 sahabat itu mengajak Nina, teman sekelasnya ke sekolah. Di ruangan kelas yang sepi dan belum terkunci, mereka mencoba menirukan apa yang mereka lihat di film tersebut secara bergilir, dengan Nina sebagai objeknya. Kejadian tersebut dipergoki oleh Pak Jono, tukang kebun sekolah, yang kemudian melapor pada kepala SD tersebut keesokan harinya. Pak kepala SD segera mengajak seluruh orang tua 5 anak tersebut berkumpul untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ketika dberitahukan persoalan yang menimpa anak-anak mereka, semua orang tua yang hadir terperanjjat, tak percaya, dan mengelus dada. Tak habis pikir mereka betanya, Kok bisa ya anakku bertindak begitu??? Bukan rahasia, kejadian serupa kasus di atas saat ini makin marak saja menimpa anak-anak Indonesia. Bahkan kejadian serupa dapat saja terjadi pada anak-anak kita. Sungguh, anak-anak kita dalam bahaya! Sebagai seorang ibu (atau calon ibu) muslimah, bagaimana kita harus menyikapi hal ini? Anakanak kita sebagai amanah dari Allah SWT, yang perlu kita didik sebaik-baiknya. Ini tugas yang tidak mudah, karena sebagai seorang muslimah yang baik, kita tidak hanya dituntut untuk sukses dalam membina keluarga, tetapi juga harus berdaya guna bagi masyarakat sekitar. Bukan muslimah yang mencukupkan diri dengan terbentuknya keluarga samara, tetapi lebih dari pada itu, ingin membentuk sebuah keluarga dakwah yang samara. Namun jangan sampai kesibukan dakwah muslimah di luar rumah malah menjadi bumerang bagi dakwah, yaitu ketika anak-anak kita berperilaku yang dianggap kurang baik oleh masyarakat sekitar. Jangan sampai ada omongan, Ibunya sih alim, ngajar ngaji kemana-mana. Tapi lihat tuh anak-anaknya, waduh nakalnya minta ampun. Kemarin anakku saja sampai harus masuk rumah sakit gara-gara kepalanya bocor dilempar batu sama anaknya... Nah, salah satu yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi cara kita dalam mendisiplinkan anak. Kadang, atas nama cinta, banyak kasus anak-anak yang tidak displin karena ibunya tidak berani bersikap tegas. Sang Ibu terjebak pada stigma bahwa seorang muslimah itu harus selalu lemah lembut, tidak boleh marah meskipun anak-anak berperilaku salah. Yang kemudian terjadi adalah justru anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang bias aturan. Bagaimana kita dapat mendisiplinkan anak secara efektif? Banyak cara yang ditawarkan oleh para ahli. Namun intinya adalah bahwa kita harus melaksanakan semua itu atas dasar cinta. Salah satu kiat itu ditulis olh Larry J. Koenig yang mengenalkan smart discipline. Tahap-tahap untuk

mendisiplinkan anak dengan smart disiplin ini meliputi beberapa langkah di bawah ini. Mengidentifikasi perilaku kurang baik anak yang harus segera dirubah. Perilaku anak yang kurang baik perlu diurutkan dan dibuat rekapitulasinya. Caranya dengan membuat daftar/matriks perilaku kurang baik yang biasanya dilakukan anak-anak lalu dihitung frekwensinya dalam waktu tertentu, misalnya 1 pekan. Setelah itu buat peringkat, frekwensi yang paling banyak berarti prioritas perilaku kurang baik yang harus segera diubah. Membuat peraturan atau batasan Batasan pada anak diperlukan sebagai rambu-rambu agar anak dapat bermain tanpa rasa takut dan merugikan orang lain. Batasan yang dibuat tersebut harus masuk akal dan adil, artinya disesuaikan dengan usia anak. Untuk anak umur 7 tahun misalnya, tentu poin-poin batasannya lebih sederhana dari pada anak kita yang beranjak remaja. Dalam masalah sholat misalnya, Rasulullah SAW mengajarkan tahapan mengenalkan aturan denngan cara, ...suruhlah anakmu sholat pada usia 7 tahun, dan pukullah bila tidak sholat pada usia 10 tahun.... Rasulullah membolehkan kita memukul anak jika belum juga mau sholat pada usia 10 tahun, sejak pertama kali disuruh untuk sholat pada umur 7 tahun. Artinya, ada rentang waktu 3 tahun yang dianggap sangat cukup untuk membiasakan dan mendidik anak-anak dengan aturan. Sebaiknya, batasan ini perlu ditulis supaya tidak terjadi perdebatan atau bantahan. Tempelkan tulisan tersebut pada tempat yang strategis supaya mudah dilihat anak. Untuk anak kita yang belum dapat membaca, poin-poin aturan tersebut dapat dibantu dengan gambar/icon. Untuk membuat dan menjamin pelaksanaan aturan yang baik pada anak perlu memenuhi beberapa kriteria. Pertama, berhemat dengan batasan-batasan, karena semakin banyak aturan semakin besar potensi ada aturan yang dilanggar. Batasan yang terlalu banyak juga akan membuat anak bingung mematuhi apa saja yang diharapkan. Kedua, dibuat dengan kalimat yang jelas dan spesifik, makin ringkas makin baik. Ketiga, buatlah aturan yang masuk akal dan layak. Masuk akal yaitu jika sesuai dengan keadaan emosi dan jasmani anak pada saat itu. Keempat, konsisten dalam menjalankan aturan tersebut. Tidak ada istilah anak lolos dari konsekwensi karena ibu lupa atau tidak tega. Kelima, berkata dengan gaya menunjukkan/menjelaskan dan bersifat menentukan, bukan melarang. Keenam, memberikan tenggang waktu untuk pelaksanaan. Artinya, sebelum benar-benar dilaksanakan, perlu diadakan sosialisasi dulu pada anak-anak. Ketujuh, membangun hubungan timbal balik dan atas dasar kerelaan kedua pihak (orang tua dan anak). Kedelapan, aturan dibuat secara bertahap, mulai dari hal-hal yang kecil. Kesembilan, memberikan kesempatan pada anak untuk mengajukan pilihan dan pertimbangan, sehingga aturan tersusun secara demokratis. Tapi bukan berarti anak boleh menawar berbagai konsekwensi yang telah disepakati. Kesepuluh, meninjau secara berkala terhadap aturan yang dibuat, dan dirundingkan kembali bersama anak. Kesebelas, mengingatkan anak pada aturan saat melanggar dengan pertanyaan atau permintaan, bukan dengan hardikan atau kemarahan. Misalnya, saat anak merengek, maka kita bisa mengatakan, Maaf Zaki, kamu boleh ambil brownies itu lagi, tapi nanti setelah kamu selesai makan ya. Sebaiknya hindari kata-kata tidak boleh atau Jangan... supaya anak tidak merasa sebagai pihak tertuduh. Dan keduabelas, tidak pelit dengan pujian bila aturan sudah dilaksanakan anak. Pujian akan membangun konsep diri positif pada anak. Memilih konsekwensi yang tepat Konsekwensi akan berlaku bila anak dapat menjalankan aturan dengan baik. Buatlah daftar hak

istimewa yang dinikmati anak sehari-hari dan oleh anak dianggap sudah menjadi haknya apa pun yang terjadi. Pilihlah diantaranya 5 saja yang sangat diinginkan anak, lalu urutkan. Hak yang paling penting diberi nomor 5, yang paling tidak penting diberi nomor 1. Misalnya, Zaki mempunyai 5 hak istimewa dengan urutan: beli es krim, baca buku cerita, nonton kartun di tivi, main sepeda, dan main game di komputer. Membuat tabel smart disiplin Tabel smart disiplin ini sebaiknya dibuat harian, namun juga dapat dibuat mingguan. Contoh tabel smart disiplin harian adalah dengan membuat tabel 2 X 4, baris atas diisi dengan tanda ABCD, dan baris ke 2 diisi dengan EFGH. Berikan judul untuk nama, hari, dan catatan akhir tentang peraturan hari ini serta perilaku baik anak yang telah dilakukannya kemarin. Tabel tersebut dapat dilihat di bawah ini. Nama : ______________________________________________________________ Hari : ______________________________________________________________ A B C D E F G H Peraturan hari ini: ____________________________________________________ Perilaku baik hari kemarin: _____________________________________________

Hak istimewa yang paling tidak penting (nomor 1) dimasukkan di kolom D, berturut-turut sampai hak istimewa paling penting di kolom H. Tabel ini ditempelkan di tempat strategis dimana anak juga dapat melihatnya. Menjelaskan cara kerja smart disiplin Jika anak melanggar salah satu butir aturan, maka kolom A akan diberi tanda X. Jika anak melanggar butir aturan yang sama atau butir aturan yang lain, maka kolom B juga diberi tanda X, begitu pula nanti untuk kolom C. Jadi ada 3 kali pelanggaran yang bila dilakukan anak masih diberikan toleransi dan anak tetap tidak kehilangan hak istiimewa. Namun jika ada pelanggaran yang ke-4, maka kolom D diberi tanda X sehinga hak istimewa pada kolom tersebut hilang. Begitu seterusnya. Tabel ini perlu diganti setiap hari. Anak boleh menggunakan hak istimewa yang masih ada pada esok harinya. Tabel ini juga dapat dimodifiasi menjdi tabel mingguan. Untuk tabel mingguan maka digunakan 12 kolom (ABCDEFGHIJKL), dengan penempatan hak istimewa pada kolom HIJKL. Cara kerja tabel ini ini perlu dikomunikasikan pada anak agar anak mulai berhitung dengan aturan yang telah dibuat dan mencoba mematuhinya. Nah, Ummahat Muslimah, Bismillah ... Selamat mencoba! (dari berbagai sumber)

Diposkan oleh Serpihan Kecil Kembaraku di 19:17

Stimulasi dini pada anak : Kiat mengembangkan kecerdasan majemuk, kemandirian dan kreativitas
ARTIKEL, Ibu & Anak - 09 May 2011 Bapak Ariel dan ibu Lia adalah sebuah contoh keluarga muda yang baru mempunyai seorang anak laki-laki yang berusia 3 tahun bernama Rio. Sang suami bekerja sampai sore, istri membaktikan dirinya sebagai ibu rumah tangga untuk membesarkan anak terkasihnya. Sebagai orang tua keduanya meyakini bahwa urusan anak adalah tanggung jawab bersama. Pak Ariel tidak melulu hanya pencari nafkah, tapi selepas kerja atau sewaktu libur selalu menyempatkan berinteraksi dengan anak. Sebagai ayah, ia mau meluangkan waktu menjadi teman bermain bagi Rio, sang anak. Ketika si kecil baru lahir baik pak Ariel dan bu Lia sering mengajak ngobrol bayinya yang masih merah. Ketika disusui oleh ibunya atau ketika ditimang ayahnya, suara ke dua orang tuanya yang merdu sering membuat Rio kecil sampai tertidur. Ketika Rio bisa merangkak dan menjangkau apa saja, pak Ariel dengan sigap menyimpan koleksi keramiknya di gudang, lingkungan rumah dibikin seaman dan senyaman mungkin untuk anaknya bereksplorasi. Ketika usia bertambah, koleksi mainan Rio makin bertambah tapi pak Ariel dan bu Lia selalu memberikan alat permainan edukatif sebagaimana yang dianjurkan pakar perkembangan anak. Terakhir pak Ariel membelikan buku bacaan buat Rio tapi isinya lebih banyak gambar yang berwarna warni karena Rio sangat senang didongengkan oleh kedua orang tuanya. Ketika sekarang Rio sudah usia 3 tahun, sewaktu ia mandi dibiarkan untuk menciduk airnya sendiri, ketika makan ia dipersilahkan menyuapi sendiri walaupun nasinya jadi berantakan kemana-mana. Kalau Rio mau pipis selalu diingatkan untuk bilang pada orang rumah dan diantarkan ke toilet. Saat bersama nonton tivi, selalu yang ditonton adalah tayangan yang pantas, begitu pula ketika minta diputarkan vcd atau dvd. Berhubung dia sudah senang mencoret-coret, disediakan banyak kertas gambar dan crayon untuk menyalurkan hobbynya itu. Waktu libur adalah waktu yang menyenangkan bagi Rio, karena orang tuanya acapkali membawanya jalan-jalan dari mulai ke kolam renang, tempat rekreasi, pasar atau mall, kebun binatang, taman safari, bahkan pernah dirinya diajak orang tuanya ke museum dan pameran lukisan di sebuah galeri. Sekali waktu pernah juga Rio diajak melihat pentas seni, dia senangnya nonton band apalagi kalau ada penyanyi cilik idolanya. Dalam hal yang lain, Rio sering diajak ikut sholat berjamaah bersama kedua orang tua dan pengasuhnya di rumah. Walau sering jalan kesana kemari sewaktu sholat atau kadang-kadang malah tiduran di sajadah, orang tuanya membiarkannya karena yang penting bagi Rio adalah pengenalan ibadah kepada Tuhan. Untuk mengenalkan kebaikan kepada sesama, orang tua Rio pernah merayakan ulang tahun Rio bersama dengan para anak yatim di sebuah panti asuhan. Di tempat tersebut Rio dengan suka cita membagikan makanan dan kue serta hadiah ulang tahun kepada mereka yang tak berpunya.

Begitulah sekelumit cerita tentang pak Ariel dan bu Lia dalam membesarkan anaknya. Keduanya faham benar selain anak memerlukan gizi yang baik, imunisasi yang selengkap mungkin, sang anak butuh stimulasi sedini mungkin dan tauladan sedini mungkin. Cerita tadi adalah sebuah ilustrasi untuk menggambarkan sebuah keluarga yang sedang berproses menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab terhadap anaknya. Membicarakan masalah anak selalu menekankan pada dua aspek yaitu aspek pertumbuhan dan aspek perkembangan. Pertumbuhan yang optimal akan mendukung perkembangan anak yang optimal pula. Adalah kewajiban orang tua untuk memfasilitasi tumbuh kembang anaknya secara optimal. Sementara itu adalah hak seorang anak untuk mendapat kesempatan tumbuh kembang secara layak. Karena itu para orang tua diharapkan mengetahui persis kebutuhan anak sejak masih dalam kandungan dan memenuhinya dengan penuh tanggung jawab. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan anak? Pertumbuhan anak terkait dengan peningkatan ukuran tubuh sesuai dengan umurnya. Pengukuran yang sering dipakai sebagai indikator adalah : panjang/ tinggi badan, berat badan dan ukuran lingkar kepala. Banyak faktor yang menentukan pertumbuhan seorang anak baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal antara lain : genetik/bawaan (ayah, ibu, nenek, kakek) dan proses selama kehamilan. Sementara itu faktor eksternal antara lain : penyakit, nutrisi (gizi), polusi dan aktivitas fisik. Pertumbuhan anak mengikuti fase sesuai kronologis umur, ada fase dimana anak bertumbuh dengan cepat kemudian melambat dan kembali tumbuh cepat ketika seorang anak menjelang remaja. Kurva pertumbuhan anak di KMS secara sederhana dan praktis bisa dipakai, tapi pengukuran yang lebih detail biasa dipakai kurva CDC-NCHS yang diakui secara internasional. Ploting pada kurva tesebut dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menilai status pertumbuhan anak. Pengukuran lingkar kepala anak sampai 1 tahun pertama penting karena berhubungan dengan perkembangan volume otak atau penyakit yang berhubungan dengan otak. Hasil pengukuran lingkar kepala dapat berupa normosefali (ukuran rata-rata normal), makrosefali (lebih besar dari rata-rata ukuran normal) dan mikrosefali (lebih kecil dari ukuran rata-rata normal). Pada anak yang mikrosefali sering berkaitan dengan keterlambatan perkembangan dan keterbelakangan mental. Dengan mengetahui secara dini hal tersebut orang tua diharapkan dapat memberikan perlakuan atau stimulasi sesuai keadaan sang anak. Lalu apa pula yang dimaksud dengan perkembangan anak ? Perkembangan seorang anak terkait dengan peningkatan fungsi individu dari berbagai aspek antara lain: sensorik, motorik, kognitif, komunikasi (berbahasa), emosi-sosial, kemandirian, kreativitas, kerjasama/kepemimpinan, etika, budi-pekerti dan moral spiritual. Faktor penentu perkembangan anak dapat berupa faktor internal yaitu faktor genetik dan proses sejak kehamilannya, sementara faktor eksternal antara lain: gizi, penyakit, kualitas pengasuhan/keluarga maupun lingkungan. Kesemua faktor tersebut berperan positif selama kebutuhan dasar perkembangan anak tercukupi.

Apakah kebutuhan dasar untuk proses perkembangan anak ? Setidaknya ada 3 kebutuhan dasar untuk mengembangkan kecerdasan, kemandirian dan kreativitas pada anak: * Kebutuhan fisis-biologis (asuh) * Kebutuhan kasih sayang (asih) * Kebutuhan stimulasi (asah) Apa saja kebutuhan fisis-biologis seorang anak ? Pemberian nutrisi/gizi seimbang, imunisasi dasar yang lengkap, kebersihan badan maupun lingkungan, pengobatan dini, kesempatan berolah raga, bermain/ berekreasi dan sebagainya adalah upaya pemenuhan kebutuhan fisis biologis bagi anak. Pemenuhan kebutuhan fisis bilogis pada anak mempengaruhi kualitas perkembangan anak. Anak dengan gizi buruk sulit untuk menerima stimulasi yang diberikan. Anak yang mempunyai gejala sisa atau sequele dari penyakit radang otak yang pernah dideritanya membuat anak terbelakang/terlambat perkembangannya. Anak yang menderita polio dan lumpuh membuat si anak menjadi terbatas kemampuannya untuk berlatih olah raga dan menari. Bagaimana memenuhi kebutuhan kasih sayang-emosi pada anak ? Pemenuhan kebutuhan kasih sayang dapat dilakukan oleh orang tua dengan antara lain: menciptakan rasa aman/ nyaman/ dilindungi, diperhatikan (minat, keinginan dan pendapat), diberi contoh (bukan dipaksa), dibantu, didorong, dihargai, penuh kegembiraan, dan mengkoreksi bila anak berbuat salah, tapi bukan ancaman atau hukuman. Kondisi seperti ini dapat terpenuhi oleh orang tua yang menjalani pola asuh yang demokratik. Hasil pengasuhan seperti ini diharapkan akan meningkatkan kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas dan kerjasama/kepemimpinan. Bagaimana penjelasan tentang pentingnya stimulasi pada anak ? Stimulasi akan merangsang hubungan antara sel otak (sinaps) dimana diketahui milyaran sel otak telah dibentuk sejak janin dalam kandungan (usia kehamilan ibu 6 bulan) tapi belum ada hubungan antara sel otak satu dengan yang lainnya. Dengan dilakukan rangsangan/stimulasi sejak dini, maka terbentuk hubungan di antara sel otak tersebut (sinaps). Makin sering dirangsang makin kuat hubungan tersebut. Makin banyak variasi, hubungan makin kompleks yang merangsang sel otak kiri maupun kanan dan pada akhirnya menghasilkan kecerdasan majemuk, kecerdasan yang lebih luas dan tinggi. Apa saja stimulasi yang harus diberikan, bagaimana caranya dan kapankah waktunya ? Stimulasi diberikan pada seluruh aspek perkembangan anak yaitu sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama, kepemimpinan dan moral-spiritual. Cara atau metode stimulasi bermacam-macam, antara lain dengan rangsangan suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, bermain, memecahkan masalah, mencoret-coret, menggambar dsb. Kegiatan stimulasi tak mengenal waktu karena dilakukan setiap kali berinteraksi dengan anak seperti: waktu makan, memandikan, berganti pakaian, ketika dalam perjalanan, bermain di dalam mobil, nonton tv sebelum tidur dan lain-lain.

Apakah prinsip-prinsip stimulasi yang harus kita ketahui ? Prinsip stimulasi (perangsangan/ bermain/ latihan) antara lain : * Setiap hari dan setiap berinteraksi. * Suasana nyaman dan timbulkan rasa aman. * Suasana bermain (fun), gembira dan penuh kasih sayang. * Tidak tergesa-gesa dan tidak memaksa. * Berikan contoh dan dorongan untuk mencoba. * Bervariasi sesuai dengan minat dan kemampuan anak. * Beri pujian bila berhasil, sekecil apapun keberhasilannya. * Koreksi bila belum bisa dan bukan hukuman. Apa saja yang mempengaruhi pemberian kasih sayang dan stimulasi pada anak? Pemberian kasih sayang-emosi dan stimulasi ini terutama dipengaruhi oleh 2 hal yaitu pola pengasuhan keluarga dan karakter si anak. Dikenal 4 macam pola pengasuhan keluarga: * Pola asuh demokratik (autoritatif) : orang tua mendidik anak dengan demokratis sehingga dapat menjalankan prinsip stimulasi. * Pola asuh diktator (otoriter) : orang tua mendidik anak dengan banyak larangan dan aturan yang kaku, sering menghukum yang dapat menimbulkan child abuse (pencederaan pada anak). * Pola asuh permisif : orang tua mendidik dengan aturan yang longgar, cenderung membolehkan semua keinginan anak. Akibatnya anak menjadi manja dan tidak disiplin. * Pola asuh tidak peduli (cuek) : orang tua tidak mau peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berakibat pada penelantaran anak (neglect). Dari keempat macam pola pengasuhan tadi, pola asuh demokratiklah yang dapat menjalankan prinsip stimulasi dengan benar. Bagaimana pola asuh demokratik itu? Penjelasannya ada pada pembahasan selanjutnya. Sementara itu secara umum dikenal 3 temparamen anak : easy (penurut), difficult (susah diatur) dan slow to warm up (pemalu). Dengan mempertimbangkan karakter anak, keluarga dihadapkan pada dinamika tiap anak yang berbeda. Tidak masalah dengan anak yang mempunyai karakter easy (penurut), tetapi pada anak yang berkarakter difficult (susah diatur) dibutuhkan ekstra kesabaran, penerapan disiplin yang khusus, pemberian hukuman yang tepat dan menghindari kekerasan fisik maupun psikis pada anak. Pada anak dengan masalah khusus seperti ini orang tua dianjurkan berkonsultasi dengan psikolog anak atau psikiater anak. Demikian pula dengan anak yang slow to warm up (pemalu), orang tua hendaknya tidak bosan mendorong anak untuk berani tampil di muka umum, berkomunikasi aktif dengan orang sekitarnya dan selalu memberikan pujian atas keberanian sekecil apapun. Hindari pelabelan pada anak dengan mengatakan dasar si pemalu, kuper dan sebagainya. Stimulasi apa yang harus orang tua lakukan terhadap sang anak dan sejak kapan dilakukan ? Stimulasi pada anak harus dilakukan sejak dini bahkan sejak masih dalam kandungan (ingat dengan anjuran untuk mendengarkan alunan musik klasik dan alunan ayat suci yang ditempelkan pada perut ibu yang sedang hamil). Selanjutnya stimulasi dilakukan sesuai umur anak dimulai dengan stimulasi yang sederhana dan makin lama makin kompleks/ beragam. Berikut beberapa tips untuk memandu orang tua menstimulasi sang buah hati.

Stimulasi/ rangsang/ bermain pada umur 0-3 bulan : Ciptakan rasa nyaman, aman, senang, berikan ASI (tatap matanya), peluk, gendong, cium, gusel, gulingkan, tatap matanya, ajak bicara, ajak tersenyum, bunyikan suara musik, bersenandung ketika sedang menggendong, menggantung benda berwarna-warni dan berbunyi, menggulingkan kanan-kiri serta menengkurapkan. Stimulasi pada umur 3-6 bulan : Stimulasi 0-3 bulan ditambah : bermain ciluk ba, melihat wajah di cermin, dirangsang tengkuraptelentang, bolak-balik dan dicoba untuk didudukkan. Stimulasi pada umur 6-9 bulan : Stimulasi 3-6 bulan ditambah : memanggil namanya, mengajak bersalaman, mengajak tepuk tangan, membacakan dongeng, merangsang duduk dan berdiri pegangan. Stimulasi pada umur 9-12 bulan : Stimulasi umur 6-9 bulan ditambah : mengulang kata seperti mama, papa, kaka, memasukkan mainan ke dalam wadah, minum dari gelas, menggelindingkan bola, melatih berdiri dan jalan berpegangan. Stimulasi pada umur 12-18 bulan : Stimulasi umur 9-12 bulan ditambah : mencoret-coret, menyusun kubus/ puzzle, masuk keluarkan benda kecil dari wadah, bermain boneka/ sendok/ piring/ gelas, latih berjalan tanpa pegangan, berjalan mundur, panjat tangga, menendang bola, melepas celana, melakukan perintah sederhana, menunjuk benda yang disebutkan dan menyebutkan nama benda yang ditunjuk. Stimulasi pada umur 18-24 bulan : Stimulasi umur 12-18 bulan ditambah : menanyakan/ menyebutkan/ menunjuk bagian tubuh, menanyakan/ menyebutkan nama gambar atau benda, mengajak bicara tentang kegiatan seharihari (makan, minum, mandi, bermain dll), menggambar garis, cuci tangan, memakai celana/ baju, melempar bola dan melompat. Stimulasi pada umur 2-3 tahun : Stimulasi umur 18-24 bulan ditambah : menyebut warna yang ditunjuk, menyebutkan kata sifat (besar, kecil dsb), menyebutkan nama teman/ saudara, menghitung jumlah benda, pakai baju, sikat gigi, buang air besar dan kecil di kakus, main kartu/ boneka/ masak-masakan dan berdiri pada satu kaki. Stimulasi umur > 3 tahun : Stimulasi umur 2-3 tahun ditambah : memegang pinsil dengan baik, mengenal huruf/ angka sambil bermain, berhitung sederhana, buang air kecil/besar di kakus, mandiri (misal : ditinggal di sekolah), berbagi dengan teman/ saudara. Semua stimulasi yang dilakukan sejak dini bertujuan untuk merangsang baik bagian otak kiri maupun kanan. Otak kiri dan kanan mempunyai pembagian tugas masing-masing. Berdasar penelitian para ahli neurologi diketahui bahwa otak kiri mempunyai tugas/karakter sebagai berikut : konvergen (menyempit) terkait dengan logika matematik, rasionalitas, tata bahasa/ membaca/ menulis. Sementara otak kanan : divergen (melebar/ meluas) terkait dengan imajinasi,

kreativitas seni, musik/menyanyi dan moral spiritual. Kerjasama otak kanan dan kiri akan mengoptimalkan potensi kecerdasan anak dan menjadikan anak dengan kecerdasan multipel. Apa sajakah potensi kecerdasan pada anak ? Ragam potensi kecerdasan anak meliputi 5 hal yaitu: 1. Potensi spiritual : mampu menghadirkan Tuhan dalam setiap aktifitas, kegemaran beramal di jalan Tuhan, disiplin beribadah, sabar dalam berupaya, berterima kasih/ bersyukur kepada Tuhan. 2. Potensi perasaan/ emosional : mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat dan berkepribadian yang stabil 3. Potensi akal : kemampuan berhitung, verbal, spasial, kemampuan membedakan dan membuat daftar prioritas. 4. Potensi sosial : senang berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain, menolong, berteman, membuat orang lain senang dan dapat bekerja sama (kooperatif). 5. Potensi jasmani : sehat secara medis, tahan segala cuaca dan tahan berkerja keras (ulet, tahan banting). Lalu apakah yang dimaksud dengan kecerdasan multipel (majemuk) ? Selama ini kecerdasaan seorang anak diukur dengan tes intelegensi yang dibuat oleh pakar psikologi seperti Wechsler dan StanfordBinet. Keduanya telah menciptakan perangkat pengukuran kecerdasaan yang hasilnya dikenal sebagai IQ (Intelligence Quotient). Hanya saja tes tersebut cuma mengukur kemampuan anak di bidang matematika, logika dan verbal linguistik sesuai umur kronologisnya. Hasil tes tersebut terkesan diskriminatif dan membagi seorang anak dalam 3 golongan : cerdas, rata-rata dan bodoh (dibawah rata-rata). Paradigma bahwa kecerdasan seorang anak dilihat dengan melihat hasil tes IQ berlangsung cukup lama dan diterapkan juga pada praktik pengajaran di sekolah. Sekolah formal lebih mementingkan pelajaran yang mengandalkan kecerdasan matematis dan verbal saja seperti matematika, ilmu pengetahuan alam (kimia, fiska, biologi) dan bahasa. Pakar psikologi Dr.Howard Gardner mengubah perspektif mengenai kecerdasan. Menurut beliau kecerdasan tidak lagi hanya kemampuan menghitung (kecerdasan logika-matematika) dan menggunakan bahasa (kecerdasan linguistik) tapi juga mencakup aspek-aspek yang lain. Ada 9 aspek atau dimensi kecerdasan seseorang yang dikenal sebagai kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yaitu : 1. Kecerdasan berbahasa verbal (verbal-linguistic) 2. Kecerdasan logika-matematik (logical-mathematical 3. Kecerdasan visual spasial (visual-spatial). 4. Kecerdasan gerak tubuh (bodily-kinesthetic). 5. Kecerdasan musikal (musical). 6. Kecerdasan intrapersonal. 7. Kecerdasan relasi interpersonal. 8. Kecerdasan naturalis (naturalist). 9. Kecerdasan spiritual.

Bagaimana mengembangkan kecerdasan majemuk? Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk untuk mengembangkan kecerdasan majemuk tsb. Tugas orang tua adalah sedapat mungkin mengembangkan secara dini semua aspek kecerdasan. Sangat mungkin seorang anak tidak menonjol pada seluruh aspek, tapi setidaknya orang tua telah memfasilitasinya. Selanjutnya kita sebagai orang tua mengetahui sang anak berbakat atau menonjol pada bidang tertentu dan kurang menonjol pada bidang yang lain. Sebagai orang tua kita harus bijak menyikapi dan tidak memaksakan keinginan. Anak harus diberikan kesempatan berkembang sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimiliki. Seorang yang jago berbahasa asing sama baiknya dengan dengan yang jago matematik atau fisika. Anak yang jago menyanyi bisa menjadi penyanyi profesional, anak yang jago musik bisa menjadi pemusik profesional, jago olah raga bisa menjadi olahragawan profesional. Sementara anak yang jago menggambar bisa menjadi pelukis terkenal atau ahli desain grafis yang bayarannya mahal. Anak yang pandai bergaul (memiliki kecerdasan interpersonal) bisa jadi kelak dia menjadi politisi yang ulung atau pebisnis yang tangguh. Anak cerdas atau pintar jangan selalu diukur dari kepintarannya di bidang matematik atau berhitung saja. IQ tak menjadi satu-satunya patokan kesuksesan hidup anak! Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan orang tua untuk menumbuhkan 9 aspek kecerdasan tadi. Kecerdasan berbahasa verbal ( verbal linguistic). Kemampuan untuk menggunakan bahasa secara efektif, mengerti kata-kata serta nuansa makna kata. Banyak orang besar dan tokoh dunia yang punya kelebihan dalam aspek kecerdasan ini. Contoh : Oprah Winfrey, Jhon F Kennedy, bung Karno, Aa Gym, Zainudin MZ dll. Upaya untuk mengembangkannya antara lain : * Berkomunikasi dengan anak sejak bayi dan sering diajak bercakap-cakap. * Membiasakan bercerita atau mendongeng dalam keluarga. * Menyediakan buku bacaan sesuai umur anak. * Merangsang anak menceritakan kembali apa yang sudah dibacanya. * Bermain permainan kata-kata seperti scrabble. * Jangan memotong cerita anak. * Menyanyikan lagu dan membahas isi syair lagu. * Memberi kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan atau tulisan ( misal : kursus/les bahasa) Bidang kerja : menulis, editing, menerjemahkan, penulisan naskah pidato, mc/ host acara, presenter, penceramah/ dai dsb. Kecerdasan logika matematik (logical mathematical). Kemampuan dalam bidang sains, memecahkan masalah secara logis terutama dalam matematik (berhitung). Contoh tokoh yang menonjol dalam bidang ini antara lain: Aristoteles, Isac Newton, Rene Descartes, Habibie dll. Upaya untuk mengembangkannya antara lain : * Mengelompokkan benda-benda atau mainan. * Menyusun, merangkai dan menghitung mainan.

* Bermain ular tangga, halma atau congklak. * Bermain sempoa, catur dan kartu (kuartet). * Bermain tebak-tebakan dan merangkai puzzle. * Bermain monopoli dan game komputer. * Mengerjakan tugas-tugas matematik. * Berlatih berhitung dengan memanfaatkan benda di lingkungan sekitar. * Melatih anak untuk menabung dan mengelola keuangannya sendiri. * Membayar sendiri barang yang dibelinya dan menghitung uang kembalian. Bidang kerja : ahli sains, peneliti, dokter, ahli matematik/ statistik, bisnis dsb. Kecerdasan visual spasial (visual spatial). Kamampuan untuk menemukan lokasi (jalan, tempat), memperkirakan hubungan antar benda dalam ruangan, mampu memperhatikan detail dari apa yang dilihat dan membayangkan serta memanipulasi obyek visual di dalam benaknya. Darwis Triadi yang fotografer, Basuki Abdullah yang pelukis atau Nyoman Nuarta yang pematung adalah beberapa contoh orang yang dianugrahi kecerdasan visual spasial. Upaya untuk mengembangkannya antara lain : * Mengamati gambar/ foto dengan mengajak anak ke pameran lukisan atau foto. * Merangkai dan membongkar lego. * Menggunting, melipat, menempel dan merobek. * Memberi kesempatan mengekspresikan diri melalui menggambar. * Mengenal pola dan bentuk dengan memperhatikan benda di dalam rumah dan sekitar lingkungan rumah. * Bermain rumah-rumahan. * Bermain halma, puzzle dan game komputer. Bidang kerja : arsitektur, pelukis, fotografer, pematung, pengrajin seni, navigator, planologi kota, desain furniture dsb. Keterampilan/ kecerdasan gerak tubuh (bodily-kinesthetic). Kemampuan untuk bergerak dengan ketepatan (presisi) dan menggunakan keterampilan tubuh. Orang-orang semacam David Beckham, Michael Schumaher, Rudi Hartono, Vicky Burki, Bagong Kusudiardjo adalah contoh mereka yang dianugerahi keterampilan gerak tubuh yang menonjol. Upaya untuk mengembangkannya antara lain : * Membuat lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak bereksplorasi. * Berdiri satu kaki, jongkok, membungkuk, berjalan di atas satu garis. * Berlari, melompat, melempar dan menangkap. * Memberikan kesempatan anak untuk melakukan pekerjaan sederhana sesuai umurnya. * Mengajak bermain anak, jalan jalan pagi atau sore hari. * Memberikan kebebasan bergerak pada tempat atau lapang yang luas. * Berlatih senam, menari, olah raga permainan dan bela diri.

* Bila anak tampil dalam pentas seni atau bertanding olah raga atau kesenian sempatkan menontonnya dan selalu memujinya paling tidak atas keberaniannya tampil di muka umum. Kecerdasan musikal (musical) Kemampuan untuk memahami/ menciptakan musik dan memiliki apresiasi terhadap musik. Mozart, Beethoven, Mariah Carey, Idris Sardi dan Erwin Gutawa adalah contoh mereka yang punya kecerdasan musikal dan menjadi besar karena keahliannya tersebut. Upaya untuk mengembangkannya antara lain : * Menyediakan alat mainan yang berbunyi. * Orang tua bersenandung ketika anak ada di pangkuan. * Mendengarkan musik dan lagu yang bervariasi. * Mengajak anak menonton pertunjukan musik, baik di televisi atau langsung. * Menyanyikan lagu, mengikuti irama dan nada * Memberi kesempatan berlatih olah vokal dan alat musik (gitar, piano, biola, marching band dsb). * Jika ada kesempatan tampil bermusik atau bernyanyi, berikan dorongan dan pujian. Bidang kerja : penyanyi, pemusik, pencipta lagu, komposer, konduktor dsb. Kecerdasan interpersonal Kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, mampu mengenali perilaku orang lain dengan jeli. Tokoh masyarakat seperti Prof Dr. Dadang Hawari, Ali Alatas (diplomat kawakan, mantan Menlu), kak Seto Mulyadi, WS Rendra, Jeffry Al Buchori adalah contoh mereka yang punya kecerdasan interpersonal. Upaya untuk mengembangkannya antara lain : * Bermain dengan anak yang lebih muda maupun yang lebih tua. * Saling berbagi kue/makanan dengan teman atau saudaranya. * Mengalah dan meminjamkan mainan. * Bekerjasama membuat sesuatu (kerja kelompok). * Permainan mengendalikan diri (seperti petak umpet) * Mengenali anggota keluarga dan teman-temannya. * Mengenalkan berbagai suku, budaya, adat istiadat dan agama * Orang tua mengungkapkan rasa sayangnya secara terbuka. * Membiasakan anak untuk bertemu dengan banyak orang dan mendorongnya untuk berani berinteraksi dengan orang lain. * Melatih diri untuk berpisah tanpa rasa cemas (misal : ketika anak mulai bersekolah di TK/SD) Kecerdasan intrapersonal Kemampuan untuk memahami dirinya sendiri, keberadaan dirinya dan mengenali perasaan, motif/ dorongan yang dimiliki pribadi. Upaya untuk mengembangkannya antara lain:

* Orang tua menimang bayinya dengan lembut. * Memberikan pujian, tepuk tangan dan sorakan untuk setiap keberhasilan sekecil apapun. * Menghargai perasaan anak dan memperlakukannya sebagai pribadi yang utuh. * Menyalurkan ungkapan perasaannya secara tepat. * Menceritakan perasaan, keinginan dan cita-cita. * Menceritakan pengalaman yang berkesan. * Berkhayal, mengarang cerita atau membuat catatan harian (diary) * Memberi kesempatan anak bertukar pikiran sesuai kapasitasnya. Bidang kerja : konselor, psikiater, pemimpin agama/ rohaniawan dsb. Kecerdasan naturalis Kemampuan untuk membedakan spesies baik flora maupun fauna di alam raya, mengenal dan memahami alam lingkungan. Upaya untuk mengembangkannya antara lain: * Menanam biji hingga tumbuh dan mengamati setiap tahapannya. * Berkebun, memelihara tanaman atau hewan. * Berwisata di hutan, gunung, sungai atau pantai. * Mengunjungi taman safari/kebun binatang dan kebun raya. * Mengamati langit, awan, bulan, bintang dan mengunjungi observatorium. * Membahas kejadiankejadian alam: hujan, angin, banjir, gunung meletus, gempa bumi, siang, malam dll. Bidang kerja : berburu, penjelajah, ahli biologi, berternak, berkebun/ bertani dsb. Kecerdasan spiritual. Kepekaan anak memahami keberadaan dirinya dan relasi dirinya dengan Tuhannya. Menyadari bahwa hidupnya bagian dari rencana Tuhan untuk kebaikan seluruh umat-Nya dan kemuliaan Tuhan. Upaya untuk mengembangkannya antara lain: * Biarkan anak melihat orang tua melakukan ritual agama (ibadah). * Mengajak anak ikut beribadah. * Biarkan anak menyaksikan kedekatan hubungan orang tua dengan Tuhan. * Membiasakan ibadah bersama dalam keluarga. * Membiasakan anak ikut dalam kegiatan amal sosial (berzakat, sedekah atau menyantuni kaum duafa). * Melatih anak membangun komunikasi personal dengan Tuhan. Kecerdasan spiritual selayaknya dimiliki oleh setiap individu dengan berbagai profesi yang ditekuninya. Selain berbagai kecerdasan tadi, anak diharapkan mempunyai sifat mandiri dan kreatif. Dengan begitu anak akan menjadi individu yang matang dan siap menjalani kehidupan yang kian hari kian kompetitif dan penuh dengan tantangan.

Bagaimana mengembangkan kemandirian dan kreativitas anak? Apa hubungannya dengan pola asuh demokratik ? Orang tua lagi-lagi sejak dini sudah mendorong/merangsang anak untuk mandiri dan kreatif. Hal tersebut hanya bisa dipenuhi bila orang tua mempunyai pola asuh demokratik (otoritatif) dengan ciri-ciri sebagai berikut: * Mau mendengarkan dan menghargai pikiran anak. * Mendorong anak berani mengemukakan pendapat dan tidak melecehkan pendapat anak. * Tidak memotong pembicaraan anak. * Tidak memaksa, jauhi pandangan bahwa pendapat orang tua adalah paling benar. * Tidak mengancam atau selalu menghukum: berikan koreksi, berikan contoh dan ajak berfikir serta bukan mendikte. * Biarkan mereka memperbaiki pendapatnya. * Mendorong keberanian, mengekpresikan ide/gagasan untuk melakukan sesuatu. * Mendorong kemandirian untuk melakukan atau mencoba sesuatu, menghargai usaha yang telah dicapai. * Memberikan pujian untuk prestasi sekecil apapun. * Merangsang mengamati/ mempertanyakan benda/ kejadian di sekeliling. * Jangan menolak atau menghentikan rasa ingin tahu anak. * Biarkan anak berkhayal, merenung, mewujudkan gagasan dengan cara masing-masing. * Jangan melarang tanpa alasan, mendikte, mencela, mengecam atau membatasi anak. * Berilah kebebasan, kesempatan, dorongan, penghargaan, pujian untuk menyatakan atau mencoba gagasannya, selama tidak membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Dapatkah kita mengenali ciri-ciri anak cerdas dan kreatif ? Kita dapat mengenali anak cerdas dan kreatif dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut : * Wajahnya cerah dan berfisik dinamis : anak selalu cerah, tidak kelihatan murung, stress atau dingin dalam bergaul. Anak mirip olahragawan atau atlit. * Berminat luas dari mulai musik, mata pelajaran, politik, olah raga dsb : anak tidak hanya pandai dalam mata pelajaran tapi juga jago menyanyi, olah raga, senang diskusi politik, seni dan minat-minat lain. Istilah anak muda sekarang menjadi anak yang gaul (dalam arti positif). * Sering bertanya yang berbobot : pertanyaan anak seperti ini sering merepotkan guru ataupun orang tua dan jarang direspon dengan hal-hal yang bisa dikembangkan lebih baik. Televisi, koran, majalah dan internet adalah hal yang sudah familiar pada anak seperti ini. * Selalu ingin tahu atau mendapat penjelasan yang logis/ilmiah : jawaban yang asal atau biasabisa saja dari orang tua atau guru tidak memuaskan si anak. * Tidak berbatas tembok status : bertanya/berdiskusi dengan guru atau orang yang lebih tua tidak canggung bagi anak yang kreatif. * Berani mengambil resiko : gembira bila tindakan benar dan terus bangkit bila salah. * Mempunyai banyak alternatif untuk mencari solusi : anak dikenal sebagai si banyak akal. * Tidak cepat puas, hampir selalu ingin sempurna : hasil pekerjaan yang tidak optimal membuat si anak bertanya kenapa dan berusaha memperbaikinya agar sempurna. * Berani tampil beda : kegemaran untuk berbeda dengan anak lain atau membuat sesuatu menjadi berbeda. * Senang menggali pengetahuan : tidak terbatasnya sumber pengetahuan membuat anak giat

menggali sumber pengetahuan yang ada. * Mempunyai gagasan orisinal : gagasan yang baru dan tidak terduga merupakan ciri anak yang kreatif. Faktor apa yang terpenting dalam proses tumbuh kembang anak ? Semua kebutuhan dasar sama pentingnya baik kebutuhan fisik biologik (asuh), kebutuhan emosikasih saying (asih) dan kebutuhan stimulasi/rangsangan/bermain (asah). Ketiga kebutuhan dasar tersebut saling mendukung dan mempengaruhi. Jika salah satu tidak tercukupi maka anak tidak dapat tumbuh kembang dengan optimal, tidak cerdas dan kreatif. Selayaknya orang tua mau dan mampu memenuhi ketiga kebutuhan dasar anak demi pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Siapakah orang tua yang tak menghendaki anaknya bertakwa, sehat, cerdas, mandiri dan kreatif. Hanya saja tetap diingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik, ada yang menonjol dalam kemampuan/kecerdasan tertentu tetapi kurang menonjol pada bidang lain. Ada anak yang mudah diajak bekerja sama tapi ada pula yang sulit. Yang penting kita sebagai orang tua mengajak anak agar mereka menekuni apa yang mereka kuasai atau mencoba bidang yang kurang mereka kuasai dengan rasa senang. Untuk bidang yang kurang dikuasai bukan menjadikan mereka ahli tapi setidaknya untuk mencapai kecerdasan yang minimal. Untuk kecerdasan yang mereka kuasai dengan baik, hendaknya orang tua memberikan saluran yang memungkinkan anak mengembangkan kecerdasan tersebut secara maksimal. Selain itu harus difahami bahwa kecerdasan tidak berdiri sendiri, contoh: anak yang cerdas dalam bidang musikal, membutuhkan keterampilan bodily kinesthetic yang menunjang untuk memainkan alat musik, tapi bila keterampilan motorik halusnya terbatas, cukuplah dia menekuni kegiatan menyanyi. Seorang pilot atau penerbang, adalah pribadi yang punya kecerdasan bodily kinesthetic disertai kecerdasan yang lain seperti kecerdasan logika-matematik, verbal linguistik, visual spasial dan tentunya juga mempunyai kecerdasan interpersonal karena seorang pilot akan berhubungan dengan orang lain seperti mekanik pesawat, pramugari, petugas air traffic control dsb. Lalu kalau seorang Erwin Gutawa atau Purwacaraka yang insinyur tapi juga jago di musik, kecerdasan apa sajakah yang keduanya miliki? Terakhir, apa yang harus selalu diingat orang tua menyangkut tumbuh kembang seorang anak ? Tiada lain, bahwa setiap anak adalah individu yang unik. Mereka bukan individu yang sama persis dengan orang tuanya, saudaranya (sekalipun kembar) atau mungkin temannya. Dengan mengingat hal ini orang tua tidak bisa lain memfasilitasi anak bertumbuh dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing Dengan mengenal sejak dini potensi atau bakat sang anak, maka anak akan menjadi individu yang berarti bagi dirinya dan orang lain. Selamat membesarkan buah hati kita dan untuk menggugah kita semua selaku orang tua, simaklah puisi bijak tentang anak berikut ini : Anak-anak belajar dari apa yang mereka alami Jika anak dibesarkan dengan celaan ia belajar menghina

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan ia belajar menyalahi diri sendiri Jika anak dibesarkan dengan toleransi ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan dorongan ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan pujian ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan (fairness) ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman ia belajar kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan dukungan ia belajar menyenangi diri Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan (Dorothy Law Nolte,1982) http://doktermuchlis.blogspot.com/2009/03/stimulasi-dini-pada-anak-kiat.html

You might also like