You are on page 1of 5

Teknik Cangkok Tanaman Tanaman mempunyai kemampuan berkembang biak, baik secara generatif maupun vegetatif.

Secara generatif, tanaman berkembang biak dengan cara kawin (seksual) atau pembuahan dengan sendirinya. Diawali dengan bertemunya putik dan serbuk sari sehingga terbentuk bakal buah dan bakal biji. Perkembangbiakan secara generatif mempunyai sifat anakan gabungan dari dua gamet yang telah melebur sehingga sang anak tidak akan sama persis dengan salah satu induknya. Sementara itu, perkembangbiakan secara vegetative merupakan perkembangbiakan aseksual atau tanpa kawin. Perkembangbiakan ini biasA secara alami, misalnya pada spora dan tunas, atau secara buatan, seperti cangkok dan menempel (okulasi). Perkembangbiakan secara vegetatif akan menghasilkan anakan dengan sifat yang persis sama dengan induknya. *Keunggulan Cangkok Tanaman* **Memperbanyak tanaman dengan cara mencangkok mempunyai tingkat keberhasilan lebih tinggi dibandingkan model perkembangbiakan vegetatif, misalnya stek. Mengapa demikian? Karena pada proses cangkok tanaman, akar dirangsang untuk tumbuh sebelum sebuah batang tanaman dipotong dan ditanam. Meski tingkat keberhasilannya lebih tinggi, beberapa rumah untuk budidaya. Perlu diketahui bahwa metode cangkok tanaman lebih aman untuk menjamin pertumbuhan tanaman anakan sebab saat dipisah dari indukan batang, anakan sudah mempunyai akar. Organ akar yang telah tumbuh inilah yang mampu menjaga asupan nutrisi.Inilah yang membuat anakan lebih mungkin bertahan ketika ditanam di lingkungan terbuka. Meskipun demikian, diakui bahwa cangkok tanaman memang menghabiskan waktu pembibitan yang lebih lama. Selain itu, beberapa persyaratan batang sebagai indukan tanaman harus dipenuhi. Misalnya, batang yang dipilih harus lebih tua dan kuat dari metode stek (misalnya pada tanaman mawar). Tidak lupa bahwa batang yang dipakai sebagai indukan harus tanaman dikotil *Proses Cangkok Tanaman* 1. Memilih batang tanaman yang kuat dan tua. 2. Menyiapkan pisau yang tajam, plastik 3. Mengupas kulit batang sekitar 3 hingga 4cm untuk tempat media tanam. Ketika mengupas kulit batang, diupayakan hingga terlihat kayunya dan tidak ada lagi jaringan gabus ataupun getah 4. Memasukkan media tanam. Bisa berupa tanah yang subur, bisa juga humus daun. Selanjutnya, media tanam tersebut dibungkus dengan plastik dan ujung-ujungnya diikat dengan tali plastik. 5. Berikanlah beberapa lubang pada plastik untuk sirkulasi 6. Menyiram secara berkala media cangkok. Fungsinya adalah untuk menjaga kelembapan tanaman. Perlu diperhatikan, jangan sampai media tanam cangkok kering. 7. Kurang lebih satu hingga dua minggu kemudian, akar akan tumbuh dimedia tanam dan terlihat dari plastik. Bila telah tampak, potonglah batang di bawah media tanam. 8. Lepaskan plastik yang meliputi akar anakan dan masukkan anakan ke 9. Rawatlah anakan tersebut dengan penyiraman dan pemupukan secara berkala. Teknik stek tanaman Sudah menjadi hukum alam bahwa untuk menghasilkan tanaman yang berbuah dengan baik, perlu bibit yang baik pula. Artinya, pemilihan bibit harus dilakukan secara selektif. Bibit merupakan modal dasar dalam berkebun buah-buahan unggul. Kesalahan dalam memilih bibit akan sulit memperoleh hasil yang baik, walaupun dikelola dengan sempurna. Selain itu, kesalahan memilih bibit juga dapat menyebabkan tanaman tumbuh tidak normal, atau lama berbuah. Bibit juga menentukan sifat tanaman yang akan berproduksi, apakah tanaman nantinya akan berbuah unggul atau tidak. Banyak teknik yang bisa dilakukan untuk menghasilkan varietas yang unggul, salah satunya adalah melalui teknik *stek tanaman *. Dengan teknik ini, tanaman yang dihasilkan akan tumbuh dengan cepat dengan kualitas yang baik. *Memperbanyak Bibit* Berdasarkan cara memperbanyaknya, terdapat dua jenis bibit. Pertama, bibit yang diperbanyak secara generatif , jenis bibit ini memerlukan waktu lama untuk berbuah, karena waktu reproduksinya relatif lama. Kedua, bibit yang

diperbanyak secara vegetatif , dilakukan dengan teknik cangkok/stek, okulasi, dan sambung. Keuntungan menggunakan bibit dari perbanyakan vegetatif adalah cepat berbuah dibandingkan dengan bibit dari biji. Dalam pembahasan kali ini, akan dibahas teknik pembuatan bibit khususnya teknik stek. *Stek Tanaman* Stek sangat banyak jenisnya, tetapi yang umum digunakan untuk memperbanyak tanaman buah adalah stek batang. Batang yang terlalu tua kurang baik, karena akarnya sulit tumbuh. Cabang yang terlalu muda juga kurang baik, karena teksturnya masih lunak sehingga proses penguapannya besar. Hal ini akan berakibat bibit stek bersifat lemah dan mati. Mencangkok sama halnya dengan stek. Namun, nutrisi yang didapat bibit cangkok berasal dari induknya. Batang yang dicangkok dipisahkan dari induknya setelah berakar. Pohon induk yang dipilih adalah berumur tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, serta telah berbuah sedikitnya sebanyak tiga kali. Pohon induk tampak kuat, subur, dan tidak terserang hama atau penyakit. Sedangkan cabang untuk cangkok dipilih yang berukuran sebesar pena, berwarna cokelat muda dan kulitnya halus. Bentuk cabang tegak dan lurus. Panjangnya sekitar 20-30 cm. Cabang tersebut memiliki daun yang banyak dan sudah pernah berbuah. *Cara Membuat Bibit Stek* Berikut ini adalah tahapan membuat stek pada tanaman buah. * Potong bahan stek dengan pisau yang tajam sehingga permukaan potongan rata dan halus dengan kemiringan sekitar 30 derajat. Panjang stek sekitar 10 - 30 cm. Daun pada stek cukup disisakan sebanyak 1 - 2 lembar, lalu daun dipotong setengahnya. * Siapkan media tanam yang terdiri dari tanah yang dicampur pupuk kandang atau kompos yang telah jadi dengan perbandingan 1 : 1 atau 2 : 1. Tanam stek pada media dengan cara dimiringkan sekitar 45 derajat. Kemudian, tutup dengan plastik transparan untuk mengurangi penguapan. Jaga kelembapan media stek dengan menyiram air secara rutin.

menyambung Grafting dan Budding merupakan metode perbanyakan vegetatif buatan. Grafting/penyambungan adalah seni menyambungkan 2 jaringan tanaman hidup sedemikian rupa sehingga keduanya bergabung dan tumbuh serta berkembang sebagai satu tanaman gabungan. Teknik apapun yang memenuhi kriteria ini dapat digolongkan sebagai metode grafting. Sedangkan budding adalah salah satu bentuk dari grafting, dengan ukuran batang atas tereduksi menjadi hanya terdiri atas satu mata tunas (Hartmann et al, 1997). Tanaman sebelah atas disebut entris atau batang atas (scion), sedangkan tanaman batang bawah disebut understam atau batang bawah (rootstock) (Ashari, 1995). Batang atas berupa potongan pucuk tanaman yang terdiri atas beberapa tunas dorman yang akan berkembang menjadi tajuk, sedang batang bawah akan berkembang menjadi sistem perakaran (Hartmann et al, 1997). Alasan lain untuk melakukan grafting adalah: (1) memperoleh keuntungan dari batang bawah tertentu, seperti perakaran kuat, toleran terhadap lingkungantertentu, (2) mengubah kultivar dari tanaman yang telah berproduksi, yang disebut top working, (3) mempercepat kematangan reproduktif dan produksi buah lebih awal, (4) mempercepat pertumbuhan tanaman dan mengurangi waktu produksi, (5) mendapatkan bentuk pertumbuhan tanaman khusus dan (6) memperbaiki kerusakan pada tanaman (Hartmann et al, 1997). Aplikasi grafting juga dapat dilakukan untuk membuat satu tanaman dengan jenis yang berbeda-beda, untuk mengatasi masalah polinasi, dalam kasus self-incompability atau tanaman berumah dua (Ashari,1995). Proses Pertautan Sambungan

Proses pertauatan sambungan diawali dengan terbentuknya lapisan nekrotik pada permukaan sambungan yang membantu menyatukan jaringan sambungan terutama di dekat berkas vaskular. Pemulihan luka dilakukan oleh selsel meristematik yang terbentuk antara jaringan yang tidak terluka dengan lapisan nekrotik. Lapisan nekrotik ini kemudian menghilang dan digantikan oleh kalus yang dihasilkan oleh sel-sel parenkim (Hartmann et al, 1997). Menurut Ashari (1995) sel-sel parenkim batang atas dan batang bawah masing-masing mengadakan kontak langsung, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim tertentu mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses translokasi hara dari batang bawah ke batang atas dan sebaliknya dapat berlangsung kembali. Agar proses pertautan tersebut dapat berlanjut, sel atau jaringan meristem antara daerah potongan harus terjadi kontak untuk saling menjalin secara sempurna. Ashari (1995) mengemukakan bahwa hal ini hanya mungkin jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan. Dalam melakukan grafting atau budding, perlu diperhatikan polaritas batang atas dan batang bawah. Untuk batang atas bagian dasar entris atau mata tunas harus disambungkan dengan bagian atas batang bawah. Untuk okulasi (budding), mata tunas harus menghadap ke atas. Jika posisi ini terbalik, sambungan tidak akan berhasil baik karena fungsi xylem sebagai pengantar hara dari tanah meupun floem sebagai pengantar asimilat dari daun akan terbalik arahnya (Ashari, 1995). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah kompabilitas. Pengertian kompatibilitas adalah kemampuan dua jenis tanaman yang disambung untuk menjadi satu tanaman baru. Bahan tanaman yang disambung akan menghasilkan persentase kompabilitas tinggi jika masih dalam satu spesies atau satu klon, atau bahkan satu famili, tergantung jenis tanaman masing-masing (Ashari, 1995). Inkompatibilitas antar jenis tanaman yang disambung dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut menurut Hartmann et al (1997) : 1. Tingkat keberhasilan sambungan rendah 2. Pada tanaman yang sudah berhasil tumbuh, terlihat daunnya menguning, rontok, dan mati tunas 3. Mati muda, pada bibit sambungan 4. Terdapat perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dengan batang atas 5. Terjadinya pertumbuhan berlebihan baik batang atas maupun batang bawah Pengaruh Batang Bawah Terhadap Batang Atas Menurut Ashari (1995) pengaruh batang bawah terhadap batang atas antara lain (1) mengontrol kecepatan tumbuh batang atas dan bentuk tajuknya, (2) mengontrol pembungaan, jumlah tunas dan hasil batang atas, (3) mengontrol ukuran buah, kualitas dan kemasakan buah, dan (4) resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman. Pengaruh batang atas terhadap batang bawah juga sangat nyata. Namun pada umumnya efek tersebut timbal balik sebagaimana pengaruh batang bawah terhadap batang atas. Perbanyakan Batang Bawah Batang bawah ada yang berasal dari semai generatif dan dari tanaman vegetatif (klon). Batang bawah asal biji (semai) lebih menguntungkan dalam jumlah, umumnya tidak membawa virus dari pohon induknya dan sistem

perakarannya bagus. Kelemahannya yaitu secara genetik tidak seragam. Variasi genetik ini dapat mempengaruhi penampilan tanaman batang atas setelah ditanam. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi secermat mungkin terhadap batang bawah asal biji (Ashari, 1995). Hartmann et al (1997) menyatakan bahwa batang bawah tanaman jeruk diproduksi dari biji apomiksis dan secara genetik seragam. Metode perbanyakan batang bawah ini lebih efisien dan hemat. Metode Penyambungan Menurut Ashari (1995) terdapat 2 metode penyambungan, yaitu sambung tunas dan sambung mata tunas. 1. Sambung Tunas/Grafting Agar persentase jadi dapat memuaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan a. Batang atas dan batang bawah harus kompatibel b. Jaringan kambium kedua tanaman harus bersinggungan c. Dilakukan saat kedua tanaman berada pada kondisi fisiologis yang tepat d. Pekerjaan segera dilakukan sesudah entris diambil dari pohon induk e. Tunas yang tumbuh pada batang bawah (wiwilan) harus dibuang setelah penyambungan selesai agar tidak menyaingi pertumbuhan tunas batang atas. Metode yang dikembangkan adalah sambung lidah (tongue grafting), sambung samping (side grafting), sambung celah (cleft grafting), sambung susu (approach grafting), dan sambung tunjang (inarching). 2. Sambung Mata Tunas/Okulasi (Budding) Masalah yang sering timbul dalam pelaksanaan teknik ini menurut Ashari (1995) adalah sukarnya kulit kayu batang bawah dibuka, terutama pada saat tanaman dalam kondisi pertumbuhan aktif, yakni pada saat berpupus atau daun-daunnya belum menua. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisiologis tanaman. Sebaiknya okulasi dilakukan saat tanaman dalam kondisi dorman. Budding dapat menghasilkan sambungan yang lebih kuat, terutama pada tahun-tahun pertama dari pada metode grafting lain karena mata tunas tidak mudah bergeser. Budding juga lebih ekonomis menggunakan bahan perbanyakan, tiap mata tunas dapat menjadi satu tanaman baru (Hartmann et al, 1997). Metode budding yang sering digunakan antara lain okulasi sisip (chip budding), okulasi tempel dan sambung T (T-budding). Pemilihan metode tergantung pada beberapa pertimbangan, yaitu jenis tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah, ketersediaan bahan, tujuan propagasi, peralatan serta keahlian pekerja. OKULASI Tanaman Cara-Cara Menyambung Tanaman Oleh: AnneAhira.com Content Team [menyambung tanaman] Penanaman tanaman bisa dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya menyemaikan biji, mencangkok, dan *menyambung tanaman * (okulasi). Pada cara menyambung tanaman, bibit dibuat dengan cara menempelkan perisai tunas pada mata tunas batang lain dari jenis pohon yang sama. Misalnya, jeruk diokulasi dengan jeruk lagi dan rambuatan diokulasi dengan rambutan. Hasil okulasi memiliki dua bagian pokok, yaitu sebagai berikut. 1. Pohon pangkal adalah batang yang berasal dari pohon yang kuat dan tahan. Jika kekurangan dan kelebihan air, rasa buahnya tetap enak. 2. Batang atas berasal dari pohon yang diharapkan buahnya akan lebih lebat, tahan penyakit , dan lezat. *Cara Melakukan Okulasi* **Buah-buahan yang banyak ditanam dengan bibit okulasi adalah rambutan , jeruk, durian, alpukat, dan jambu. Berikut ini merupakan langkah-langkah melakukan okulasi.

*1. Menyiapkan Persemaian Pohon Pangkal* Misalnya, pada jenis rambutan sinyonya. Pilih yang daging buahnya sudah lepas. Lalu, lakukan fermentasi dengan menyimpannya dalam tabung kayu selama 2 hingga 3 hari. Supaya daging buahnya dapat dibuang, bijinya dicuci, dijemur sebentar, dan simpan di luar agar terkena angin. Cara melakukan persemaian adalah sebagai berikut. * Pada tahap persemaian, tanah dicangkul. Kemudian, bersihkan dan ratakan, buat bedengan dengan ukuran 200x120cm, campuri dengan pupuk kandang sebanyak 1-2 kaleng pupuk untuk 1 meter persegi. * Semailah dengan jarak tanam 5cm atau 10cm dan jarak baris 40cm atau ditanam 40cm. * Tiap pohon diberi pupuk ZA 20 gram, DA 20 gram, dan ZK 20 gram. *2. Mengokulasi Tanaman* **Okulasi dapat dilakukan saat umur tanaman 8-12 bulan. Cara mengokulasi, yaitu menyayat kulit batangnya, kemudian dikelupas ke bawah. *3. Mengambil Perisai Tunas* **Perisai tunas adalah cabang pohon rambutan yang buahnya lebat, lezat, dan rasanya segar. Lakukan penyayatan dengan hati-hati menggunakan pisau okulasi. Bagian kayunya dilepaskan dari perisai, hati-hati jangan sampai sobek. *4. Perisai (Tanpa Kayu)* **Ditempelkan pada batang bawah yang telah disayat kulitnya. Kemudian, diikat dengan tali plastik , mata tunasnya jangan sampai tertutup (terikat). Setelah masuk waktu 2-3 minggu, buka dan periksa kaitannya. Jika hasilnya perisai masih berwarna hijau, okulasi berjalan lancar. Jika okulasinya kering, okulasi perlu dilakukan lagi. *5. Menyambung Tanaman Okulasi* **Tanaman yang berhasil diokulasi dilengkungkan agar tunas dapat tumbuh. Setelah mata tunas tumbuh subur , tali ikatan bisa dilepas, batang bagian atas dipotong. *6. Pemeliharaan Okulasi* Bagian luka batang bawah ditutup dengan lilin, tunas yang kecil dibuang, dan rumput di sekeliling dibersihkan atau dicabut. *7. Dipindahkan ke Keranjang Bibit* Satu bulan sebelum dipindahkan, bibit diputar dengan linggis, kemudian siram sampai basah. Satu hari sebelum dipindahkan, bibit siap ditanam.

You might also like