You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane disease merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya (Behrman, 2004 didalam Leifer 2007). Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan atau pengeluaran surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2005). Secara klinis bayi dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) , pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Bobak, 2005). Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan postnatal surfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 1986-1987. Sedangkan jaman modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi 1%. Di negara berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadian RDS. Melihat belum diketahui laporan yang jelas mengenai kejadian RDS di Indonesia, maka diperlukan adanya perhatian yang lebih mengenai kasus penyakit ini secara lebih lanjut. Selain itu, perawat anak Indonesia diharapkan dapat mencatat kejadian bayi dengan RDS sehingga didapatkan data yang akurat mengenai insiden kasus tersebut. Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan bayi dengan RDS yang merupakan salah satu kasus yang sering terjadi di unit Gorrety RS. Carolus. Penulis melihat bahwa penyakit ini merupakan salah satu penyakit bayi beresiko
1

tinggi yang memerlukan penanganan khusus dan darurat. Penulis bertujuan untuk dapat membuat dan menerapkan asuhan keperawatan bayi D dengan RDS selama 3 hari. Diharapkan dengan makalah ini dapat menjadi salah satu bahan yang dapat menambah pengetahuan mengenai kasus RDS pada bayi atau neonatal sehingga bermanfaat dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak selanjutnya.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Menerapkan asuhan keperawatan anak yang aman dan efektif pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi (High Risk Newborn). 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji kebutuhan dan masalah keperawatan bayi baru lahir yang beresiko tinggi. b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi. c. Menyusun rencana keperawatan pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi. d. Mengimplementasikan rencana asuhan tindakan sesuai perencanaan. e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada bayi baru lahir yang beresiko tinggi tersebut.

C. Ruang Lingkup Penulisan makalah ini merupakan pembahasan dari pemberian asuhan keperawatan pada Bayi D dengan RDS (Respiratory Distress Syndrome) di Unit Gorrety St. Carolus, Jakarta Pusat, pada tanggal 31 Januari 10 Febuari 2012.

D. Metode Penelitian 1. Metode pengumpulan data dengan cara wawancara kepada ibu pasien dan bertanya kepada suster ruangan unit Goretty RS St. Carolus. 2. Dengan studi kepustakaan melalui buku yang berhubungan dengan asuhan keperawatan pada bayi dengan RDS (Respiratory Distress Syndrome). 3. Melihat status dan DKI pasien di Unit Goretty RS St. Carolus.

E. Sistematika Penulisan Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan (umum dan khusus), ruang lingkup, metode penulisan, bab II tinjauan teori terdiri atas definisi, etiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan, patoflow RDS pada Bayi dan asuhan kperawatan teori RDS pada bayi resiko tinggi, bab III terdri dari tinjauan kasus yang terdiri atas pengkajian, analisa data, masalah keperawatan, patoflow RDS pada Bayi D, rencana keperawatan, bab IV Pembahasan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Medik RDS (Respiratory Distress Syndrome) 1. Definisi a. Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005). b. Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan surfaktan yang memadai. (Dot Stables, 2005).

2.

Etiologi a. Paru-paru yang imature b. Kelahiran sesar c. Asfixia neonatorum d. Hipovolemia atau hipervolemia e. Ibu dengan riwayat DM f. Premature g. Perdarahan antepartum (preeklampsi) h. Instability haemodinamik maternal i. Penyalahgunaan obat-obatan maternal j. Kelainan jantung bawaan k. Hipertensi l. Atresia jalan nafas m. Stress saat kelahiran n. Kelahiran multiple
4

3.

Tanda dan Gejala a. Takipnea b. Retraksi interkostal dan subkostal c. Pernapasan cuping hidung d. Sianosis sejalan dengan hipoksemia e. Menurunnya daya compliance paru (nafas ungkat-ungkit paradoksal) f. Hipotensi sistemik (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih dari 3-4 detik). g. Penurunan keluaran urin h. Takikardia pada saat terjadinya asidosis dan hipoglikemi i. Apnea

4.

Pemeriksaan Diagnostik a. Thorax foto b. AGD c. Darah Lengkap (Hb, Ht, Leuko Trombo, Diff) d. Serum Elektrolit

5.

Komplikasi a. Pneumothorax b. Pneumomediastium c. Hipotensi d. Penurunan pengeluaran urin e. Asidosis f. Hiponatremi g. Hipokalemi h. DIC i. Kejang j. Intravaskuler Hemoragi k. Infeksi Sekunder
5

6.

Penatalaksanaan a. Lingkungan Diberi inkubator dengan suhu (36,50C 370C) b. Diberi O2 2L c. Pemberian cairan dan elektrolit Glukosa 5-10% 60 -125 ml/kgBB/hari, NaHCO3 dengan rumus NaHCO3 (MEq) : Defisit basa x 0,3 x BB bayi d. Pemberian antibiotik, penisilin 50.000-100.000 u/kgBB/hari dengan atau tanpa gentamicin 3-5/kgBB/hari e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan eksogen melalui endotrakeal tube f. CPAP (continous positive airway pressure) dan PEEP (positive end expiratory pressure) : tekanan yang digunakan untuk mempertahankan paru-paru tetap terbuka pada akhir inspirasi. g. FiO2 : Fraksi oksigen inspirasi atau jumlah oksigen yang diberikan kepada bayi. h. PIP : tekanan inspirasi positif (positive inspiratory pressure) atau volume udara yang dihantar pada setiap inspirasi mekanis.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Teori RDS pada Bayi

1. Pengkajian a. Identifikasi faktor resiko Data yang dicari adalah kelahiran preterm, riwayat kehamilan (apakah selama ibu hamil menderita hipotensi atau perdarahan), riwayat neonatus (lahir asfiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada keadaan hipotermia). Nilai APGAR rendah (termasuk tindakan resusitasi bayi). b. Kaji sistem pernapasan, tanda dan gejala RDS Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Gejala tersebut dapat terjadi pada saat kelahiran atau antara waktu 2 jam.
6

Perkembangan penyakit terjadi dengan cepat yang dimulai dengan takipnea (> 60 x/menit), pernapasan mendengkur atau retraksi subkostal / interkostal, diikuti oleh pernapasan cuping hidung, sianosis, pucat, penignkatan gejala kekurangan udara (serangan apnea, hipotonus), gerakan tubuh berirama, sulit bernapas dan sentakan dagu, pada awalnya suara napas mungkin normal. Kemudian dengan menurunnya pertukaran udara napas menjadi parau dan pernapasan dalam.

c. Kaji sistem kardiovaskuler 1) Kaji adanya mur-mur 2) Bradikardia (dibawah 100x/menit) dengan hipoksemia berat 3) Denyut jantung dalam batas normal d. Kaji sianosis, indikasi keperawatan hipoksia e. Kaji hasil laboratorium Pemeriksaan diagnostik untuk menentukan maturitas perlu meliputi pemeriksaan: 1) Lesitin / spingomelin, rasio 2:1 mengindikasikan bahwa paru sudah matur. 2) Fosfatidigliserol, meningkat pada usia kehamilan 33 minggu 3) Gas darah arteri (indikasi gagal pernapasan), PaO2 kurang dari 50mmHg dan PaCO2 diatas 60 mmHg 4) Penigkatan kadar kalium (kalium dikeluarkan dari trauma sel alveolar). 5) Sinar X menunjukkan adanya ateletaksis f. Kaji endotrakeal tube (selang intubasi) Kaji adanya mukus yang terkumpul di saluran pernapasan yang akan menghambat saluran pernapasan dan selang endotrakea. Pengisapan dilakukan bila hanya diperlukan dan berdasarkan pertimbangan terhadap bayi tersebut.

2. Rencana keperawatan DP 1 Inefektif pola nafas b.d imatur organ-organ pulmonal, neurovakular, alveolar, dan muskular. HYD meningkatkan status oksigenasi adekuat ditandai dengan terjadinya pola napas yang efektif, pernapasan: 30-60 x/menit, tidak ada rintihan, tidak ada retraksi dada, tidak sesak, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak sulit bernapas, tidak ada sentakan dagu, tidak ada pernapasan paru dan dalam. Dalam waktu 3-5 hari. Intervensi: a. Kaji tanda-tanda vital pasien R/: mengetahui adanya tachypnea b. Kaji nilai APGAR pada saat bayi baru lahir R/: nilai APGAR yang rendah mengindikasikan masalah pernapasan c. Kaji manajemen asam basa atau cek AGD R/: mengetahui adanya peningkatan ph di paru-paru atau asidosis respiratorik d. Berikan fisioterapi dada R/: membantu ventilasi optimal e. Berikan terapi O2 sesuai indikasi R/: memantau oksigenasi adekuat. DP 2 Gangguan pertukaran gas b.d jumlah surfaktan yang tifak adekuat HYD : pertukaran gas adekuat ditandai dengan tidak ada retraksi dada, tidak ada bunyi nafas tambahan, tanda-tanda AGD: Ph : 7,35 7,45 PCO2 : 35 45 mmHg PO2 : 75 150 mmHg HCO3 : 24 28 MEq/l SaO2 : 80- 100% Intervensi : a. Kaji TTV pasien
8

b. Posisikan bayi dengan posisi tengkurap dengan kaki menekuk dan kedua tangan fleksi c. Pertahankan suhu lingkungan dengan membedong bayi atau popok sekitar bayi d. Monitor hasil AGD e. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi dokter DP 3 Gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigenasi ke otak HYD perfusi jaringan adekuat ditandai dengan tidak sianosis, ekstremitas hangat, tidak hipotermi dan tidak hipotensi. TTV : S: 36,5 0 C 37 0 C N : 120 -160 x/menit P : 30 -60 x/menit Intervensi: a. Kaji TTV R/: mengetahui peningkatan pernapasan (tacypnea), penurunan suhu (hipotermi), penurunan HR atau N (hipotensi) b. Kaji adanya sianosis dan akral hangat R/: kaji adanya sianosis dan akral pasien c. Kaji adanya kuning pada pasien R/: mengetahui adanya infeksi pada pasien d. Beri terapi O2 sesuai indikasi R/: oksigenasi adekuat menandakan perfusi adekuat e. Beri terapi Blue Light pada bayi R/: memberikan kehangatan pada bayi dan menurunkan kada billirubin akibat infeksi dan penurunan ventilasi.

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian 1. Kasus RDS Bayi Diana Jaya lahir pada tanggal03-02-2012 dan langsung masuk unit Gorreti pada hari yang sama. Bayi lahir pukul 06.35 dengan N/A 8/9, BBL 3500 gram, PB = 49 cm, terdapat pernapasan 78 x/ menit, napas cepat dan dangkal, retraksi dada (+), sianosis (+), pernapasan cuping hidung (+), anak aktif dan menangis spontan kuat. Saat dikaji N : 144 x/menit, suhu: 360 C, P= 120 x/menit akral teraba hangat. Pada saat kelahiran diketahui bahwa masa gestasi aterm, G3 P3 A0, meco (+), pada ibu terdapat infertilitas, hepatis akut, DM, preeklampsi, hipertensi kronis, penyalahgunaan obat dan merokok. Terdapat lamanya ketuban pecah dan cairan yang berwarna putih keruh. Usia bayi saat ini 2 hari (05-02-2012). 2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala : bulat b. Wajah : simetris c. Mata: keduanya ada d. Hidung : Paten e. Telinga : Simetris f. Leher : simetris g. Pernapasan : teratur, dangkal, merintih, retraksi interkostal tingkat sedang. h. BJ : teratur i. Abdomen : lemas j. Tali Pusat : basah k. Jenis Kelamin: laki-laki testis kanan dan kiri l. Punggung : spinal lurus m. Lipatan gluteal simetris n. Anus : paten o. Ekstremitas Atas
10

y y y y

Pergerakan : simetris Grasp Reflex : (+) Tonus Otot : kuat Jari tangan : 5/5

p. Ekstremitas bawah y Jari kaki : 5/5

3. Pengkajian Persistem a. Sistem neurologik y y y y y y Gerakan motorik : simteris Reflex rooting : (+) Menghisap : (+) P. Grasp (+) Moro (+) Babinski (+)

b. Sistem pernapasan Bunyi napas bersih, terdapat retraksi dada (+), pergerkan dada simetri, kedua paru mengembang baik, bayi di pasang CPAP (continous positive air pressure) 40%, SaO2 : 100%, pernapasan cuping hidung. c. Sistem kardiovakular Tidak ada mur-mur, tidak ada gallop, terdapat sianosis (+), bunyi/irama jantung tidak teratur d. Sistem neurologi Kemampuan menghisap (+), rooting (+), menangis kuat (normal), gerakan grasp normal. e. Sistem muskuloskeletal Pergerakan simetris f. Sistem gastrointestinal Terdapat bising usus (+), meko (+), abdomen super dan lunak

11

g. Sistem Perkulitan Kulit teraba hangat, merah muda, ikterik, turgor baik, kulit utuh. h. Sistem Eliminasi Tanggal 06-02-2012 Urin lancar, berwarna kuning tidak pekat, 5 kali , CMS 20 cc, IWL : 70 kg BB, BaB lancar 3x berwarna hitam pekat encer. i. Interaksi Ibu dan Anak Pasien mendapat ASI dari Ibu melalui OGT sebanyak 10-15 cc. Ibu pasien datang untuk melihat pasien. 4.Nilai APGAR 8/9 5. Evaluasi RDS (03/02/2012) Frekuensi pernapasan : > 80 x/ menit Retraksi: retraksi ringan Sianosis : sianosis menetap walau dengan O2 Air Entry: udara masuk Merintih: dapat didengar dengan Stetoskop Total : 2+1+2+0+2 = 7 Evaluasi dengan SCORE DOWN : skor 6 : Gangguan Paru Berat (Cek AGD) :0 :2 :2 :1 :2

6.Hasil Laboratorium (03-02-2012) Hb 17,5 g/dl Ht 51% Leukosit : 18.000 Trombo : 189.000 pH : 7,39 N: 14-16 g/dl N: 37-52% N: 4.800-10.800 N: 150.000 450.000 N: 7,35 7,45
12

PCO2 : 27, 9 mmHg PO2 : 95,3 mmHG HCO3 : 16,9 MEq/L Total CO2 : 17,7 BE : -6,1 O2 sat : 97,5 Std HCO3 : 19,5 GDS : 66 mg /dl

N: 35 - 45 mmHg N: 75 150 mmHg N: 21 25 MEq/L N: 21- 27 N: -2,5 2,5 N: 95 98 % N: 95 98 % N : < 200 mg/dl

(06-02-2012) Hasil Lab Paket Neo Bill Neo : 1,0 mg/dl TSH : 2 UIU/ml Gol. Darah : O/Rh +

7. Hasil Test Diagnostik Foto Thorax (03-02-2012) Kedua paru mengembang baik, tidak jelas kelainan di paru- paru cor dalam batas normal, sinus-sinus dan diafragma baik.

8. Terapi Medik 03- 02- 2012 Skor RS : 7 Dex 10% in w (in water) Zidifec 2 x 150 mg (0-1) 04-02-2012 Dex 10% (15 x (100cc) + 2 KCL + 2 cc Ca Glukonas Zidifec 2 x 150 mg NS + 2KCL

13

B. Analisa Data C. Masalah Keperawatan DP 1 gangguan pertukaran Gas b.d vasokonstriksi polumner DP 2 gangguan perfusi jaringan b.d kurangnya oksigensi ke jaringan sistemik DP 3 resti kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d dehidrasi akibat peningkatan billirubin dan terapi blue light. D. Patoflow RDS pada Bayi D E. Rencana Keperawatan

14

BAB IV PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan selama kurang lebih selama 3 hari pada bayi D, didapatkan bahwa bayi D merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara dengan riwayat ibu G3 P3 A0. Ibu bayi D memilki riwayat hipertensi saat kehamilan, hepatis akut, preekalmpsi, dan DM. Bayi D lahir dengan ketuban yang pecahnya lama dan cairan berwarna putih keruh. Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori dimana etiologi dari RDS yaitu bayi dengan ibu DM, bayi dengan ibu hipertensi, preeklampsi, dan multiple gestasi, hal ini sesuai dengan kondisi bayi dimana HR: 144 dan Pernapasan 78x/ menit (tacypnea). Hal- hal diatas menunjukkan penyebab RDS yang beragam (pulmonal dan non pulmonal) yang terjadi secara bersamaan sehingga terjadi peningkatan vasokonstriksi

pumonal atau penurunan ventilasi alveolar pada pasien sehingga membuat terjadinya gangguan pertukaran gas di paru-paru dan membuat hipoperfusi alveolar yang akhirnya membuat akibat yaitu dapat membuat hipoksemia kemudian terjadi asidosis metabolik dan membuat resiko syok hipovolemik serta terutama membuat terjadinya nekrosis kapiler di alveoli dan membuat distress pada pernapsan. Tanda dan gejala distress pernapasan yang disebabkan oleh vasokonstriksi pulmonal yaitu adanya pernapasan cuping hidung dan taypnea, sedangkan tanda dan gejala penurunan ventilasi alveolar yaitu dengan adanya retraksi dada dan terjadinya sianosis akibat hipoperfusi alveolar, Pada bayi D, saat baru lahir dilakukan Evaluasi RDS dan ditemukan frekuensi pernapasan >80x/menit, terdapat retraksi ringan, sianosis yang menetap walau dengan O2, terdengar adanya udara masuk saat diauskultasi, dan terdengar suara rintihan walaupun dengan stetoskop sehingga skornya 7 dan didapatkan sebagai gangguan paru berat dan langsung dilakukan pemeriksaan AGD yang menunjukkan adanya gangguan pada aleveoli terutama saat ekspirasi yaitu pada hasil BE -6,1 dan PCO2 27,9 mmHg, total CO2 17,7,

15

dan std HCO3 19,5% dimana semuanya dibawah nilai normal sehingga pada pasien diberi CPAP 40 % dengan Fio2 30 %. Selain itu pada bayi D terjadi peningkatan billirubin dimana dicurigai adanya infeksi saat melahirkan yang diakibatkan lamanya ketuban pecah dan air ketuban yang berwarna putih dimana hasil billirubin bayi hari pertama yaitu 11,6 mg/dl, sehingga pasien diberi terapi blue light dan dilakukan pemeriksaan darah billirubin dan billirubin neo setiap hari serta diberi terapi antibiotik (zidifec 2 x 150 mg/dl). Dan dengan kondisi bayi D tersebut yang baru lahir dengan kondisi tersebut dan adanya terapi medik seperti blue light sehingga beresiko pada kekurangan cairan dan elektrolit pasien dimana menjaga agar turgor kulit pasien elastis, kulit tetap lembab, dan suhu tubuh normal (36,30C- 370C). dan terlihat bahwa pasien BAK 5 x sehari, urin berwarna kuning keruh dan diberi terapi cairan infus Dex 10% (15 x (100cc) + 2 KCL + 2 cc Ca Glukonas, NS + 2KCL untuk menjaga cairan dan elektrolit tubuh pasien yang masih belum berfungsi secara optimal.

16

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Pada pengkajian bayi D ditemukan bahwa bayi tersebut terdapat gejala gawat pernapasan seperti pernapasan cuping hidung, retraksi dada, sianosis dan tacypnea yang kemudian akhirnya dilakukan evaluasi RDS pada pasien yang baru lahir tersbut dan didapatkan skor 7 yang membuktikan masalah RDS pada pasien. Pengkajian tersebut kemudian berlanjut selama 3 hari dan disimpulkan dengan terapi yang diberikan perlahan-lahan gejala-gejala tersebut berkurang. Selama terjadi proses interaksi pasien tampak aktif dan menangis kuat. Pasien berada di dalam incubator dan terpasang CPAP, infuse pump, bedside monitor dan syringe pump, sehingga perlu berhati-hati dan kesterilan barang-barang dan tangan perawat sangat dijaga dan diperhatikan. Implementasi keperawatan yang diberikan pada bayi D yaitu perawat melakukan observasi secara berkelanjutan perhari terutama pernapasan, HR dan Saturasi Oksigen pasien dan melihat gejala-gejala gangguan pernapasan seperti diatas. Serta perawat melaksanakan pemberian terapi blue light, dan pemberian cairan Asper setiap 3 jam. Selain itu perawat membantu kebutuhan dasar pada bayi seperti membantu bab, bak, dan memandikan serta menjaga hygiene dan kenyamanan pasien di dalam incubator dan melihat posisi kacamata incubator tepat dimata pasien.

B. Saran Berdasarkan dari asuhan keperawatan yang telah perawat lakukan, perawat mendapatkan pengalaman berarti dalam merawat bayi yang jarang perawat lakukan dalam kehidupan sehari-hari terutama bayi beresiko tinggi. Dalam merawat bayi beresiko tinggi diperlukan ketelitian dalam mengkaji dan mengobservasi keadaan pasien terutama pernapasan, oksigenasi dilihat perkembangannya jika telah baik dapat dilaporkan ke dokter untuk diturunkan pemberian terapi O2 dari CPAP ke O2 ruangan untuk mencegah
17

keracunan O2 pada bayi. Kemudian perlu menjada kesterlian barang-barang sekitar bayi jangan lupa mencuci tangan atau menggunakan antiseptik sebelum bertemu pasien ataupun menggunakan APD atau masker saat sedang flu karena bayi berisko tinggi memiliki imunitas yang sangat rendah diharapkan perawat tidak menjadi sumber infeksi nosokomial pada pasien dan memperberat keadaan pasien. Selain itu perlu ketelatenan dalam merawat pasien dan pemantauan cairan yang ketat melalui pemberian minum asper tiap 3 jam jumlahnya sesuai dengan indikasi medik, dipantau urin dan bab pasien, konsistensi bak perhari untuk melihat adanya tanda-tanda dehidrasi. Diharapkan dengan memperhatikan hal-hal tersebut, kondisi pasien semakin meningkat terutama BB pasien, dan asuhan keperawatan yang dilakukan telah efektif.

18

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Leifer, Gloria. 2007. Introduction to maternity & pediatric nursing. Saunders Elsevier : St. Louis Missouri

Prwawirohardjo, Sarwano. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Stables, Dot. 2005. Physiology in Childbearing With Anatomy and Related Biosciences. Elsevier: St. Louis Missouri

19

You might also like

  • Cory File MMDST
    Cory File MMDST
    Document15 pages
    Cory File MMDST
    Khatarina Heldira Cory
    No ratings yet
  • Hi Per Tiro Id
    Hi Per Tiro Id
    Document24 pages
    Hi Per Tiro Id
    Khatarina Heldira Cory
    No ratings yet
  • Askep Meningitis
    Askep Meningitis
    Document5 pages
    Askep Meningitis
    Eko Nor Apriyatna Permana
    No ratings yet
  • Askep TBC
    Askep TBC
    Document46 pages
    Askep TBC
    Khatarina Heldira Cory
    No ratings yet
  • KID40
    KID40
    Document4 pages
    KID40
    Khatarina Heldira Cory
    No ratings yet
  • DIC
    DIC
    Document9 pages
    DIC
    doraemon tembem
    No ratings yet