You are on page 1of 84

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Berkat kemajuan teknologi yang demikian cepat, alat-alat komunikasi pun bertambah maju sehingga Interlokal antara Jakarta dan Surabaya, bahkan ke New York dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat. Berdasarkan hubungannya dengan kemajuan teknologi alat-alat komunikasi ini, ada orang yang menganggap bahwa suatu perusahaan yang telah menggunakan alat-alat komunikasi yang mutakhir atau modern telah melaksanakan komunikasi dengan baik. Pendapat yang demikian sama sekali tidak dapat dibenarkan sebab meskipun suatu perusahaan telah menggunakan alat-alat komunikasi yang mutakhir, belumlah menjamin bahwa komunikasi dalam perusahaan tersebut telah dilaksanakan dengan baik, dapat saja terjadi dalam suatu perusahaan yang telah menggunakan alat-alat komunikasi yang serba modern bisa terjadi miss communication. Dapat ditarik kesimpulan meskipun telah menggunakan alat-alat komunikasi yang mutakhir, apabila perusahaan tidak dapat menciptakan jalinan pengertian yang baik dalam komunikasi, meskipun menggunakan alat modern hampir tidak ada artinya. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa komunikasi itu tidak hanya

penyampaian informasi dan pengertian yang diterima oleh penerima pesan, tetapi

lebih jauh lagi yaitu dapat membentuk perilaku organisasional yang diharapkan semua fungsionaris organisasi tahu akan tugas pokok, wewenang serta tanggung jawabnya dalam menjalankan roda organisasi. Komunikasi akan memelihara dan menggerakan kehidupan kelompok, juga sebagai penggerak untuk menggambarkan aktivitas manusia. Jadi komunikasi yang baik dalam hal ini manajer tingkat menengah dan karyawan pelaksana akan memberikan dampak atau pengaruh terhadap pretasi kerja. Semangat kerja atau gairah melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih baik. Karyawan yang mempunyai semangat kerja yang tinggi akan berdampak terhadap sikap yang mau sepenuhnya memanfaatkan keterampilan, konsentrasi pekerja serta

kemampuan-kemampuan lain untuk dapat mengerjakan tugas dengan sebaikbaiknya, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan itu sendiri. Dalam tujuan pencapaian prestasi karyawan yang maksimal, sangat dibutuhkan peranan dari komunikasi dan semangat kerja yang tinggi dari karyawan. Agar komunikasi berjalan efektif dan semangat kerja karyawan tercipta dengan baik, perlu dorongan dan motivasi yang besar dari pimpinan perusahaan. Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil judul : Peranan Komunikasi Dan Semangat Kerja Untuk Meningkatkan Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Indoraya Primatex.

B. 1.

Masalah Identifikasi Masalah Perusahaan yang mampu melaksanakan komunikasi dengan baik maka perusahaan akan mendapatkan hal-hal seperti kelancaran tugas dapat terjamin, dapat meningkatkan partisipasi dan pengawasan dilakukan dengan baik, yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. Mengukur tingkat prestasi kerja dapat dilakukan dengan mengukur semangat kerja, apabila karyawan memiliki semangat yang rendah, maka tingkat prestasi kerjanya pun akan rendah/turun. Namun sebaliknya meningkatnya semangat kerja akan menambah kesetiaan karyawan kepada perusahaan untuk tetap mengabdikan dirinya kepada perusahaan dengan kata lain karyawan tak akan pindah-pindah kerja. Hubungan semangat kerja dengan prestasi kerja pada dasarnya terdapat hubungan yang erat, hal ini sesuai dengan keinginan karyawan dan perusahaan, karena dengan semangat kerja karyawan dapat mempengaruhi prestasi kerja. Dengan demikian kesetiaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya tetap berjalan dengan baik, dan juga akan meningkatkan produktivitas. Komunikasi dan semangat kerja, sama-sama mempengaruhi prestasi kerja. Komunikasi yang berjalan efektif akan berpengaruh positif terhadap prestasi kerja. Begitu juga halnya dengan semangat kerja, semangat kerja yang tinggi akan mempengaruhi peningkatan prestasi kerja.

2.

Batasan Masalah Menghindari salah pengertian atau cakupan yang terlalu luas terhadap pokok-pokok persoalan yang dibahas maka permasalahan dibatasi hanya pada fokus terhadap peranan komunikasi dan semangat kerja untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan.

3.

Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis membuat rumusan masalah ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : a. Seberapa besar pengaruh antara komunikasi dengan prestasi kerja pada PT. Indoraya Primatex ? b. Seberapa besar pengaruh antara semangat kerja dengan prestasi kerja pada PT. Indoraya Primatex ? c. Seberapa besar pengaruh antara komunikasi dan semangat kerja dengan prestasi kerja pada PT. Indoraya Primatex ?

C. 1.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana komunikasi dan semangat kerja karyawan mempengaruhi prestasi kerja karyawan pada PT. Indoraya Primatex.

2.

Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis Sebagai perbandingan antara teori-teori yang didapat di perkuliahan sesuai dengan mata kuliah dan juga dalam aktifitas perusahaan khusus di bidang komunikasi dan semangat kerja kaitannya dengan prestasi kerja. b. Bagi Perusahaan Menjadi bahan masukan dan informasi bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan komunikasi dan semangat kerja untuk meningkatkan prestasi kerja.

D.

Hipotesis Penulis mencoba merumuskan suatu hipotesa bahwa : Komunikasi dan semangat kerja, sama-sama mempengaruhi prestasi kerja karyawan pada PT. Indoraya Primatex.

E. 1.

Metodologi Penelitian Variabel-variabel yang Diteliti Dalam penulisan skripsi ini, variabel-variabel yang diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut : a. b. Variabel bebas adalah komunikasi (X1) dan semangat kerja (X2). Variabel terikat atau Y adalah prestasi kerja karyawan.

2.

Populasi dan Sampel

Yang merupakan populasi dari penelitian ini adalah karyawan PT. Indoraya Primatex, sedangkan sampel akan diambil dari data-data yang diperoleh dari PT. Indoraya Primatex. Dalam hal ini jenis sampel yang akan digunakan adalah sampel random yaitu data-data yang diambil adalah karyawan-karyawan pada perusahaan tersebut. Dimana dalam hal ini penulis tidak menentukan atau melihat kedudukan, umur / usia tertentu, tetapi dipilih secara acak. Untuk memudahkannya penulis membatasi pada 15 orang.

3.

Teknik Pengumpulan Data a. Field Research (penelitian lapangan), yaitu metode yang dilaksanakan untuk memperoleh data primer dimana penulis menggunakan teknik kuesioner yang ditujukan kepada responden di perusahaan bersangkutan. Hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan efisiensi waktu dan biaya. b. Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu metode yang dilaksanakan untuk memperoleh data sekunder yang berasal dari buku-buku wajib maupun buku-buku pelengkap.

4. a.

Teknik Pengolahan Data Kuantitatif Data yang didapat dari hasil pengumpulan data diatas dapat diproses sesuai dengan jenis datanya untuk ditabulasikan dan kemudian disajukan dalam bentuk tabel dan angka, diukur dengan metode statistik kuantitatif sebagai berikut :

1.

Regresi Berganda Metode statistik yang digunakan untuk menentukan kemungkinan bentuk dari hubungan antara variabel-variabel dengan rumus : Y b1 = = a + B1X1 + B2X2 + e

(x1 y )(x 2 ) (x 2 y )
2

(x1 ((x 2 ) (x1 x 2 ) 2


2 2

b2

x 2 y )(x1 ) (x1 x 2 )(x1 y )


2

(x1 )(x 2 ) (x1 x 2 ) 2


2 2

Y - b1 X 1 - b2 X 2

Dimana : a b X1 X2 Y = = = = = Konstanta Slope dari variabel independen Komunikasi (Variabel Independen) Semangat kerja (Variabel Independen) Prestasi Kerja Karyawan (Variabel Independen)

2.

Korelasi Berganda Merupakan metode statistika yang digunakan untuk mementukan kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel atau lebih. Untuk menghitung kuatnya hubungan antara dua variabel X1 dan X2 terhadap Y dapat digunakan rumus :

b1 (x1 y ) + b2 (x 2 y ) y 2

3.

Koefisien Determinasi Berganda Merupakan metode statistik yang digunakan untuk menentukan seberapa besar signifikansi dari komunikasi dan semangat kerja, dengan rumus sebagai berikut : R2 =

b1 (x1 y ) + b2 (x 2 y ) y 2

4.

Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan pada koefisien korelasi berganda dan koefisien korelasi parsial. a. Uji hipotesis korelasi berganda merupakan uji hipotesis serentak, dimana X1 dan X2 serentak (bersama-sama) mempengaruhi Y, yaitu : Fo = R 2 /(k 1) (1 R ) 2 /(n k )

Dimana : Fo R2 k n b. = = = = Nilai Hitung statistik Koefisien determinasi berganda Banyaknya variabel Jumlah sampel

Uji hipotesis koefisien korelasi parsial merupakan uji hipotesis individual yaitu uji hipotesis dimana X1 dan X2 mempengaruhi Y, yaitu : tb1 =
b1 Sb1

tb2

b2 Sb2

A.

Diskriptif Kuantitatif Analisis korelasi merupakan model statistik yang penyajiannya secara sistematis dari hubungan antara dua variabel atau lebih. Variabel tersebut adalah : X1 merupakan komunikasi, X2 semangat kerja dan Y merupakan prestasi kerja karyawan. Analisis korelasi akan diukur keeratan hubungan antara komunikasi dan semangat kerja terhadap prestasi kerja karyawan, dengan demikian maka didapat formulasi korelasinya, dirumuskan sebagai berikut : a. Bila r mendekati +1, berarti hubungan antara X dan Y sempurna dan positif atau mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif. b. Bila r mendekati -1, berarti hubungan X dan Y sempurna dan negatif atau mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif. c. Bila r = 0, berarti hubungan antara X dan Y tersebut sangat lemah atau tidak ada. Analisis-analisis diatas akan diuji kebenarannya melalui uji hipotesis sebagai penentu perhitungan terakhir dari skripsi ini. Rumus : to =

r n2 1 r2

to = untuk memenuhi pengaruh hubungan antara dua variabel X dan Y, apakah kedua variabel tersebut saling mempengaruhi, dimana : n r = = banyaknya data yang diteliti koefisien korelasi

Dengan aturan to sebagai berikut : a. Ho diterima, Ha ditolak jika to < ta, ini tidak ada peranan yang positif antara variabel X dan Y. b. Ho ditolak, Ha diterima jika to > ta, berarti ada peranan positif antara variabel X dan Y.

b.

Kerangka Analisis Kerangka analisis adalah sebagai berikut :

Komunikasi Prestasi Kerja Karyawan Semangat Kerja Karyawan

F.

Sistematika Skripsi : PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah yang menjadi pemicu munculnya ide/gagasan untuk melakukan penelitian ini, masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I

BAB II

LANDASAN TEORI Bab ini merupakan bab yang menyajikan landasan teori yaitu tentang pengertian komunikasi, teknik pelaksanaan komunikasi secara

organisasional,

pengertian

mengenai

pentingnya

komunikasi

organisasional, pengertian dan pendekatan mengenai komunikasi atasan dan bawahan, pengertian semangat kerja, peranan semangat kerja, prestasi kerja, hubungan secara teoritis antara komunikasi dan semangat kerja dengan prestasi kerja karyawan.

BAB III :

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini memuat mengenai sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan bidang usaha.

BAB IV :

ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

Pada bab ini mengenai penyajian data hasil penelitian, analisis dan interpretasi data serta temuan-temuan penelitian.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dan saran-saran.

BAB II LANDASAN TEORI

A.

Pengertian Komunikasi Ada beberapa pendapat tentang komunikasi, antara lain dikemukakan oleh American Training Director, Newman, Koontz dan O Donnell yang

diterjemahkan oleh Basu Swastha. American Training Director memberikan definisi komunikasi : .... sebagai pertukaran pikiran atau informasi agar supaya terdapat saling pengertian serta hubungan antar manusia-manusia secara serasi. (American Training Director, 1994 ; 31). Definisi dari Newman lain lagi, ia mengemukakan : ....bahwa komunikasi merupakan pertukaran fakta-fakta, gagasan, pendapat dan perasaan oleh dua orang atau lebih. Pertukaran tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk surat-surat, simbol atau kode. (Newman, 1997 ; 72). Sedangkan Koontz dan ODonnell ; mengartikan komunikasi : ... sebagai suatu pemindahan informasi antara orang yang satu dengan yang lainnya (Basu Swastha, 1995 ; 115). Dari definisi-definisi tentang komunikasi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Didalam Komunikasi terdapat hubungan antara orang dengan orang, orang dengan lembaga dan sebaliknya.

2.

Hubungan yang timbul didalam komunikasi itu digunakan untuk menyalurkan gagasan, pendapat atau informasi.

3.

Komunikasi berguna untuk menciptakan hubungan yang serasi dan menciptkan saling pengertian.

4.

Untuk mengadakan komunikasi, dapat digunakan kata-kata, surat, kode atau simbol.

Istilah komunikasi menurut Panji Anoraga :

Berasal dari perkataan latin Communication yang berarti pemberitahuan atau Pertukaran Pikiran. Istilah Communication itu bersumber pada kata komunikasi akan dapat terjadi bila adanya kesamaan makna, dan bila tidak ada kesamaan makna maka komunikasi tidaklah berjalan. Selanjutnya ia menyatakan pula bahwa komunikasi pada hakekatnya adalah membuat pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) mempunyai kesamaan pengertian mengenai suatu pesan karenanya jika seseorang berkomunikasi berarti orang tersebut sedang membagi ide-ide dalam bentuk yang sudah umum atau lazim, orang tersebut menentukan terlebih dahulu dasar-dasar umum apa yang akan dikomunikasikan untuk dapat dimengerti oleh penerima (Panji Anoraga, 1998 ; 87).

Menurut Wexley dan Yukl yang diterjemahkan oleh Muh. Shobaruddin : Komunikasi ialah penyampaian informasi antara dua orang atau lebih.

Komunikasi dapat juga meliputi pertukaran antara manusia dengan mesin (Wexley dan Yukl, 1993 ; 70). Ahli komunikasi William Albig mengatakan .... komunikasi ialah proses pemindahan lambang yang mempunyai arti (jadi tak punya arti, bukan komunikasi (Ramandhan, 1995 ; 27). Dari beberapa pendapat diatas ada beberapa kesamaan pendapat, yaitu mereka setuju bahwa komunikasi menyangkut kegiatan pemindahan lambanglambang dari pengirim pesan ke penerima pesan. Lambang atau stimuli adalah pikiran atau perasaan seseorang yang disampaikan dengan suatu lambang. Lambang tersebut bisa berupa bahasa ; suara, gerak-gerik atau mimik. Dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah lambang komunikasi ampuh untuk menyampaikan pesan. Tetapi boleh jadi pesan yang disampaikan dengan lambang bisa gagal. Kegagalan komunikasi dapat terjadi dalam salah pengertian atau kesalahan komunikasi. Bila seseorang mengatakan tanggal satu dengan maksud waktu namun diartikan komunikan lepas satu (tanggal-lepas maka komunikasi tidak terjalin. Memperjelas pengertian komunikasi sesuai dengan pembahasan penelitian ini maka ditarik suatu kesimpulan tentang pengertian komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan dan sebagainya, yang dilakukan seseorang kepada orang lain, baik

langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (melalui media), dengan mengubah sikap, pandangan dan perilaku orang lain.

1.

Proses Komunikasi Dalam proses komunikasi terdapat tahap-tahap dimana suatu gagasan atau pengertian dikirimkan dari sumbernya, yang disebut sebagai komunikator atau pengirim, sampai gagasan atau pengertian tersebut dijalankan oleh yang menjadi sasaran komunikasi, yang disebut komunikan atau penerima. Memahami proses komunikasi, beserta hambatan yang mungkin terjadi, maka akan dicapai komunikasi yang efektif. Proses komunikasi itu terjadi dimulai ketika pengirim menyadari adanya suatu kebutuhan atau alasan untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain, pengirim mempunyai informasi atau bahan-bahan untuk kerja sama yang mungkin sangat penting untuk penerima. Pada saat pengirim merencanakan penyampaian pesannya ia mempertimbangkan pengetahuan dan kebutuhan penerima terhadap masalah yang akan dikomunikasikan serta latar belakang informasi lainnya. Pengirim kemudian menganalisa untuk menentukan apa kira-kira arti atau makna dari pesan yang akan dimiliki penerima sesuai dan sama dengan apa yang diinterpretasikan. Pengirim harus mengantisipasi arti dari simbol-simbol yang dipergunakan agar dapat dimengerti oleh penerima.

Pengirim harus memilih simbol-simbol yang dipergunakan agar dapat dimengerti oleh penerima. Pengirim harus memilih simbol yang paling baik untuk diinterpretasikan oleh penerima sebagaimana yang dimaksudkan. Memilih simbol dan mengartikannya inilah yang disebut pengkodean. Setelah simbol dipilih kemudian dikirimkan kepada penerima. Penerima akan menerima pesan tersebut dan berusaha mendapatkan artinya dengan melihat pada peran dan pengalaman yang dimiliki oleh pengirim. Penerima juga mempertimbangkan kebutuhan atau alasannya sendiri serta kepentingannya terhadap pesan yang diterima. Kemudian penerima memberikan pengertiannya sendiri terhadap simbol yang diterima, selanjutnya reaksi yang berupa feed back terhadap pesan tersebut. Menurut Wexley dan Yukl terjemahan Muh Sobarudin ada beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan komunikasi : a. Perhatian. Apakah pesan yang disampaikan mendapat perhatian yang baik kepada si penerima. Jika pesan disampaikan tetapi penerima

mengabaikannya maka usaha komunikasi akan gagal. b. Pemahaman pesan. Jika penerima tidak mengerti pesan tersebut, maka tidaklah mungkin akan berhasil dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. c. Kesediaan menerima dari penerima pesan. Apakah si penerima pesan bersedia untuk menerima apa yang menjadi pesan dari si pemberi pesan. (Wexley dan Yukl, 1996 ; 71).

Komunikasi akan dapat lebih efektif dan efisien apabila memperhatikan beberapa prinsip berikut seperti yang dikemukakan oleh Basu Swastha : a. Komunikasi harus jelas Komunikasi yang jelas dapat dilakukan bilamana dipakai bahasa yang baik, sehingga mudah dimengerti serta tidak disalah tafsirkan oleh si penerima. b. Prinsip Integritas Komunikasi dapat digunakan untuk memupuk saling pengertian antara masing-masing individu sehingga dapat mencapai serta menjaga adanya suatu kerjasama yang baik. Ini dapat terlaksana bilamana komunikasi dilakukan oleh orang-orang yang sesuai dengan posisi mereka didalam struktur organisasi. c. Prinsip penggunaan organisasi informasi komunikasi yang efektif dapat dicapai bilamana digunakan organisasi informal sebagai pelengkap saluran organisasi formal yang ada.

B.

Teknik Pelaksanaan Komunikasi Secara Organisasional Latar belakang yang mendorong seorang pemimpin untuk mengadakan komunikasi ditinkau dari teknik pelaksanaan dalam rangka kegiatan secara organisasi. Seorang pemimpin akan disorot cara-cara mengadakan hubungan kerja yang berdaya guna dengan seluruh unsur yang terlihat dalam suatu kesatuan kerja.

Dalam hal ini akan dibahas beberapa teknik komunikasi sebagai alat penilaian kinerja dan juga kendala dalam teknik komunikasi. Teknik komunikasi adalah tata cara hubungan yang efisien baik melalui penggunaan alat komunikasi maupun tidak dengan semua unsur yang sedang melibatkan diri dalam satu unit sosial (Dr. Kartini Kartono, 1994 ; 88). Meskipun setiap individu mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi tetapi tanpa adanya pengenalan dan kemampuan melihat tipe manusia lain sebagai lawan bicaranya, teknik komunikasi sering kali gagal berfungsi sebagai mediator penyampaian pesan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada teknik komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Dr. Kartini Kartono (1994 : 90) : a. b. c. d. e. Manfaat Komunikasi Arus Komunikasi Kebijaksanaan Komunikasi Tipe dan Persyaratan Komunikasi Bentuk-bentuk komunikasi

Penjelasan mengenai pendapat Kartini dapat penulis jelaskan dibawah ini : 1. Manfaat Komunikasi Pimpinan baik tingkat atas maupun tingkat menengah dan rendah langsung mengetahui keadaan pekerjaan, orang seolah-olah mendapat peta situasi yang

memungkinkan perencanaan yang lebih teliti, perubahan yang mantap atau dorongan ke arah yang lebih sesuai. Perusahaan modern saat ini amat mementingkan komunikasi dalam bentuk arus informasi bukan saja karena informasinya berguna bagi piha pimpinan tetapi juga karena dapat diciptalan kesetiakawanan antar seluruh lapisan pekerja dan rasa keterlibatan yang menyebabkan keikutsertaan yang lebih sadar dan intesif.

2.

Arus Komunikasi Yang dimaksud arus komunikasi dalam satu kesatuan kerja ialah hubungan antara unsur manusiawi dari satu kesatuan organisasi dalam bentuk penyaluran informasi dan emosi yang menyangkut pekerjaan maupun yang menyangkut semua unsur kerja. Arus informasi dan emosi ini berarah jamak, ada arus dari bawah ke atas dan dari atas kebawah (arus vertikal).

3.

Kebijaksanaan Komunikasi Dalam suatu kesatuan kerja (perusahaan, organisasi, komite, dan lain-lain) komunikasi yang menjelajah seluruh unsur bukan muncul dengan sendirinya. Struktur organisasi yang jelas. Jenjang-jenjang kepangkatan dengan jalur-jalur komando dan jalur komunikasi yan grapih belum menjamin arus informasi yang

tepat karena itu perlu dipikirkan kembali bagaimana menyelenggarakan dan meningkatkan serta memanfaatkan arus informasi tersebut.

4.

Tipe dan Persyaratan Komunikasi Supaya komunikasi berjalan dengan baik maka diperlukan beberapa hal : a. Iklim Permisif Komunikasi menuntut satu iklim psikologis yang sesuai. Iklim ini dapat dinamakan iklim permisif, artinya suasana umum yang cerah, yang bebas dari tekanan, fisik dan psikis, dimana tiap-tiap orang yang dapat berbicara bebas dan leluasa. Tidak ada yang takut akan kena sangsi bilamana mengeluarkan pendapat pribadinya. Iklim ini dapat tercipta bila semua pihak (khususnya pemimpin) sanggup menerima diri sendiri, menerima orang lain dan sekitarnya dengan kemampuannya dan kelemahannya. b. Manfaat Komunikasi, motif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu adalah manfaat dari kegiatan tersebut yang bersangkutan. Komunikasi lebih baik dalam bentuk penyaluran pemikiran, gagasangagasan dan unsur-unsur harus dirasakan manfaatnya oleh tiap orang yang dihubungi jalur-jalur komunikasi tersebut.

5.

Bentuk-bentuk Komunikasi

Komunikasi atasan dan bawahan dapat dilakukan dengan cara dan alat sebagai berikut : orang bisa berkomunikasi secara lisan, tertulis, bisa juga dengan tingkah laku, tindakan dan sikap dengan membisu. a. Komunikasi melalui tindakan atau sikap Komunikasi melalui tindakan atau sikap perlu diperhatikan karena sering kali orang berbicara lebih nyaring daripada tingkah laku dan sikap dari pada dengan kata-kata lisan dan tertulis. Terus mengetik dengan sibuk tanpa mengangkat mata kepada tamu yang sebelumnya kita persilahkan masuk ketika pintu kantor dibuka, bisa berarti banyak sekali bagi si tamu. b. Komunikasi Lisan Komunikasi lisan terjadi dalam rapat atau konferensi kerja, dalam seminar dan ceramah yang diikuti dengan dialog dan diskusi dalam laporan lisan secara berkala baik antara pimpinan dengan bawahan masing-masing maupun kelompok. c. Komunikasi Tertulis Komunikasi tertulis bisa berbentuk surat perintah, instruksi, laporan tertulis, pancangan di papan pengumuman, folder, bulletin atau majalah yang disebarkan antar unsur sekerja. Teknik komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dapat dibagi dalam tiga kategori menurut tujuannya yaitu, pemberitahuan; penawaran dan pemecahan. (Jalaludin Rahmat, 1997 ; 1710.

Ketiga teknik komunikasi ini mengandung pendekatan yang berbeda untuk menyampaikan suatu maksud yang sama yaitu : 1. Pemberitahuan (tell) Untuk mengemukakan fakta, data, informasi, perasaan dimana tujuannya adalah pemberitahuan sesuatu.

2.

Penawaran (sell) Untuk menawarkan atau meyakinkan sesuatu yang lain, untuk mengubah pendapat atau sikap dapat diberikan argumen dari alternatif yang diberikan dan usulannya mendapat penerimaan ide baru.

3.

Pemecahan (Resolve) Untuk mempertanyakan, menggali dan menginvestigasi apa yang ada dalam pikiran pihak lain dengan cara pertukaran informasi, pendapat, persepsi dan perasaan. Untuk kemudian membicarakan pemecahannya.

Setelah adanya pembahasan diatas mengenai teknik berkomunikasi yang baik yang dapat mengubah iklim organisasi maka dapatlah disimpulkan bahwa perlulah setiap pihak didalam organisasi memperhatikan hal tersebut didalam berkomunikasi.

C.

Pengertian dan Pentingnya Mengenai Komunikasi Organisasional Setelah telah diuraikan sebelumnya komunikasi merupakan penyampaian pesan dari komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan (penerima pesan)

dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti dan mengerti kedua belah pihak yang melakukan kegiatan komunikasi. Komunikasi menyebabkan adanya pembentukan pengertian kelompok, adanya pembentukan norma kelompok, adanya aktivitas kelompok untuk mencapai tujuan bersama serta adanya dinamika suatu kelompok. Pentingnya komunikasi dalam suatu organisasi atau lembaga karena banyak kita lihat adanya dinamika kehidupan suatu kelompok dalam organisasi, sehingga timbul pula pertentangan karena salah pengertian atau kurang informasi yang diperoleh suatu anggota organisasi. Ada beberapa keuntungan dengan dilaksanakannya komunikasi yang baik oleh organisasi, yaitu : 1. 2. 3. 4. Kelancaran tugas-tugas lebih terjamin Biaya-biaya dapat ditekan Dapat meningkatkan partisipasi Pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik (Pandji Anoraga, 1997 ; 101). Penjelasan dari pendapat tersebut diatas dapat dijelaskan dibawah ini : 1. Kelancaran tugas-tugas lebih terjamin Dengan komunikasi yang baik berarti apa yang dikomunikasikan akan dapat dimengerti, sehingga perlu diadakan pengulangan berkali-kali terhadap komunikasi yang telah disampaikan. Ini semua dapat mengakibatkan kelancaran-kelancaran tugas terganggu sebaliknya dengan komunikasi yang baik berarti pula kelancaran tugas-tugas lebih terjamin.

2.

Biaya-biaya dapat ditekan Dengan komunikasi yang kurang baik selain dapat mengganggu kelancaran tugas-tugas, sering pula menyebabkan timbulnya biaya yang tidak berguna. Komunikasi tidak dapat dimengerti dan tidak ada dari penerima komunikasi menanyakan ketidak mengertiannya tersebut, maka dapat berarti

komunikasi-komunikasi tidak diindahkan atau diindahkan tapi salah satu dengan apa yang dimaksudkan, hal ini berarti komunikasi yang kurang baik dapat menimbulkan biaya-biaya yang berarti pula dengan komunikasi yang baik dapat menekan biaya. 3. Dapat meningkatkan partisipasi Agar partisipasi baik berarti harus ada komunikasi timbal balik hal ini berarti menimbulkan unsur pengikut sertaan dari bawahan pada perusahaan. 4. Pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik Adanya komunikasi yang baik berarti hubungan antara pimpinan bawahan terjalin dengan baik sehingga hal ini berarti dari pimpinan atau tugas-tugas yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam melaksanakan komunikasi yang baik dalam perusahaan tentu akan mendapat hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan dalam komunikasi antara lain : a. b. c. Hambatan Teknis Hambatan Semantik (pemaknaan) Hambatan Manusiawi

d. e. f. g.

Hambatan Psikologis Hambatan Kurangnya Motivasi Hambatan karena banyaknya perantara Hambatan Kurangnya Partisipasi (Alex S. Nitisemito, 1996 ; 150) Untuk memperjelas mengenai hambatan komunikasi dapat dijelaskan di

bawah ini : a. Hambatan Teknis Hambatan ini disebabkan karena adanya keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Tetapi ada juga yang disebabkan karena sering terjadi kekacauan dari prosedur yang ada, yaitu siapa yang akan bertindak sebagai komunikator dan kapan dilakukan suatu komunikasi tertentu. b. Hambatan Semantik (pemaknaan) Hambatan Semantik dalam komunikasi dapat menjadi suatu hambatan yang utama dalam proses penyampaian pengertian atau ide secara efektif seperti karena kesalahan menafsirkan kata-kata yang disampaikan oleh komunikator maupun komunikan. c. Hambatan Manusiawi Hambatan manusiawi dalam komunikasi pada organisasi yang mempunyai banyak karyawan ini akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam persepsi, keterampilan dalam mendengarkan maupun status, dimana karyawan dapat memperoleh kebebasan untuk menyatakan diri untuk berpartisipasi dalam berorganisasi.

d.

Hambatan Psikologis Hambatan ini terjadi karena berbagai hal, misalnya karena komunikasi yang disampaikan sering keliru dan diralat yang menyebabkan timbulnya ketidak percayaan dari penerima komunikasi sehingga ada rasa enggan untuk melaksanakan komunikasi atau pelaksanaan komunikasi yang disampaikan seenaknya sendiri. Tentunya kewibawaan pimpinan juga dapat

menyebabkan komunikasi-komunikasi yang disampaikan hanya lewat begitu saja tanpa ada perhatian yang serius dari penerima komunikasi. e. Hambatan Kurangnya Motivasi Kemampuan perusahaan untuk memotivasi orang-orangnya merupakan kunci mau tidaknya orang-orangnya melaksanakan rencana-rencana,

instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, saran-saran yang dikomunikasikan. Apabila perusahaan tidak mampu memotivasi orang-orangnya, semua rencana, instruksi, saran dan sebagainya tidak akan dilaksanakan sepenuh hati atau mungkin dilaksanakan tetapi tidak sesuai dengan rencana yang diinginkan. f. Hambatan Karena Banyaknya Perantara Penyampaian informasi mungkin harus melalui beberapa perantara. Perantara yang harus dilalui ini mungkin cukup banyak. Makin banyak perantara, kemungkinan berubahnya komunikasi tersebut makin besar pula. Hal ini dapat dimaklumi sebab setiap perantara yang ikut menyampaikan

mempunyai kecenderungan untuk merubah komunikasi tersebut sesuai dengan kepentingan pribadinya. g. Hambatan Kurangnya Partisipasi Partisipasi kurang dapat menyebabkan rasa kurang bertanggung jawab dari penerima komunikasi sehingga komunikasi yang disampaikan mungkin tidak dilaksanakan atau dilaksanakan semaunya sendiri. Meningkatkan partisipasi perlu mengikutsertakan bawahan yang kita anggap perlu untuk ikut serta dalam pembuatan rencana-rencana. Mereka akan merasa dihargai sehingga lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasanya. Adanya pengertian yang benar dalam berkomunikasi maka jalinan pengertian antara pihak yang satu dengan pihak yang lain dapat dimengerti dan dilaksanakan. Tanpa adanya komunikasi yang baik pekerjaan akan terjadi simpang siur dan kacau balau sehingga tujuan organisasi

kemungkinan tidak akan tercapai.

D.

Pengertian dan Pendekatan Mengenai Komunikasi Atasan dan Bawahan Interaksi yang harmonis diantara para karyawan suatu organisasi, baik dalam hubungan atasan dan bawahan (vertikal), maupun secara horizontal diantara para karyawan adalah dikarenakan adanya komunikasi. Dalam proses komunikasi vertikal, manager memberikan informasi, instruksi, petunjuk, pengarahan, penjelasan atau melakukan persuasi dan

motivasi. Dilain pihak para karyawan sebagai bawahan memberikan laporan pendapat, usul, saran, keluhan dan lain-lain kepada pihak manajer. Komunikasi dari atas ke bawah serta sebaliknya, mengandung suatu penyampaian maksud yang sama yaitu : memberitahukan, menawarkan, memecahkan. Seperti contoh, atasan memberitahukan sesuatu kepada karyawan baik itu informasi, fakta, data ataupun perasaan yang ada, demikian juga bawahan yang seringkali mengkomunikasikan mengenai data, informasi kepada atasannya. Atasan juga menawarkan atau meyakinkan sesuatu yang lain kepada karyawan mungkin itu bisa berupa ide-ide baru demikian juga karyawan yang seringkali menawarkan usulan-usulan, tanggapan kepada atasan. Pihak atasan seringkali mempertanyakan, menggali apa yang ada dalam pikiran karyawan dengan cara pertukaran informasi, pendapat, persepsi, laporan-laporan yang mana hal tersebut digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan permasalahan yang ada serta sebaliknya. Komunikasi dari atas ke bawah mungkin diubah atau dihentikan pada setiap tingkat karena manajer/atasan memutuskan apa yang harus disampaikan kepada bawahannya. Komunikasi dari atas ke bawah mungkin disaring, dipadatkan dan diubah oleh manajer menengah yang melihat hal tersebut sebagai bagian dari pekerjaannya untuk melindungi manajemen tingkat yang lebih tinggi dari data yang tidak penting yang berasal dari tingkat yang lebih rendah. Disamping itu, manajer menengah mungkin menahan informasi yang dapat memantulkan hal-hal yang tidak menyenangkan tentang dirinya agar tidak sampai keatasannya.

Kecermatan komunikasi vertikal dibantu oleh kesamaan dalam pemikiran antara atasan dan bawahan. Namun hal ini dibatasi oleh status dan wewenang yang berbeda antara manajer dan bawahan, oleh keinginan bawahan akan mobilitas keatas, dan oleh kurangnya kepercayaan antara manajer dan bawahan. Sebagai contoh beberapa pendapat memperlihatkan bahwa komunikasi mungkin menjadi kurang terbuka dan cermat jika makin tinggi keinginan bawahan akan mobilitas keatas. Bawahan seperti ini mungkin ambisius, sangat keras pendiriannya, suka memaksa dan agresif, dan akibatnya lebih memusatkan perhatiannya untuk membela citra dirinya dari pada untuk mencapai kesepakatan atau suatu penilaian mengenai suatu situasi yang dilakukan secara objektif dan cermat. Juga sedikit sekali kemungkinannya mereka menyampaikan laporan yang dapat ditafsirkan sebagai komentar negatif tentang kinerja atau kemampuannya. Bawahan juga lebih mungkin menutup-nutupi masalah, perbedaan pendapat, atau keluhan apabila mereka merasa bahwa atasannya mempunyai wewenang untuk menghukum mereka. Bawahan yang tidak ambisius akan hati-hati dalam berkomunikasi jikalau suatu suasana kepercayaan tidak ada diantara mereka dan atasannya. Bawahan menyembunyikan atau mengubah informasi jikalau mereka merasa bahwa atasannya tidak dapat dipercaya untuk bersikap adil atau atasannya

menggunakan informasi tersebut untuk menjatuhkan mereka, akibatnya dari masalah komunikasi ini ialah : bahwa manajer tingkat yang lebih sering mengambil keputusan berdasarkan informasi yang salah atau tidak memadai.

Penyampaian pesan karyawan sering tidak ada yang hilang dalam pengirimannya ke atas. Hal ini terjadi karena suatu pesan yang menyimpang dari pendapat seseorang dalam rantai komunikasi atau terhalang oleh seorang pendengar yang kurang baik. Seorang pendengar yang baik akan memberikan perhatian penuh dan memutuskan apakah suatu ide berguna atau suatu keluhan beralasan. Menunjukkan bahwa ia mengerti, atasan akan mengulang apa yang dikatakan oleh bawahan, jika karyawan atau bawahan setujua, maka terjadilah komunikasi dua arah. Interaksi yang terjadi dalam organisasi merupakan hubungan antara pimpinan dengan bawahan maupun bawahan dengan bawahan. Gondokusuomo menggambarkan tentang komunikasi lisan sehari-hari dalam hubungan jabatan yaitu : Bentuk pertama komunikasi antara pimpinan dengan bawahan yang tidak menimbulkan pesan balik secara langsung dalam artian feedback yang terjadi tertunda, sehingga pada saat-saat lainnya terjadi komunikasi akan terjadi feed back yang tertunda tadi. Sebagai contoh jika atasan memberikan suatu perintah kepada bawahan untuk melakukan sesuatu namun bawahan menunda jawaban atas perintah tersebut.

Bentuk kedua masih dalam bentuk komunikasi verbal, feedback seketika ini kemungkinan bersamaan dengan feedback yang tertunda tadi. Contoh atasan

memberikan perintah dan bawahan langsung memberikan jawaban atas perintah tersebut. (Gondokusumo, 1995 : 3).

Sering ditemukan hambatan komunikasi atasan dan bawahan karena komunikator (penyampai pesan) kurang memahami apa yang dipersepsikan komunikan (penerima pesan) sehingga pesan yang disampaikan itu tidak dimengerti oleh komunikan. Keberhasilan suatu komunikan tergantung dari komunikator itu sendiri yang dapat menganalisa orang lain untuk adanya suatu pengertian serta mencoba mengadakan empaty (penyesuaian diri komunikator dengan komunikan) sehingga pesan akan efektif sesuai dengan pengetahuan komunikasi, yaitu penyampaian pesan dalam bentuk lambang yang berarti dan dapat dimengerti dan komunikator berusaha merubah tingkah laku komunikan sesuai yang dikehendaki komunikator. Dari definisi komunikasi atasan dan bawahan terlihat pola aliran pesan sehingga ditemukan tujuh unsur komunikasi atasan dan bawahan yaitu sumber pengirim, sumber penerima, sumber penerima, pesan yang dikirimkan, pesan yang diterima, tujuan pesan, medium atau media dan pola arus (yang disebut jaringan). Sumber pengirim dan sumber penerima adalah orang yang mengirim dan menerima pesan itu.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komunikasi atasan dan bawahan yaitu mengutip dari menurut Wexley dan Yukl yang diterjemahkan oleh Muh. Shobaruddin, yaitu : a. Komunikasi kebawah mengalir dari manajemen tertinggi, melalui jenjang menengah menuju jenjang terbawah dan terakhir kepada pekerja lapangan yang meliputi : pengarahan, perintah-perintah, indoktrinasi, memberikan inspirasi dan evaluasi. b. Komunikasi keatas mengalir dari bawah kejenjang-jenjang tertinggi dalam hirarki kekuasaan, biasanya sepanjang rantai komando. Fungsi utama komunikasi ke atas biasanya ingin mendapatkan informasi tentang aktivitasaktivitas, keputusan-keputusan serta pelaksanaan kerja personalia jenjang lebih bawah. Komunikasi ke atas dapat meliputi : Laporan pelaksanaan kerja, saran-saran serta rekomendasi, usulan anggaran, pendapat, keluhan-keluhan, permintaan atas bantuan atau instruksi. (Wexley dan Yukl, 1996 ; 79)

E.

Pengertian Semangat Kerja Menurut Alex S. Nitisemito : Semangat kerj adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik (Alex S. Nitisemito, 1996 ; 96).

Menurut Malayu S. P. Hasibuan : Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal (Malayu S.P. Hasibuan, 1995 ; 105). Dari kutipan diatas disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sesuatu hasil yang terlihat pada mental seseorang dalam melakukan pekerjaan secara lebih cepat dan lebih baik untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal dalam suatu organisasi. Semangat kerja buruh/pekerja merupakan hal yang sangat penting antara lain dengan diberikannya motivasi oleh pimpinan perusahaan, semangat kerja yang rendah dapat menghambat tercapainya tujuan organisasi. Seorang pemimpin harus dapat mengetahui indikator-indikator atau tandatanda menurunnya semangat kerja para buruh/kerja. Dalam mengukur semangat kerja karyawan dapat digunakan indikator-indikator menurut Alex S. Nitisemito yang terdiri dari :

1.

Tingkat Produktivitas kerja Merupakan perbandingan antara output dengan input, dimana output adalah hasil yang memberikan manfaat pada individu dan perusahaan.

2.

Tingkat Absensi pekerja Merupakan ketidakhadiran pekerja pada hari kerja karena sakit, ijin, mangkir dan skorsing.

3.

Tingkat Perputaran pekerja

Merupakan perbandingan antara masuk dan keluarnya pada suatu perusahaan pada periode tertentu. 4. Tingkat Kerusakan Merupakan naiknya tingkat kerusakan tersebut menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang terjadinya kecerobohan dalam pekerjaan. 5. Kegelisahan/Keluhan Kegelisahan yang timbul akan dapat terwujud dalam bentuk

ketidaksenangan kerja, keluh kesah, ketidaktenangan pekerja dalam melaksanakan tugas. 6. Tuntutan Merupakan perwujudan dari ketidak puasan pekerja, dimana tiap tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan. 7. Pemogokan Pemogokan merupakan perwujudan dari ketidakpuasan, kegelisahan dan lain sebagainya.

F.

Peranan Semangat Kerja Karyawan Apabila suatu perusahaan mampu meningkatkan semangat kerja maka akan menimbulkan : 1. Pekerjaan akan cepat diselesaikan

Semangat

kerja

yang

dimiliki

oleh

personel

dalam

perusahaan

menumbuhkan gairah dan motivasi yang tinggi terhadap penyelesaian pekerjaan. 2. Kerusakan akan dapat dikurangi Semangat kerja yang tinggi cenderung menimbulkan kehati-hatian dalam melaksanakan pekerjaan. 3. Absensi akan dapat diperkecil Indikator yang jelas dari semangat kerja adalah tentang absensi. Absensi yang rendah menunjukkan semangat kerja karyawan yang tinggi. Sebaliknya absensi yang tinggi menunjukkan gairah kerja karyawan menurun. 4. Perpindahan Karyawan dapat diperkecil seminimal mungkin Karyawan yang bersemangat cenderung menunjukkan gejala untuk keluar dari perusahaan sangat kecil. Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa peranan semangat kerja cukup besar dalam meningkatkan efektivitas suatu perusahaan.

G. 1.

Prestasi Kerja Pengertian Prestasi Kerja Sebelum karyawan ditarik, dipilih dan dibentuk menjadi kelompokkelompok kerja, tetapi ukuran terakhir keberhasilan Departemen Personalia adalah prestasi atau pelaksanaan kerja (performance) karyawan. Para karyawan

memerlukan sekali umpan balik (feed back) atas upaya-upaya mereka dalam prakteknya. Prestasi kerja menurut T. Hani Handoko adalah : Prestasi kerja adalah proses melalui mana organisasi-organisasi

mengevaluasi prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka (T. Hani Handoko, 1995 ; 35) Prestasi kerja berarti membandingkan antara prestasi aktual bawahan dengan standar yang ditetapkan dalam langkah pertama dan biasanya menyangkut beberapa jenis bentuk penghargaan. Berarti membandingkan antara prestasi untuk bawahan dengan standar yang ditetapkan dalam langkah pertama dan biasanya menyangkut beberapa jenis untuk penghargaan. Adapun prestasi kerja pada daarnya dibagi menjadi 3 yaitu : a. b. Prestasi kerja tidak sistematis Metode tradisional yang sistematis yang mengukur : 1. 2. 3. c. Karakteristik karyawan Sumbangan karyawan kepada organisasi Keduanya

Tujuannya yang ditetapkan bersama dengan menggunakan managemen berdasarkan objektivitas. sasaran (MBS) atau dikenal dengan manajemen yang

Menurut Garry Dessler, langkah-langkah dalam menilai prestasi kerja terdiri dari tiga, yaitu : a. Mendefinisikan pekerjaan Berarti memastikan bahwa manajer dan bawahannya bersama-sama sepakat atau hal-hal yang anda harapkan tercapai karyawan dan standar yang akan digunakan untuk menilainya prestasinya.

b.

Penilaian Prestasi Berarti membandingkan antara prestasi aktual bawahan dengan standar yang ditetapkan dalam langkah pertama dan biasanya menyangkut beberapa jenis bentuk penghargaan.

c.

Menyediakan balikan Adanya pertemuan-pertemuan balikan karena itu juga dirancang

pengembangan yang mungkin diperlukan. (Garry Dessler, 1995 ; 203).

2.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan pada perusahaan bisa dilihat dari : a. Sistem penggajian Sistem penggajian yang tepat waktu bisa membuat karyawan merasa aman (dalam arti keuangan) dan dalam bekerjanya tidak berpikiran macam-macam atau bisa fokus pada pekerjaan yang dikerjakannya. b. Teknologi yang digunakan Suatu perusahaan yang menggunakan teknologi yang tinggi, maka tingkat produktivitas karyawannya lebih tinggi dari pada karyawan pada perusahaan lain dalam bidang yang sama tetapi menggunakan teknologi rendah / manual. c. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang nyaman dan suasana yang mendukung akan meningkatkan prestasi karyawan dan sebaliknya lingkungan kerja yang semrawut tidak nyaman akan menurunkan prestasi kerja karyawan. d. Keamanan dan keselamatan kerja Keamanan dan keselamatan kerja sangat didambakan oleh setiap karyawan. Keamanan dan keselamatan karyawan terjamin maka karyawan dalam bekerja tidak merasa was-was dalam keadaan seperti ini prestasi karyawan bisa ditingkatkan. e. Motivasi Dalam skripsi ini lebih difokuskan motivasi yang dilakukan oleh para pimpinan dalam meningkatkan prestasi karyawannya.

3.

Metode dan Sarana Pengukuran Metode pengukuran prestasi kerja pada dasarnya dibagi menjadi 3 yaitu : a. b. Penilaian secara kebetulan tidak sistematis dan sering membahayakan. Metode tradisional yang sistematis yang mengukur : 1. 2. 3. c. Karakteristik Karyawan Sumbangan karyawan kepada organisasi Keduanya

Tujuan yang ditetapkan bersama dengan menggunakan manajement berdasarkan sasaran (MBS) atau dikenal dengan manajemen yang obyektif.

Prestasi kerja merupakan rasio dari output dikehendaki terhadap semua input yang digunakan dalam menghasilkan output tersebut, atau dengan rumus : Prestasi kerja = Pr oduk Karyawan

G.

Hubungan Secara Teoritis Antara Komunikasi Dan Semangat Kerja Dengan Prestasi Kerja Dalam usaha meningkatkan prestasi kerja menuntut keterlibatan seluruh bagian dalam perusahaan. Melalui penelitian ini hendak dilihat bagaimana komunikasi yang mengalir pada semua lini komunikasi di perusahaan seperti informasi, teguran, motivasi, perintah, pengarahan, pujian, serta komunikasi yang terbentuk dari karyawan pelaksana dan manajer tingkat menengah seperti pendapat, keluhan laporan dapat berjalan dengan baik. a. Informasi, hendaknya kegiatan penyampaian pesan yang sifatnya

pemberitahuan oleh atasan kepada bawahan harus dilakukan dengan jelas. Komunikasi yang informatif bisa dilakukan dengan banyak cara, baik secara lisan maupun secara tulisan dalam bentuk memo atau papan tulis. Jadi dengan komunikasi informatif efektif diharapkan ialah agar pihak penerima mengetahui, tidak lebih dari itu. b. Teguran, seringkali atasan dalam memberikan teguran kepada bawahan dilakukan secara kurang bijak, seperti membentak-bentak karyawan, memarahi, ataupun juga mencaci maki karyawan. Hal-hal tersebut adalah

kurang pantas dilakukan seorang atasan kepada bawahannya karena keadaan tersebut mungkin akan membuat karyawan sakit hati. Buatlah teguran-teguran yang membuat karyawan mengoreksi kesalahannya serta tidak mengulanginya lagi. Teguran disampaikan dalam hal-hal seperti perintah tidak dilaksanakan, pekerjaan tidak selesai pada waktunya, menyimpang dari prosedur yang telah ditentukan, terjadi banyak kesalahan dalam pekerjaannya. c. Motivasi, seorang atasan harus memberikan dorongan kepada bawahannya. Menurut Wexley dan Yukl (1993 ; 98) motivasi biasanya didefinisikan sebagai proses dimana perilaku diberikan energi dan diarahkan. Atasan haruslah mengkomunikasikan hal yang bersifat memberikan dorongan kepada bawahannya agar timbul semangat kerja bagi peningkatan prestasi kerja. d. Perintah, dalam hal ini berarti melakukan pekerjaan yang dimintai oleh atasan, sering terjadi atasan memberikan perintah kepada bawahan untuk mengerjakan sesuatu namun, perintah tersebut tidaklah dimengerti oleh karyawan. Atasan yang baik haruslah memberikan perintah yang benarbenar dimengerti apa yang menjadi pesan dari perintah tersebut, atau dapat pula bersifat larangan. Namun kadangkala ditemukan juga atasan yang memberikan perintah dengan gaya otoriter dalam artian perintah yang dibuat haruslah dikerjakan tanpa mungkin memperdulikan kemampuan dari karyawan. Pemberian perintah dari atasan kepada bawahan menggunakan bahasa yang sopan.

Komunikasi akan memelihara dan menggerakkan kehidupan kelompok, juga sebagai penggerak untuk menggambarkan aktivitas manusia. Jadi komunikasi yang baik dalam hal ini manajer tingkat menengah dan karyawan pelaksana akan memberikan dampak atau pengaruh dalam prestasi kerja. Peneliti mengambil kesimpulan sementara bahwa ada hubungan komunikasi terhadap prestasi kerja. Semangat kerja atau gairah melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih baik. Karyawan yang mempunyai semangat kerja yang tinggi akan berdampak terhadap sikap yang mau sepenuhnya memanfaatkan keterampilan, konsentrasi pekerja serta

kemampuan-kemampuan lain untuk dapat mengerjakan tugas dengan sebaikbaiknya, sehingga berpengaruh terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan itu sendiri. Kesemuanya dapat dipenuhi apabila pemberian gaji dan tunjangantunjangan lainnya sudah dapat diterima karyawan. Mengukur tingkat prestasi kerja dapat dilakukan dengan mengukur semangat kerja, apabila karyawan memiliki semangat yang rendah, maka tingkat prestasi kerjanya pun akan rendah/ turun. Namun sebaliknya meningkatnya semangat kerja akan menambah kesetiaan karyawan kepada perusahaan untuk tetap mengabdikan dirinya kepada perusahaan dengan kata lain karyawan tak akan pindah-pindah kerja.

Hubungan semangat kerja dengan prestasi kerja pada dasarnya terdapat hubungan yang erat, hal ini sesuai dengan keinginan karyawan dan perusahaan, karena dengan semangat kerja karyawan dapat mempengaruhi prestasi kerja. Kesetiaan karyawan dalam melaksanakan tugasnya tetap berjalan dengan baik, dan juga akan meningkatkan produktifitas. Komunikasi yang berjalan efektif akan berpengaruh positif terhadap prestasi kerja, hal ini juga sama dengan semangat kerja, semangat kerja yang tinggi akan mempengaruhi peningkatan prestasi kerja.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A.

Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan yang ada memiliki arti yang sangat penting ari berbagai bidang kehidupan, baik untuk pengembangan industri perusahaan, karyawan dan masyarakat. Keuntugnan bagi perusahaan adalah untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mengejar laba yang sebesar-besarnya, bagi karyawan adalah untuk mendapatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bagi masyarakat dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan lapangan

kehidupan lainnya. Pada awal tahun 1975 Bapak Hyuk Baekwon mendirikan sebuah perusahaan perseorangan dengan nama Indojaya. Adapun alasan mengapa perusahaan memilih bisnis dalam bidang garment, adalah : 1. Pimpinan perusahaan melihat adanya prospek yang cerah untuk produk pakaian jadi di Indonesia, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk dieekspor. 2. Pakaian merupakan kebutuhan primer manusia dan diperlukan oleh setiap orang.

Pada waktu perusahaan didirikan, lokasi pabrik dan kantor berada satu gedung yang terletak di Bekasi. Jumlah karyawan dan tukang jahit sekitar 20 orang. Oleh karena kemampuan perusahaan dalam meramalkan selera dan keinginan konsumen pakaian jadi, dan dengan keterampilan karyawan unutk memproduksi dengan mutu yang baik, maka hasil penjualan meningkat terus dari tahun ke tahun. Dengan bertambahnya permintaan akan produk, maka perusahaan

menambah jumlah karyawan agar dapat berproduksi sesuai dengan permintaan masyarakat yang semakin meningkat. Gedung usaha yang sudah tidak mampu menampung jumlah karyawan yang semakin banyak, kebijaksanaan perusahaan yang baru maka didirikan pabrik yang mempekerjakan sekitar 100 orang pekerja. Pada saat itu jangkauan pasar perusahaan tidak terlalu luas dan perusahaan masih belum mempunyai show room sendiri. Perusahaan mendistribusikan produknya kepada konsumen akhir dengan menggunakan pedagang eceran besar, seperti departemen store. Perusahaan tidak menjual produknya kepada pedagang kecil, sebab : a. Pedagan eceran besar seperti departemen strore membeli lebih banyak dari pada pedagang eceran kecil. b. Liquiditas pedagang eceran besar lebih dapat dipercaya dari pada pedagang eceran kecil.

Pada situasi untuk menghidupkan atau memperpanjang umur produk, perusahaan mengambil kebijaksanaan dengan mengganti merek produk dari Polo Dinmaster menjadi Primatex. Ciri khas dari produk ini adalah warnanya yang menarik. Pada tahun 1986 dalam akte notaris Safwan Gani, SH, dengan Nomor 128/1986, bentuk hukum perusahaan diganti menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Indoraya Primatex. Pada mulanya perusahaan hanya memproduksi baju kaos (Tshirt) saja, dengan pertimbangan bahwa Indonesia merupakan daerah tropis dan bahan tersebut cepat menyerap keringat. Pada tahun 1990 perusahaan mengekspansi pabrik dengan mempekerjakan sekiatar 250 orang pekerja, sedangkan perusahaan yang berlokasi di tempat yang lama ditutup. Pabrik yang pada awalnya mempekerjakan sekitar 250 orang pekerja, pada tahun 1994 telah meningkat menjadi 600 orang. Perusahaan juga telah menambah jenis produk (product line) untuk dapat menguasai pasar dan menambah laba perusahaan serta pemenuhan kebutuhan konsumen. Pada tahun 2003 hasil produksi selain didistribusikan ke departemen store yang ada di wilayah Indonesia, show room Italimondo, juga diekspor ke luar negeri, seperti Philipina, Mexico, Italia, Amerika.

B.

Struktur Organisasi dan Tingkatan Manajemen

Dalam setiap perusahaan diperlukan adanya struktur organisasi sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi memerlukan adanya pembagian kerja, penentuan posisi, penempatan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas sehingga dapat tercapai kerja sama yang baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Dilihat dari sudut wewenang, tanggung jawab dan pengambilan keputusan, maka dalam organisasi terdapat 3 jenis struktur organisasi, yaitu : 1. Struktur Organisasi Garis Dalam struktur organisasi garis yang murni, wewenang didelegasikan langsung dari atas ke bawah secara lurus, tidak ada organisasi staf tersendiri. Sehubungan dengan itu, maka setiap orang melakukan fungsi-fungsi garis yang berhubungan dengan penciptaan, distribusi atau pembelanjaan ditambah fungsi-fungsi staff seperti pengetikan, korespondensi, personalia, hukum kesejahteraan dan sebagainya. 2. Struktur Organisasi Fungsional Dalam struktur organisasi ini terdapat sejumlah spesialisasi fungsional yang mengawasi kegiatan masing-masing karyawan. Dengan kata lain terdapat berbagai unit staf yang mempunyai wewenang garis atas orang-orang yang sama. Para karyawan menerima perintah dan memberikan

pertanggungjawaban mereka kepada semua spesialis fungsional yang masing-masing mengurus hal-hal yang berhubungan dengan spesialisasinya. 3. Struktur Organisasi Garis dan Staff

Struktur organisasi ini terdiri atas unit garis dan staf yang masing-masing berturut-turut melakukan wewenang garis dan staf. Dalam wewenang garis menyangkut hubungan antara atasan dan bawahan. Pihak yang memiliki wewenang garis dapat membuat keputusan dan memberikan perintah dalam batas wewenang yang didelegasikan kepadanya dan dapat minta pertanggung jawaban dari bawahannya. Wewenang staf tidak membentuk hubungan antara atasan dan bawahan, antara staf dan garis. Meskipun staf dapat memiliki wewenang garis atas bawahannya sendiri. Struktur organisasi ini dapat mengambil kebaikannya saja dari struktur fungsional dengan menjamin adanya satu sumber perintah dari setiap organisasi dengan dukungan sarana-sarana.

Adanya struktur organisasi yang tersusun secara baik, maka akan memudahkan koordinasi, integrasi dan meningkatkan efisiensi kerja dari bagianbagian yang ada di perusahaan. Struktur organisasi merupakan kerangka dari sistem perusahaan. Dengan mengamati struktur organisasi kita dapat mengetahui jalur komunikasi dari tiap bagian. Maka dengan adanya struktur organisasi, setiap individu diharapkan dapat mengetahui dengan jelas apa pekerjaannya, wewenangnya, tanggung jawabnya, dan kepada siapa dia mempertanggung jawabkan tugasnya agar terdapat kerjasama.

Dengan terbentuknya suatu susunan struktur organisasi yang efektif maka koordinasi, integrasi dan efisiensi usaha yang melibatkan seluruh anggota organisasi akan lebih terjamin. PT. Indoraya Primatex yang merupakan perusahaan yang memproduksi dan menjual produknya sendiri telah membuat susunan struktur organisasi garis seperti yang terlihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. STRUKTUR ORGANISASI PT. INDORAYA PRIMATEX

DIREKTUR UTAMA

GENERAL MANAGER

PERSONNEL MANAGER

PRODUCTION MANAGER

MARKETING MANAGER

PROMOTION MANAGER

FINANCE & ACCOUNTING MANAGER

Sumber : PT. INDORAYA PRIMATEX

Berikut ini penulis menguraikan tugas dan tanggung jawab dari tiap bagian dari struktur organisasi pada PT. Indoraya Primatex, sebagai berikut : a. Direktur Utama 1. Mengatur jalannya perusahaan terutama dalam hal kebijaksanaan perusahaan. 2. Memimpin rapat antara bagian untuk membahas kebijaksanaan perusahaan dan jalannya perusahaan. 3. Bertanggung jawab terhadap kontinuitas perusahaan.

b.

General Manager 1. 2. 3. Menentukan target yang harus dicapai. Bertanggung jawab atas semua kebijaksanaan perusahaan Mengambil keputusan pokok perusahaan.

c.

Personal Manager 1. Berhubungan dengan penerimaan karyawan, pengawasan dan penilaian prestasi karyawan. 2. Bertugas menjaga hubungan komunikasi dan memberikan informasi kepada karyawan maupun konsumen.

d.

Production Manager 1. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi serta bekerja sama dengan bagian lain dalam hal produksi ataupun dalam mengembangkan produk baru. 2. Melakukan penelitian-penelitian untuk menjaga maupun meningkatkan mutu produk.

e.

Marketing Manager 1. 2. Membuat perencanaan dan memperkirakan jumlah penjualan. Mengkoordinir dan melaksanakan tugas penjualan serta mengatur strategi pemasaran terhadap barang-barang yang akan dijual ke pasaran 3. Bertanggung jawab penuh tentang segala sesuatu mengenai operasional dan maju mundurnya hasil penjualan.

4.

Memantau keadaan pasar dan mencari daerah-daerah pemasaran baru yang potensial

5.

Menjaga dan meningkatkan hubungan baik dengan para relasi, pedagang perantara serta memberikan motivasi dan semangat agar mereka berjuang semaksimal mungkin untuk meningkatkan hasil penjualan.

f.

Promotion Manager 1. Menyusun program dan anggaran kegiatan promosi yang akan dilakukan. 2. Melakukan kegiatan promosi dan memantaunya secara kontinyu untuk meningkatkan hasil penjualan disamping untuk tetap mempertahankan brand image. 3. Membuat laporan bulanan kegiatan promosi yang dilaksanakan.

g.

Finance and Accounting Manager Memimpin bagian administrasi dan keuangan termasuk pembukuan, mengontrol serta mengamankan harta kekayaan perusahaan dari kehilangan serta kelalaian dengan pencatatan administrasi. 1. 2. Menerima laporan keuangan bagian pembukuan Memeriksa jalannya internal cek antar bagian penjualan, pembelian dan bagian administrasi pembukuan. 3. Bertanggung jawab untuk membuat laporan neraca dan laporan rugi laba.

C.

Kegiatan Usaha Dalam menjalankan perusahaan, pimpinan perusahaan harus menentukan kebijaksanaan yang mendukung beroperasinya perusahaan. Kebijaksanaan tersebut dapat berupa pemilihan saluran distribusi untuk jenis produk yang dihasilkan, pelaksanaan kegiatan promosi, menentukan volume penjualan yang akan datang, proses produksi, dan lainnya. 1. Proses Produksi Pada PT. Indoraya Primatex proses produksi terdiri atas 6 tahap, yaitu : Tahap I Pada tahap ini merupakan tahap pembuatan pola. Pola-pola tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang dikehendaki. Tahap II Merupakan tahap pemotongan kain sesuai dengan pola-pola yang telah diselesaikan. Tahap III Tahap ini terdiri atas dua bagian yaitu bagian pengawasan mutu dan bagian pengobrasan. Kain yang telah dipotong akan diperiksa dibagian pengawasan mutu kemudian dilanjutkan dengan pengobrasan. Selanjutnya diperiksa bagian pengawasan mutu. Tahap IV

Merupakan tahapan dimana kain-kain tersebut dijahit menjadi baju, celana, tas, dasi dengan potongan pola, juga merupakan tahap pemasangan label. Tahap V Tahap ini merupakan tahap yang memasuki tahap akhir dari proses produksi yaitu tahap perapian. Tahap VI Tahap akhir dari proses produksi adalah tahap dimana produk yang telah selesai dikerjakan dibungkus rapi sebelum dikirm/dijual ke konsumen.

2.

Jenis-jenis Produk Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Indoraya Primatex secara garis besar dapat dikategorikan menjadi 3 golongan, yaitu : 1. Celana, yang terdiri atas celana jeans baik panjang maupun pendek yang terdiri dari berbagai ukuran serta celana dalam pria. 2. Baju, yang terdiri atas baju kaos oblong (tanpa kra), Tshirt, kemeja. Kesemuanya terdiri dari atas beragam macam ukuran dengan lengan pendek maupun panjang. 3. Aksesoris Merupakan produk pelengkap, seperti tas, sepatu, dasi dan topi serta ikat pinggang.

3.

Kebijaksanaan Produk

PT. Indoraya Primatex memproduksi produk yang mempunyai kualitas yang baik serta disesuaikan dengan selera dan kebutuhan masyarakat, tiap produk pada umumnya mempunyai banyak macam ukuran dan dikemas dalam bentuk yang menonjolkan merek keunggulan produknya. Perusahaan juga memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada konsumen, memperbaiki kekurangan produk serta memberikan penggantian bagi produk yang tidak sesuai dengan standar perusahaan.

4.

Kebijaksanaan Saluran Distribusi Untuk menyalurkan dan memasarkan produknya ke hampir seluruh wilayah Indonesia, PT. Indoraya Primatex bekerja sama dengan perusahaan penyalur atau distributor. Cara distribusi yang ditempuh oleh perusahaan, yaitu dengan dua cara : a. Produsen Konsumen Akhir

Produk jadi dari perusahaan dikirim ke show room perusahaan. Sampai saat ini PT. Indoraya Primatex telah memiliki 20 show room, dengan lokasi yang menyebar. Produk yang telah selesai diproduksi dikirim ke show room untuk dijual. Jadi saluran distribusi yang digunakan adalah saluran distribusi langsung. b. Produsen Pengecer Konsumen

Produk yang telah selesai diproduksi dikirim ke pengecer yang telah memesan produk tersebut.

Jadi cara kedua yang digunakan oleh PT. Indoraya Primatex merupakan saluran distribusi satu tingkat.

5.

Kebijaksanaan Harga Dalam proses penetapan harga ada beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi keputusan pimpinan perusahaan, yaitu : a. b. c. d. Permintaan akan produk Target pasar Reaksi pesaing Bagian dari bauran pemasaran lain

PT. Indoraya Primatex menetapkan harga berdasarkan atas strategi going rate princing, yaitu penetapan harga sedikit lebih besar atau lebih kecil dari pesaing.

6.

Kebijaksanaan Promosi Sebelum melaksanakan kegiatan promosi PT. Indoraya Primatex mengadakan suatu perencanaan promosi terlebih dahulu, agar hasil yang dicapai adalah sesuai dengan yang dikehendaki.

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

A. 1.

Penyajian Data Hasil Penelitian Kegiatan Komunikasi Pada PT. Indoraya Primatex Dalam kegiatan organisasi kerja, komunikasi yang digunakan berbeda dengan komunikasi yang digunakan oleh non-organisasi. Perbedaannya adalah bahwa komunikasi organisasi terikat oleh struktur hirarki yang mengatur tugas, wewenag dan tanggung jawab anggotanya masing-masing. Komunikasi organisasi terbagi atas komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam struktur organisasi, sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak mengikuti jalur hubungan formal seperti halnya komunikasi formal. Pada PT. Indoraya Primatex, bagian-bagian kerja yang cukup rumit, hal ini menjadi kendala dalam melakukan pemberitahuan atau pengumuman, perintah dan sebagainya yang menyangkut masalah komunikasi dalam organisasi secara langsung. Komunikasi yang dijalankan PT. Indoraya Primatex juga kurang mengikuti prosedur komunikasi yang ada. Biasanya komunikasi yang terjadi baik dari pimpinan kepada bawahannya maupun dari bawahan kepada pimpinannya tidak melalui jalur-jalur garis komando yang berlaku di organisasi tersebut. Kegiatan

komunikasi ini menimbulkan suatu gap atau kesenjangan karena komunikasi yang terjadi kurang sistematis dan teratur. Komunikasi yang dilakukan oleh PT. Indoraya Primatex antara lain adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilakukan adalah dalam bentuk pembicaraan langsung (face to face), diskusi kelompok, ceramah, pengadaan meeting dan sebagainya, hal ini dilakukan karena pada umumnya komunikasi lisan mempunyai kebaikan-kebaikan antara lain : a. b. c. Penjelasan dapat dilakukan dengan lebih mendetail Dapat menimbulkan partisipasi secara langsung. Dapat menimbulkan komunikasi timbal balik secara langsung. Kadang-kadang komunikasi lisan yang dilakukan tidak dapat berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan : a. b. Kurang ketegasan dari pihak pimpinan dalam pemberian perintah/tugas. Tidak dapat dipakai sebagai dokumentasi tertulis. Sedangkan komunikasi tertulis/tulisan yang dilakukan dalam organisasi tersebut antara lain dengan melalui surat, fax, E-mail dan juga laporan yang diterima pimpinan dari bawahannya. Pertimbangan melakukan ini antara lain : a. b. c. d. Komunikasi tertulis dapat disebarkan seluas-luasnya. Merupakan dokumentasi yang tertulis. Dapat merupakan pegangan yang lebih pasti dari penerima komunikasi. Lebih Tegas.

Komunikasi tertulis yang dilakukan ini sering mendapatkan hambatan, yaitu : a. b. c. Bila latar belakang pendidikan penerima komunikasi kurang baik. Tidak semua hal dapat dikomunikasikan secara tertulis Tidak ada penjelasan lebih lanjut selain yang tertulis,

Pimpinan PT. Indoraya Primatex menyadari dengan sepenuhnya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh personnel-personnel dalam organisasinya adalah sangat penting. Perusahaan berusaha menciptakan komunikasi timbal balik dari atasan ke bawahan atau ke sebaliknya dari bawahan ke atasan dan juga antara tingkat-tingkat yang sejajar, untuk selalu berjalan dengan baik. Kebijakan ini dimaksudkan agar ada kelancaran dalam pelaksanaan tugas-tugas yang telah diberikan kepada masing-masing personelnya. Pimpinan PT. Indoraya Primatex dalam melakukan komunikasi kurang terlaksana dengan baik karena berbagai macam hambatan. Hambatan yang terjadi adalah antara lain adanya jarak yang harus dilewati oleh suatu pesan, misalnya bila pimpinan ingin menyampaikan pesan kepada bawahannya harus melewati beberapa orang karyawan yang berada pada struktur organisasi, hal ini tentu sangat merepotkan. Walaupun tidak setiap komunikasi hal itu terjadi, tetapi hal seperti itu dapat saja terjadi sewaktu-waktu apabila komunikasi yang terjadi harus melalui tata jenjang struktur organisasi yang ada.

Sering terjadi bahwa karyawan pada tingkat bawah kurang memahami penggunaan alat-alat komunikasi yang tersedia di dalam perusahaan, sehingga menyebabkan kelancaran dari arus informasi kadang-kadang menjadi terhambat. Masalah-masalah tentang komunikasi mempunyai hubungan yang erat dengan tipe organisasi yang dipakai, baik untuk tujuan maupun penyebaran informasi. Suasana komunikasi pada PT. Indoraya Primatex sering kali terjadi bahwa informasi yang diperlukan harus dikumpulkan dari beberapa sumber yang selanjutnya informasi tersebut diserahkan kepada atasan. Dalam hal ini karyawan pada tingkat bawah memberikan informasi berupa laporan-laporan pelaksanaan tugas, pendapat, usul, saran, keluhan, dan lain-lain kepada atasannya. Dalam pelaksanaannya sering kali timbul masalah atau kekeliruankekeliruan yang disebabkan oleh kompleksnya komunikasi. Mengatasinya masalah ini PT. Indoraya Primatex mengambil langkah dengan cara informasiinformasi dari bawahan terlebih dahulu dikomunikasikan kepada rekan yang setingkat lebih sebelum dilaporkan kepada atasannya, sehingga tidak terjadi lagi tumpang tindih informasi ataupun informasi yang diberikan kepada atasan menjadi terlalu banyak dan rumit. Dibawah ini akan dikemukakan biaya-biaya komunikasi yang terjadi pada PT. Indoraya Primatex. Tabel 4.1. BIAYA YANG DIKELUARKAN UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN KOMUNIKASI DI PT. INDORAYA PRIMATEX Tahun 2001 -2006

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006

Biaya yang Dikeluarkan Rp. 35.000.000 Rp. 47.000.000 Rp. 55.000.000 Rp. 56.000.000 Rp. 62.000.000

% Kenaikan 34 % 17 % 2% 11 %

Sumber : PT. Indoraya Primatex

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai presentase kenaikan biaya untuk mendukung komunikasi tersebut. Tahun 2003 =
Rp. 47.000.000 Rp.35.000.000 x100% = 34% Rp. 35.000.000 Rp. 55.000.000 Rp. 47.000.000 x 100% = 17% Rp. 47.000.000 Rp. 56.000.000 Rp. 55.000.000 x 100% = 2% Rp. 55.000.000 Rp. 62.000.000 Rp. 56.000.000 x 100% = 11% Rp. 56.000.000

Tahun 2004

Tahun 2005

Tahun 2006

Berbagai upaya yang dilakukan PT. Indoraya Primatex dalam meningkatkan komunikasi agar dapat membawa pengaruh yang baik terhadap suasana kerja, kondisi kerja, produktivitas maupun prestasi kerja karyawan. Upaya-upaya komunikasi ini membawa konsekuensi adanya pengeluaran bagi perusahaan. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan komunikasi yang terjadi di perusahaam berupa biaya-biaya kegiatan melakukan pembicaraan langsung (face to face), diskusi kelompok, ceramah, pengadaan meeting, rekreasi yang membentuk suasana akrab di antara sesama karyawan maupun dengan pimpinannya dan lain sebagainya. Dari tabel 4.1 dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Indoraya Primatex selalu meningkatkan upaya-upaya untuk mendorong terjadinya komunikasi yang baik di perusahaannya terbukti dengan adanya kenaikan biaya yang mendukung kegiatan komunikasi tersebut.

Untuk mendapatkan data-data mengenai komunikasi yang terjadi penulis menggunakan data dari hasil kuesioner (terlampir) yang diajukan kepada 15 orang responden dengan ketentuan sebagai berikut : Angket Komunikasi dengan Pernyataan Positif ( + ) Option a b c d e = = = = = Sangat Baik Baik Sedang Kurang baik Tidak baik Score 5 4 3 2 1

Dalam hal ini juga ada option yang diberikan pernyataan sama dengan skor diatas berdasarkan bentuk pertanyaan yang jawabannya dikategorikan sebagai berikut : Option a b c d e = = = = = Sangat Berperan Berperan Sedang Kurang Berperan Tidak Berperan Score 5 4 3 2 1

Hasil kuesioner mengenai komunikasi ini akan disajikan dalam bentuk tabel seperti terlihat dibawah ini : Tabel 4.2 HASIL KUESIONER KOMUNIKASI (X1)

DI PT. INDORAYA PRIMATEX Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah 1 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 2 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 7 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 8 5 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 9 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 10 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 Jml 47 43 44 42 46 45 48 44 46 46 46 46 45 46 45 679

Sumber : PT. Indoraya Primatex

2.

Kondisi Semangat Kerja Di PT. Indoraya Primatex Semangat kerja karyawan yang ada pada PT. Indoraya Primatex sesuatu hasil yang terlihat pada mental karyawan dalam melakukan pekerjaan secara lebih

cepat dan lebih baik untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal dalam suatu organisasi. Disadari oleh pihak manajemen PT. Indoraya Primatex semangat kerja buruh/pekerja merupakan hal yang sangat penting antara lain dengan diberikannya motivasi oleh pimpinan perusahaan, semangat kerja yang rendah dapat menghambat tercapainya tujuan organisasi Kebijakan-kebijakan manajemen yang ada pada perusahaan berusaha untuk mengetahui indikator-indikator atau tanda-tanda menurunnya semangat kerja para buruh/kerja. Indikator yang dipergunakan perusahaan adalah : a. Tingkat Produktivitas Kerja Merupakan perbandingan antara output dengan input, dimana output adalah hasil yang memberikan manfaat pada individu dan perusahaan.

b.

Tingkat Absensi pekerja Merupakan ketidakhadiran pekerja pada hari kerja karena sakit, ijin, mangkir dan skorsing.

c.

Tingkat Perputaran Pekerja Merupakan perbandingan antara masuk dan keluarnya pada suatu perusahaan pada periode tertentu.

d.

Tingkat Kerusakan

Merupakan naiknya tingkat kerusakan tersebut menunjukkan bahwa perhatian dalam pekerjaan berkurang, terjadinya kecerobohan dalam pekerjaan.

e.

Kegelisahan/Keluhan Kegelisahan yang timbul akan dapat terwujud dalam bentuk

ketidaksenangan kerja, keluh kesah, ketidak tenangan pekerja dalam melaksanakan tugas.

f.

Tuntutan Merupakan perwujudan dari ketidak puasan pekerja, dimana tiap tahap tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.

g.

Pemogokan Pemogokan merupakan perwujudan dari ketidak puasan, kegelisahan dan lain sebagainya. Didalam pembahasan skripsi ini penulis lebih memfokuskan dengan

mempergunakan kuesioner yang diajukan langsung kepada karyawan untuk mendapatkan data mengenai semangat kerja karyawan di Perusahaan PT. Indoraya Primatex.

Data-data mengenai semangat kerja pada PT. Indoraya Primatex, penulis menggunakan data dari hasil kuesioner (terlampir) yang diajukan kepada 15 orang responden dengan ketentuan sebagai berikut : Angket Semangat Kerja dengan Pernyataan Positif (+) Option a b c d e = = = = = Sangat Baik Baik Sedang Kurang baik Tidak baik Score 5 4 3 2 1

Hasil kuesioner mengenai semangat kerja ini akan disajikan dalam bentuk tabel seperti terlihat dibawah ini :

Tabel 4.3 HASIL KUESIONER SEMANGAT KERJA (X2) DI PT. INDORAYA PRIMATEX

Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah Sumber : PT. Indoraya Primatex 1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 1 2 2 1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 6 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 7 4 3 3 3 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 8 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 9 2 3 4 3 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 10 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 Jml 37 36 39 36 45 45 47 47 47 45 45 45 45 45 43 647

3.

Prestasi Kerja Karyawan PT. Indoraya Primatex Untuk membahas masalah mengenai prestasi kerja karyawan pada PT. Indoraya Primatex ini, penulis berasumsi berdasarkan teori yang ada tentang

metode-metode yang dipergunakan dalam penilaian prestasi, menurut Hani Handoko. Maka penulis menyatakan bahwa metode yang dipergunakan oleh PT. Indoraya Primatex dalam pelaksanaan prestasi adalah metode peristiwa kritis. Pelaksanaan penilaian prestasi kerja ini selain ditujukan untuk mencari karyawan yang akan dipromosikan jabatan, juga dimaksudkan untuk mengetahui data kinerja karyawan selama periode tertentu untuk kemudian ditindak lanjuti, yang sangat berguna bagi pengembangan karyawan secara umum. Adapun standar kriteria penilaian yang digunakan dalam pelaksanaan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4. STANDAR (KRITERIA) NILAI DALAM PENENTUAN PRESTASI KERJA PADA PT. INDORAYA PRIMATEX Penetapan Nilai Konduite Karyawan Kemampuan Kerajinan Kejujuran Kerjasama Inisiatif Bobot 25 8 7 5 5 50 Sumber : PT. Indoraya Primatex Nilai Standar Perusahaan 45 40 - 44 35 39 30 - 34 30 Predikat Sangat baik Baik Sedang Kurang Baik Tidak Baik

Keterangan : * Standar nilai minimal bagi karyawan berprestasi ditetapkan = 45 Standar yang dipakai dalam penilaian adalah : kemampuan, kerajinan, kejujuran, kerjasama, inisiatif. Standar yang didapat diatas adalah berdasarkan jumlah nilai yaitu dengan menjumlahkan seluruh angka atau bobot dari faktorfaktor penilaian. Faktor-faktor penilaian yang digunakan ialah absensi,

kecakapan/kemampuan, produktifitas, mutu kerja, sikap menerima perintah, tingkah laku / kesopanan, inisiatif, kepribadian, kejujuran, dedikasi, tanggung jawab, mutu kepemimpinan, kemampuan memutuskan dan pengembangan (harapan masa dekat). Penilaian ini dilakukan oleh atasan mereka langsung. Waktu penilaialan dilakukan per periode dan tempat pengolahan data tersebut pada bagian sumber daya manusia (SDM). Berdasarkan kaitan dengan variabel bebas X1 (komunikasi) dan semangat kerja (X2) yang dilakukan melalui kuesioner, maka data prestasi yang ditampilkan dalam penyajian ini juga berdasarkan hasil kuesioner juga. Data mengenai hal ini akan dijelaskan pada tabel 4.5. Untuk mendapatkan data-data mengenai prestasi kerja penulis

menggunakan data hasil kuesioner (terlampir) yang diajukan kepada 15 orang responden dengan ketentuan sebagai berikut :

Angket Prestasi Kerja dengan Pernyataan Positif (+) Option Score

a b c d e

= = = = =

Sangat Baik Baik Sedang Kurang baik Tidak baik

5 4 3 2 1

Hasil kuesioner mengenai prestasi kerja ini akan disajikan dalam bentuk tabel seperti terlihat dibawah ini :

Tabel 4.5 HASIL KUESIONER KOMUNIKASI (Y) DI PT. INDORAYA PRIMATEX Pertanyaan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumlah 1 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 2 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 4 3 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 7 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 8 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 5 3 9 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 10 S4 3 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 Jml 42 39 44 42 47 44 48 46 47 45 46 45 46 47 45 673

Sumber : PT. Indoraya Primatex

B.

Analisis dan Interpretasi Data Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara variabel komunikasi (X1) dan semangat kerja (X2) dengan prestasi kerja (Y) penulis menggunakan

perhitugan statistik. Terlebih dahulu akan dirangkum variabel yang ada kedalam satu tabel berikut ini. Tabel 4.6 HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI DAN SEMANGAT KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA PT. INDORAYA PRIMATEX

Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

X1 47 43 44 42 46 45 48 44 46 46 46 46 45 46 45 679

X2 37 36 39 36 45 45 47 47 47 45 45 45 45 45 43 647

Y 42 39 44 42 47 44 48 46 47 45 46 45 46 47 45 673

X12 2209 1849 1936 1764 2116 2025 2304 1936 2116 2116 2116 2116 2025 2126 2025

X22 1369 1296 1521 1296 2025 2025 2209 2209 2209 2025 2025 2025 2025 2025 1849

X1X2 1739 1548 1716 1512 2070 2025 2256 2068 2162 2070 2070 2070 2025 2070 1935

Y2 1764 1521 1936 1764 2209 1936 2304 2116 2209 2025 2116 2025 2116 2209 2025

X1 Y 1974 1677 1936 1764 2162 1980 2304 2024 2162 2070 2116 2070 2070 2162 2070

X2 Y 1554 1404 1716 1512 2115 1980 2256 2162 2209 2025 2070 2025 2070 2115 1935

30.769 28.133 29.336 30.275 30.496 29.148

Sumber : Diolah Penulis Keterangan : X1 X2 Y = = = Komunikasi Semangat Kerja Prestasi kerja

a.

Regresi Berganda

b1

b2

a = 44,87 (0,263) (45,27) (0,472) (43,1)

= = =

44,87 11,90601 20,3432 12,621 12,621 + 0,263X1 + 0,472 X2 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh persamaan regresi

bergandanya sebagai berikut : Persamaan regresi tersebut memiliki intersep sebesar 12,621, hal ini menunjukkan apabila tidak dilakukan perubahan komunikasi dan semangat kerja, maka prestasi kerja akan tetap menjadi 12,621 satuan hitungan kuesioner. Dengan melihat garis regresi tersebut dapat diketahui : 1. Komunikasi (X1) mempunyai hubungan positif dengan prestasi kerja (Y). Artinya setiap penambahan hasil kuesioner satu satuan akan mempengaruhi prestasi kerja sebesar 0,263 kali, dengan asumsi semangat kerja tetap. 2. Semangat kerja (X2) mempunyai hubungan positif dengan prestasi kerja (Y). Artinya setiap penambahan semangat kerja satu satuan melalui perhitungan kuesioner akan mempengaruhi prestasi kerja sebesar 0,472 kali, dengan asumsi komunikasi tetap.

b.

Korelasi Berganda Metode statistik yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu X1 dan X2 dapat menerangkan variabel tak bebas yaitu Y. R2 = b1x1y + b2x2y y2

Dari hasil perhitungan diatas diperoleh R2 = 0,81 yang mempunyai arti bahwa 81% dari variabel prestasi kerja (Y) secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel komunikasi dan semangat kerja, sedangkan sisanya yang tidak diteliti seperti kepemimpinan, motivasi dan lain-lain.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. 1.

Kesimpulan Komunikasi dan semangat kerja sama-sama memiliki peranan dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan pada PT. Indoraya Primatex.

2.

Dari analisis-analisis yang telah dilakukan dapat diketahui : 1. Regresi Berganda = 12,621 + 0,263X1 + 0,472X2

Artinya : Persamaan regresi tersebut memiliki intersep sebesar 12,621, hal ini menunjukkan apabila tidak dilakukan perubahan komunikasi dan semangat kerja, maka prestasi kerja akan tetap menjadi 12,621 satuan hitungan kuesioner. Dengan melihat garis regresi tersebut dapat diketahu : a. Komunikasi (X1) mempunyai hubungan positif dengan prestasi kerja (Y). Artinya setiap penambahan komunikasi satu satuan akan mempengaruhi prestasi kerja sebesar 0,263 kali, dengan asumsi semangat kerja tetap. b. Semangat kerja (X2) mempunyai hubungan positif dengan prestasi kerja (Y). Artinya setiap penambahan semangat kerja satu satuan akan mempengaruhi prestasi kerja sebesar 0,472 kali, dengan asumsi komunikasi tetap.

2.

Dari hasil perhitugnan korelasi didapat R2 = 0,81 yang mempunyai arti bahwa 81% dari variabel prestasi kerja (Y) secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel komunikasi dan semangat kerja, sedangkan sisanya sebesar 19% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti seperti kepemimpinan motivasi dan lain-lain.

c.

Uji Hipotesis 1. Uji t Dengan derajat kebebasan n-3 = 15-3 = 12, maka T0.25(12) atas dasar nilai tabel = 0,695. thit b1 thit b2 = = 1,176 > ttb = 0,695 5,187 > ttb = 0,695

Artinya masing-masing variabel X1 (komunikasi) dan variabel X2 (semangat kerja) adalah signifikan. 2. Uji F Dengan derajat kebebasan pembilang 2 (=k-1=3-1) dan penyebut n-k (15-3=12), maka F0,05 (2) (12) = 3,88 dan F0,01 (2) (12) = 6,93. Fhit = Fhit = 487,952 > Fttb0,05 (2) (12) = 3,88 487,952 > Fttb0,01 (2) (12) = 6,93

Artinya masing-masing variabel X1 (komunikasi) bersama-sama dengan variabel X2 (semangat kerja) berpengaruh signifikan terhadap Y (prestasi kerja).

B.

Saran-saran Saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1.

Sebaiknya

pihak

manajemen

memberikan

dukungan

dan

komitmennya kepada karyawan, dukungan dan komitmen tersebut dapat berupa alat-alat komunikaasi yang modern, peralatan komunikasi yang terawat baik, arus komunikasi yang tidak tumpang tindih, agar para karyawan dapat menjalankan komunikasi yang ada dengan baik. Adanya kegiatan komunikasi yang berjalan baik akan meningkatkan motivasi kerja karyawan yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. 2. Pimpinan perusahaan terus memberikan upaya-upaya memacu semangat kerja misalnya dengan memberikan bonus bagi karyawan yang berprestasi. Kegiatan memberikan bonus kepada karyawan akan menjadikan karyawan lebih bersemangat dalam melaksanakan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan prestasi kerja.

DAFTAR PUSTAKA

AA Gondokusumo, Komunikasi Penugasan (Bagi Eksekutif Supervisor Karyawan). Gunung Agung, Jakarta, 1995 Alex S. Nitisemito, Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia) Ghalia Cipta, Jakarta, 1996 A. Mintorogi dan Sedarmayanti, Pengembangan Kepribadian Dalam Rangka Meningkatkan Produktivitas Kerja, Ilham Jaya, Bandung, 1995. Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern), Liberty, Yogyakarta, 1995. Flippo B. Edwin, Manajemen Personalia, Erlangga, Jakarta, 1995 Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Remaja Karya, Bandung, 1997 J. Ravianto, Produktivitas dan Manusia Indonesia, Penerbit Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produktivitas, Jakarta 1995 Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Penerbit Alumni, Bandung, 1994 Masngudi, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi, Badan Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Borobudur, Jakarta 2003. Pandji Anoraga, Psikologi Kerja, Rineka Cipta, Jakarta 1998. , dan Ninik Widiyandi, Psikologi dalam Perusahaan, Rineka Cipta, Jakarta, 1995.

Wexley, dan Yuki,

Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia, Rineka

Cipta, Jakarta 1996.

You might also like