You are on page 1of 21

Sejarah Pelayanan Dan Pendidikan kebidanan di Dalam dan luar negeri Sejarah/Perkembangan pelayanan dan pendidikan suatu kebidanan

setiap waktu mengalami perkembangan, baik suatu kemajuan atau justru suatu kemunduran. Perkembangan ini terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri. Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi.Perkembangan kebidanan bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Sejarah kebidanan dimulai sejak awal kehidupan/awal peradaban manusia. Zaman dahulu persalinaan dan wanita menstruasi dianggap kotor dan menjijikkan sehingga cara-cara persalinan terkesan tidak manusiawi. Dalam sejararah wanita dalam proses melahirkan dapat dilakukan sendiri atau dibantu suami mereka. Ketika manusia tidak lagi berpindah-pindah dan membentuk kelompok masyarakat, para ibu melahirkan dijaga/ditolong seorang wanita sebagai kinswoman yang dianggap mampu yaitu seorang wanita setengah baya telah menikah dan melahirkan, melalui percobaan dan tukar pengetahuan dia mengembangkan keahliannya yang disebut dukun bayi. Pada tahun 500 SM terdapat catatan yang menunjukkan tindakkan yang dilakukan bidan pada patung Mochicka, Lukisan Papyri dan Tomb dalam Old Testment (Chamberlein, 1981), Catatan tentang bidan Yahudi (Shirpah dan Puah). 1. Sejarah Pelayanan Kebidanan di Indonesia a. Kehamilan Semua wanita hamil diadakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun bayi. Dukun dapat menetapkan wanita itu hamil atau tidak, letak anak, kapan bayi akan lahir, mengetahui letak yang salah tapi tidak bisa memperbaikinya, memberikan nasehat bagaimana ibu hamil harus hidup seperti : melakukan pantangan dan kenduri.

b. Persalinan Biasanya persalinan dilakukan dengan duduk dilantai diatas tikar,dan dikerumuni orang yang lebih tua (keluarga dan tetangga), didekatnya ada tempat yang berisi air yang sebentar-bentar diisi uang logam yang nantinya diperuntukakan dukun. Ibu bersalin tidak boleh makan sampai persainan selesai, semua benda yang tertutup harus dibuka.Dukun mengurut-urut perut ibu, menekannya serta menarik anak apabila anak telah kelihatan.selama menolong dukun banyak membaca mantra-mantra. Pemeriksaan dalam kadang dilakukan untuk mengetahui turunnya anak. Setelah anak lahir, anak diciprati dengan air/dikejutkan dengan memukul suatu benda agar bayi menangis. Tali pusat dipotong dengan sembilu atau bamboo kemudian tali pusatnya diberi ramuan kunyit, abu tempurung dibungkus daun sirih sebagai disinfektan. Plasenta diberi ramuan ditanam dengan upacara selama 7 hari diberi lampu. Bayi dipakai gurita, badan diulas dengan ramuan, bayi dibedong, minuman yang pertama air kelapa muda/madu, sudah diberi makan pisang dan nasi yang dihaluskan kemudian disusui. Bayi tidak dimandikan sampai tali pusat lepas. c. Nifas Setelah bersalin ibu dimandikan oleh dukun selanjtnya ibu sedah harus bias merawat dirinya sendiri lalu ibu diberikan jamu peredaran darah dan laktasi. Ibu tidur setengah duduk agar darah kotor lekas keluar. Ibu nifas tidak boleh banyak minum. d. Perawatan bayi Bayi diurut lalu dimandikan oleh dukun selama 40 hari, ramuan tali pusat tiap hari diganti sampai putus. Tali pusat yang sudah lepas dibuat jimat atau obat. Bayi ditidurkan disamping ibu, tidak boleh dibawa jauh dari rumah sebelum berumur 35 hari. Ubun-ubun besarnya ditutup tapel.

2. Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Indonesia Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. y Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih kebidanan. Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. y Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). y Tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. y Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan pelatihan tersebut didirikan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk Pelayanan keluarga berencana. y Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat.
3

Tahun 1992 Presiden membuat kebijakan pada sidan cabinet secara lisan tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan pondok bersalin sesuai denga kebutuhan masyarakat setempat. Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.

Pada tahun 1994 dalam konferensi Kependudukan Dunia di Kairo menekankan pada reproduktif health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan pelayanan bidan area tersebut meliputi : 1. Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus 2. Family Planning 3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi 4. Kesehatan reproduksi remaja 5. Kesehatan reproduksi pada orang tua Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Permenkes tersebut dimulai dari : a. Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan persalinan normal secara mandiri didampingi tugas lain. b. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan meklaksanakan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter. Pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan praktek perorangan di bawah pengawasan dokter. c. Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang registrasi dan praktek Bidan. Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup : Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak Pelayanan keluarga Berencana Pelayanan Kesehatan Masyarakat

d. Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. e. Permenkes No.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan

penyelenggaraan praktik bidan di Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi,

konsultasi dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan pendidikan serta berdasarkan standar profesi.

3. Perkembangan Pendidikan Kebidanan Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan. Keduanya berjalan seiring untuk menjawab

kebutuhan/tuntutan masyarakat akan pelayanan kebidanan. Yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah, pendidikan formal dan non formal. Pendidikan bidan dimulai pada masa penjajahan Hindia Belanda. y Pada tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia. Pendidikan ini tidak berlangsung lama karena kurangnyah peserta didik yang disebabkan karena adaanya larangan atatupun pembatasan bagi wanita untuk keluar rumah.

Pada tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit militer di batavia dan pada tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita indo dibuka di Makasar. Luluasan dari pendidikan ini harus bersedia untuk ditempatkan dimana saja tenaganya dibutuhkan dan mau menolong masyarakat yang tidak/kurang mampu secara cuma-cuma. Lulusan ini mendapat tunjangan dari pemerintah kurang lebih 15-25 Gulden per bulan. Kemudian dinaikkan menjadi 40 Gulden per bulan (tahun 1922).

Tahun 1911 - 1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan secara terencana di (RSUP) Semarang dan Batavia. Calon yang diterima dari HS (SD 7 tahun) dengan pendidikan keperawatan 4 tahun dilanjutkan pendidikan bidan 2 tahun.

Pada tahun 1914 telah diterima juga peserta didik wanita pertama dan bagi perawat wanita yang lulus dapat meneruskan kependidikan kebidanan selama 2 tahun..

Tahun 1918 Budi Kemuliaan membuka RS Bersalin dan pendidikan bidan. Murid-murid dari juru rawat wanita, pendidikan 2 tahun.

Pada tahun 1935-1938 pemerintah Kolonial Belanda mulai mendidik bidan lulusan MULO (Setingkat SLTP bagian B) dan hampir bersamaan dibuka sekolah bidan di beberapa kota besar antara lain Jakarta di RSB Budi
6

Kemuliaan, RSB Palang Dua dan RSB Mardi Waluyo di Semarang. Di tahun yang sama dikeluarkan sebuah peraturan yang membedakan lulusan bidan berdasarkan latar belakang pendidikan Bidan dengan dasar pendidikannya Mulo dan pendidikan Kebidanan selama tiga tahun tersebut Bidan Kelas Satu (Vreodrouweerste Klas) dan bidan dari lulusan perawat (mantri) di sebut Bidan Kelas 2 (Vreodrouw tweede klas). Perbedaan ini menyangkut ketentuan gaji pokok dan tunjangan bagi bidan. Pada zaman penjajahan Jepang, pemerintah mendirikan sekolah perawat atau sekolah bidan dengan nama dan dasar yang berbeda, namun memiliki persyaratan yang sama dengan zaman penjajahan Belanda. Peserta didik kurang berminat memasuki sekolah tersebut dan mereka mendaftar karena terpaksa, karena tidak ada pendidikan lain. y Pada tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulusan SMP dengan batasan usia minimal 17 tahun dan lama pendidikan 3 tahun. Mengingat kebutuhan tenaga untuk menolong persalinan cukup banyak, maka dibuka pendidikan pembantu bidan yang disebut Penjenjang Kesehatan E atau Pembantu Bidan. Pendidikan ini dilanjutkan sampai tahun 1976 dan setelah itu ditutup. Peserta didik PK/E adalah lulusan SMP ditambah 2 tahun kebidanan dasar. Lulusan dari PK/E sebagian besar melanjutkan pendidikan bidan selama dua tahun. y Tahun 1953 dibuka Kursus Tambahan Bidan (KTB) di Yogyakarta, lamanya kursus antara 7 sampai dengan 12 minggu. Pada tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta. Tujuan dari KTB ini adalah untuk memperkenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA dalam pelayanan kesehatan masyarakat, sebelum lulusan memulai tugasnya sebagai bidan terutama menjadi bidan di BKIA. Pada tahun 1967 KTB ditutup (discountinued).y Tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan secara bersama-sama dengan guru perawat dan perawat kesehatan masyarakat di Bandung. Pada awalnya pendidikan ini berlangsung satu tahun, kemudian menjadi dua tahun dan terakhir berkembang menjadi tiga tahun. Pada awal tahun 1972 institusi pendidikan ini dilebur menjadi Sekolah Guru Perawat (SGP). Pendidikan ini menerima calon dari lulusan sekolah perawat dan sekolah bidan.

Pada tahun 1970 dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari Sekolah Pengatur Rawat (SPR) ditambah dua tahun pendidikan bidan yang disebut Sekolah Pendidikan Lanjutan Jurusan Kebidanan (SPLJK). Pendidikan ini tidak dilaksanakan secara merata diseluruh provinsi.

Pada tahun 1974 mengingat jenis tenaga kesehatan menengah dan bawah sangat banyak, Departemen Kesehatan (Depkes) melakukan penyederhanaan pendidikan tenaga kesehatan non sarjana. Sekolah bidan ditutup dan dibuka Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan tujuan adanya tenaga multi purpose di lapangan di mana salah satu tugasnya adalah menolong persalinan normal. Namun karena adanya perbedaan falsafah dan kurikulum terutama yang berkaitan dengan kemampuan seorang bidan, maka tujuan pemerintah agar SPK dapat menolong persalinan tidak tercapai atau terbukti tidak berhasil.

Pada tahun 1975 - 1984 institusi pendidikan bidan ditutup, sehingga selama 10 tahun tidak menghasilkan bidan. Namun organisasi profesi bidan (IBI) tetap ada dan hidup secara wajar.

Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan perawat kesehatan (SPK) dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk kebidanan, dibuka pendidikan Diploma I Kesehatan Ibu dan Anak. Pendidikan ini hanya berlangsung 1 tahun dan tidak dilakukan oleh semua institusi.

Pada tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan yang disebut (PPB) yang menerima lulusan SPR dan SPK. Lama pendidikan 1 tahun dan lulusannya dikembalikan kepada institusi yang mengirim.

Tahun 1989 dibuka crash program pendidikan bidan secara nasional yang memperbolehkan lulusan SPK untuk langsung masuk program pendidikan bidan. Program ini dikenal sebagai Program Pendidikan Bidan A (PPB/A). Lama pendidikan satu tahun dan lulusannya ditempatkan di desa-desa. Untuk itu pemerintah menempatkan seorang bidan di tiap desa sebagai pegawai negeri sipil (PNS Golongan II).

Mulai tahun 1996 status bidan di desa sebagai pegawai tidak tetap (Bidan PTT) dengan kontrak selama tiga tahun dengan pemerintah, yang kemudian dapat diperpanjang 2x3 tahun lagi. Penempatan bidan ini menyebabkan orientasi sebagai tenaga kesehatan berubah. Bidan harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya tidak hanya kemampuan klinik, sebagai bidan tapi juga kemampuan untuk berkomunikasi, konseling dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat desa dalam meningkatkan taraf kesehatan ibu dan anak. Program Pendidikan Bidan (A) diselenggarakan dengan peserta didik cukup besar.

Diharapkan pada tahun 1996 sebagian besar desa sudah memiliki kemampuan dan keterampilan yang diharapkan seorang bidan professional,karena pendidikan terlalu singkat dan jumlah peserta didik terlalu besar dalam kurun waktu 1 tahun akademik, sehingga kesempatan tingkat kemampuan yang dimiliki seorang bidan juga kurang.

Pada tahun 1993 dibuka Program Pendidikan Bidan Program B yang peserta didiknya dari lulusan Akademi Perawat (Akper) dengan lama pendidikan satu tahun. Tujuan program ini adalah untuk mempersiapkan tenaga pengajar pada Program Pendidikan Bidan A. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kemampuan klinik kebidanan dari lulusan ini tidak menunjukkan kompetensi yang diharapkan karena lama pendidikan yang terlalu singkat yaitu hanya setahun. Pendidikan ini hanya berlangsung selama dua angkatan (1995 dan 1996) kemudian ditutup.

Pada tahun 1993 juga dibuka pendidikan bidan Program C (PPB C), yang menerima lulusan dari SMP. Pendidikan ini dilakukan di 11 Propinsi yaitu : Aceh, Bengkulu, Lampung dan Riau (Wilayah Sumatera), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan (Wilayah Kalimantan. Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya. Pendidikan ini memerlukan kurikulum 3700 jam dan dapat diselesaikan dalam waktu 6 semester.

Pada

tahun 1994-1995 pemerintah juga menyelenggarakan uji coba

Pendidikan Bidan Jarak Jauh (Distance learning) di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kebijakan ini dilaksanakan untuk memperluas cakupan upaya peningkatan mutu tenaga kesehatan yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Pengaturan penyelenggaraan ini telah diatur dalam SK Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994 Diklat Jarak Jauh Bidan (DJJ) adalah DJJ Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan bidan agar mampu melaksanakan tugasnya dan diharapkan berdampak pada penurunan AKI dan AKB. y Tahun 1996 dibuka Pendidikan Diploma III Kebidanan dengan raw input dari SMA. Diterapkan melalui surat keputusa menteri pendidikan dan kebudayaan RI No 009/U/1996 di 6 propinsi dengan menerima calon peserta didik dari SMA. Saat ini kurikulum DIII kebidanan telah direvisi mengacu pada Kep.Mendiknas 32 tahun 2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan hasil revisi tersebut telah diserahkan dengan keputusan menteri kesehatan RI.No.HK.00.06.2.4.1583.Tahun 2001 tercatat ada 65 institusi yang menyelenggarakan pendidikan diploma III kebidanan diseluruh Indonesia, sampai dengan tahun ini tercatat jumlah institusi DIII kebidanan 310. y Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal. y Pada tahun 1995-1998 IBI bekerjasama langsung dengan mother care melakukan pelatihan bidan Rumah Sakit dan bidan puskesmas serta bidan di desa di Provinsi Kalimantan Selatan. y Pada tahun 2000 telah ada pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN) yang dikoordinasikan oleh Maternal Neonatal health (MNH) yang sampai saat ini telah melatih APN di beberapa propinsi/kabupaten. Pelatihan life skill S

10

(LSS) dan APN tidak hanya untuk pelatihan pelayanan tetapi juga guru, dosen-dosen dari Akademi Kebidanan. y Selain melalui pendidikan formal dan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga diadakan seminar dan Lokakarya organisasi dilaksanakan setiap tahun sebanyak 2 kali mulai tahun 1996 - 2000 dengan biaya dari UNICEP. y Tahun 2000 dibuka program D-IV bidan pendidik di FK UGM Yogyakarta, dengan lama pendidikan 2 semester. Saat ini terdapat juga di UNPAD (2002) di USU (2004), STIKES Ngudi Waluyo Semarang, STIKIM Jakarta (2003). Akhir-akhir ini minat masyarakat untuk membuka program DIV bidan pendidik juga sudah mulai banyak seperti adanya beberapa usulan yang sudah masuk Pusdiknakes dari pemrakarsa program DIV bidan pendidik pada awalnya dilaksanakan pada masa transisi dalam upaya kebutuhan dosen. Sebagaimana kita ketahui bahwa DIV bidan pendidik dengan masa studi 1 tahun terdiri dari beban materi profesi kurang lebih dari 60% dan 40% beban materi kependidikan. Hal ini sebelumnya belum memenuhi ketentuan yang ditetapka Depdiknas bahwa kualifikasi dosen minimal DIV kebidanan atau S! kebidanan. Dengan memperhatikan permasalahan tersebut mungkin sudah waktunya untuk mulai memikirkan dan membuat rancangan DIV kebidanan klinik dan S1 kebidanan.. Tidak kemungkinan pula untuk mengembangkan jenjang S2 maupun SP1 dan SP2. Penyusunan kompetensi ini dilakukan oleh IBI bersama-sama dengan unsur terkait lainnya seperti Departemen Kesehatan, organisasi profesi. Adapun pembinaan dan pengawasan yang telah diupayakan oleh Pusdiknaskes antara lain mulai dari penyusunan dan penetapan standar kompetensi bidan, penilaian ijin institusi baru, seleksi mahasiswa baru, penyusunan kurikulum, akreditasi pendidikan. Sehubungan dengan hal tersebut, kedepan kita sudah waktunya untuk meninjau ulang dan menata kembali pola pendidikan berjenjang dan berkelanjutan bagi bidan.

11

Tahun 2006 dibuka S2 Kebidanan di UNPAD Bandung.

Sejarah perkembangan Pelayanan dan Pendidikan Kebidanan di Luar Negeri.

1. Sejarah perkembangan kebidanan diluar negeri. y Perawatan zaman kuno (sebelum Masehi) a. Bangsa Mesir Kebidanan pertama kali dikenal didirikan di Mesir, dimana kebidanan itu adalah sesuatu yang mulia, dan diberkati oleh dewa, mempunyai pengetahuan aturan-aturan dalam memimpin persalinan dan merawat bayi, serta mempunyai aturan-aturan dalam mengiontrol praktek dan harus memanggil asisten dari tabib konsultan biala ada maslah selama ada persalinan. Bidan juga telah melakukan sirkumsisi. b. Bangsa Yahudi Bangsa ini banyak mencontoh bangsa mesir pada pengobatan dan pendidikan kebidanan. Hygiene merupakan hal yang utama dalam menolong persalinan, termauk didalamnya m, merangsang persalinan dengan bantuan mantra-mantra. Bangsa ini juga melakuukan perawatan pada neonates seperti memotong tali pusat, memnadikan bayi, mengosok badan bayi dengan garam dan menbungkusnya dengan bedong. Bidanbidan pada masa ini sudah mendapatkan bayaran atau jasa. c. Bangsa Yunani Bidan yang dapat menolong persalinan harus telah mempunyai anka sendiri dan telah dibayar atas jasanya. Dan ada undang-undang yang mengontrol praktek mereka. Hipocrates (460-377 SM) sebagai bapak

12

bapak ilmu kedokteran pertama kali menemukan kesus kematian akibat puerperal, Aristoteles mengajarkan pengaruh praktek kebidanan. d. Bangsa Roma Ilmu kebidanan berasal dari bangsa Yunani yang berasal dari Mesir. Ada 2 jenis bidan di Roma yaitu : 1. Bidan yang ahli dibidangnya. 2. Bidan yang berstatus rendah. y Zaman Pertengahan (1-1500 Masehi). Pada zaman ini kemajuan perkembangan kebidanan seiring dengan penyebaran Agama Kristen terjadi di Roma yang terdiri dari : a. Soranus Ia merupakan spesialis obgin yang menulis buku kebidanan untukpertama kalinya dan menggambarkan kualitas atau syarat seorang bidan yang professional b. Galen Beliau menulis tentang beberapa obstetric Gynekologi. Ia juga menguraikan bagaimana bidan mengukur pembukaan serviks dengan menggunakan jari mereka dan penggunaan kursi untuk zaman ini, seorang bidan bernama Cleopatra menulis karangan tentang kebidanan. Bidan lainnya seperti Aspasia dikenal baik karena dia memiliki banyak ketrampilan dalam kelahiran bayinya diantaranya adalah versi podalic, managemen distosia dan kontrasepsi. c. Trotula Seorang dokter perempuan yang berasal dari sekolah kedokteran terkenal di Salerno, ia menulis sebuah karangan gynekologi dan kebidanan. Dimana ia menjelaskan penanganan retensio plasenta, perawatan nifas, pemeriksaan bayi baru lahir. Ia juga menjelaskan pentingnya seorang bidan memiliki kepercayaan dan pendekatan etis dalam pekerjaannya. Ia juga orang yang pertama kali berusaha memperbaiki laserasi perineum derajat tiga.

13

d. Kerajaan Byzantine Daerah di Eropa bagian timur dengan ibu kota Constatinopel, disini pertama kali diketahui adanya rumah sakit kebidanan yang berdiri selama abad ke-12. Paulus of Aegnina, adalah penulis termana waktu mengatakan telah ada bidan pertama kali.

e. Arabia Dua dokter arab, Rhazes (860-932 M) dan Avicenna (980-1037 M) menulis tentang prosedur kebidanan termasuk di dalamnya alat-alat yang digunakan untuk persalinan. y Zaman kebangkitan ( 1500 1700 masehi ) Pada abad ke 12 sampai abad ke 16, terjadi sedikit kemajuan dalam hal kebidanan. a. Prancis Ambroisepare (1510-1590 M) terkenal sebagai seorang ahli bedah, tetapi dia juga memiliki kontribusi dalam obstetric dan ginekologi yaitu Vacum Ekstraksi. Beliau juga mendirikan sekolah kebidanan pertama kali di Perancis. b. Francois Mauriceau (1637-1709 M) seorang yang pertama kali menguraikan tentang kehamilan tuba, persentasi muka dan menjelaskan tentang induksi pembedahan. Beliau juga memberikan deskripsi yang jelas tentang mekanisme persalinan. c. Lousye Bourgeois (1563-1636) beliau yang pertama kali

mempublikasikan buku obstetric. d. Marie Louise Duge (abad XVII) beliau bidan yang pertama kali meneliti tentang kelahiran bayi melalui penyimpangan catatan dan data statistik dari 40.000 wanita yang ditolong persalinannya. e. Jerman

14

Justine Siegemundin (1645) tokoh kebidanan pertama kali di Jerman. Tahun 1690 dia menerbitkan buku tentang kebidanan. f. Switzerland Jacob Nuver, melakukan operasi SC pertama kali. Beliau seorang dokter bedah hewan..

Awal Abad XX (1700-1900) a. John Charles Weaver (Inggris, 1825-1897) pada tahun 1845 yang pertama kali menemukan tes urine pada ibu hamil dengan eklamsi. b. Josep Lister dari Inggris (1827-1912) beliau disebut bapak antic sepsis. c. Louis Pastur (1822-1895), pelopor mikrobiologi . d. William James Morton dari amerika (1846-1920) Pelopor Anastesi. e. James Young Simpson dari scotlandia (1811-1870) mengenalkan anastesi umum dalam kebidanan.Dr James Liyoyld (1728-1810). f. Dr. Samuel Bard (1742-1821), beliau menulis buku kebidanan yang isinya modern: cara mengukur congurata diagonalis, kelainan-kelainan panggul, dan melarang pemeriksaan dalam apabila tidak ada indikasi, menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya invertio uteri, mengajarkan letak muka dapat lahir spontan, melarang pemakaian cunam yang berulang-ulang karena akan banyak

menimbulkan berulang-ulang. g. Dr. Walter Channing (1786-1876), belia diangkat sebagai professor kebidanan disekolah kedokteran Harvard. h. Adolphe Pinard dari Perancis (1844-1934), pada tahun 1878 menemukan cara palpasi abdominal yang dikenal dengan cara Pinard.

15

i.

Jean Lubumen dari Perancis (penemu Leanec dan stetoskop) pada tahun 1819, pertama kali mendengar suara jantung janin melalui stetoskop pada tahun 1920.

j.

William Smellie of Scotland (1679-1763), tokoh obstetric pada abad XVIII, dia mengembangkan forceps, dan dia juga menjelaskan pertolongan persalinan pada alter Coming Head pada presentasi bokong. Beliau yang pertama kali menemukan resusitasi pada bayi dengan asfixia.

k. Carl Crede (Jerman 1819-1892) menemukan statu metode dimana dengan stimulasi yang teratur pada uterus dalam pengeluaran placenta yang terkenal dengan istilah Crede Monouver l. John Braxten Hicks dari Inggris (1825-1987), pada tahun 1872 menggambarkan kontraksi uterus selama kehamilan yang dikenal dengan Braxton Hicks. m. Ludwig Bandl dari Jerman (1842-1892) pada tahun 1875 tampak

menggambarkan

lingkaran

retraksi

patologis

dimana

pemisahan antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim yang merupakan tanda dari rupture uterus. n. Joseph Listero of Great Britain (1827-1912), beliau bapak antiseptic. o. Louis Pasteur (1882-1895) perintis dalam mikrobiologi penemuannya sangat signifikan. y Abad XX sampai dengan sekarang 1. Malaysia Bidan di Malaysia selama berabad-abad dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak-anaknya. Bidan mempunyai

penghargaan dan wibawa yang cukup tinggi di komunitasnya. Peran bidan di Malaysia dalam pelayanan kebidanan yaitu membantu persalinan, melayani konseling, ahli gizi dan terakhir sebagai ahli pijat perempuan. Dilihat dari segi politiknya peran bidan sangat penting dengan demikian bidan harus banyak pengalaman dan dikatakan berpengalaman adalah

16

bidan terlatih. Bidan tidak lagi menjadi orang pertama yang disalahkan dan diberi tekanan jika terdapat suatu masalah dan bidan di Malaysia sedang menggalang program persalinan di rumah alas an mereka karena persalinan di rumah dianggap memberikan rasa aman dan nyaman bila dibandingkan persalinan dirumah sakit. 2. Jepang Pada tahun 1912 dimulai sekolah bidan di Jepang. Pendidikannya dengan basic sekolah perawat selama 3 tahun di tambah 6 bulan sampai 1 tahun pendidikan bidan. Tujuannya adalah untuk mengangkat pelayanan kebidanan dan neonatus tetapi pada masa itu timbul masalah karena masih kurang tenaga bidan serta bidan hanya mampu melakukan pertolongan perssalinan normal saja, tidak siap terdapat kegawatdaruratan sehingga dapat disimpulakn bahwa kualitas bidan belum memuaskan. Pada tahun 1987 mereka berupaya untuk meningkatkan pelayanan dan pendidikan bidan, menata dan mulai merubah situasi. 3. Australia Pendidikan bidan di Australia dimulai dengan basic perawat ditambah 2 tahun. Sejak tahun 2000 telah dibuka University of Technologi of Sidney yaitu S2 (Doctor of Midwifery). Pendidikan kebidanan di Australia terpengaruh oleh model kolonialisme Inggris terhadap penerimaan pendidikan perawat. Mulai tahun 1992 ada kebidanan direct entry dimana memisahkan pendidikan kebidanan dan perawat. 4. Spanyol Merupakan Negara di Benua Eropa yang telah lama mengenal profesi bidan. Pada tahun 1789 pendidikan diselenggarakan di ibukota Madrid. Bidan disiapkan untuk bekerja secara mandiri di masyarakat, terutama dikalangan petanidan buruh menengah ke bawah.Pada tahun 1932 pendidikan bidan secara resmi menjadi school of midwifes. Antara tahun 1987-1988 pendidikan bidan untuk sementara ditutup karena diadakan

17

penyesuaian kurikulum bidan menurut ketentuan Negara masyarakat mereka. Tahun 1992 mereka lulus penyesuaian. 5. Ontario Canada Di Ontario secara resmi pendidikan bidan di Universitas based, Direct dan lama pendidikannya 3 thun dan mereka telah memiliki ijazah bidan dan diberi kesempatan untuk registrasi dan izin praktek. 6. Denmark Pada tahun 1787 dimulai pendidikan bidan dan pada tahun yang sama merayakan berdirinya 200 tahun sekolah bidan.Kini ada 2 pendidikan di Denmark. Setiap tahunnya menerima siswa dengan lama pendidikannya 3 tahun direct entry.. Mereka yang menjadi perawat maka pendidikannya ditempuh 2 tahun.Namun hal tersebut merupakan hal kontroversi. Tahun 1973 disuusun rangkaian pedoman bagi bidan yang mengelompokkan klien dalam beberapa resiko yang terjadi. Hal ini menimbulkan masalah karena tidak jelas batasan resiko rendah dan tinggi. Pada Tahun 1980 diadakan perubahan pedoman baru yang isinya sama sekali tidak menyinggung masalah resiko. 7. New Zealand Pada tahun 1970 selandia baru menerapkan medikalisasi kehamilan yang didasarkan pada pendekatan mahasiswa pasca sajana kebidanan dan universitas Auckland untuk terjun ke rumah sakit pemerintah khusus wanita. Pada tahun 1978 dibentuk perkumpulan home birth di Auckland dengan keanggotaan 150 orang dan menjadi organisasi dalam 2 tahun yaiti NZNA (New Zealand association).Pada tahun 1986 mentri pelayanan kesehatan resmi mengakui home birth. Sejak tahun 1904 RS menyediakan pelayanan pelatihan kebidanan selama 6 bulan dan ditutup tahun 1979, sebagai penggantinya beberapa politehnik keperawatan yang didirikan pada tahun 1978.

18

Pada tahun 1980 wanita dan bidan sebagai partner ship, bidan melakukan independen dimana bertanggung jawab terhadap kondisi normal ibu, pada saat ini mutu pelayanan kebidanan meningkat. Dengan mutu pelayanan kebidanan yang meningkat menyebabkan perubahan drastic 86% persalinan ditolong oleh bidan sehingga wanita merasa puas.

8. Amerika serikat (USA) Zaman dahulu kala di Amerika Serikat persalinan ditolong oleh dukun beranak yang tidak berpendidikan, biasanya bila seseorang wanita sukar melahirkan ahli obat menganjurkan supaya wanita itu diusir serta ditakuti agar rasa sakit bertambah dan kelahiran menjadi mudah karena kesakita dan kesedihan. Pada tahun 1982 Kebidanan hamper dirusak oleh pertentangan profesi medis oleh Arney. Menurut catatan Thomas yang pertama kali berpraktik kebidanan diamerika adalah Samuel Fuller dengan istrinya kemudian menjual kepada orang lain yang menatuh minat terhadap kebidanan yaitu Anne Hucthinson. Pada tahun 1990 perkembangan pendidikan di mulai di USA dan memperoleh akreditasi pada tahun 1935. 9. Inggris o Tahun 1578-1657 William Hervey disebut sebagai bapak kebidanan di Inggris. Beliau menjelaskan tentang sirkulasi darah, fisiologi plasenta dan selaputnya serta pertumbuhan embrio dan fetus secara bertahap. o Tahun 1697-1763 Seorang dokter dari Scotlandia yang bernama William Smellei melakukan sesuatu untuk menunjukkan peran dokter obstetric, kemudian beliau mendirikan pelatihan bagi bidan pria.

19

o Tahuun 1737 Ny. Sarah stone menerbitkan Praktik Lengkap Kebidanan. Beliau menekankan pentingnya pengetahuan menyeluruh tentang anatomi dan merekomendasikan bantuan operasi. o Tahun 1760 Elizabeth Nihel menulis Treat is the art of midwivery, selanjutnya bidan berjuang, yang hasilnya tercetus perjanjian bidan tahun 1902, meletakkan kebidanan di bawah pengendalian Primary Council, hal tersebut berguna untuk melindungi masyarakat umum dari bidan yang tidak terlatih. Pelayanan kebidanan di Inggris banyak dilakukan oleh bidan praktik swasta. Mayoritas pendidikan bidan di Inggris adalah lulusan diploma. Sejak tahun 1995 sudah ada lulusan S1 kebidanan dengan dasar lulusan SMU ditambah 3 tahun. 10. Belanda o Tahun 1622 Hendrik Vandroohuize yang pertama kali melakukan SC. o Tahun 1651-1724 beliau menggambarkan beberapa bentuk dari panggul. Di Negara Belanda bidan mendapatkan pengakuan yang jelas dan nyata dimana 50% persalinan di masyarakat ditolong oleh bidan. o Tahun 1861 Rumah sakit universitas Amsterdam mendirikan akademi pendidikan bidan pertama kali dan pada tahun yang sama akademi yang kedua dibuka di Rotterdam dan yang ketiga pada tahun 1913 di Haerland.. 11. Selandia Baru o Tahun 1980 terdapat pendidikan bidan Politeknik, peserta didiknya adalah perawat yang terdaftar dan telah mempunyai latar belakang akademi yang kuat terhadap pendidikan. o Tahun 1989 pendidikan kebidanna dipisahkan dari pendidikan keperawatan. Tahun 1990 bidan boleh praktek mandiri. Tahun 1992 Aucland Institut of tehnology dan Otago Politecnic I membuka program langsung 3 tahun kebidanan.

20

21

You might also like